Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

Esai Best Practices Government Financial Cycle

Oleh:

Nama : Yanuar Fiskar Imapo


NIM : 4132230061
Program Studi : DIV Akuntansi Sektor Publik Alih Program
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Pemerintah
Nama Dosen : Sigit Purnomo

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Pemerintah


Tahun Akademik 2023/2024
FINANCIAL ADVISOR: KOMITMEN DJPb KEMENKEU MENINGKATKAN KUALITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Keuangan negara merupakan hal yang penting dalam menjalankan pemerintahan.


Cakupannya yang luas dan komprehensif pada segala aspek membuat keuangan negara
menjadi sektor yang krusial. Ketika pengelolaan keuangan negara baik, aspek lain dapat
berjalan dengan baik. Namun, apabila keuangan negara dikelola dengan kurang baik, aspek
lain pun akan menemukan masalah.

Di Indonesia, kebijakan pengelolaan keuangan negara dalam hal ini kebijakan fiskal
diterjemahkan menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBN
memiliki fungsi alokasi. Fungsi tersebut mengandung arti bahwa APBN harus diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian dengan mempertimbangkan sumber
daya yang dimiliki negara. Selain itu, APBN juga memiliki fungsi otorisasi yang berarti APBN
merupakan dasar bagi pelaksanaan pendapatan dan belanja pemerintah.

Dalam implementasinya, satu siklus APBN terdiri dari beberapa tahapan, yaitu perencanaan,
penganggaran, penetapan, pelaksanaan, serta pelaporan dan pertanggungjawaban.
Kementerian Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN) bertanggung jawab
menjadi lead dan berwenang menentukan kebijakan pengelolaan keuangan negara tersebut.
Tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada masing-masing eselon I sesuai dengan
tugas, fungsi, dan wewenangnya, termasuk Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) merupakan salah satu unit eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. DJPb memiliki visi “Menjadi pengelola
perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia dalam rangka mendukung visi
Kementerian Keuangan ‘Menjadi Pengelola Keuangan Negara untuk Mewujudkan
Perekonomian Indonesia yang Produktif, Kompetitif, Inklusif, dan Berkeadilan.’”

Untuk mewujudkan visi tersebut, DJPb memiliki misi yaitu mendukung misi Kementerian
Keuangan nomor 3 (memastikan belanja negara yang berkeadilan, efektif, efesien, dan
produktif) dan nomor 4 (Mengelola neraca keuangan pusat yang inovatif dengan risiko
minimun). Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJPb memiliki tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, atau yang biasa disebut dengan fungsi Treasurer.
Menyadari bahwa pengelolaan APBN yang efektif, efisien, dan akuntabel memerlukan upaya
yang masif dan berkelanjutan serta perlu melibatkan para stakeholder, DJPb menjawab
tantangan pimpinan untuk bertransformasi dengan tidak hanya menjadi pengelola
perbendaharaan yang konvensional, tetapi juga meningkatkan peran dengan analisis
keuangan negara dan menjadi intellectual fiscal leader. Peran tersebut diterjemahkan melalui
peran baru sebagai Financial Advisor. Menurut Sarimin dan Pratiwi (2022), Financial
Advisor adalah peran seorang profesional yang memberikan saran (advise) kepada klien dan
memberikan solusi untuk perencanaan dan masalah keuangan (financial).

Peran tersebut setidaknya berada dua domain, yaitu Central Government Advisory dan Local
Government Advisory, sehingga membuat DJPb memiliki posisi yang semakin strategis dalam
membina hubungan dengan para stakeholder baik kementerian/lembaga negara (K/L)
maupun pemerintah daerah. Peran tersebut berfokus pada siklus APBN pada tahap
pengelolaan anggaran K/L dari sisi perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
serta pengelolaan anggaran daerah yang meliputi pengelolaan Transfer Ke Daerah,
pengelolaan APBD, dan sinkronisasi APBN dan APBD.

Dalam mengimplementasikan peran tersebut, DJPb secara rutin mengadakan program-


program yang melibatkan para stakeholder agar peran tersebut semakin efektif, di antaranya
mengadakan Focus Group Discussion (FGD)/Sharing Session. Dalam domain Central
Government Advisory, FGD/Sharing Session tersebut berupa, tidak terbatas pada:

1. Evaluasi/Reviu Pelaksanaan Anggaran (EPA/RPA),


2. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan, dan
3. FGD/Sharing Session lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan anggaran K/L.

Sementara itu, pada domain Local Government Advisory, DJPb melaksanakan FGD/Sharing
Session berupa, tidak terbatas pada:

1. Forum Regional Chief Economist,


2. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Daerah,
3. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID),
4. Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah, dan
5. Forum pengelolaan keuangan daerah lainnya.

FGD/Sharing Session tersebut diharapkan dapat menjadi sarana bagi DJPb untuk
memperoleh gambaran spesifik permasalahan masing-masing K/L atau pemerintah daerah.
Hal tersebut merupakan input yang baik agar DJPb dapat merumuskan penanganan yang
lebih efektif dan efisien.
Selain FGD/Sharing Session, DJPb juga merumuskan program yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman K/L atau pemerintah daerah agar lebih komprehensif baik dari
perspektif strategis maupun dari perspektif teknis. Program tersebut diimplementasikan dalam
beberapa kegiatan, di antaranya:

1. Sosialisasi Perkembangan Kebijakan


Penyampaian kebijakan terkini terkait dengan pengelolaan anggaran kepada satuan
kerja K/L dan pemerintah daerah yang meliputi perkembangan peraturan, tata kelola,
persyaratan, dan mekanisme pengelolaan, serta penyalurannya.
2. Bimbingan Teknis Pelaksanaan Anggaran Pusat
Bimbingan teknis terkait pengembangan tata kelola maupun operasional tools/aplikasi
pengelolaan anggaran.
3. Bimbingan Pengelolaan Anggaran Daerah
Bimbingan pengelolaan anggaran daerah dilakukan dengan melihat perspektif
harmonisasi perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban antara APBN dan
APBD pada masing-masing daerah.

Program-program harmonisasi dengan para stakeholder tersebut dilengkapi dengan


penguatan helpdesk/Customer Service Officer (CSO) yang sigap memberi pelayanan bagi
para stakeholder yang memiliki kendala dalam proses pelaksanaan siklus anggaran. CSO
dapat memberikan layanan konsultansi dan asistensi kepada pengelola keuangan satuan
kerja K/L atau daerah serta melakukan pemetaan permasalahannya.

Program harmonisasi tersebut tentunya dibarengi dengan komitmen tinggi DJPb dalam
mengawal pengelolaan anggaran dengan berbagai kegiatan, yaitu supervisi, analisis, dan
evaluasi serta memberikan rekomendasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi masukan
profesional agar satuan kerja K/L atau pemerintah daerah dapat memiliki perspektif yang lebih
luas terhadap pengelolaan anggaran, sehingga pengelolaan anggaran tidak hanya sebagai
suatu rutinitas, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan pemerintah. Pelaksanaan anggaran
harus menghasilkan output/outcome yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan.
Selain itu, rekomendasi diberikan untuk menciptakan continuous improvement pengelolaan
anggaran pusat dan daerah.

Peran yang diemban DJPb semakin menantang. Namun, DJPb bertekad untuk mewujudkan
pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel, efisien, serta efektif melalui peran
Financial Advisor tersebut. Tekad tersebut telah diimplementasikan dalam suatu sasaran
kinerja organisasi dan indikator kinerja individu pegawai DJPb. Oleh karena itu, hasil dan
aktivitas terkait sasaran tersebut telah distandardisasi sehingga memudahkan pengawasan
dan pemantauannya. Teknis implementasi Financial Advisory pun telah diinternalisasi kepada
seluruh instansi vertikal DJPb. Melalui pengendalian tersebut, diharapkan seluruh instansi
DJPb di daerah dapat mengoptimalkan peran Financial Advisor dan mennjaga hubungan yang
baik dengan seluruh stakeholder pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah.
Hubungan yang baik dengan para stakeholder diharapkan mampu menjadi kunci perbaikan
terus-menerus terhadap pengelolaan anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2023. DJPb Lakukan Reformasi Organisasi untuk
Perkuat Peran Kantor Vertikal DJPb sebagai Regional Chief Economist dan
Financial Advisor. djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/berita/nasional/4122-djpb-
lakukan-reformasi-organisasi-untuk-perkuat-peran-kantor-vertikal-djpb-sebagai-
regional-chief-economist-dan-financial-advisor.html
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
118/PMK.01/2018 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan
Kementerian Keuangan. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1826.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4286.
Sarimin dan Pratiwi, D. A. 2022. Financial Advisory: RCE, The Next Level.
djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/opini/3998-financial-advisory-rce,-
the-next-level.html

REFERENSI LAINNYA
Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2023. “Financial Advisor Framework” pada
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Sekretariat DJPb.

Anda mungkin juga menyukai