Anda di halaman 1dari 50

Kewirausahaan | 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iii
BAB 1 MASALAH DAN TANTANGAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA ..................................... 1
1.1 Indonesia Menuju Tahun 2045 ................................................................................................... 1
1.2 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia .................................................................................. 3
1.3 Dampak Tenaga Kerja Asing terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia .............................. 8
BAB 2 PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBANGUN JIWA KEWIRAUSAHAAN ............. 8
2.1 Angka Rasio Kewirausahaan Indonesia .................................................................................. 8
2.2 Perjalanan Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan di PT ........................................... 9
2.3 Desain Program Pendidikan Kewirausahaan di PT ............................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 23

Kewirausahaan | i
DAFTAR TABEL

Kewirausahaan | ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prediksi Pertambahan Usia Kerja dan Kebutuhan Lapangan Kerja .... 3
Gambar 2. Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja Tahun 1960 - 2035 .................... 4
Gambar 3. Sebaran Negara Asal TKA di Indonesia Tahun 2016 ......................... 7
Gambar 4. Perbandingan Rasio Kewirausahaan ................................................. 9
Gambar 5. Perkembangan Jumlah Pengangguran Tahun 2020 - 2022 ............. 10
Gambar 6. Desain Program Pengembangan Kewirausahaan di PT ................... 14

Kewirausahaan | iii
BAB 1
MASALAH DAN TANTANGAN
KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Pada bab ini diuraikan secara umum tentang permasalahan


dan tantangan ketenagakerjaan di Indonesia. Diawali dengan
menguraikan pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, usia
kerja, dan ketersediaan kesempatan kerja dalam sepuluh tahun
terakhir. Bab ini juga menguraikan persoalan global
ketenagakerjaan serta dampaknya terhadap ketenagakerjaan
secara nasional. Tujuan yang terkandung dalam pokok bahasan ini
adalah untuk memberikan gambaran tentang peta
ketenagakerjaan dan persaingan yang dihadapi seiring dengan
bonus demografi dalam rentang Tahun 2020 sampai dengan 2040.
Secara lebih rinci penjelasan diberikan dalam beberapa sub bab
berikut.

1.1 Indonesia Menuju Tahun 2045


Indonesia oleh Organisasi Kerjasama dan Pembangunan
Ekonomi Negara-Negara Maju (OECD) diprediksi akan menjadi
salah satu negara dengan ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada
tahun 2030-2040 (OECD, 2018). Prediksi tersebut
dilatarbelakangi, pada tahun 2030-2040, Indonesia akan
mengalami bonus demografi. Jumlah penduduk Indonesia usia
produktif akan mencapai 64 persen dari total penduduk
sekitar 297 juta jiwa. Indonesia akan memiliki potensi antara lain

Kewirausahaan | 1
salah satu pasar terbesar di dunia, kualitas SDM yang menguasai
teknologi, inovatif, dan produktif; serta kemampuan
mentransformasikan ekonominya. Potensi tersebut harus
diwujudkan antara lain dengan meningkatkan nasionalisme,
kualitas SDM, membangun infrastruktur, dan transformasi ekonomi.
Di samping itu, seluruh komponen bangsa (Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dunia usaha, lembaga pendidikan dan
masyarakat) harus bersinergi dan berkomitmen untuk menjadikan
Indonesia Maju.

Pada sisi lain, bonus demografi ibarat pedang bermata dua.


Satu sisi merupakan keuntungan jika Indonesia berhasil
mengkapitalisasikan jumlah penduduknya dengan baik. Sebaliknya
akan menjadi “ancaman serius” apabila kualitas manusia Indonesia
tidak disiapkan dengan baik. Upaya membangun penduduk yang
berkualitas dan mendorong produktivitas terus meningkat, serta
meminimalkan ketimpangan antara rasio pekerja dan lapangan
pekerjaan. Apabila kebutuhan akan lapangan kerja tidak tersedia,
maka akan timbul permasalahan yang kompleks dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia.

Prediksi penduduk usia lerja secara persentase mengalami


peningkatan secara signifikan sejak Tahun 1970 dan terus
meningkat sampai dengan menjelang akhir tahun 2040 (Gambar
1). Peningkatan usia kerja ini berimplikasi pada peningkatan
kebutuhan lapangan pekerjaan. Naiknya jumlah penduduk
tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan akan
lapangan kerja. Dengan demikian, maka bisa dikerucutkan bahwa
salah satu yang merupakan masalah ketenagakerjaan adalah
lapangan kerja yang kurang luas.

Kewirausahaan | 2
Gambar 1. Prediksi Pertambahan Usia Kerja dan Kebutuhan Lapangan Kerja

1.2 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia


Penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, rata-
rata mengalami peningkatan penduduk sebesar 32,56 juta jiwa
dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 2010 dibandingkan
dengan Tahun 2020 berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia
(BPS, 2020). Sampai dengan Tahun 2035 diproyeksikan jumlah
penduduk usia kerja (15-64 tahun) akan mencapai 67,90 persen
(Gambar 2). Jumlah penduduk yang besar akan menghasilkan
angkatan kerja yang besar juga. Angkatan kerja yang besar
tersebut kalau bisa dimanfaatkan dengan baik tentu dapat
meningkatkan kegiatan perekonomian, sehingga masyarakat
menjadi lebih sejahtera dan pendapatan nasional meningkat.
Memang telah menjadi hal yang klasik bahwa masalah dominan
yang terdapat di sektor ketenagakerjaan Indonesia adalah
pertumbuhan penduduk tidak sejalan dengan percepatan
pertumbuhan lapangan pekerjaan.

Sebelum membahas lebih jauh tentang masalah ketenaga


kerjaan, dalam bagian ini sedikit dijelaskan beberapa definisi

Kewirausahaan | 3
tentang jumlah penduduk, penduduk usia kerja, Angkatan kerja,
dan pengangguran. Jumlah penduduk adalah banyaknya orang
yang mendiami suatu wilayah Negara. Dari sisi tenaga kerja,
penduduk suatu Negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni
kelompok penduduk usia kerja dan kelompok bukan usia kerja.
Penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 15 hingga 65
tahun. Penduduk usia kerja dapat pula kita bagi dalam dua
kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja adalah semua orang yang siap
bekerja disuatu Negara. Kelompok tersebut biasanya disebut
sebagai kelompok usia produktif. Dari seluruhan angkata kerja
dalam suatu Negara tidak semuanya mendapat kesempatan
bekerja. Diantaranya ada pula yang tidak bekerja. Mereka inilah
yang disebut pengangguran. Pengangguran adalah angkatan
kerja atau kelompok usia produktif yang tidak bekerja
(Kadarusman, 2006).

Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik

Gambar 2. Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja Tahun 1960 - 2035

Dalam buku Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia


dipaparkan bahwa secara umum kecenderungan masalah

Kewirausahaan | 4
ketenagakerjaan di Indonesia terkait dengan keterbatasan daya
serap perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja
yang terus mengalami peningkatan (Malik, 2016), sering dikenal
dengan istilah (Labour Surplus Economy). Kelebihan tenaga kerja
dapat menyebabkan pasar kerja kurang berkualitas, sehingga
produktivitas tenaga kerja juga rendah. Selain permasalahan
ketenagakerjaan di Indonesia yang telah disebutkan di atas,
masalah ketenagakerjaan yang dihadapi oleh Indonesia adalah
persebaran tenaga kerja yang tidak merata. Sebagian besar
tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa, sedangkan
daerah lain yang wilayahnya lebih luas masih ada yang
kekurangan tenaga kerja.

Dikutip dari Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan


tahun 2019, masalah lainnya adalah munculnya ketidaksesuaian
antara perusahaan dengan tenaga kerja yang sesuai keahlian (link
and match). Link and match adalah konsep keterkaitan dan
kesepadanan antara keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja
dengan kebutuhan tenaga kerja perusahaan. Semakin besarnya
ketidakcocokan antara tenaga kerja dengan perusahaan, maka
akan semakin rendah tenaga kerja tersebut diterima bekerja. Hal itu
dapat meningkatkan pengangguran dan menjadi permasalahan
ketenagakerjaan lain. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini
Indonesia mengalami peningkatan dalam hal pertumbuhan
lapangan kerja, namun tetap saja pencari kerja lebih banyak.
Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase
terbesar adalah sektor industri pengolahan yakni 0,65 persen,
sedangkan lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan
terbesar yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan 1,43
persen.

Kewirausahaan | 5
Tiga masalah ketenagakerjaan yang paling sering terjadi di
wilayah Indonesia, antara lain:

1) Banyaknya Pengangguran; disebabkan karena tingginya jumlah


penduduk dan tidak diikuti dengan lapangan kerja yang cukup,
permasalah ini merupakan yang paling utama di Indonesia.
Begitu juga dengan rendahnya kualitas tenaga kerja dan
pertumbuhan ekonomi yang menjadi faktor utama dalam
timbulnya masalah ini.

2) Lapangan Kerja yang Rendah; timbul akibat jumlah angkatan


kerja yang produktif tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang disediakan. Hal ini menjadi salah satu pemicu
masalah pengangguran.

3) Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah; tingkat pendidikan yang


rendah karena kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia
tergolong rendah menyebabkan ketidakmampuan untuk
meraih pendidikan yang tinggi.

Permasalahan berikutnya yang dihadapi dalam


ketenagakerjaan Indonesia adalah persaingan global tenaga
kerja. Hadirnya Tenaga Kerja Asing (TKA) ke Indonesia menjadi tidak
terbendung sebagai dampak dari kesepakatan dari perdagangan
bebas (free trade). Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker)
mencatat, jumlah tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia sebanyak
73.011 orang pada semester I/2023. Jumlah itu lebih rendah 25,84%
dibandingkan pada periode yang sama setahun sebelumnya
sebanyak 98.446 orang.

Kewirausahaan | 6
Gambar 3. Perkembangan TKA di Indonesia Tahun 2013- Semester I 2023

Menurut jenis usahanya, TKA yang bekerja di sektor jasa


sebanyak 37.640 orang. Kemudian, TKA yang bekerja di sektor
industri sebanyak 33.407 orang. Sementara, 1.964 TKA bekerja di
sektor pertanian dan maritim. Berdasarkan level jabatannya,
sebanyak 37.594 TKA di Indonesia memiliki level jabatan profesional.
Posisinya diikuti advisor/konsultan dengan jumlah TKA sebanyak
16.050 orang. Ada pula, 13.896 TKA dengan jabatan manager di
Indonesia. Sedangkan, TKA yang menduduki jabatan direksi dan
komisaris masing-masing sebanyak 5.102 orang dan 369 orang.
Lebih lanjut, China menjadi penyumbang TKA di Indonesia
terbanyak mencapai 33.072 orang pada semester I/2023.
Kemudian, 7.779 TKA berasal dari Jepang.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia beberapa hal


yang menjadi alasan penggunaan tenaga kerja asing,
diantaranya:

Kewirausahaan | 7
a) kondisi pasar dalam negeri;
b) kebutuhan investasi;
c) kesepakatan internasional; dan
d) liberalisasi kerja pasar bebas

Hal yang tidak dapat dihindarkan dengan kehadiran dari TKA


adalah intensitas tingkat persaingan ketenagakerjaan yang
semakin meningkat. Persaingan tidak hanya di bidang prestasi saja,
namun juga pengembangan teknologi, pendidikan, perdagangan,
transportasi dan lain sebagainya. Kompetisi yang tinggi membuat
setiap negara harus mengembangkan potensi yang dimilikinya dan
berupaya dengan keras untuk dapat bertahan di dunia
internasional dan dengan negara-negara lain.

1.3 Tenaga Kerja Asing dan Dampaknya Pada Ketenagakerjaan

Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia membawa


dampak yang sangat besar pada sektor ekonomi, industri dan
yang paling berdampak atas keberadaan TKA adalah tenaga kerja
Indonesia atau lokal.

Keberadaan TKA di Indonesia tidak selamanya membawa


dampak negatif, tetapi TKA juga memilki dampak positif (Abduh,
2020). Beberapa dampak positif yang timbul karena adanya
tenaga kerja asing di Indonesia antara lain sebagai berikut:

a. Masuknya ilmu dan teknologi baru di sebuah bidang pekerjaan


Dengan adanya tenaga kerja asing, maka kita akan
mendapatkan ilmu baru di sebuah bidang pekerjaan. Ilmu baru
ini bisa kita dapatkan dari tenaga kerja asing yang mungkin
biasa dilakukan di negara asalnya. Dengan adanya ilmu baru ini
maka menambah inovasi di Indonesia. Tidak hanya ilmu baru
saja, namun juga teknologi baru. Tenaga kerja asing membawa

Kewirausahaan | 8
teknologi yang digunakan dari negara asalnya untuk diterapkan
di Indonesia. Hal ini akan sangat menguntungkan apabila
tenaga kerja asing berasal dari negara maju di bidangnya.

b. Pengembangan SDM menjadi lebih cepat


Pengembangan suatu bidang pekerjaan sangat didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan ahli. Penggunaan
tenaga kerja asing yang sudah berpengalaman di suatu bidang
akan dapat menjadi sarana pengembangan yang baik di suatu
bidang pekerjaan, serta dapat terjadinya transfer pengalaman
yang baik ditularkan untuk orang- orang lokal Indonesia.

c. Mempercepat terjadinya adopsi teknologi baru


Adopsi teknologi akan mudah dilakukan apabila ada tenaga
yang ahli di bidangnya. Teknologi dari negara maju akan
mudah dilakukan apabila didukung oleh seseorang yang
berpengalaman, apalagi dari negara asal teknologi tersebut.

d. Terjadinya peningkatan investasi di Indonesia


Dengan adanya tenaga kerja asing yang datang di Indonesia
maka diperkirakan akan adanya peningkatan investasi di
Indonesia. Hal ini juga didapatkan dari hasil perekrutan tenaga
kerja asing tersebut.

e. Memicu produktivitas tenaga kerja lokal


Persaingan tenaga kerja asing dan lokal pastinya akan memicu
semangat tenaga kerja lokal untuk terus memacu dirinya agar
dapat tetap bertahan dalam persaingan.

Adanya peraturan pemerintah mengenai penggunaan tenaga


kerja asing memang menuai banyak kotroversi di kalangan
masyarakat. Hal ini karena mempertimbangkan kemungkinan

Kewirausahaan | 9
dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari masuknya tenaga kerja
asing di Indonesia antara lain sebagai berikut:

a. Mempersempit kesempatan kerja tenaga kerja lokal


Dampak negatif masuknya tenaga kerja asing yang paling
terasa adalah terasa menyempitnya lapangan pekerjaan di
dalam negeri. Hal ini karena jumlah tenaga kerja akan
bertambah banyak. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan
usaha di dalam negeri maka lapangan pekerjaan akan terasa
semakin sempit.

b. Menjadi ancaman bagi tenaga kerja lokal yang tidak memiliki


keterampilan lebih
Kedatangan tenaga kerja asing ke Indonesia menjadi ancaman
tersendiri bagi tenaga kerja lokal, terlebih yang tidak
mempunyai keterampilan sama sekali. Jika tidak diasah, maka
tenaga kerja lokal tidak akan bisa bersaing dengan tenaga
kerja asing.

c. Menimbulkan peluang pengangguran


Hadirnya tenaga kerja asing apabila tidak diimbangi dengan
penambahan lapangan pekerjaan maka hanya akan
menimbulkan banyak pengangguran. Sebagai satu solusi maka
penambahan lapangan pekerjaan harus pula dilakukan.

Kewirausahaan | 10
BAB 2
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM
MEMBANGUN JIWA KEWIRAUSAHAAN

Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia.


Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut tingkat pengangguran di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Termasuk
penggangguran dari lulusan Perguruan Tinggi (PT). Masalah klasik
berupa pengangguran ini tampaknya harus menjadikan PT perlu
segera bertindak cepat dengan memberikan wawasan lulusannya
untuk siap kerja atau berwirausaha. Harapannya lulusan tidak lagi
menjadi pencari kerja, namun lulusannya diharapkan mampu
membuat lapangan kerja dengan berwirausaha. Diharapkan
kampus tidak hanya meluluskan generasi pencari kerja dengan
mengandalkan IPK (indek prestasi komultif) setinggi-tinginya saja.
Namun harus bisa menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan
lapangan pekerjaan atau wirausaha mandiri.

2.1 Angka Rasio Kewirausahaan Indonesia

Jumlah wirausahawan di Indonesia saat ini masih jauh


dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia,
Thailand, dan juga Singapura. Saat ini rasio wirausaha di dalam
negeri masih sekitar 3,1 persen dari total populasi penduduk.
Malaysia dan Thailand saat ini rasio tingkat kewirausahaanya sudah
berada di sekitar 4,74 persen dan 4,26 persen. Sedangkan,
Singapura menjadi yang tertinggi yakni sebesar 8,76 persen.
Kewirausahaan | 8
Sesungguhnya Indonesia saat ini membutuhkan sedikitnya 4 juta
wirausaha baru untuk turut mendorong penguatan struktur
ekonomi.

Malaysia;
4,74%
Negara Maju;
12% Thailand;
4,26%

Singapura;
Indonesia; 8,76%
3,10%

Gambar 4. Perbandingan Rasio Kewirausahaan

Oleh sebab itu PT memiliki peran penting untuk mendorong dan


meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia. Jadi, lulusan PT
itu harus disiapkan menjadi job creator bukan sebagai job seeker.
Kurangnya wirusahawan ini bisa berakibat pada jumlah lapangan
pekerjaan yang tidak sebanding dengan pencari kerja. Perguruan
tinggi, merupakan wadah yang tepat untuk menjadikan generasi
muda yang cerdas komprehensif. PT harus melakukan tranformasi
pendidikan agar nantinya, ke depannya ditahun 2025 penduduk
Indonesia lebih kompeten di usia produktifnya.

2.2 Perjalanan Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan di PT

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa


per Februari 2022, tingkat pengangguran Indonesia tercatat
sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja sejumlah 208,54
juta orang. Fakta yang mencengangkan, bahwa dari 5,83 persen
Kewirausahaan | 9
pengangguran tersebut hampir 14,0 persen adalah penduduk
lulusan jenjang diploma dan sarjana (S1). Ini merupakan sebuah
ironi. Penduduk yang notabene mengenyam pendidikan tinggi
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak justru banyak dari
mereka yang menganggur. Setiap tahunnya terdapat ribuan
lulusan sarjana yang menyelesaikan pendidikan mereka secara
bersamaan. Akan tetapi, ini tidak diikuti oleh banyaknya lowongan
kerja di berbagai industri.

Banyaknya jumlah pengangguran di antaranya adalah akibat


dari lowongan kerja yang sangat terbatas. Jumlah lowongan
terbatas tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para sarjana
baru. Mereka harus bersaing dengan ribuan job seeker lainnya
yang juga mencari pekerjaan dan membangun karir di bidang
tertentu.

Gambar 5. Perkembangan Jumlah Pengangguran Tahun 2020 - 2022

Faktor lain yang mendorong terjadinya pengangguran pada


lulusan perguruan tinggi, antara lain karena:

Kewirausahaan | 10
a) Adanya ketidak sesuaian antara keterampilan berdasarkan
jenis pekerjaan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan
(Handayani, 2015). Adanya kesenjangan antara sistem
pendidikan dengan dunia kerja di Indonesia yaitu lulusan
yang dihasilkan perguruan tinggi tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan pengguna kerja.

b) Relatif rendahnya upah yang ditawarkan pada satu sisi dan


di isi lain adanya “reservation wage” para pencari kerja
yang relatif tinggi. Seorang pencari kerja yang memiliki
human capital investment yang besar cenderung
mempunyai aspirasi terhadap pekerjaan yang tinggi, yang
berdampak pada reservation wage yang tinggi, sehingga
menyulitkan mereka mendapatkan pekerjaan di pasar kerja
(Brown & Taylor, 2009).

c) Perubahan struktural bukan hanya perubahan demografi,


tetapi juga efisiensi penggunaan tenaga kerja sebagai
akibat inovasi teknologi, fragmentasi geografis dan mata
rantai global (hasil penelitian McKinsey, UNESCO, dan ILO
Tahun 2008).

Fenomena terbatasnya lowongan pekerjaan memang telah


menjadi kondisi tersendiri sejak lama. Olehsebab itu, lulusan PT
hendaknya harus memiliki mindset yang dengan paradigma baru
dimana ketika lulus mahasiswa tidak memposisikan diri sebagai job
seeker saja tetapi menjadi job creator. Artinya, para lulusan PT harus
mampu membuka lapangan pekerjaan paling tidak untuk
membuka peluang kerja bagi dirinya sendiri. Bahkan jika
memungkinkan para lulusan PT diharapkan mampu menciptakan
peluang kerja bagi masyarakat untuk bisa mengurangi jumlah

Kewirausahaan | 11
pengangguran yang terus menerus bertambah setiap tahunnya.
Cara berfikir lulusan PT yang hanya menunggu kesempatan kerja
yang diciptakan oleh orang lain akan menjadikan para lulusan PT
tidak akan bisa menjadi pribadi yang berani dan berani menerima
tantangan apapun.

Untuk menumbuhkan kesadaran dan mendorong mahasiswa


agar memiliki jiwa kewirausahaan dan mau berwirausaha dapat
dilakukan dengan cara:

▪ Pertama, inkubator bisnis perlu didirikan di PT. Sebagai wadah


mahasiswa untuk belajar bersama membentuk mentalitas bisnis,
kehadirannya harus ada. Tuntutan nyata Perguruan Tinggi
adalah pendidikan untuk pengembangan organisasi di luar
kampus dengan melalui laboratorium atau pelembagaan
inkubator bisnis dan pengembangan startup companies.
Lembaga ini akan melahirkan lulusan sarjana, organisasi baru
dan perusahaan rintisan, sehingga Perguruan Tinggi menjadi
simpul dari jaringan perusahaan (companies’ network).

▪ Kedua, memberikan mata kuliah wajib tentang kewirausahaan


dengan model ‘Best Parctice’. Para mahasiswa di encourage
agar bisa untuk mencoba mengimplementasikan apa yang
mereka terima di kelas untuk dipraktikkan secara langsung.
Bahkan melibatkan mahasiswa dalam usaha-usaha yang
dijalankan kampus.

▪ Ketiga, jika biasanya pada saat prosesi wisuda yang diberikan


penghargaan adalah wisudawan tertinggi IPK nya dan
wisudawan termuda, maka perlu ditampilkan juga wisudawan
yang sudah berkontribusi pada masyarakat. Misalnya

Kewirausahaan | 12
"entrepreneur awards" untuk merangsang mahasiswa
berwirausaha.

▪ Keempat, mengadakan kompetisi wirausaha dan kuliah umum


dengan mendatangkan para pakar dan para wirausaha sukses
terkini. Kelima, mengadakan program pengabdian masyarakat
berbasis kewirausahaan, misalnya Kuliah Kerja Nyata (KKN)
berbasis kewirausahaan. Juga menjalin kerja sama dengan
dunia perbankan/lembaga keuangan, pelaku UKM serta
pengusaha untuk membina dan mengasah jiwa wirausaha
mahasiswa. Bahkan bisa saja menggandengnya sebagai mitra
usaha.

Dalam konteks universitas era revolusi generasi keempat


(Enterpreneuial University), PT terus berupaya untuk mendorong
tumbuhnya iklim berusaha mandiri dalam format industri kreatif
berbasis digital. Selain itu harus mampu menciptakan lapangan
kerja dan berkontribusi mengatasi kemiskinan. Perguruan tinggi,
merupakan wadah yang tepat untuk menjadikan generasi muda
yang cerdas komprehensif. Suharti dan Sirine, mengungkapkan
bahwa salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan
kewirausahaan di suatu negara terletak pada peranan universitas
melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan (Suharti &
Sirine, 2011). Untuk menciptakan itu semua PT perlu memberikan
mata kuliah tentang kewirausahaan, namun materi yang diberikan
bukan hanya sebatas teori saja tapi juga prakteknya juga. Cara
lainnya, bisa juga mengundang para praktisi kewirausahaan yang
disisipkan ke mata kuliah kewirausahan. Paling tidak cara ini dapat
membuka peluang mahasiswa untuk bisa berkontribusi dalam
mencipatakan generasi muda yang cerdas dan komprehensif.

Kewirausahaan | 13
2.3 Desain Program Pendidikan Kewirausahaan di PT

Menurut Fatoki bahwa pendidikan kewirausahaan menjadi


faktor penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan
keinginan, jiwa dan prilaku berwirausaha dikalangan generasi
muda karena pendidikan merupakan sumber sikap dan niat
keseluruhan untuk menjadi wirausahawan sukses dimasa depan
(Fatoki, 2014). Nursito dan Nugroho, menyatakan bahwa
pendidikan kewirausahan memiliki peran yang sangat penting
dalam kegiatan kewirausahaan (Nursito & Nugroho, 2013).
Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan
perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausaha
(entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih
berwirausaha sebagai pilihan karir (Lestari & Wijaya, 2012).

Gambar 6. Desain Program Pengembangan Kewirausahaan di PT

Kewirausahaan | 14
Hasil penelitian dari para peneliti membuktikan bahwa
keberhasilan dari program pengembangan kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap penambahan pengetahuan
kewirausahaan, dan peningkatan kemampuan kewirausahaan
serta pembentukan mental kewirausahaan bagi mahasiswa.
Pembelajaran mata kuliah kewirausahaan dilihat dari faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik, ternyata secara keseluruhan mampu
mempengaruhi minat mahasiswa menjadi wirausahawan (Hermina,
Novieyana, & Zain, 2011). Selain itu, dukungan dari keluarga,
dukungan dari masyarakat juga menarik minat berwirausaha,
Sebagian besar juga berpendapat bahwa kondisi peluang bisnis
sangat mendukung minat untuk menjadi wirausaha, Peran
pembelajaran memberikan pengaruh kepada mahasiswa untuk
memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai, jiwa, sikap, dan
perilaku sehingga mampu menumbuhkan pemikiran dan
karakteristik wirausaha dan hal ini mendukung minat mereka
menjadi wirausaha.

Kewirausahaan | 15
BAB 3
KEWIRAUSAHAAN DALAM
PERSPEKTIF KEILMUAN DAN KONSEP

Pada awalnya pengembangan keterampilan kewirausahaan


tidak begitu diperhatikan karena lulusan perguruan tinggi pada
masa lalu dapat melamar berbagai macam pekerjaan yang telah
tersedia. Bahkan pada beberapa dekade yang lalu pemilik
perusahaan banyak yang mencari calon pegawainya pada
perguruan tinggi untuk dipekerjakan di perusahaannya. Namun
saat ini semuanya telah berubah, banyak lulusan perguruan tinggi
yang bekerja serabutan, selain itu banyak pula lulusan perguruan
tinggi tidak mendapatkan pekerjaan atau menganggur.

Kewirausahaan (enterpreneurship) adalah suatu disiplin ilmu


yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara
memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin
dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu
tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam
bentuk penerapan kreativitas dan keinovasian. Kewirausahaan
merupakan hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di
pasar. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan (body of
knowledge) yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori, konsep, dan

Kewirausahaan | 14
metode ilmiah yang lengkap. Seperti dikemukakan Thomas W.
Zimmerer (Zimmerer, 2008):

“Enterpreneurship is the result of disciplined, systematic


procces of applying creativity and innovations to need and
opportunities in marketplace”.

3.1 Perkembangan Disiplin Ilmu Kewirausahaan

Kewirausahaan mulai dikenal secara populer pada awal Abad


ke-18. Pada 1755, seorang berkebangsaan Irlandia bernama
Richard Cantillon yang berdiam di Prancis merupakan orang
pertama yang menggunakan istilah “wirausahawan” dalam
bukunya Essai sur la Nature du Commerce en Generale (1755),
beliau menjelaskan wirausahawan adalah seseorang yang
menanggung risiko. Pada awalnya, istilah wirausahawan
merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di
daerah-daerah yang kemudian menjualnya dengan harga yang
penuh dengan ketidakpastian. Itulah sebabnya, disebut berani
menghadapi risiko atas ketidakpastiannya.

Meskipun saat ini banyak sekali ahli yang mengartikam


“wirausahawan” dan “kewirausahawan” dalam versi yang
berbeda-beda, akan tetapi pendapat Schumpeter pada 1912
masih relevan dan banyak diikuti berbagai kalangan. Menurut
Schumpeter, wirausahawan tidak selalu berarti pedagang atau
manajer, tetapi juga seorang yang unik yang memiliki keberanian
dalam mengambil risiko dan memperkenalkan produk-produk
inovatif serta teknologi baru ke dalam perekonomian. Dengan
tegas, Schumpeter membedakan antara proses penemuan
dengan inovasi. Menurut Schumpeter, hanya sedikit pengusaha
yang dapat melihat ke depan dan inovatif yang dapat merasakan

Kewirausahaan | 15
potensi penemuan baru dan memanfaatkannya. Setelah inovasi
tersebut berhasil diperkenalkan oleh wirausahawan pengusaha lain
mengikutinya sehingga produk dan teknologi baru tersebut
tersebar dalam kehidupan ekonomi.

Kewirausahaan awalnya dipandang sebagai kemampuan


yang dilahirkan dari pengalaman langsung di lapangan dan
merupakan bakat yang dibawa sejak lahir sehingga
kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang,
kewirausahaan bukan hanya mengenai urusan lapangan dan
bakat bawaan, tetapi juga merupakan disiplin ilmu yang dapat
dipelajari dan diajarkan. Kewirausahaan bukan hanya bakat
bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga
dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat
kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui
pendidikan. Kewirausahaan dalam konteks ilmu adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability)
dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin
dihadapinya (Suryana, 2001).

Sejak awal Abad ke-20, kewirausahawan sudah diperkenalkan


dan dipelajari di beberapa negara, misalnya di Belanda di kenal
dengan “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan
“unternehmer”. Selain itu, di berbagai negara kewirausahaan
memiliki banyak tanggung jawab, antara lain tanggung jawab
dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan
teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal,
perekrutan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan
iklan, dan lain-lain. Pada 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai

Kewirausahaan | 16
dirintis di beberapa Negara, seperti di Eropa, Amerika, dan Kanada.
Bahkan, semenjak 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan
kewirausahaan, manajemen usaha kecil (small bussiness
management), atau manajemen usaha baru (new venture
management). Pada 1980-an, hampir 500 sekolah di AS
memberikan pendidikan kewirausahaan.

Sekarang di Indonesia, pendidikan kewirausahaan sudah


dipelajari di berbagai sekolah di perguruan tinggi. Mereka yang
berhasil menjadi wirausahawan adalah orang-orang yang
mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkannya untuk
menangkap peluang serta mengorganisasikan usaha dalam
mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi
wirausahawan yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi
juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha
yang akan ditekuninya.

3.2 Konsep Kewirausahaan

Mengetahui dan memahami pengertian kewirausahaan atau


entrepreneurship sangat penting sebelum mengetahui dan
memahami hal-hal operasional terkait dengan kewirausahaan.
Dengan mengetahui dan memahami pengertian kewirausahaan,
maka kita akan mengetahui dan memahami filosofi dari
kewirausahaan itu. Kata “entrepreneur” berasal dari bahasa
Perancis: “entre” berarti antara dan “prendre” berarti mengambil.
Jadi, “entrepreneur” adalah orang yang berani mengambil risiko
dan memulai sesuatu yang baru (inovasi). Menurut kamus bahasa
Indonesia dalam Purnomo (1999), wira berarti pejuang atau
pahlawan sehingga wira cenderung pada watak, semangat,
pelopor, kepribadian maju, manusia teladan untuk mampu berdiri

Kewirausahaan | 17
sendiri. Wirausaha berarti pelopor yang melakukan usaha di bidang
ekonomi, seperti usaha agraris, pemasaran, manufaktur, maupun
jasa.

Istilah entrepreneur berasal dari bahasa Prancis Enterpriser yang


artinya pengusaha, dipopulerkan pertama kali oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri istilah wirausahawan telah
di kenal sejak abad ke-16, sedangkan di Indonesia baru dikenal
pada akhir abad ke-20. Peter F. Drucker mengemukakan konsep
kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang
melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata
dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Thomas W.
Zimmerer mengemukakan kewirausahaan adalah penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Maka dari itu
para wirausahawan akan berhasil apabila berpikir dan melakukan
sesuatu yang baru,atau sesuatu yang lama dikerjakan dengan
cara yang baru.

Sesuai dengan perkembangannya, konsep kewirausahaan


memiliki beberapa konsep dan ciri-ciri khusus, seperti memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(kreativitas dan inovasi), mengorganisasi, menanggung risiko,
berorientasi hasilm selalu menciptakan peluang, kepuasan pribadi,
dan kebebasan. Konsep dan ciri-ciri kewirausahaan tersebut tentu
saja tidak hanya terdapat dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam
berbagai konteks dan bidang selain bisnis, seperti institusi
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, penelitian, hukum, arsitektur,
teknik, pekerjaan sosial, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

Kewirausahaan | 18
Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan
usaha ventura (venture start-up) dan perkembangan usaha
(venture-growth), ini jelas tidak termasuk dalam kerangka bidang
materi manajemen umum (framework general management
course) yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan
usaha (bussiness ownership). Kewirausahaan merupakan disiplin
ilmu yang memiliki objek tersendiri yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create
new different things). Kewirausahaan merupakan alat untuk
menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan atau
kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

a. Pada 1994, Peter F. Drucker mendefinisikan kewirausahaan


sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
b. Definisi tersebut secara lebih luas dikemukakan oleh Robert
Hisrich (1995), yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah
proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan
nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti
penggunaan uang, fisik, risiko, dan kemudian menghasilkan
balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
c. Thomas W. Zimmerer (1996: 51) yang mengungkapkan bahwa
kewirausahaan merupakan proses penerapan kreativitas dna
inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari peluang
yang dihadapi setiap orang dalam setiap hari. Kewirausahaan
adalah proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah pada
barang dan jasa serta kemakmuran. Tambahan nilai dan
kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausahawan yang
memiliki keberanian menanggung risiko, menghabiskan waktu
serta menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Barang
Kewirausahaan | 19
dan jasa yang dihasilkan oleh wirausahawan tidak selalu barang
baru tetapi memiliki nilai yang baru dan berguna.
d. Longenecker, dkk. (2001), menyatakan bahwa wirausaha
adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas.
Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan
pada perekonomian kita berasal dari para wirausaha yang
memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi.

3.3 Objek Studi Kewirausahaan

Objek studi kewirausahaan adalah kemampuan, yaitu


kemapuan merumuskan tujuan hidup, kemampuan memotivasi diri,
kemampuan berinisiatif, kemampuan membentuk modal,
kemampuan mengatur waktu, dan kemampuan membiasakan diri
untuk belajar dari pengalaman. Oleh sebab itu, Objek studi
kewirausahaan adalah kemampuan, sifat-sifat, nilai-nilai, dan
kepribadian seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.

Objek studi kewirausahaan meliputi kemampuan seseorang


dalam hal-hal sebagai berikut.

1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam


merumuskan tujuan hidup/usaha diperlukan adanya
perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan
diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi
kemauannya.
2) Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu
tekad kemauan yang besar.

Kewirausahaan | 20
3) Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang
baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa berinisiatif.
4) Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya
cipta) dan setelah dibiasakan berulang-ulang akan
melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan
dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau
kombinasi yang baru yang dapat dijadikan perangkat
dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran
masyarakat.
5) Kemampuan membentuk modal material, sosial, dan
intelektual.
6) Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu
untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui
kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan.
7) Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8) Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil
hikmah dari pengalaman yang baik ataupun menyakitkan

Kewirausahaan | 21
BAB 4
FUNGSI DAN PERAN KEWIRAUSAHAAN DALAM
PEREKONOMIAN NASIONAL

Seiring dengan perkembangan ekonomi global yang disepekati


oleh semua negara di dunia melalui WTO (World Trade
Organization) yang diikuti dengan berbagai macam bentuk kerja
sama antar kawasan seperti APEC, AFTA dan bahkan sekarang kita
akan memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) ini menjadi
peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia dalam
memacu pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan
kesejahteraan agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Untuk
menjawab tantangan dan kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi
Indonesia agar bisa bersaing dengan negara lain, maka
pemerintah perlu memberikan kemudahan-kemudahan fasilitas
dan regulasi serta pendidikan dan keterampilan dan mendorong
masyarakat untuk berjiwa wirausaha (enterpreneurship) sehingga
masyarakat dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Jumlah pelaku usaha di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir,


mengalami pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data BPS,
bahwa jumlah wirausaha beroperasi sejak tahun 2016 – 2018
mencapai 8,97 persen.untuk wilayah perkotaan sangat besar
dibandingkan di wilayah pedesaan. Persentase kegiatan wirausaha

Kewirausahaan | 21
di perkotaan mencapai 87,0 persen lebih, sedangkan untuk wilayah
pedesaan, hanya berkisar pada 12,0 persen lebih. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah wirausaha didominasasi
oleh masyarakat kota. Jumlah pengusaha berdasarkan gender,
masih didominasi oleh pengusaha laki-laki dengan persentase
sebesar 64,98 persen, sementara pengusaha wanita (woman
entrepreneur) hanya berada pada kisaran 35,02 persen.

87,0%

64,98%

Perkotaan
Pedesaan
35,02%
Laki-Laki
Perempuan

12,0%

Gambar 7. Komposisi Kewirausahaan di Indonesia

4.1 Fungsi Kewirausahaan untuk Perekonomian Nasional


Secara umum, wirausaha memiliki dua fungsi pokok. Pertama,
fungsi makro, wirausaha dalam hal ini menjalankan fungsinya
sebagai innovator di dalam menggerakkan, mengendalikan,
menciptakan kemakmuran, menciptakan lapangan kerja baru,
dan mendorong peningkatan perekonomian negara. Kedua, fungsi
mikro, wirausaha memiliki fungsi sebagai perencana ide-ide baru,
innovator dalam ketidakpastian dan menghadapi risiko,
menciptakan nilai tambah, dan mengombinasikan sumber-sumber

Kewirausahaan | 22
daya untuk kemajuan usahanya (Sudirman et al., 2023;
Jamaaluddin, 2018).

Beberapa fungsi kewirausahaan bagi perekonomian nasional


dapat diuraikan sebagai berikut ini:

a. Menciptakan lapangan kerja; Usia produktif dalam populasi


penduduk yang banyak, sementara lapangan kerja terbatas,
dimanfaatkan oleh sebagian orang sebagai peluang untuk
membuka usaha. Usaha kecil menengah menjadi wadah
penciptaan lapangan kerja baru, yang dapat mengurangi
angka pengangguran.
b. Mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi; Perkembangan
wirausaha, mengatasi kesenjangan yang terjadi dalam
masyarakat, terutama kesenjangan sosial dan ekonomi
dapat diminalisir, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara
masyarakat yang berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan
rendah.
c. Kesempatan produksi; Peluang untuk menghasilkan produk
baru yang berbeda dan menghasilkan nilai tambah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
d. Memperkokoh perekonomian bangsa; Kegiatan wirausaha
memberi pulang bagi para pengusaha dalam mengelola
sumber daya alam secara tepat, yang dapat
mendatangkan keuntungan bisnis, karyawan, dam
masyarakat luas
e. Pengentasan kemiskinan; Membuka sebuah usaha, memberi
pelang bagi masyarakat yang tidak berpenghasilan, untuk
bekerja, sehingga tercipta masyarakat yang adil dan
makmur.

Kewirausahaan | 23
f. Meningkatkan pendapatan nasional; Menciptakan suatu
produk (barang & jasa) memberi kontribusi positif terhadap
peningkatan pendapatan nasional.
g. Mengurangi angka pengangguran; Mendirikan usaha, dapat
menyerap tenaga kerja dari kegiatan wirausaha yang
dilakukan, dari kegiatan tersebut, tercipta lapangan kerja,
sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran.

Fungsi kewirausahaan perlu diperhatikan di dalam


berwirausaha sebagai pertimbangan untuk pengembangan bisnis.
Dalam upaya mengembangkan bisnis ini, pengusaha harus
mengimplementasikan fungsi-fungsi tersebut dengan tepat, agar
tujuan dapat dicapai dengan mudah.

4.1 Peran Kewirausahaan untuk Perekonomian Nasional


Secara terpisah pengaruh kewirasuahaan pada Negara
berkembang dan maju berbeda. Negara berkembang memiliki
lebih banyak populasi yang menjalankan perusahaan kecil yang
baru lahir daripada di negara maju, peningkatan marginal dalam
tingkat kewirausahaan di negara berkembang memiliki efek positif
pada pertumbuhan perekonomiannya. Sebaliknya, di negara maju,
tidak ada pertumbuhan karena di negara maju secara
keseluruhan, kewirausahaan sekarang mendekati tingkat optimal,
sedangkan di negara berkembang yang terjadi sebaliknya (Prieger
et al., 2016).

Peran penting kewirausahaan dalam dinamika perekonomian


dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, pertumbuhan ekonomi dan
upaya mengembangkan wirausaha di berbagai sektor, untuk
meningkatkan daya beli masyarakat. Kedua, upaya pemerintah
untuk meningkatkan kepuasan masyarakat melalui layanan publik

Kewirausahaan | 24
yang berkualitas (Khamimah, 2021). Dalam perkembangan
ekonomi di Indonesia, peran kewirausahaan sangat penting yang
berkaitan dengan pengembangan usaha untuk merangsang daya
beli masyarakat, menciptakan kemakmuran, menggunakan faktor-
faktor produksi (tanah, teknologi, peralatan, SDM, informasi),
memanfaatkan peluang yang ada, memberikan manfaat
terhadap masyarakat umum, meningkatkan efisiensi, dan
sebagainya.

Peran Kewirausahaan makin penting akibat dari dinamika


perkembangan ekonomi. Khususnya berkaitan dengan pentingnya
(1) pertumbuhan ekonomi dan pengembangan bisnis untuk
meningkatkan daya beli masyarakat dan kemakmuran, dan (2)
kemampuan pemerintah untuk mencapai kepuasan memberikan
layanan publik. Dalam perkembangannya, kewirausahaan telah
terbukti mampu memberikan kontribusi yang sangat nyata dan
penting untuk membangun kedua hal ini. Menurut Yusof, Permula
dan Pangil (2005) dalam Frinces (2010) ada empat alasan
mengapa pengusaha (entrepreneurs) penting dalam masyarakat.
Empat alasan itu adalah:

1) Untuk mendayagunakan faktor-faktor memproduksi seperti


tanah, modal, teknologi, informasi dan berbagai sumber
daya manusia (SDM) di dalam memproduksi tugas-tugas
yang efektif (producing effective tasks).
2) mengidentifikasi berbagai peluang didalam lingkungan
dengan meningkatkan aktivitas yang akan memberikan
manfaat kepada setiap orang (beneficial to everyone).
3) Memilih pendekatan terbaik ketika menggunakan semua
faktor produksi untuk meminimalkan pemborosan dalam

Kewirausahaan | 25
berbagai kegiatan wirausaha (meminimalkan pemborosan
dalam kegiatan wirausaha).
4) Untuk kemanfaatan generasi mendatang (benefit of the
future generation).

Pada dimensi yang lebih luas, kewirausahaan diperlukan karena


peran yang dimainkannya dalam mendinamisasi kegiatan ekonomi
keluarga, masyarakat, perusahaan regional dan milik negara, yaitu
melalui kemunculan pengusaha ekonomi baru, yang disebut
wirausaha. Menurut Frinces (2010), bentuk kegiatan bisnis baru yang
dimunculkan wirausaha meliputi.:

1. Memunculkan kegiatan bisnis baru, yaitu: a.) Impor dan


ekspor produk dan layanan, serta pertukaran ahli atau staf
teknis melalui kerjasama antar perusahaan. b.) Sebagai
produsen bahan baku, produsen produk dan jasa dan juga
berperan dalam menciptakan unit bisnis baru lainnya. c.)
Penciptaan pedagang perantara atau pengusaha pada
berbagai skala mikro, kecil dan menengah. d.) Munculnya
banyak pengusaha mikro dan kecil yang bertindak sebagai
agen perusahaan menengah atau besar. e.) Buat dinamika
dan strategi pemasaran baru bagi perusahaan untuk
memenangkan persaingan bisnis dengan menggunakan
berbagai bentuk media untuk promosi dan pemasaran. f.)
Munculnya berbagai jenis dan skala perusahaan atau
kegiatan bisnis, sebagaimana disebutkan di atas,
memberikan manfaat besar bagi masyarakat untuk mencari
pekerjaan, dan juga menyarankan bidang bisnis alternatif
untuk bisnis baru.

Kewirausahaan | 26
2. Memunculkan pembudayaan semangat persaingan bisnis
yang tinggi: a.) Membangun lingkungan kerja dan budaya
organisasi dan perusahaan yang mendorong pertumbuhan
kreativitas sumber daya manusia (SDM), kompetisi di antara
karyawan untuk kinerja, dan lebih sensitif terhadap kepuasan
serta antisipasi pelanggan dalam memecahkan masalah
yang dihadapi organisasi. b.) Untuk memenangkan
persaingan bisnis, pelaku bisnis harus memiliki daya saing
tinggi. Seorang pengusaha harus memiliki tingkat kreativitas
yang tinggi untuk menghasilkan berbagai inovasi baru, baik
dalam menciptakan produk dan layanan, dalam desain,
pengemasan dan kualitas, strategi dan pemasaran, dan
dalam mengelola keahlian dan teknologi.
3. Pemenuhan kebutuhan pasar dcngan cepat. Salah satu
watak atau perilaku wirausaha adalah kemampuanya
membaca kondisi pasar. Ini menjadi peluang mendapatkan
keuntungan

Kewirausahaan | 27
BAB 5
HAKEKAT DAN CIRI-CIRI KEWIRAUSAHAAN

5.1 Hakikat, Inti dan Rahasia Kewirausahaan


Pada hakikatnya kewirausahaan itu merupakan kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar ,kiat,dan sumberdaya
untuk menciptakan peluang agar meraih sukses dalam berusaha
atau hidup.Inti dari kewirausahaan menurut Drucker adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya
peluang.

Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di


pasar melalui proses kombinasi sumber daya dengan cara baru
dan berbeda menurut Zimmerer, nilai tambah tersebut diciptakan
dengan cara sebagai birikut:

1) Pengembangan teknologi baru


2) Penemuan pengetahuan baru
3) Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada
4) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan
barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya
yang lebih sedikit.

Kewirausahaan | 28
Rahasia kewirausahaan terletak pada kretivitas dan
keinovasian.Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide
dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan
menemukan peluang. Banyak sesuatu yang baru dan berbeda
yang dapat diciptakan oleh wirausahawan, seperti proses, metode,
barang-barang dan jasa-jasa. Sesuatu yang baru dan berbeda
inilah yang merupakan nilai tambah dan keunggulan. Menurut
Peter F.Drucker, kewirausahaan memiliki hakikat yang hampir sama
, yaitu merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada
seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia usaha nyata dan dapat
mengembangkannya dengan tangguh.

5.2 Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan:


1) Penuh percaya diri. Penuh keyakinan, optimis, berkomitmen,
disiplin, bertanggung jawab.

2) Memiliki inisiatif. Penuh energi, cekatan dalam bertindak dan


aktif.

3) Memiliki motif berprestasi. Berorientasi pada hasil dan


wawasan ke depan.

4) Memiliki jiwa kepemimpinan. Berani tampil beda, dapat


dipercaya, dan tangguh dalam bertindak.

5) Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan, dan


oleh karena itu menyukai tantangan.

Geoffrey G. Meredith, mengemukakan ciri-ciri dan watak


kewirausahaan sebagai ditampilkan pada Tabel 1 berikut :

Kewirausahaan | 29
Tabel 1. Karakteristik dan Watak Kewirausahaan

No Karakteristik Watak
1 Percaya diri dan Memiliki kepercayaan diri yang kuat,
optimis ketidak tergantungan terhadap orang
lain dan individualistis
2 Nerorientasi pada Kebutuhan untuk berprestasi,
tugas dan hasil berorientasi laba, mempunyai
dorongan kuat, energik, tekun dan
tabah, tekad kerja keras, serta
berinisiatif
3 Berani mengambil Mampu mengambil resiko yang wajar
resiko dan menyukai
tantangan
4 Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah
beradaptasi dengan orang lain, dan
terbuka terhadap saran dan kritik
5 Keorisinilan Inovatif, kre3atif, dan fleksibel
6 Berorientasi masa Memiliki visi dan perspektif terhadap
depan masa depan

M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan


karakteristik kewirausahaan sebagai berikut:

a. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab


atas usahausaha yang dilakukannya.

b. Preference for moderate risk, yaitu lebih risiko yang moderat,


artinya selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah
maupun yang terlalu tinggi.

c. Confidence in their ability to success, yaitu memiliki


kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.

Kewirausahaan | 30
d. Desire for immediate feedback, yaitu memiliki semangat dan
kerja keras untuk mewujudakan keinginannya demi masa
depan yang lebih baik.

e. High Level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerjakeras


untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang
lebih baik.

f. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif


dan wawawsan jauh ke depan.

g. Skill organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam


mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.

h. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai


prestasi dari pada uang.

Arthur Kurliloff dan John M. Mempil mengemukakan karakteristik


kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan prilaku kewirausahaan
sebagai berikut.

Tabel 2. Nilai dan Prilaku Kewirausahaan

No Nilai-nilai Prilaku
1 Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai
2 Risiko moderat Tidak melakukan spekulasi –
berdasarkan perhitungan yang matang
3 Melihat peluang Memanfaatkan setiap peluang dengan
sebaik mungkin
4 Objektivitas Melakukan pengamatan secara
langsung untuk memperoleh kejelasan
(berdasarkan fakta)
5 Umpan balik Menganalisis data kinerja, waktu untuk
memandu kegiatan
6 Optimisme Menunjukkan kepercayaan diri yang
besar, meskipun dalam kedaan yang
sulit
7 Uang Melihat uang sebagai sumber daya,

Kewirausahaan | 31
bukan sebagai tujuan
8 Manajemen Proaktif mengelola berdasarkan
perencanaan masa depan

Dari beberapa pandangan ahli tersebut, dapat disimpulkan


bahwa wirausahawan yang berhasil atau sukses pada umumnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

▪ Motif Berprestasi Tinggi; Seorang Wirausaha selalu berprinsip


bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk
menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha melakukan
sesuatu hal secara tidak asal-asalan, seklaipun hal tersebut
dapat dilakuakn oleh orang lain. Nilai prestasi adalah hal
yang justru membedakan antara hasil karyanya sebagai
seorang wirausaha dengan orang lain yang tidak memiliki
jiwa kewirausahaan.

▪ Perspektif ke Depan; Sukses adalah perjalanan, bukan


tujuan. Setiap saat mencapai target, sasaran atau impian,
maka segeralah membuat impian-impian baru yangdapat
memacu serta memberi semangat dan antusiasme kepada
kita untuk mencapainya. Apapun impian atau target kita,
ingat kunci SMART (specific, measurable, achieveable,
reality-based, time-frame), yang berarti harus sepesifik jelas,
trukur, dapat dicapai, berdasarkan realitas atau kondisi kita
saat ini, dan memiliki jangka waktu tertentu. Kreativitas Tinggi
Seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan
inovasi yang lebih dari non wirausaha.

▪ Sifat Inovasi Tinggi; Seorang wirausaha harus segera


menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk

Kewirausahaan | 32
mengembangkan bisnisnya. Inovasi diibaratkan sebagai
pilar-pilar yang menunjang kekukuhan hidup dan bisnis.
Setiap impian harus diikuti dengan inovasi sebagai kerangka
pengembangan, kemudian diikuti menejemen produk,
menejemen konsumen, menejemen arus kas, sistem
pengendalin, dan sebagainya.

▪ Komitmen Terhadap Pekerjaan; Menurut Sony Sugema,


terdapat tiga hal yang harus dimiliki seorang wirausaha yang
sukses, yaitu: mimpi, kerja keras, dan ilmu. Ilmu disertai kerja
keras tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa
tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti
seorang pertapa. Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu,
ibarat berlayar tanpa nahkoda, tidak jelas kemana arah
yang dituju. Hal ini yang menyebabkan seorang wirausaha
harus menancapkan komitmen yang kuat dalam
pekerjaannya.

▪ Memiliki Tanggung Jawab; Seorang wirausaha harus memiliki


komitmen sehingga melahirkan suatu tanggung jawab
terhadap apa yang dikerjakannya.

▪ Memiliki Kemandirian atau Ketidaktergantungan terhadap


Orang Lain. Orang yang mandiri adalah orang yang tidak
suka mengandalkan Orang lain namun justru
mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimiliki
sendiri.

▪ Keberanian Menghadapi Resiko; Seorang wirausaha harus


berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang
dihadapinya, semakin besar keuntungan yang diperolehnya.
Hal ini dikarenakan jumlah pemain semakin sedikit. Tetapi
Kewirausahaan | 33
resiko tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan
matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

▪ Selalu Mencari Peluang; Seorang wirausaha sejati mampu


melihat sesuatu dalam persepktif atau dimensi yang
berlainan pada satu waktu. Bahkan, ia juga harus mampu
melakukan beberapa hal dalam satu waktu. Kemampuan
inilah yang membuatnya piawai dalam menangani
berbagai persoalan yang dihadapi oleh perusahaan.

▪ Jiwa Kepemimpian; Untuk dapat mampu menggunakan


waktu dan tenaga orang lain mengelola dan
mengembangkan bisninya, seorang wirausaha harus
memiliki kemampuan dan semangat untuk
mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Hal ini dapat
dilakukan apabila kita mempunyai jiwa kepemimpinan yang
baik.

▪ Kemampuan Menejerial; Kemampuan menejerial seseorang


dapat dilihat dari tiga kemampuan, yaitu : (1) kemampuan
teknik, (2) kemampuan pribadi (personal), (3) Kemampuan
emosional.

▪ Kemampuan Personal; Seseorang yang berkeinginan untuk


menjadi seorang wirausaha harus memperkaya diri sendiri
dengan berbagai keterampilan personal.

Lebih lanjut, (Ramananda Singh & Rahman, 2013) meneliti


mengenai ciri-ciri yang dimiliki pengusaha sukses pengusaha yang
menjalankan usaha pengolahan makanan di wilayah Assam, India.
Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pengusaha
tersebut, bervariasi sesuai dengan kepribadian mereka. Hasil

Kewirausahaan | 34
penelitiannya menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian
pengusaha terdiri atas beberapa ciri yang dominan, antara lain: (1)
Kecerdasan; (2) Kreativitas; (3) Inovasi; (4) Self-efficacy; (5) Dedikasi;
(6) Locus of Control; (7) Risiko; (8) Ketidakpastian; (9) Komitmen; (10)
Ketangguhan; (11) Perencanaan; (12) Pengambilan keputusan; (13)
Fleksibilitas; (14) Orientasi pada tujuan.
Keempat belas ciri tersebut dijadikan indikator untuk mengukur
ciri-ciri kepribadian dari pengusaha sukses. Namun, setelah
dilakukan analisis lebih lanjut, di antara keempat belas ciri ini, hanya
lima indikator yang dominan, yaitu: inovasi, perencanaan yang
baik, kemampuan mengambil risiko, fleksibilitas, dan komitmen.
Studi yang dilakukan oleh Sopiana dan Sadjiarto pada tahun
2021 menggambarkan sepuluh karakteristik kewirausahaan yang
diadaptasi dari Sudrajad. Karakteristik ini membantu dalam
menjalankan suatu usaha untuk membangun kewirausahaan yang
sukses. Berikut adalah sepuluh karakteristik tersebut:
1. Percaya Diri:
Kepercayaan diri yang tinggi sangat penting dalam
menjalankan usaha. Pengusaha perlu mampu menghadapi
komplain dari konsumen dan situasi sulit dengan sikap yang
optimis.
2. Berorientasi Tugas pada Hasil:
Fokus pada tugas dan hasil dapat ditingkatkan melalui
hubungan tim yang kuat dan harmonis antara karyawan. Ini
mencakup kegiatan di luar jam kerja untuk memperkuat
kebersamaan.
3. Berani Mengambil Risiko:
Usaha yang sukses memerlukan kemampuan untuk menghadapi
risiko. Ini termasuk berani mengganti produk yang sudah tidak

Kewirausahaan | 35
diminati oleh pelanggan dengan produk baru yang lebih
menarik.
4. Kepemimpinan:
Kepemimpinan yang baik adalah contoh bagi yang
dipimpinnya. Pemimpin harus bijaksana, bertanggung jawab,
dan memberikan bimbingan kepada karyawan.

5. Berorientasi ke Masa Depan:


Kesuksesan dalam bisnis melibatkan adaptasi terhadap
perubahan zaman. Ini mencakup pengembangan produk baru
yang sulit ditiru oleh pesaing.
6. Kreatif dan Inovatif:
Dalam era digital, kreativitas dan inovasi sangat penting. Bisnis
harus menggunakan sistem pemasaran yang terkomputerisasi
dan terhubung dengan internet untuk tetap bersaing.
7. Kemandirian:
Mandiri dalam bisnis tidak berarti tidak melibatkan orang lain,
tetapi menunjukkan komitmen yang tinggi dan konsistensi dalam
mengambil keputusan bisnis.
8. Memiliki Tanggung Jawab yang Tinggi:
Pebisnis memiliki tanggung jawab besar terhadap seluruh aspek
bisnisnya, termasuk kebijakan dan produk yang dipilih.
9. Pandai Mencari dan Memanfaatkan Peluang:
Pengusaha harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang
dari berbagai sumber, seperti pengalaman, internet, dan media
sosial.
10. Memiliki Sikap Personal yang Baik:
Kemampuan personal mencakup semangat untuk belajar,
mencari informasi, berdiskusi dengan orang lain, dan

Kewirausahaan | 36
mendengarkan ide orang lain. Ini membantu dalam
menghadapi tantangan bisnis masa depan.

Kewirausahaan | 37
Kewirausahaan | 28
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, R. (2020). Dampak Sosial Tenagakerja Asing (TKA) Di Indonesia. SOSEK: Jurnal
Sosial dan Ekonomi, Vol. 1(1), 25-28.

BPS. (2020). Hasil Sensus Penduduk 2020. Jakarta: BPS-Kemendagri.

Brown, S., & Taylor, K. (2009). Reservation Wages, Expected wages and the duration of
Unemployment: evidence from British Panel data. United Kingdom: Department
of Economics, University of Sheffield.

Fatoki, O. (2014). The Entrepreneurial Intention of Undergraduate Students in South


Africa: The Influences of Entrepreneurship Education and Previous Work
Experience. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(7), 294-299.

Handayani, T. (2015). RELEVANSI LULUSAN PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA DENGAN


KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI ERA GLOBAL. Jurnal Kependudukan Indonesia,
Vol. 10(1), 53-64.

Hermina, U. N., Novieyana, S., & Zain, D. (2011). Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan
Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi
Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak. Jurnal Eksos, 7(2), 130 - 141.

Jamaaluddin, E. J. (2018). Peran Wirausaha Milenial Dalam Memajukan Perekonomian


Bangsa. Aasec, 1-5.

Kadarusman, Y. B. (2006). Makro Ekonomi Indonesia. PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA.

Lestari, R. B., & Wijaya, T. (2012). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat
Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI. Jurnal Ilmiah
STIE MDP, 1(2), 112-119.

Malik, N. (2016). Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia. UMM-Press.

Nursito, S., & Nugroho, A. S. (2013). Analisis Pengaruh Interaksi Pengetahuan


Kewirausahaan dan Efikasi Diri terhadap Intensi Kewirausahaan. Kiat Bisnis, 5(2),
148-158.

OECD. (2018). Survey Ekonomi OECD Indonesia.

Prieger, J. E., Bampoky, C., Blanco, L. R., & Liu, A. (2016). Economic Growth and the
Optimal Level of Entrepreneurship. World Development Vol.82, 95-109.

Sudirman, e. a. (2023). Kewirausahaan (Era Society 5.0). Bandung: Media Sains


Indonesia.

Suharti, L., & Sirine, H. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat
Kewirausahaan (Entrepreunial Intention). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 13(2), 124-134.

Kewirausahaan | 21
Zimmerer, T. W. (2008). Essentials of entrepreneurship and small business management.
New Jersey: Pearson Education.

Kewirausahaan | 22

Anda mungkin juga menyukai