Makalah Akidah
Makalah Akidah
k. Al-Ittihad
Al-Ittihad dalam tasawuf adalah tencapainya kesatuan wujud rohaninya dengan Tuhan.
Dengan hancurnya kesadaran diri (fana an nafs) yaitu kalam wujud jasmaniahnya tidak ada
atau tidak disadarinya lagi, maka yang akan tinggal adalah wujud rohaniahnya, dan pada saat
itulah ia dapat bersatu dengan Tuhan. Jadi tingkat ittihad yaitu satu tingkatan tasawuf ketika
seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Disinilah sufi telah mencapai tujuan
akhirnya sampai kepada Tuhan, bahkan bersatu dengan Tuhan. Dalam ittidah yang dapat
dilihat hanya satu wujud,tetapi sebenarnya ada dua wujud yang terpisah karena yang dilihat
dan dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad bisa terjadi pertukaran peran antara yang
mencintai dengan yang dicintai atau antara sufi dengan Tuhan.
Maqamat-maqamat yang biasanya dilalui oleh para sufi ternyata berbeda-beda. Perbedaan ini
terjadi karena masing-masing ahli sufi memiliki pengalaman rohani yang berbeda-beda ketika
menempuh tahapan-tahapan tersebut.
Berikut beberapa tentang jalan atau cara yang dilalui para sufi.
1) Abu Bakar Muhammad al-Kalabadi menyebutkan bahwa maqamat-maqamat yang
harus dilalui oleh para sufi melalui tahapan-tahapan berturut-turut adalah tobat, zuhud, sabar,
kefakiran, kerendahan hati, tawakal, kerelaan cinta, dan makrifah.
2) Abu Nashar al-Sarraj al-Thusi menyebutkan rangkaian terhadap maqamat ada tujuh
tahapan berturut-turut, yakni tobat, wara’, zuhud, kefakiran, sabar, tawakal, dan kerelaan.
3) Al Gazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” menyebutkan maqamat itu ada delapan
berturut-turut, yaitu tobat, sabar, kefakiran, zuhud, tawakal, mahabbah, makrifat, dan
kerelaan.
4) Al-Kalabadzhi, pengarang tasawuf periode awal melalui bukunya yang terkenal “Bahr
al-Fawaid, danal-Ta’aruf li Madzhab ahlu al-Tashawwuf” menguraikan maqamatnya adalah
tobat, zuhud, sabar, kefakiran, rendah hati, tawakal, kerelaan, mahabbah, dan makrifat.
5) Abd al-Qasim al-Qusyairi al-Naisaburi (al-Qusyairi). Karya utamanya adalah “Al
Risalat” belakangan dikenal sebagai “Risalat al-Qusyairi”, kitab ini sangat berpengaruh
dalam bidang tasawuf dan dijadikan oleh para jutaan para sufi sebagai rujukan selama hampir
100 tahun. Tahapan maqamatnya antara lain tobat, wara’, zuhud, tawakal, sabar, dan ria.
4. Bekerja Keras
Mengembangkan konsep kerja keras sebagai salah satu cara dalam menerjemahkan kehendak
Allah SWT. Bekerja keras dipandang sebagai upaya peningkatan kualitas potensi diri atau
fitrah yang telah Allah berikan kepada semua makhluk-Nya. Bekerja keras dalam upaya
menyucikan jiwa agar mendapatkan kedekatan dengan sang Khalik. Dalam kehidupan
modern kita kembangkan bekerja keras melalui ibadah mahdah dan gairu mahdah. Allah
SWT berfirman yang artinya :
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qasas/28:77)
“Dan katakanlah,”Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Q.S. At-taubah/9:105)