Anda di halaman 1dari 15

METABOLIT SEKUNDER MIKROBA

Dosen Pengampu: Rizki Amelia Nasution, M. Si

Mata Kuliah: Mikrobiologi Lanjutan

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

Ratimah Daulay 0704213116

Dinda 0704211026

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

T.A 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Metabolit
Sekunder Mikroba” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini kami tulis dengan tujuan memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Ibu Dosen kami, yaitu Ibu Rizki Amelia Nasution, M. Si, yang
mengajar mata kuliah Mikrobiologi Lanjutan. Selain untuk memenuhi tugas, makalah
ini juga kami susun dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas
mengenai Metabolit Sekunder Mikroba kepada para pembaca serta menambah
pengetahuan bagi kami sebagai penulis.

Kami dengan rendah hati mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, kami sangat menghargai kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, sebagai pedoman untuk pengembangan kami di masa depan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan turut berkontribusi pada perkembangan ilmu
pengetahuan.

Medan, 15 Oktober 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2

2.1 Pengertian Metabolit Sekunder Mikroba.................................................................2

2.2 Mekanisme Metabolit Sekunder Mikroba...............................................................3

2.3 Senyawa Hasil Mekanisme......................................................................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

3.2 Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metabolit sekunder mikroba merupakan komponen kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan mikroalga. Senyawa-senyawa ini tidak
terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan mikroba, tetapi memiliki peran penting
dalam ekologi dan aplikasi industri. Penelitian terkini dalam bidang ini telah
mengungkapkan berbagai aspek menarik tentang metabolit sekunder mikroba, termasuk
pengertian, mekanisme produksi, dan senyawa-senyawa yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam konteks makalah tentang metabolit sekunder mikroba, terdapat beberapa
pertanyaan kunci yang perlu dijawab. Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari metabolit sekunder mikroba?

2. Bagaimana mekanisme produksi metabolit sekunder mikroba oleh


mikroorganisme?

3. Apa saja jenis senyawa yang dihasilkan oleh mikroba dalam bentuk metabolit
sekunder?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pengertian dari metabolit sekunder mikroba sehingga


pembaca dapat memahami konsep dasar ini.

2. Untuk menguraikan mekanisme produksi metabolit sekunder mikroba,


menggambarkan peran mikroorganisme dalam pembentukan senyawa-senyawa
tersebut.

3. Untuk menyajikan berbagai jenis senyawa yang dihasilkan oleh mikroba sebagai
metabolit sekunder.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metabolit Sekunder Mikroba
Metabolit sekunder mikroba adalah hasil dari proses metabolisme dengan massa
molekul yang cenderung rendah. Umumnya, metabolit ini dihasilkan ketika
mikroorganisme berada dalam fase pertumbuhan akhir, yang disebut idiofase, dan
biasanya jenis mikroorganisme ini cukup kecil. Meskipun metabolisme sekunder ini
tidak berperan utama dalam pertumbuhan kultur mikroba yang dihasilkan secara
komersial, mereka memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam. Terlepas
dari tidak terlibat dalam pertumbuhan mikroba, metabolit sekunder ini memiliki dampak
yang signifikan pada aspek-aspek vital seperti kesehatan, nutrisi, dan ekonomi
masyarakat kita.

Mungkin pemanfaatan yang paling vital dari metabolit sekunder adalah sebagai
obat anti-infeksi. Statistik dari tahun 2000 menunjukkan bahwa omset pasar metabolit
sekunder anti-infektif mencapai 55 miliar dolar. Namun, perkembangan industri farmasi
telah mengubah lanskap ini, terutama pada tahun 2007 ketika pasar antibiotik mencapai
66 miliar dolar. Dengan evolusi obat-obatan modern yang terus berlanjut dalam
bentuknya yang ada, menjadi jelas bahwa perlu adanya penyuntikan teratur dari
keluarga antibiotik baru ke dalam pasar. Sejumlah antibiotik inovatif, seperti
Augmentin, Ceftriaxone, dan Klaritromisin, telah baru-baru ini diperkenalkan ke dalam
pasaran yang bertujuan untuk melawan penyakit-penyakit infeksi. Meskipun demikian,
untuk menghadapi tantangan bakteri resisten dalam dekade mendatang, langkah-
langkah seperti program skrining yang lebih intensif untuk menemukan senyawa alam
dan senyawa kimia baru akan menjadi keharusan dalam menciptakan generasi antibiotik
yang lebih baru.

Peran penting mikroorganisme dalam pembuatan antibiotik dan obat-obatan


untuk mengatasi penyakit serius tertentu telah menjadi pengetahuan yang sangat diakui.
Saat ini, meskipun hanya sebagian kecil dari mikroba di seluruh dunia yang telah
dieksplorasi, kemajuan dalam teknik budidaya mikroorganisme serta ekstraksi asam

2
nukleat dari tanah dan habitat laut telah membuka pintu akses ke beragam genetik dan
berbagai jalur metabolisme yang sangat luas.

Proses biosintesis utama terlibat dalam pembentukan senyawa seperti aromatik,


isopren, oligosakarida, peptida, poliketida, dan cincin ß-laktam. Pengetahuan tentang
jalur-jalur ini bervariasi, mulai dari yang memiliki urutan asam amino enzim dan urutan
nukleotida gen yang teridentifikasi, seperti yang terjadi pada sefalosporin dan penisilin,
hingga kasus-kasus di mana langkah-langkah enzimatiknya masih belum sepenuhnya
terungkap.

Metabolit sekunder, yang memiliki peran penting dalam pengembangan obat,


terbentuk melalui jalur enzimatik yang melibatkan protein-protein individu, baik secara
terpisah maupun dalam bentuk kompleks, atau melalui sebagian besar polipeptida
multifungsi yang menyatukan berbagai langkah enzimatik, seperti yang terjadi pada
sintase poliketida dan sintetase peptida. Dalam penelitian ini, upaya terus dilakukan
untuk memahami dan menggali potensi besar yang tersimpan dalam mikroorganisme
dan jalur-jalur biosintesis mereka dalam upaya meningkatkan produksi obat-obatan
yang dapat membantu dalam pengobatan penyakit serius.

2.2 Mekanisme Metabolit Sekunder Mikroba


1. Actinomycetales
Actinomycetales, merupakan jenis bakteri yang memiliki karakteristik unik, yaitu
serabut, sering bercabang, dan memiliki variasi morfologi yang sangat beragam.
Sebagian besar anggota kelompok ini termasuk dalam kategori eubakteria Gram
positif, meskipun beberapa spesies memiliki struktur dinding sel yang kompleks
sehingga tidak menunjukkan pewarnaan Gram dengan jelas. Mayoritas dari mereka
memiliki peran sebagai saprofit, meskipun ada beberapa yang dapat menjadi
patogen pada tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Aktinomisetes ini adalah
mikroorganisme yang cenderung aerobik dan bergantung pada senyawa organik
sebagai sumber energi, dengan kandungan GC yang tinggi dalam materi genetik
mereka.
Actinomycetales termasuk dalam keluarga-keluarga seperti corynebacteriaceae,
pseudonocardiaceae, streptomycetaceae, nocardiaeceae, dan lainnya, dan mereka

3
mendapat perhatian khusus baik dalam konteks aplikasi industri maupun potensi
mereka untuk menyebabkan penyakit pada manusia. Terutama, keluarga
streptomycetaceae, nocardiaeceae, dan corynebacteriae patut diperhatikan karena
kemampuan mereka dalam menghasilkan berbagai metabolit sekunder, termasuk
antibiotik dan senyawa bioaktif. Streptomyces, misalnya, memiliki reputasi sebagai
produsen sekitar 70% antibiotik yang memiliki manfaat klinis serta agen antikanker.
Keberagaman dan kemampuan mereka untuk memproduksi senyawa-senyawa
penting ini menjadikan mereka subjek penelitian yang menarik dan berpotensi untuk
perkembangan lebih lanjut dalam berbagai aplikasi kesehatan dan industri.
Dalam proses produksi metabolit sekunder, mikroorganisme Streptomyces
mengandalkan intermediet intraseluler seperti asam amino, gula, asam lemak,
terpene, dan lainnya. Kompleksitas struktur metabolit sekunder diperoleh melalui
jalur biokimiawi yang telah ditentukan. Fakta menarik adalah hampir 5% dari
genom Streptomyces, yang setara dengan sekitar 23 hingga 30 kluster gen,
dikhaskan khusus untuk sintesis metabolit sekunder. S. avermitilis, dengan proporsi
tertinggi kluster gen metabolit sekunder yang pernah dilaporkan dalam genom
bakteri yang telah diurutkan, mencapai 6,43%. Genom mikroorganisme ini
mengandung hingga 25 gugus yang terlibat dalam pembuatan senyawa seperti
melanin, karotenoid, siderophores, poliketida, dan senyawa peptida.
Proses biosintesis metabolit sekunder pada Streptomyces tergantung pada fermentasi
mikroba. Awal dari biosintesis ini sangat responsif terhadap isyarat lingkungan,
seperti konsentrasi fosfat dan oksigen, serta sifat dan tingkat sumber karbon dan
nitrogen. Faktor-faktor seperti suhu, cahaya, dan pH juga memainkan peran penting
dalam pengaturan proses ini. Ada beberapa mekanisme pengaturan yang akurat
untuk memulai, menjaga, dan mengakhiri metabolisme sekunder ini. Salah satunya
adalah pengaturan sumber karbon, yang memiliki peran sentral dalam
mengendalikan produksi metabolit sekunder.
Lebih dari 30 jenis metabolit sekunder telah dilaporkan terpengaruh oleh adanya
sumber karbon. Glukosa dan berbagai jenis karbohidrat seperti gliserol, maltosa,
manosa, sukrosa, dan xilosa, telah dilaporkan mengganggu proses sintesis metabolit
sekunder. Sebagai contoh, glukosa memiliki kemampuan untuk menekan

4
pembentukan sejumlah antibiotik aminoglikosida seperti streptomisin, kanamisin,
istamycin, neomisin, dan gentamisin melalui penghambatan enzim biosintesis.
Pengaruh gula ini tampaknya memengaruhi produksi streptomisin dan neomisin
oleh mikroorganisme S. griseus dan Streptomyces fradiae. Mekanisme yang terlibat
dalam pengaruh ini melibatkan represi mannosidostreptomycinase dan alkaline
phosphatase untuk streptomisin dan neomisin, masing-masingnya. Dalam produksi
gentamisin, pengaruh glukosa tampaknya terjadi pada tahap yang berada di luar
proses pembentukan antibiotik, yakni pada tahap 2-deoxystreptamine.
2. Saccharopolyspora
Saccharopolyspora adalah genus mikroorganisme yang dikenal karena
menghasilkan berbagai metabolit sekunder, seperti antibiotik dan senyawa kimia
lainnya. Mekanisme produksi metabolit sekunder oleh Saccharopolyspora dapat
dijelaskan sebagai berikut: Pertama, mikroorganisme ini mengenali lingkungan
sekitarnya, termasuk adanya kompetisi dengan mikroorganisme lain atau tekanan
lingkungan tertentu. Ketika mikroorganisme ini mendeteksi adanya stres atau
kebutuhan akan perlindungan, sistem genetiknya diaktifkan. Mekanisme ini
seringkali melibatkan aktivasi kluster gen yang mengode enzim dan jalur biosintesis
khusus yang diperlukan untuk menghasilkan metabolit sekunder tertentu.

Kemudian, melalui serangkaian reaksi kimia, Saccharopolyspora mulai


menghasilkan senyawa-senyawa tersebut. Dalam banyak kasus, enzim yang terlibat
dalam biosintesis metabolit sekunder adalah enzim yang sangat khusus dan tidak
ditemukan dalam jalur metabolit primer. Hal ini memungkinkan Saccharopolyspora
untuk menghasilkan senyawa unik yang mungkin memiliki aktivitas biologis
tertentu, seperti kemampuan untuk melawan bakteri atau mikroorganisme pesaing.

5
Selain itu, Saccharopolyspora juga dapat mengatur ekspresi gen-gen terkait dengan
produksi metabolit sekunder berdasarkan perubahan lingkungan atau sinyal kimia
tertentu. Ini memungkinkan mikroorganisme ini untuk menghasilkan metabolit
sekunder pada saat yang tepat untuk memaksimalkan manfaatnya.
Secara keseluruhan, mekanisme produksi metabolit sekunder oleh
Saccharopolyspora adalah respons adaptif terhadap tekanan lingkungan dan
persaingan mikroorganisme lain, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan
senyawa-senyawa dengan potensi aktivitas biologis yang bermanfaat.
3. Bacillales
Urutan Bacillales tergolong dalam kelas Bacilli dan dikenal sebagai produsen
berbagai jenis metabolit sekunder, seperti senyawa antimikroba dan toksin.
Biasanya, senyawa-senyawa ini berbentuk polipeptida, meskipun ada pengecualian.
Contohnya, beberapa bakteri keluarga Bacillaceae, seperti Bacillus cereus, Bacillus
circulans, Brevibacillus laterosporus, Bacillus licheniformis, Bacillus pumilus, dan
Bacillus subtilis, menghasilkan beragam antibiotik seperti cerexin, zwittermicin,
circulin, bacitracin, pumulin, polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacillin.
Paenibacillus polymyxa bahkan mampu menghasilkan keduanya, polymyxin dan
colistin. Selain itu, bakteri seperti Brevibacillus brevis juga memproduksi antibiotik
seperti gramicidin dan tyrothricin, sementara B. laterosporus menghasilkan
laterosporin.

Pentingnya dijelaskan bahwa produksi antibiotik dan racun dalam kelompok


Bacillales ini diatur oleh mekanisme yang disebut CCR, yang berbeda dari
mekanisme yang ditemukan pada kelompok bakteri lain seperti enterobacteria.
Mekanisme CCR ini melibatkan berbagai komponen, termasuk protein transportasi
gula (PTS) yang sama dengan yang ada dalam E. coli. PTS membentuk kaskade

6
fosforilasi protein menggunakan PEP sebagai donor fosforil. Bakteri Gram-positif
ini juga memiliki enzim bifunctional, HPr kinase / fosforilase (HprK / P), yang
diaktifkan oleh beberapa metabolit tertentu ketika glukosa hadir. HprK / P yang
diaktifkan dapat mengkatalisis fosforilasi HPr pada Ser-46 dan defosforilasi P-Ser-
HPr. HPR terfosforilasi ini berinteraksi dengan regulator pleiotropik, yaitu protein
kontrol katabolit A (CcpA), untuk meningkatkan represi katabolit secara allosterik
dan mencegah akumulasi induser melalui transportasi gula yang tidak terhubung.
CcpA berperan sebagai regulator pleiotropik dengan mengikat elemen respons
katabolit (cre), yang terletak baik di hulu daerah promotor atau dalam kerangka baca
terbuka.
Hal yang menarik adalah bahwa antibodi poliklonal terhadap CcpA dari Bacillus
megaterium memiliki kesamaan dengan CcpA dari berbagai bakteri Gram-positif
lainnya, termasuk basil, staphylococci, streptococci, bakteri asam laktat, dan
beberapa actinomycetes. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan dalam mekanisme
regulasi ini di antara berbagai jenis bakteri.
4. Lactobacillales
Dalam konteks urutan Lactobacillales, yaitu dalam kelas Bacilli, terdapat produksi
bakteriosin, suatu peptida bioaktif yang memiliki kemampuan antimikroba terhadap
bakteri gram positif. Produksi bakteriosin ini terkait dengan sensitivitas Lactococcus
lactis subsp. laktis terhadap regulasi yang disebabkan oleh fruktosa dan glukosa
dalam lingkungan. Selain itu, pada kasus produksi batch pediocin, yaitu suatu
antibiotik peptida lain yang dihasilkan oleh Pediococcus acidilactici NRRL B-5627,
ditemukan bahwa peningkatan konsentrasi glukosa dalam media pertumbuhan dapat
menghambat produksi tersebut.

7
Bakteri asam laktat memiliki mekanisme khusus terkait transportasi dan fosforilasi
glukosa yang dilakukan melalui sistem PTS manosa yang melibatkan komponen
seperti HPr, EI, dan kompleks EIIMan. Mutasi pada kompleks EIIMan ini dapat
mengakibatkan non-aktifnya sistem ini dan menghilangkan preferensi konsumsi
glukosa dibandingkan sumber karbon lain seperti laktosa pada Lactobacillus casei
atau xylose pada Tetragenococcus halophila.
Selain itu, perubahan pada mutan yang mempengaruhi ekspresi PTS mannose pada
Streptococcus salivarius juga memiliki efek yang bervariasi pada berbagai enzim
metabolik serta aktivitas urease. Hal ini juga berkaitan dengan aktivitas PTS
fruktosa yang diinduksi. Dari berbagai fungsi yang disebutkan dalam konteks
bakteri asam laktat, dapat disimpulkan bahwa aktivitas PTS ini berpengaruh pada
regulasi sumber karbon.
Meskipun telah terdapat bukti tentang peran CCpA dalam regulasi transkripsi xyl
regulon pada Lactobacillus pentosus, informasi yang menggambarkan hubungan
antara aktivitas kompleks EIIMan dan regulasi yang dimediasi oleh CCRA terkait
dengan ketersediaan glukosa tidak tersedia untuk Streptococcus salivarius. Oleh
karena itu, mekanisme yang terlibat dalam fungsi regulasi kompleks EIIMan ini
masih merupakan hal yang belum dipahami dengan baik.

2.3 Senyawa Hasil Mekanisme


1. Shikonin. Senyawa ini berasal dari kultur sel Lithospermum erithorhizon dan
memiliki beragam manfaat yang sangat penting. Diantaranya, senyawa ini
digunakan sebagai agen anti-bakteri, bahan pewarna, komponen dalam produk
kosmetik, serta dalam perawatan luka, dan masih banyak lagi. Sikonin, yang secara
alami dapat diisolasi dari akar tanaman ini pada usia 5-7 tahun, biasanya hanya
mengandung sekitar 1-2% senyawa tersebut. Namun, melalui teknologi kultur akar
rambut dengan menggunakan bioreaktor berkapasitas 20.000 liter, produksi Sikonin
dapat meningkat hingga mencapai sekitar 12-15%. Saat ini, produksi komersial
Sikonin telah berhasil dilakukan oleh PT. Mitsui Petrochemical IND, menciptakan
peluang yang sangat menjanjikan dalam industri ini.
2. Ginsenoida. Sebuah senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dari akar tanaman
Ginseng telah berhasil diproduksi dalam jumlah besar sejak tahun 1991 oleh PT.

8
Nitro Denco. Senyawa ini memiliki banyak manfaat, terutama dalam meningkatkan
vitalitas, dan sering digunakan sebagai bahan campuran dalam obat dan minuman.
Produksi komersial senyawa ini dilakukan melalui teknologi kultur akar yang
menggunakan alat bioreaktor berkapasitas 20.000 liter.
3. Vinblastin dan Vincristine. Senyawa metabolit sekunder ini berasal dari ekstraksi
bunga Tapak Dara (Catharanthus roseus) dan merupakan jenis alkaloid yang
memiliki potensi sebagai bahan obat untuk pengobatan leukemia.
4. Ajmalicine. Senyawa metabolit sekunder ini dihasilkan melalui ekstraksi dari
tumbuhan Rauvolfia sp. Kegunaan utama dari senyawa Ajmalicine adalah dalam
bidang farmakologi sebagai obat antihipertensi yang efektif untuk menangani
tekanan darah tinggi.
5. Antibiotika. Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.
Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk pengobatan penyakit infeksi lebih
banyak mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan perkembangan
antibiotik itu sendiri. Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder.
Meskipun hasilnya relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi
karena aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi,
oleh karena itu antibiotika dibuat secara komersial melalui fermentasi mikroba.
Beberapa antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan
kimia antibiotika dan cenderung menjadi mahal, maka tidak memungkinkan sintesis
secara kimia dapat bersaing dengan fermentasi mikroorganisme.
6. Methylothrophy. Bakteri kelompok methylotrophy biasa disebut bakteri
methyltroph yanng merupakan kelompok bakteri yang dapat menggunakan
Komponen C-1 sebagai sumber energi. Komponen ini meliputi methanol, methyl
amines, formaldehyde, dan formate. Contohnya adalah methylomonas dan
methylobacter. Methanotrophs adalah tipe methylotroph yang juga dapat
menggunakan metan (CH4) dan karbondioksida yang dioksidasi secara berurutan
menjadi methanol, formaldehid, formate dan karbondioksida dengan menggunakan
enzim metane monooksigenase contohnya methylococcus. Hal ini didukung dengan
bakteri yang dapat memproduksi metane atau disebut metanogene dalam proses

9
metanogenesis, contohnya methanococcus dan archea lainnya. Kedua bakteri ini
hidup bersimbiosis.
7. Syntrophy. Syntrophy merupakan berbagai jenis spesies bakteri yang berhubungan
dalam sebuah reaksi kimia, seperti proses oksidasi dari produk akhir fermentasi
seperti asetat, ethanol dan butirat. Salah satu bakterinya adalah Syntrophomonas.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolit sekunder mikroba adalah hasil dari proses metabolisme dengan massa
molekul yang cenderung rendah. Umumnya, metabolit ini dihasilkan ketika
mikroorganisme berada dalam fase pertumbuhan akhir, yang disebut idiofase, dan
biasanya jenis mikroorganisme ini cukup kecil. Mekanisme metabolit sekunder pada
mikroba terbagi atas beberapa jenis mikrobanya seperti Actinomycetales,
Saccharopolyspora, Bacillales, dan Lactobacillales. Adapun senyawa yang dihasilkan
seperti Shikonin, Antibiotika, dan Ginsenoida.

3.2 Saran
Perlu diingat bahwa produksi metabolit sekunder harus diatur dengan cermat
untuk memastikan keselamatan dan kesehatan manusia serta lingkungan. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang peran metabolit sekunder mikroba, kita dapat
memanfaatkannya secara lebih efektif dalam berbagai aplikasi yang bermanfaat bagi
manusia dan lingkungan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S., Nukmal, N., & Setiawan, A. (2021). ISOLASI MIKROBA ENDOFIT
MANGROVE Lumnitzera racemosa.

Kurniasih, N., Bahri, S., Nukmal, N., & Setiawan, A. (2021). Mikroorganisme endofit
dari mangrove Avicennia officinalis.

Mustika, E. J. N. U. P. (2022). Metabolit Sekunder Tumbuhan Dan Aplikasinya Bagian


I. CV Literasi Nusantara Abadi.

12

Anda mungkin juga menyukai