Muhammad Rifqi - UAS
Muhammad Rifqi - UAS
Muhammad Rifqi
1193020084
HES IV B
Jalur penyelesaian sengketa perbankan syariah
Pada dasarnya proses penyelesaian sengketa dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur
pengadilan (litigasi) dan jalur di luar pengadilan (non litigasi) yang sering disebut
juga dengan penyelesaian sengketa alternatif. Proses penyelesaian sengketa
melalui jalur peradilan atau litigasi seringkali disebut dengan ultimum remedium.
Jadi maksudnya, litigasi adalah sarana akhir dari penyelesaian sengketa. Hasil
akhir dari litigasi mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap pihak-pihak
yang terkait di dalam sengketa tersebut.
Penyelesaian Sengketa Non Litigasi
Musyawarah Basyarnas
Badan Arbitrase Syariah Nasional
(UU No. 30 Tahun 1999)
Pada asasnya tempat penyelesaian sengketa adalah di
pengadilan tanpa menutup penyelesaian di luar
pengadilan. Badan Arbitrase Syariah Nasional
(Basyarnas) merupakan tempat alternatif
penyelesaian sengketa ekonomi syariah di luar
PA/MS. Kekuasaan Basyarnas diperoleh melalui
penunjukan atau pemberian kuasa dari para pihak
yang dimuat dalam perjanjian (akad) bisnis syariah
antara para pihak yg diatur dalam UU No 30/1999
Badan Arbitrase Syariah Nasional
(UU No. 30 Tahun 1999)
PT. Ampura (sebagai Pemohon) dengan Bank Syariah Mandiri (sebagau Termohon I) dan PT. SIPI
(sebagai Termohon II), dijelaskan bahwa Pemohon sejak tahun 2000 sudah mulai menggunakan
perbankan syari’ah dengan menempatkan dana kedalam bentuk deposito dan return (pengembalian) yang
cukup menguntungkan. Hal ini didasari oleh semangat Pemohon terhadap pengelolaan dana yang
berlandaskan pada ketentuan syari’ah. Atas dasar pemahaman Pemohon terhadap skim pembiayaan
Mudharabah Muqayyadah maka Pemohon setuju menempatkan dananya kepada Termohon I.
Pada tanggal 16 Desember 2003 Termohon I mengajukan penawaran kerjasama Mudharabah
Muqayyadah kepada Pemohon mengenai Penawaran Kerjasama Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah
untuk PT. Sari Indo Prima. Pada tanggal 23 Januari 2004 telah dilakukan Kesepakatan Bersama
Mudharabah Muqqayadah antara Pemohon dengan Termohon II dan Termohon I.
Sengketa PT Ampura dengan PT. SIPI dan Bank Syari’ah Mandiri
1. Pelanggaran prinsip kehati-hatian terjadi dalam hal pihak Termohon I tidak menggunakan
prinsip kehati-hatian dalam hal pemberian pembiayaan sehingga menimbulkan kerugian
bagi Pemohon.
2. Perbuatan melanggar hukum selanjutnya yang telah dilakukan oleh Termohon I dan
Termohon II adalah penipuan. Penipuan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa Termohon
I dan Termohon II memberikan informasi yang tidak sebenarnya kepada Pemohon.
Termohon I menyatakan bahwa Termohon II tidak dalam keadaan berhutang kepada pihak
lain, akan tetapi pada kenyataannya Termohon II masih terikat perjanjian Murabahah dan
perjanjian Musyarakah dengan Termohon I sejak tanggal 21 Oktober 2003.
Wanprestasi
Menyatakan bahwa Termohon I dan Termohon II melakukan ingkar janji yaitu berupa
membatalkan akad pembiayaan Mudhrabah Muqayyadah No.108 tanggal 28 Januari 2004
dan menghukum Termohon I dan Termohon II bersama-sama tanggung renteng
membayar jumlah pokok pembiayaan uang tunai sebesar Rp 10.000.000.000,- (sepuluh
miliar rupiah) kepada Pemohon selambat-lambatnya 30 hari putusan ini diucapkan dan
membebani biaya perkara kepada Pemohon, Termohon I dan Termohon II masing-masing
1/3 bagiannya.
Putusan Basyarnas
No.15/Tahun 2007/BASYARNAS/Ka.Jak