Anda di halaman 1dari 16

Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah Melalui

Non Litigasi (Analisis Kasus Sengketa Antara PT


Ampura dengan PT. SIPI dan Bank Syari’ah
Mandiri melalui Basyarnas)

Muhammad Rifqi
1193020084
HES IV B
Jalur penyelesaian sengketa perbankan syariah

Ligitasi Non ligitasi


Penyelesaian Sengketa melalui Litigasi

Pada dasarnya proses penyelesaian sengketa dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur
pengadilan (litigasi) dan jalur di luar pengadilan (non litigasi) yang sering disebut
juga dengan penyelesaian sengketa alternatif. Proses penyelesaian sengketa
melalui jalur peradilan atau litigasi seringkali disebut dengan ultimum remedium.
Jadi maksudnya, litigasi adalah sarana akhir dari penyelesaian sengketa. Hasil
akhir dari litigasi mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap pihak-pihak
yang terkait di dalam sengketa tersebut.
Penyelesaian Sengketa Non Litigasi

Penyelesaian sengketa melalui non litigasi adalah penyelesaian sengketa di luar


pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan bersifat tertutup untuk
umum (closed door session) dan kerahasiaan para pihak terjamin, proses beracara
lebih cepat dan efisien. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non litigasi)
atau yang dikenal dengan alternatif penyelesaian sengketa dilakukan dengan
cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Selain itu,
dikenal pula arbitrase yaitu cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum.
Perbandingan Ligitasi dan Non Ligitasi

Ligitasi Non Ligitasi

Berdasarkan sistem yang sudah baku Berdasarkan konsesus


Formal Flexibel

Terbuka diketahui oleh publik rahasia

Tergantung metoda yang dipilih: dapat


Mengandung risiko proses yang memakan
final (arbitrase) dan dapat juga tidak (untuk
waktu lama
non ajudikasi)

Ada tergugat dan penggugat Kehendak kedua belah pihak


Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad
(UU No. 10 tahun 2008 pasal 55 ayat (2)

Melalui pengadilan dalam


Mediasi Perbankan
lingkungan Peradilan Umum

Musyawarah Basyarnas
Badan Arbitrase Syariah Nasional
(UU No. 30 Tahun 1999)
Pada asasnya tempat penyelesaian sengketa adalah di
pengadilan tanpa menutup penyelesaian di luar
pengadilan. Badan Arbitrase Syariah Nasional
(Basyarnas) merupakan tempat alternatif
penyelesaian sengketa ekonomi syariah di luar
PA/MS. Kekuasaan Basyarnas diperoleh melalui
penunjukan atau pemberian kuasa dari para pihak
yang dimuat dalam perjanjian (akad) bisnis syariah
antara para pihak yg diatur dalam UU No 30/1999
Badan Arbitrase Syariah Nasional
(UU No. 30 Tahun 1999)

Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)


didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1993
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Nama
sebelumnya adalah Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia (BAMUI). Kewenangan Basyarnas adalah
menyelesaikan sengketa perdata secara Islam, baik
antara bank syariah dan nasabahnya, maupun antara
bank-bank syariah.
Sengketa PT Ampura dengan PT. SIPI dan Bank Syari’ah Mandiri

PT. Ampura (sebagai Pemohon) dengan Bank Syariah Mandiri (sebagau Termohon I) dan PT. SIPI
(sebagai Termohon II), dijelaskan bahwa Pemohon sejak tahun 2000 sudah mulai menggunakan
perbankan syari’ah dengan menempatkan dana kedalam bentuk deposito dan return (pengembalian) yang
cukup menguntungkan. Hal ini didasari oleh semangat Pemohon terhadap pengelolaan dana yang
berlandaskan pada ketentuan syari’ah. Atas dasar pemahaman Pemohon terhadap skim pembiayaan
Mudharabah Muqayyadah maka Pemohon setuju menempatkan dananya kepada Termohon I.
Pada tanggal 16 Desember 2003 Termohon I mengajukan penawaran kerjasama Mudharabah
Muqayyadah kepada Pemohon mengenai Penawaran Kerjasama Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah
untuk PT. Sari Indo Prima. Pada tanggal 23 Januari 2004 telah dilakukan Kesepakatan Bersama
Mudharabah Muqqayadah antara Pemohon dengan Termohon II dan Termohon I.
Sengketa PT Ampura dengan PT. SIPI dan Bank Syari’ah Mandiri

Dari awal proses pembiayaan adanya ketidak transparan yang disampaikan


oleh Termohon I dan Termohon II kepada Pemohon. Pemohon merasa bahwa
Termohon I dan Termohon II telah melakukan Gharar dan Zalim terhadap
Pemohon artinya adalah bank telah melakukan transaksi yang mengandung tipu
muslihat yang mengakibatkan kerugian pada pihak lain.
Pemohon menganggap Termohon I dan Termohon II telah melakukan
perbuatan melawan hukum dan wanprestasi.
Perbuatan Melanggar Hukum

1. Pelanggaran prinsip kehati-hatian terjadi dalam hal pihak Termohon I tidak menggunakan
prinsip kehati-hatian dalam hal pemberian pembiayaan sehingga menimbulkan kerugian
bagi Pemohon.

2. Perbuatan melanggar hukum selanjutnya yang telah dilakukan oleh Termohon I dan
Termohon II adalah penipuan. Penipuan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa Termohon
I dan Termohon II memberikan informasi yang tidak sebenarnya kepada Pemohon.
Termohon I menyatakan bahwa Termohon II tidak dalam keadaan berhutang kepada pihak
lain, akan tetapi pada kenyataannya Termohon II masih terikat perjanjian Murabahah dan
perjanjian Musyarakah dengan Termohon I sejak tanggal 21 Oktober 2003.
Wanprestasi

Perbuatan wanprestasi yang telah dilakukan oleh Termohon II yaitu tidak


membayarkan pokok pembiayaan dan margin bagi hasil kepada Pemohon
sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh Termohon I adalah tidak
menjalankan kewajiban dalam hal memonitoring penggunaan dana pembiayaan
yang dilakukan oleh Termohon II.
Putusan Basyarnas
No.15/Tahun 2007/BASYARNAS/Ka.Jak

Menyatakan bahwa Termohon I dan Termohon II melakukan ingkar janji yaitu berupa
membatalkan akad pembiayaan Mudhrabah Muqayyadah No.108 tanggal 28 Januari 2004
dan menghukum Termohon I dan Termohon II bersama-sama tanggung renteng
membayar jumlah pokok pembiayaan uang tunai sebesar Rp 10.000.000.000,- (sepuluh
miliar rupiah) kepada Pemohon selambat-lambatnya 30 hari putusan ini diucapkan dan
membebani biaya perkara kepada Pemohon, Termohon I dan Termohon II masing-masing
1/3 bagiannya.
Putusan Basyarnas
No.15/Tahun 2007/BASYARNAS/Ka.Jak

Dalam sengketa pembiayaan bermasalah antara PT Angkasa Pura II melawan


Bank Syariah Mandiri, pihak Bank Mandiri Syariah tidak dengan sukarela
menjalankan putusan yang dijatuhkan oleh Basyarnas, sehingga PT Angkasa Pura
II mengajukan permohonan eksekusi dan sita eksekusi atas putusan Basyarnas
tersebut ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
Analisa Putusan Basyarnas
No.15/Tahun 2007/BASYARNAS/Ka.Jak

Putusan Basyarnas dalam sengketa pembiayaan bermasalah antara PT Angkasa


Pura II melawan Bank Syariah Mandiri dengan membatalkan akad pembiayaan
Mudharabah Muqayyadah No.108 tanggal 28 Januari 2004 telah sesuai dengan
hukum yang berlaku baik dari segi hukum positif maupun hukum Islam.
Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai