Anda di halaman 1dari 14

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 (2023.1)

Nama Mahasiswa : SRI WAHYUDI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 048758141

Tanggal Lahir : 20 MEI 1989

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 / Ilmu Perundang - undangan

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 14 / Padang

Hari/Tanggal UAS THE : Kamis, 06 Juli 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik .

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama Mahasiswa : SRI WAHYUDI

NIM : 048758141

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ Ilmu Perundang - Undangan

Fakultas : FHISIP ( Fakultas Hukum Ilmu Sosial & Ilmu Politik )

Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

UPBJJ-UT : 14 / Padang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.

2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.

3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.

4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).

5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.

6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Padang , 06 Juli 2023


Yang Membuat Pernyataan

SRI WAHYUDI

LEMBAR JAWABAN

URAIAN SOAL NO. 1


Istilah zoon politicon menjadi gambaran hubungan manusia dengn manusia lain sebagai makhluk
sosial, dimana hubungan tersebut membutuhkan norma. Norma tersebut dibutuhkan dalam rangka
mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lain dan antara manusia dengan lingkungannya.

Terdapat beberapa norma dalam kehidupan masyarakat seperti norma kesusilaan, norma agama,
norma adat, dan norma hukum.

Pertanyaan :

A. Berikan analisis saudara terhadap hakekat norma atau kaidah menurut sarjana A. Hamid S
Attamimi dan Jimly Asshiddiqie.

Jawaban :

Berikut adalah analisis terhadap hakekat norma atau kaidah menurut sarjana A. Hamid S Attamimi
dan Jimly Asshiddiqie.

Hamid S At-Tamimi dan Jimly Asshiddiqie adalah dua sarjana yang telah memberikan kontribusi
penting dalam studi tentang hakikat norma atau kaidah. Berikut adalah analisis singkat terhadap
pandangan mereka:

1. A. Hamid S Attamimi

Menurut At- Tamimi, hakikat norma atau kaidah terletak pada keberlakuan objektif dan universal
yang mengatur tindakan manusia dalam masyarakat. Ia mengemukakan bahwa norma memiliki sifat
yang otonom dan terlepas dari individu atau keinginan subjektif. Norma-norma ini menjadi panduan
dan pedoman dalam kehidupan sosial untuk memastikan keadilan, ketertiban, dan keseimbangan.

2. Jimly Asshiddiqie

Asshiddiqie memandang norma atau kaidah sebagai aturan-aturan yang dihasilkan oleh masyarakat
berdasarkan kesepakatan dan konvensi sosial. Ia menekankan bahwa norma-norma ini berfungsi
sebagai panduan bagi perilaku individu dan mengatur hubungan sosial dalam masyarakat.
Asshiddiqie juga menyoroti pentingnya norma hukum yang ditetapkan oleh negara untuk menjaga
ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.

Namun, pendekatan dan penekanan mereka terhadap hakikat norma atau kaidah bisa sedikit
berbeda, dengan At-Tamimi menekankan aspek objektif dan universalitas, sementara Asshiddiqie
lebih menyoroti aspek sosial dan konvensi dalam pembentukan norma. Pandangan dan analisis
terhadap hakikat norma atau kaidah ini membantu kita memahami peran dan
pentingnya norma dalam mengatur perilaku dan hubungan sosial dalam masyarakat.

Pertanyaan :

B. Uraikan bagaimana sebuah norma adat menjadi norma hukum.


Jawaban :

Proses perubahan norma adat menjadi norma hukum adalah hasil dari evolusi dan transformasi
sosial dalam suatu masyarakat. Berikut adalah uraian mengenai bagaimana sebuah norma adat
dapat menjadi norma hukum :

1. Identifikasi Kebutuhan:

Ketika suatu norma adat dianggap tidak lagi cukup untuk mengatur suatu aspek kehidupan
masyarakat, dan terdapat kebutuhan yang lebih spesifik dan terstandarisasi, maka masyarakat
mulai menyadari perlunya norma hukum untuk mengatur hal tersebut. Identifikasi kebutuhan ini
dapat timbul dari perubahan sosial, perkembangan ekonomi, atau tuntutan masyarakat dalam
menghadapi isu-isu baru.

2. Konsensus dan Penerimaan:

Proses berikutnya adalah terbentuknya konsensus dan penerimaan dari masyarakat terhadap
perlunya norma hukum. Ini melibatkan dialog dan diskusi antara pemangku kepentingan,
termasuk tokoh adat, pemimpin masyarakat, serta ahli hukum dan pemerintah. Melalui proses
ini, norma adat secara bertahap diterima sebagai landasan untuk pembentukan norma hukum.

3. Penyusunan Peraturan Hukum:

Setelah konsensus tercapai, pemerintah atau lembaga yang berwenang akan mulai menyusun
peraturan hukum yang sesuai dengan norma adat yang ingin diubah menjadi norma hukum.
Penyusunan peraturan ini melibatkan pengumpulan data, kajian ahli, serta melibatkan berbagai
pihak yang terkait untuk memastikan peraturan tersebut mencerminkan kebutuhan dan nilai-nilai
masyarakat.

4. Legitimasi dan Implementasi:

Setelah peraturan hukum disusun, proses selanjutnya adalah memberikan legitimasi dan
mengimplementasikannya dalam sistem hukum negara. Hal ini dilakukan melalui proses legislasi
atau penetapan peraturan hukum oleh lembaga legislatif atau pemerintah yang berwenang.
Norma adat yang telah diubah menjadi norma hukum ini akan diakui dan dijalankan oleh aparat
penegak hukum, serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

5. Penegakan dan Pengawasan:

Setelah norma adat menjadi norma hukum, proses berikutnya adalah penegakan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan norma tersebut. Aparat penegak hukum bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan terhadap norma hukum yang berasal dari norma adat. Pelanggaran
terhadap norma hukum ini akan dikenai sanksi sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian, melalui proses identifikasi kebutuhan, konsensus, penyusunan peraturan,
legitimasi, implementasi, penegakan, dan pengawasan, sebuah norma adat dapat
bertransformasi menjadi norma hukum yang mengikat dalam masyarakat. Proses ini
memungkinkan masyarakat untuk mengatur kehidupan mereka dengan lebih terstandarisasi,
sesuai dengan perkembangan dantuntutan zaman, serta memberikan dasar hukum yang jelas dan
kuat untuk menyelesaikan konflik dan masalah yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertanyaan :

C. Berikan uraian mengapa norma hukum itu bersifat memaksa.

Jawaban :

Norma hukum bersifat memaksa karena memiliki beberapa karakteristik yang memberikan
kekuatan hukum yang mengikat individu dan masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa norma hukum bersifat memaksa:

1. Otoritas Hukum:
Norma hukum didasarkan pada otoritas hukum yang diberikan oleh sistem hukum suatu negara.
Sistem hukum tersebut memiliki kewenangan untuk membuat dan menetapkan norma-
norma hukum yang mengikat seluruh warga negara. Keberadaan otoritas hukum memberikan
legitimasi dan kekuatan kepada norma hukum sehingga dapat dipaksakan atas individu dan
masyarakat.

2. Sanksi Hukum:
Salah satu ciri khas norma hukum adalah adanya sanksi yang diberikan kepada individu atau
pihak yang melanggar norma tersebut. Sanksi hukum dapat berupa denda, hukuman penjara,
atau bentuk sanksi lain yang ditentukan oleh sistem hukum. Sanksi ini bertujuan untuk
memberikan konsekuensi negatif bagi pelanggar norma hukum dan sebagai upaya untuk
mencegah pelanggaran yang lebih lanjut.

3. Penegakan Hukum:

Norma hukum didukung oleh aparat penegak hukum yang memiliki kewenangan dan tugas untuk
menegakkan norma tersebut. Polisi, jaksa, dan pengadilan adalah beberapa contoh lembaga
yang bertanggung jawab dalam menjaga kepatuhan terhadap norma hukum.
Melalui penegakan hukum, norma hukum dapat dipaksakan dengan cara menindak pelanggar
dan menerapkan sanksi yang telah ditetapkan.

4. Kepentingan Umum:

Norma hukum dibentuk untuk melindungi kepentingan umum dan menjaga keseimbangan serta
ketertiban dalam masyarakat. Norma hukum sering kali berkaitan dengan masalah-masalah yang
melibatkan kepentingan kolektif, seperti keadilan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Oleh karena itu, norma hukum perlu bersifat memaksa untuk menjamin
kepatuhan dan perlindungan terhadap kepentingan umum.

5. Perjanjian Sosial:
Norma hukum juga didasarkan pada prinsip perjanjian sosial antara individu dan masyarakat.
Dalam perjanjian sosial tersebut, individu setuju untuk tunduk pada aturan-aturan yang
ditetapkan oleh sistem hukum demi terciptanya ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
Karena itu, norma hukum bersifat memaksa untuk menjaga integritas perjanjian sosial tersebut.
Secara keseluruhan, norma hukum bersifat memaksa karena didasarkan pada otoritas hukum,
diperkuat oleh adanya sanksi dan penegakan hukum, bertujuan untuk melindungi kepentingan
umum, dan merupakan hasil dari perjanjian sosial antara individu dan masyarakat.
Sifat memaksa ini diperlukan untuk menjaga kepatuhan terhadap norma hukumdan menjaga
ketertiban serta keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tanpa sifat memaksa, norma hukum mungkin tidak akan efektif dalam mencapai tujuan
tersebut.

URAIAN SOAL NO. 2

Pasal 7 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan


mengatur tentang jenis dan tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena
itu setiap jenis peraturan perundang-undangan memuat materi tertentu, yang berbeda dengan jenis
peraturan perundang-undangan lainnya.

Pertanyaan :

1. Berikan anlisis Anda, apa saja dasar perbedaan materi muatan dalam setiap jenis peraturan
perundang-undangan ?

Berikan anlisis Anda apa saja materi muatan yang dapat diatur di dalam undang-undang.

Jawaban :

Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,


Pasal 7 mengatur tentang jenis dan tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Berdasarkan Pasal tersebut, setiap jenis peraturan perundang – undangan mempunyai muatan
materi yang berbeda. Berikut adalah analisis mengenai dasar perbedaan materi muatan dalam
setiap jenis peraturan perundang-undangan:

1. Undang-Undang:

Undang-Undang (UU) adalah jenis peraturan perundang-undangan yang


memiliki materi muatan yang paling luas. UU biasanya mengatur tentang asas-asas, prinsip-
prinsip, dan ketentuan pokok mengenai suatu bidang atau sektor tertentu. Materi muatan UU ini
mencakup landasan hukum yang lebih umum dan menyeluruh, serta memberikan kerangka kerja
yang lebih komprehensif bagi pelaksanaan hukum di bidang yang diatur.

2. Peraturan Pemerintah:
Peraturan Pemerintah (PP) merupakan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah sebagai pelaksanaan UU. PP mengatur lebih rinci tentang bagaimana suatu bidang
atau sektor yang diatur dalam UU akan diimplementasikan secara teknis. Materi muatan PP lebih
spesifik, terperinci, dan operasional dalam mengatur aspek-aspek pelaksanaan hukum.

3. Peraturan Presiden:
Peraturan Presiden (Perpres) adalah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
Presiden sebagai pelaksanaan UU atau PP. Perpres lebih fokus pada pelaksanaan dan kebijakan
tertentu yang membutuhkan arahan langsung dari Presiden. Materi muatan Perpres mencakup
keputusan dan kebijakan Presiden dalam mengatur aspek-aspek tertentu yang menjadi
wewenangnya.

4. Peraturan Menteri:

Peraturan Menteri (Permen) adalah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh


Menteri sebagai pelaksanaan UU, PP, atau Perpres. Permen mengatur tentang implementasi lebih
lanjut dan teknis mengenai suatu bidang atau sektor yang menjadi lingkup kerja Menteri.
Materi muatan Permen lebih rinci, terperinci, dan operasional dalam mengatur aspek
pelaksanaan hukum di bawah wewenang Menteri. Perbedaan materi muatan dalam setiap
jenis peraturan perundang-undangan didasarkan pada tingkat hierarki dan cakupan
kewenangannya. Semakin tinggi hierarkinya, semakin luas cakupan dan umum materi muatannya.
Sebaliknya, semakin rendah hierarkinya, semakin terperinci dan khusus materi muatannya. Hal
ini mencerminkan proses pemilahan dan penyeragaman peraturan perundang-undangan dalam
rangka mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan hukum di Indonesia.

Pertanyaan :

2. Berikan anlisis Anda apa saja materi muatan yang dapat diatur di dalam undang-undang.

Jawaban :
Dalam undang-undang, materi muatan yang dapat diatur sangat beragam dan tergantung pada
bidang atau sektor yang diatur oleh undang-undang tersebut. Berikut adalah beberapa
contoh materi muatan yang umumnya diatur dalam undang-undang:

1. Ketentuan Substansi Hukum:


Undang-undang mengatur prinsip-prinsip dan ketentuan substansi hukum yang berkaitan dengan
bidang atau sektor yang diatur. Misalnya, dalam undang-undang tentang perlindungan lingkungan
hidup, akan diatur prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan, pengendalian pencemaran,
perlindungan sumber daya alam, dan tanggung jawab lingkungan.
2. Pembentukan Lembaga atau Organisasi:
Undang-undang dapat mengatur pembentukan, tugas, wewenang, dan struktur lembaga atau
organisasi yang berkaitan dengan bidang atau sektor yang diatur. Contohnya, dalam undang-
undang tentang lembaga keuangan, akan diatur pembentukan bank, lembaga keuangan non-bank,
atau lembaga pengawas keuangan.
3. Hak dan Kewajiban:
Undang-undang seringkali mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan
bidang atau sektor yang diatur. Misalnya, dalam undang-undang tentang ketenagakerjaan, akan
diatur hak-hak pekerja, kewajiban pengusaha, upah minimum, dan perlindungan tenaga kerja.
4. Pengaturan Perizinan:
Undang-undang dapat mengatur tentang perizinan yang berkaitan dengan bidang atau sektor
tertentu. Hal ini meliputi persyaratan, prosedur, dan tata cara pengajuan, penerbitan,
perpanjangan, atau pencabutan perizinan. Contohnya, dalam undang-undang tentang perizinan
usaha, akan diatur persyaratan dan prosedur perizinan untuk berbagai jenis usaha.
5. Penyelesaian Sengketa:
Undang-undang dapat mengatur mekanisme penyelesaian sengketa yang terkait dengan bidang
atau sektor yang diatur. Ini mencakup prosedur, lembaga penyelesaian sengketa, dan upaya
alternatif penyelesaian sengketa, seperti mediasi atau arbitrase. Contohnya, dalam undang-
undang tentang arbitrase, akan diatur mekanisme dan prosedur penyelesaian sengketa melalui
arbitrase.
6. Pidana dan Sanksi:
Undang-undang juga dapat mengatur tindak pidana, pelanggaran, dan sanksi yang terkait dengan
bidang atau sektor yang diatur. Ini mencakup penentuan tindakan kriminal, hukuman, denda,

atau sanksi administratif. Contohnya, dalam undang-undang tentang narkotika, akan diatur jenis
narkotika yang dilarang, hukuman bagi pelanggar, dan prosedur pengadilan.
Adanya undang-undang sebagai landasan hukum memberikan kerangka kerja yang komprehensif dan
mengikat dalam mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, serta menjaga keseimbangan dan
keadilan dalam pelaksanaan hukum.

URAIAN SOAL NO. 3


Pertanyaan :

Bagaimana kedudukan dan fungsi DPR dalam pembentukan undang-undang dalam sistem
pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD NRI Tahun 1945 sebelum dan
sesudah amandemen ?

Jawaban :

Sebelum amandemen UUD NRI Tahun 1945, kedudukan dan fungsi DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) dalam pembentukan undang-undang diatur dalam Pasal 20A dan Pasal 20B UUD
1945. Menurut ketentuan tersebut, DPR memiliki kedudukan sebagai lembaga legislatif yang
memiliki wewenang membahas, menetapkan, dan mengesahkan undang-undang. Dalam
sistem pemerintahan sebelum amandemen, DPR memiliki peran dan fungsi sebagai berikut:

1. Inisiatif Undang-Undang
DPR berwenang mengajukan inisiatif undang-undang. Artinya, DPR memiliki hak
untuk mengusulkan rancangan undang-undang yang kemudian dibahas dan disetujui.

2. Pembahasan Undang-Undang
DPR memiliki kewenangan untuk membahas rancangan undang-undang yang diajukan.
Pembahasan dilakukan dalam rapat paripurna atau melalui komisi-komisi DPR yang
terkait dengan bidang tertentu.
3. Pengesahan Undang-Undang
Setelah selesai pembahasan, DPR memiliki kewenangan untuk menetapkan dan
mengesahkan undang-undang. Undang-undang yang disahkan memiliki kekuatan
hukum yang mengikat.
Setelah amandemen UUD NRI Tahun 1945, peran dan fungsi DPR dalam pembentukan
undang-undang mengalami perubahan yang signifikan. Amandemen UUD 1945 mengubah
sistem pemerintahan Indonesia menjadi sistem presidensial yang memiliki tiga lembaga
negara yang independen: eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Berikut adalah perubahan
dalam kedudukan dan fungsi DPR dalam pembentukan undang-undang setelah amandemen:

1. Inisiatif Undang-Undang
DPR tetap memiliki hak inisiatif undang-undang, tetapi juga menerima usulan
rancangan undang-undang dari pemerintah. Pemerintah memiliki hak untuk
mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
2. Pembahasan Undang-Undang
DPR masih bertanggung jawab atas pembahasan rancangan undang-undang. Namun,
seiring dengan amandemen, mekanisme pembahasan dan keterlibatan publik menjadi
lebih terbuka dan transparan.
3. Pengesahan Undang-Undang
DPR memiliki kewenangan untuk menetapkan dan mengesahkan undang-undang.
Undang-undang yang disahkan harus melalui proses persetujuan DPR dan presiden.
Presiden memiliki hak untuk memberikan persetujuan atau penolakan terhadap
undang-undang yang telah disahkan oleh DPR. Dengan amandemen UUD
1945, DPR tetap sebagai lembaga legislatif yang memiliki peran penting dalam
pembentukan undang-undang. Namun, amandemen tersebut juga mengakui
pentingnya peran pemerintah dalam pembentukan undang-undang dan memperkuat
sistem pemerintahan yang berimbang antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
URAIAN SOAL NO. 4

DESKRIPSI :

Kemendagri Resmi Umumkan 3.143 Perda Yang Dibatalkan Sebagai wujud dari keterbukaan
informasi publik, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) secara resmi sejak Senin (20/6)
telah mengunggah 3.143 peraturan daerah (Perda) yang dibatalkan Pemerintah Pusat,
termasuk di dalamnya peraturan menteri dalam negeri (Permendagri) ke laman resmi
www.kemendagri.go.id . Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menyampaikan
terima kasih atas dukungan serta apresiasi berbagai pihak, khususnya pemerintah daerah
(Pemda) tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia, jajaran Kemendagri, serta
rekan-rekan media, atas keputusan pembatalan 3.143 perda. Tujuan dari pembatalan perda
ini adalah memperkuat daya saing bangsa di era kompetisi. Perda itu merupakan aturan
yang dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi daerah dan memperpanjang jalur birokrasi,
hambat investasi, dan kemudahan berusaha, kata Tjahjo, di Jakarta, Senin (20/6). Setelah
membatalkan 3.143 Perda yang terkait dengan investasi, menurut Tjahjo, Kemendagri saat
ini sedang mengevaluasi perda yang bertentangan dengan konstitusi, serta peraturan
undangundang (UU) yang lebih tinggi. Kemendagri akan melihat dulu sejauhmana regulasi
ini, apakah sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan UU sebagai pilar kebangsaan. Selain
itu, pemerintah juga tengah mengevaluasi perda maupun peraturan kepala daerah yang
tidak sesuai dengan semangat menjaga kebhinekaan dan persatuan Indonesia. Untuk itu,
Mendagri berharap dukungan dan partisipasi berbagai pihak untuk memperkuat semangat
otonomi daerah, membangun tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien, bersih, dan
taat kepada hukum dalam rangka NKRI sehingga membawa kesejahteraan masyarakat. Cara
Unggah Perda Untuk bisa membaca perda yang telah dibatalkan pemerintah itu, pertama-
tama buka dulu laman resmi Kemendagri, yaitu www.kemendagri.go.id. Kolom tautan
berada di sebelah kanan setelah barisan kolom berita. Pada kolom tersebut, nantinya akan
muncul ‘pembatalan perda’. Setelah diklik tautan tersebut, akan langsung mengunggah
daftar list perdanya. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, peraturan yang dibatalkan
sebanyak 3.143, di antaranya ada 1765 Perda/Perkada kabupaten/kota yang
dicabut/direvisi Menteri Dalam Negeri, 111 Peraturan/putusan Menteri Dalam Negeri yang
dicabut/revisi oleh Menteri Dalam Negeri, dan 1267 Perda/Perkada kabupaten/kota yang
dicabut/direvisi Gubernur. sumber : https://setkab.go.id/kemendagri-resmi-umumkan-3-
143-perda-yang-dibatalkan/

Pertanyaan :

Uraikan urgensi Naskah Akademik dalam proses pembentukan Rancangan Peraturan Daerah.
Jawaban :
Naskah Akademik adalah bagian penting dalam mewujudkan pembentukan hukum tertulis,
khususnya peraturan perundang-undangan. Pembentukan peraturan perundang-undangan
pada dasarnya adalah sebuah sistem, karena di dalamnya terdapat beberapa peristiwa/
tahapan yang terjalin dalam satu rangkaian yang tidak terpisahkan antara satu dan lainnya.
Tahapan tersebut yaitu tahap perencanaan, tahap penyusunan, tahap pembahasan, tahap
pengesahan, tahap pengundangan, dan tahap penyebarluasan. Sehingga fungsi naskah
akademik adalah sebagai naskah ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan yang berisi
latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, memberikan gambaran
mengenai substansi, materi dan ruang lingkup dari sebuah peraturan perundang-undangan
yang akan dibuat, dan memberikan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan
bagi pihak eksekutif dan legislatif

Tiga peran penting dari sebuah Naskah Akademik dalam sistem perundang-undangan,
mencakup: (1) Sebagai dokumen pembahasan (position paper), yakni dokumen yang akan
memberi arah kepada para pemangku kepentingan (stake holders) dan akan memudahkan
pada saat pembahasan; (2) Sebagai dokumen kebijakan (policy paper), yakni akan
memberikan potret ataupun peta tentang berbagai hal terkait dengan peraturan perundang-
undangan yang hendak diterbitkan (Juwana, 2006); dan (3) Sebagai bahan bagi harmonisasi
rancangan peraturan perundang-undangan dengan hukum positif. Dokumen Naskah
Akademik akan digunakan sebagai acuan materi yang akan diatur dan untuk selanjutnya
diterjemahkan ke dalam bahasa perundang-undangan. Sehingga Peraturan perundang-
undangan yang disusun tidak tumpang tindih (vertikal/ horizontal).

Urgensi sebuah Dokumen Naskah Akademik adalah sebagai bahan baku yang dibutuhkan
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan (baik Undang-Undang maupun
Peraturan Daerah) adalah sebagai landasan ilmiah agar peraturan perundang-undang yang
disusun memiliki arti aplikatif dan futuristik. Hal yang penting substansi Naskah Akademik
akan mengurangi Peraturan Perundang-Undangan bermasalah karena dalam pembuatan
Naskah Akademik tersebut akan termuat dengan cermat landasan filosofis, sosiologis dan
yuridis sebagai dasar yang baik untuk suatu Peraturan Perundang-Undangan.
Pada Pasal 1 angka 7 Perpres No. 68/2005, sebuah Naskah Akademik harus memuat: (1)
Dasar Filosofis, yang diperlukan agar memuat cita hukum sesuai dengan Pancasila dan
Konstitusi UUD NRI 1945 (tujuan agar suatu perundang-undangan mempunyai visi dan dapat
berlaku waktu yang panjang); (2) Dasar Sosiologis, yang memuat kondisi praktik di
masyarakat yang ada (tujuannya agar peraturan dapat berlaku efektif karena diterima
masyarakat secara wajar); dan (3) Dasar Yuridis, sehingga perundang-undangan memiliki
kaidah yang sah secara hukum/ mempertimbangkan alasan hukum/ menjamin kepastian
hukum. Sehingga dalam upaya untuk memahami urgensi naskah akademik dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan, tidak terlepas dari keberadaan asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai