Anda di halaman 1dari 24

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Etika Profesi Hukum”

Dosen Pengampu : TRI IRWAN HARDIANZAH, SST., MH

DISUSUN OLEH :

RAUDATUL HIKMAH

12020123734

LOKAL C

PROGRAM STUDI STARTA SATU HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM


RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan keridhoanNya
penulis dapat menyusun makalah yang diberi judul “TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN BERENCANA”. Makalah ini memuat penjelasan tentang Pengertian,
jenis-jenis, unsur-unsur dan salah satu contoh kasus..
Walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan makalah
ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya dapat teratasi.
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan
bagi pembaca. Apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya
pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Jumat, 20 Oktober 2023

RAUDATUL HIKMAH

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5

C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................5

D. MANFAAT PENULISAN..............................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

A. TINDAK PIDANA.........................................................................................................6

1. PENGERTIAN TINDAK PIDANA............................................................................6

2. JENIS-JENIS TINDAK PIDANA..............................................................................7

B. TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN............................................................................9

1. PENGERTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN..............................................9

2. JENIS-JENIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN...............................................10

3. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA............................11

C. CONTOH KASUS........................................................................................................15

BAB III.....................................................................................................................................23

PENUTUP................................................................................................................................23

A. KESIMPULAN.............................................................................................................23

B. SARAN.........................................................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
Hukum Pidana mempunyai tujuan umum, yaitu menyelenggarakan tertib
masyarakat, kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menanggulangi kejahatan maupun
mencegah terjadinya kejehatan dengan cara memberikan sanksi yang sifatnya keras dan
tajam sebagai perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan hukum yaitu orang
(martabat, jiwa, tubuh, dan lain sebagainya), masyarakat dan Negara. Hukum pidana
dengan sanksi yang keras dikatakan mempunyai fungsi yang subsider artinya apabila
fungsi hukumlainnya kurang maka baru dipergunakan Hukum Pidana, seiring juga
dikatakan bahwa hukum pidana itu merupakan ultimum remedium perlu dikaji lebih
lanjut terutama dalam pemberantasan premanisme di Indonesia. Kejahatan merupakan
persoalan yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu. Mengapa kejahatan terjadi dan
bagaiamana pemberantasannya merupakan persoalan yang tiada henti diperdebatkan.
Kejahatan merupakan problema manusia, oleh karena itu dimana ada manusia disitu ada
kejahatan, semakin meningkat serta terorganisirnya kasus-kasus kejahatan di tanah air
membawa konsekunsi bahwa aparat serta setiap pihak yang terkait harus ekstra keras,
tegas, dan tanggap dalam memberantas dan mengungkap setiap sisi kejahatan yang terjadi
termasuk juga dalam kasus-kasus pembunuhan.

Di dalam tindak pidana pembunuhan yang menjadi sasaran si pelaku adalah jiwa
nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun dan perampasan itu sangat
bertentangan dengan UUD NKRI Tahun 1945 yang berbunyi: “setiap oarng berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”

B. RUMUSAN MASALAH

4
1. Apa itu tindak pidana?
2. Apa saja jenis tindak pidana?
3. Apa itu tindak pidana pembunuhan?
4. Apa saja jenis tindak pidana pembunuhan?
5. Apa saja unsur tindak pidana pembunuhan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menjelaskan tindak pidana


2. Menjelaskan jenis tindak pidana
3. Menjelaskan tindak pidana pembunuhan
4. Menjelaskan jenis tindak pidana pembunuhan
5. Menjelaskan unsur tindak pidana pembunuhan

D. MANFAAT PENULISAN

1. Mengetahui tindak pidana


2. Mengetahui jenis tindak pidana
3. Mengetahui indak pidana pembunuhan
4. Mengetahui jenis tindak pidana pembunuhan
5. Mengetahui unsur tindak pidana pembunuhan

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. TINDAK PIDANA

1. PENGERTIAN TINDAK PIDANA


Istilah tindak pidana berasal dari isitilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda
yaitu strafbaar feit. Strafbaar feit, terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan feit. Dari
istilah yang dikemukakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf
diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat
dan boleh. Sementara itu, untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa,
pelanggaran, dan perbuatan.1

Simons merumuskan bahwa strafbaar feit ialah kelakuan yang diancam pidana,
yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh
orang yang mampu bertanggung jawab. Van Hamel merumuskan istilah strafbaar feit itu
sebagai kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum yang
patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Kemudian Vos menjelaskan, strafbaar
feit merupakan suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan perundang-undangan diberi
pidana, jadi suatu kelakuan manusia yang pada umumnya dilarang dan diancam pidana.
Sedangkan Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana bahwa perbuatan pidana
adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.2
Adapun pengertian tentang strafbaar feit sebagaimana diuraikan di atas, bahwa
diantara sarjana hukum terdapat dua pandangan yang berbeda dalam hal merumuskan
suatu strafbaar feit atau delict, pandangan pertama merumuskan delik sebagai suatu
kesatuan bulat, sehingga tidak memisahkan antara perbuatan dan akibat disatu pihak dan
pertanggung jawaban dilain pihak. Kemudian pandangan yang kedua yakni pandangan
yang memisahkan antara perbuatan dan akibatnya (actus reus) di satu pihak dan
pertanggungjawaban (mens rea) dilain pihak.3

2. JENIS-JENIS TINDAK PIDANA


KUHP sendiri telah mengklasifikasikan tindak pidana atau delik ke dalam dua
kelompok besar yaitu dalam Buku Kedua dan Buku Ketiga masing-masing menjadi
kelompok kejahatan dan pelanggaran. Kemudian bab-babnya dikelompokkan menurut

1
Adami Chazawi. 2005. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 67

2
Andi Hamzah. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta.Rineka Cipta. Hlm. 88

3
Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 58
6
sasaran yang hendak dilindungi oleh KUHP terhadap tindak pidana tersebut. Misalnya
Bab I Buku Kedua adalah Kejahatan Terhadap Keamanan Negara, dengan demikian ini
merupakan kelompok tindak pidana yang sasaranya adalah keamanan negara.4
1. Kejahatan dan Pelanggaran

Kejahatan merupakan rechtsdelict atau delik hukum dan pelanggaran merupakan


wetsdelict atau delik undang-undang. Delik hukum adalah pelanggaran hukum yang
dirasa melanggar rasa keadilan. Sedangkan delik undang-undang melanggar apa yang
ditentukan oleh undang-undang. Disamping itu dari sudut pandang yang lain kejahatan
ialah delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga membahayaka secara konkret
sedangkan pelanggaran hanya membahayakan secara in abstracto saja.5

2. Delik Formil dan Delik Materiil

Delik formil adalah delik yang dianggap selesai dengan dilakukannya perbuatan itu,
atau dengan perkataan lain titik beratya pada perbuatan itu sendiri. Sedangkan akibatnya
hanya merupakan aksidential (hal yang kebetulan). Contoh delik formal adalah Pasal 362
(pencurian), Pasal 160 (peghasutan) dan Pasal 209- 210 (penyuapan). Jika seseorang telah
melakukan perbuatan mengambil dan seterusnya, dalam delik pencurian sudah cukup.
Juga jika penghasutan sudah dilakukan, tidak peduli apakah yang dihasut benar-benar
mengikuti hasutan itu. Sebaliknya dalam delik materiil titik beratnya pada akibat yang
dilarang, delik itu dianggap selesai jika akibatnya sudah terjadi, bagaimana cara
melakukan perbuatan itu tidak menjadi masalah. Contohnya Pasal 338 (pembunuhan),
yang terpenting adalah matinya seseorang. Caranya boleh dengan mencekik, menembak
dan sebagainya.
3. Delik Dolus dan Delik Culpa

Delik dolus adalah delik yang memuat unsur kesengajaan, rumusan kesengajaan itu
mungkin dengan kata-kata yang tegas dengan sengaja, tetapi mungkin dengan kata-kata
yang senada, seperti diketahuinya, dan sebagainya. Contohnya adalah Pasal-pasal 162,
197, 310, 338, dan lebih banyak lagi. Delik culpa di dalam rumusannya memuat unsur
kealpaan, dengan kata karena kealpaannya, misalnya padal Pasal 359, 360, 195. Di dalam
beberapa terjemahan kadang-kadang dipakai istilah karena kesalahanya.
4. Delik Commissionis dan Delik Omissionis

4
Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 58

5
Andi Hamzah. Opcit. Hlm. 98-99
7
Delik commissionis barangkali tidak terlalu sulit dipahami, misalnya berbuat
mengambil, menganiaya, menembak, mengancam, dan sebagainya. Delik omissionis
dapat kita jumpai pada Pasal 522 (tidak datang menghadap ke pengadilan sebagai saksi),
Pasal 164 (tidak melaporkan adanya pemufakatan jahat). Disamping itu, ada yang disebut
dengan delik commissionis per omissionen commisa. Misalnya seorang ibu yang sengaja
tidak memberikan air susu kepada anaknya yang masih bayi dengan maksud agar anak itu
meninggal (Pasal 338), tetapi dengan cara tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan. Keharusan menyusui bayi tidak terdapat di dalam hukum pidana. Juga
seseorang menjaga pintu lintasan kereta api yang tidak menutup pintu itu sehingga terjadi
kecelakaan (Pasal 164).

5. Delik Aduan dan Delik Biasa (Bukan Aduan)

Delik aduan (klachtdelict) adalah tindak pidana yang penuntutannya hanya


dilakukan atas dasar adanya pengaduan dari pihak yang berkepentingan atau terkena.
Siapa yang dianggap berkepentingan, tergantung dari jenis deliknya dan ketentuan yang
ada. Terdapat dua jenis delik aduan, yaitu delik aduan absolute, yang penuntutannya
hanya berdasarkan pengaduan, dan delik aduan relatif di sini karena adanya hubungan
istimewa antara pelaku dengan korban.
Berkaitan dengan kasus yang hendak dibahas oleh penulis yaitu tentang
pembunuhan berencana secara bersama-sama merupakan delik materiil karena delik
pembunuhan berencana memandang akibat yang dilarang dari perbuatan pelaku
kejahatan. Disamping itu pembunuhan berencana termasuk delik dolus sebagaimana
diuraikan di atas yang dalam rumusannya terdapat unsur kesengajaan.6

B. TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

1. PENGERTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN


Pembunuhan adalah berasal dari kata “bunuh” yang mendapatkan awalan “pem”

dan akhiran “an” yang menjadi “pembunuhan” dengan suara sengau “m” berarti “mati”.
Maka pembunuhan berarti perkara atau perbuatan membunuh kata bunuh berarti
mematikan, menghilagkan nyawa, membunuh artinya membuat supaya mati,
pembunuhan artinya orang atau alat yang membunuh, pembunuh berarti perkara

6
Teguh Prasetyo. Opcit. Hlm. 60
8
membunuh, perbuatan atau hal membunuh.7

Perbuatan yang dikatakan pembunuh adalah perbuatan oleh siapa saja yang sengaja
merampas nyawa orang lain. Pembunuh (belanda :doodslag) itu diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun (Pasal 338 kuhpidana). Jika pembunuh itu telah
direncanakan lebih dahulu, maka disebut pembunuhan berencana (belanda :moord), yang
diancam dengan pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun atau
seumur hidup atau pidana mati (Pasal 340 kuhpidana).8
Perkara nyawa sering disinomin dengan “jiwa”. Pembunuhan adalah suatu
perbuatan yang dilakukan sehingga menyebabkan hilangnya seseorang dengan sebab
perbuatan menghilangkan nyawa. Dalam kuhpidana Pasal 338-340 menjelaskan tentang
pembunuhan atau kejahatan terhadap jiwa orang. Kejahaan ini dinamakan “makar mati”
atau pembunuhan (doodslag).9
Pembunuhan secara yuridis diatur dalam Pasal 338 kuhpidana, yang
mengatakan bahwa: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain,
karena bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya lima belas tahun.
Dikatakan melakukan tindak pidana pembunuhan dengan kesengajaan, adalah
apabila orang tersebut memang menghendaki perbuatan tersebut, baik atas kelakuan
maupun akibat atau keadaan yang timbul karenanya. Namun juga mungkin tidak
dikehendaki sama sekali oleh pelakunya. Kesengajaan menghilagan nyawa orang lain itu
oleh kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berlaku dewasa ini, telah disebut
“pembunuhan”.10

2. JENIS-JENIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

Dalam kuhpidana, tindak pidana yang berakibat hilangnya nyawa orang lain
adalah:11
1) Pembunuhan biasa (Pasal 338 kuhpidana)
7
Soesilo, R.T.Th, 2010, Kriminologi, Politeia, Bogor, Hlm. 108
8
Hilman Hadikusuma, 2005, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, Hlm. 129- 130

9
Leden Marpaung, 1999, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh, Sinar Grafika, Jakarta,
Hlm. 4

10
Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, Hlm.10

11
Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Hlm. 56
9
2) Pembunuhan dengan pemberatan (Pasal 339 kuhpidana)
3) Pembunuhan berencana (Pasal 340 kuhpidana)
4) Pembunuhan bayi oleh ibunya (Pasal 341 kuhpidana)
5) Pembunuhan bayi berencana (Pasal 342 kuhpidana)
6) Pembunuhan atas permintaan yang bersangkutan(Pasal 344 kuhpidana)
7) Membujuk/membantu orang agar bunuh diri (Pasal 345 kuhpidana)
8) Pengguguran kandungan dengan izin ibunya (Pasal 346 kuhpidana)

9) Pengguguran kandungan tanpa izin ibunya (Pasal 347 kuhpidana)


10) Matinya kandungan dengan izin perempuan yang mengandungnya (Pasal 348
kuhpidana)
11) Dokter/bidan/tukang obat yang membantu pengguguran/matinya kandungan (Pasal 349
kuhpidana)
12) Matinya seseorang karena kealpaan (Pasal 359 kuhpidana)

Dalam perbuatan menghilangkan nyawa terdapat 3 syarat yang harus terpenuhi,


yaitu:
1) Ada wujud perbuatan
2) Adanya kematian
3) Adanya hubungan sebab akibat perbuatan dan kematian

Berdasarkan unsur tindak pidana pembunuhan dapat dibedahkan menjadi:


a) Pembunuhan biasa
Pembunuhan sengaja dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal 338 kuhpidana yang
merumuskan bahwa:
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”
b) Pembunuhan yang disertai, diikuti atau didahului dengan tindak pidana lain.
Delik ini diatur dalam Pasal 339 kuhpidana yang merumuskan
Bahwa:

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu tindak pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana bila tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu
10
tertentu paling lama dua puluh tahun.
Pada pembunuhan dalam Pasal 339 kuhpidana merumuskan suatu bentuk
khusus pembunuhan yang diperberat. Dalam pembunuhan yang diperberat ini terdapat 2
(dua) macam tindak pidana sekaligus, yaitu pembunuhan biasa dan tindak pidana lain.
c) Pembunuhan berencana
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 kuhpidana, yang menyebutkan sebagai
berikut:
Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun.
Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pidana
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 kuhpidana dan 339 kuhpidana bahkan merupakan
pemunuhan dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, dimana sanksi pidana
mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya, yang menjadi dasar beratnya
hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih dahulu. Selain diancam dengan pidana
mati, pelaku tindak pidana pembunuhan berencana juga dapat dipidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

3. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA

Pemunuhan biasa yang terdapat dalam Pasal 338 kupidana Yaitu:


“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara palimh lama lima belas tahun.”
Dalam ketentuan Pasal 338 kuhpidana tersebut, maka unsur- unsur dalam
pembunuhan biasa adalah sebagai berikut:
Unsur subyektif: perbuatan dengan sengaja,

Unsur obyektif: perbuatan menghilangkan, nyawa, dan orang lain.


1. Unsur sengaja meliputi tindakannya dan objeknya, artinya si pembuat atau pelaku
mengetahui atau mengkehendaki adanya orang mati dari perbuatannya tersebut.
Hilangnya jiwa seseorang harus dikehendaki dan harus menjadi tujuan, sehingga
karenanya perbuatan yang dilakukan tersebut dengan suatu maksud atau tujuan yakni
adanya niat untuk menghilangkan nyawa orang lain.
11
2. Jika timbulnya akibat hilangnya jiwa orang lain tanpa dengan sengaja atau bukan menjadi
tujuan atau bukan bermaksud dan tidak pernah diniatkan tidaklah dapat dikatakan sebagai
pembunuhan (doogslag) in casu tidak dapat dikenakan ketentuan tindak pidana
pembunuhan tersebut tetapi mungkin dapat dikenakan tindak pidana lain yang
mengakibatkan orang mati tetapi tidak dengan unsur sengaja.

3. Baik timbulnya akibat maupun perbuatan yang menimbulkannya harus dilakukan dengan
sengaja, jadi pelaku atau pembuat harus mengetahui dan menghendaki bahwa dari
perbuatannya itu dapat bahkan pasti mengakibatkan adanya orang mati.
4. Untuk memenuhi tindak pidana pemmbunuhan dengan unsur sengaja yang terkadang
dalam Pasal 338 kuhpidana ini disyaratkan bahwa perbuatan pembunuhan tersebut harus
dilakukan sesegera mungkin sesudah timbulnya suatu maksud atau niat untuk membunuh
tidak dengan pikir-pikir atau tidak dengan suatu perencanaan.
5. Unsur sengaja ini dalam praktek seringkali sulit untuk membuktikannya, terutama jika
pemuat atau pelaku tersebut licik ingin menghidar dari perangkat tindak pidana tersebut.
Karena unsur dengan sengaja adalah unsur subjektif adalah unsurbatin si pembuat yang
hanya dapat diketahui dari keterangan tersangka atau terdakwa di depan pemeriksaan
penyidik atau di depan pemeriksaan persidangan, kecuali mudah pembuktiannya unsur ini
apabila tersangka atau terdakwa tersebut memberi keterangan sebagai “pengakuan”
artinya mengakui terus terang pengakuannya bahwa kematian si korban tersebut memang
dikehendaki atau menjadi tujuannya.
6. Pada umumnya kasus-kasus tindak pidana pembunuhan si tersangka atau terdakwa
berusaha menghindar dari pengakuan unsur sengaja tetapi selalu berlindung bahwa
kematian si korban tersebut tidak

Dikehendaki atau bukan menjadi niat tujuannya yakni hanya ingin menganiaya saja atau
melukainya saja.
7. Untuk membuktikan unsur sengaja menurut ketentuan ini haruslah dilihat cara
melakukanya dalam mewujudkan perbuatan jahatnya tersebut. Sehingga memang
dikehendaki atau diharapkan supaya korbannya meninggal dunia.
8. Menghilangkan jiwa orang lain;
a) Unsur ini disyaratkan adanya orang mati. Dimana yang mati adalah orang lain
dan bukan dirinya sendiri si pembuat tersebut.
b) Pengertian orang lain adalah semua orang yang tidak termasuk dirinya sendiri si
pelaku.
c) Dalam rumusan tindak pidana Pasal 338 kuhpidana tidak ditentukan bagaimana
12
cara melakukan perbuatan pembunuhan tersebut, tidak ditentukan alat apa yang
digunakan tersebut, tetapi Undang-Undang hanya menggariskan bahwa akibat
dari perbuatannya itu yakni menghilangkan jiwa orang lain atau matinya orang
lain.
d) Kematian tersebut tidak perlu terjadi seketika itu atau sesegera itu, tetapi
mungkin kematian dapat timbul kemudian.
e) Untuk memenuhi unsur hilangnya jiwa atau matinya orang lain tersebut harus
sesuatu perbuatan, walaupun perbuatan itu kecil yang dapat mengakibatkan
hilangnya atau matinya orang lain.

Adanya unsur subjektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan nyawa


terdapat syarat yang harus juga dibuktikan adalah pelaksanaan perbuatan menghilangkan
nyawa orang lain harus tidak lama sejak timbulnya atau terbentuknya kehendak untuk
membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam tenggang waktu yang cukup lama itu
petindak dapat memikirkan tentang berbagi hal, misalnya memikirkan apakah
kehendaknya itu akan diwujudkan dalam pelaksanaan ataukah tidak, dengan cara apa
kehendak itu akan diwujudkan. Maka pembunuhan itu masuk kedalam pembunuhan
berencana (Pasal 340 kuhpidana), dan bukan pembunuhan biasa.
Apabila kita melihat ke dalam rumusan ketentuan pidana menurut Pasal 338
kuhpidana, segera dapat dilihat bahwa kata opzettelijk atau dengan sengaja itu terletak
didepan unsur menghilangkan nyawa orang lain, ini berarti bahwa semua unsur yang
terletak dibelakang kata opzettelijk itu juga diliputi opzet. Artinya semua unsur tersebut
oleh penuntut umum harus didakwakan terhadap terdakwa dan dengan

sendirinya harus dibuktikan disidang pengadilan, bahwa opzet dari terdakwa juga
telah ditujukan pada unsur-unsur tersebut. Atau dengan kata lain penuntut umum harus
membuktikan bahwa terdakwa:
1. Telah menghendaki (willens) melakukan tindakan yang bersangkutan dan telah
mengetahui (wetens) bahwa tindakannya itu bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang
lain.
2. Telah menghendaki bahwa yang akan dihilangkan itu adalah nyawa, dan
3. Telah mengetahui bahwa yang akan dihilangkan itu ialah nyawa orang lain.
Unsur dengan senagaja (dolus/opzet) merupakan suatu yang dikehendaki (willens)
dan diketahui (wetens). Dalam doktrin, berdasarkan tingkat kesengajaan terdiri dari 3
bentuk, yakni:
13
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk).
2. Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij zakerheids bewustzijn)
3. Kesenajaan sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids bewustzijn atau dolus
eventualis)
Berdasarkan pandangan bahwa unsuropzettelijk bila dicantumkan dalam
rumusan tindak pidana, maka pengertian opzettelijk itu harus diartikan termasuk kedalam
3 bentuk kesengajaan tersebut. Pandangan ini sesuai dengan praktik hukum yang dianut
selama ini.

Rumusan Pasal 338 kuhpidana dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai
menghilangkan nyawa orang lain, menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan adalah
suatu tindak pidana materiil. Tindak pidana materiil adalah suatu tindak pidana yang
melarang menimbulkan akibat tertentu (akibat yang dilarang).
Perbuatan menghilangkan nyawa dirumuskan dalam bentuk aktif dan abstrak.
Bentuk aktif artinya mewujudkan perbuatan itu harus dengan gerakan dari sebagian
anggota tubuh, tidak boleh diam atau pasif. Disebut abstrak karena perbuatan ini tidak
menunjukkan bentuk konkrit tertentu. Oleh karena itu dalam kenyataan secara konkrit
perbuatan itu dapat beraneka macam wujudnya seperti menembak, memukul,
membacok, dan lain sebagainya yang tidak terbatas banyaknya.

C. CONTOH KASUS

Kasus kopi sianida berawal dari pertemuan Jessica Wongso, Mirna, dan Hanie Boon
Juwita di Kafe Olivier Grand Indonesia (GI) pada 6 Januari 2016. Jessica datang lebih
dahulu dan memesan tempat dilayani resepsionis Cindy yang menawarkan meja nomor
54.

Lalu, ia pergi dan kembali lagi membawa tas kertas, kemudian memesan es kopi
Vietnam serta dua koktail. Setelah ia membayar, penyaji mengantarkan minuman ke meja

14
54. Beberapa menit kemudian, Mirna dan Hani datang secara bersamaan. Mirna
meminum es kopi Vietnam dan mengatakan rasanya tidak enak sambil mengibaskan
tangan di depan mulutnya.

Tidak lama kemudian, tubuh Mirna kejang, tidak sadarkan diri, dan mengeluarkan
buih dari mulut. Mirna langsung dibawa ke klinik di GI. Kemudian, suami Mirna, Arief
Soemarko datang membawanya ke Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo ditemani Jessica dan
Hanie. Namun, nyawa Mirna tidak terselamatkan. Ayah Mirna, Edi Dharmawan Salihin
langsung melaporkan kematian anaknya ke Polsek Metro Tanah Abang karena dianggap
tidak wajar.

Tiga hari setelah kematian, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya,
Krishna Murti meminta izin kepada ayahnya agar diautopsi. Namun, jenazah hanya
diizinkan untuk diambil sampel dari bagian tubuhnya dan menemukan zat racun. Lalu,
pada 10 Januari 2016, jenazah Mirna dimakamkan di Gunung Gadung, Bogor.

Pra-rekonstruksi dan penetapan tersangka Mengacu Antara, satu hari setelah Mirna
dikubur, polisi melangsungkan pra-rekonstruksi di Kafe Olivier yang menghadirkan
Jessica, Hanie, dan pegawai Olivier. Setelah itu, Puslabfor Mabes Polri mengumumkan,
ada sianida dalam kopi dan lambung Mirna.

Penyidik Polisi kemudian memanggil Jessica dan keluarga Mirna, yaitu


Dharmawan, Sendy Salihin (saudari kembarnya), serta Arief. Penyidik melakukan gelar
perkara, menetapkan Jessica sebagai tersangka pembunuhan, dan menangkapnya di
sebuah hotel Jakarta Utara.

1. TERSANGKA
Setelah hampir satu bulan sejak kematian Wayan Mirna Salihin, polisi akhirnya
mengumumkan pelaku pembunuhan berencana ini. Jessica Kumala Wongso ditetapkan
sebagai tersangka pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 23:00 WIB. Jessica yang diketahui
sebagai teman Mirna yang juga memesankan minuman, ditangkap keesokan harinya di
Hotel Neo Mangga Dua Square, Jakarta Utara, pada tanggal 30 Januari 2016 pukul 07:45
WIB. Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam sebagai tersangka, Jessica pun
ditahan oleh pihak kepolisian.

2. KRONOLOGI

15
Terdapat beberapa kronologi berbeda dari kasus pembunuhan ini, dikarenakan
keterangan saksi yang sering berubah-ubah. Kronologi pertama adalah keterangan dari
teman berkumpul Mirna pada saat kejadian, Jessica, dan kronologi kedua diungkapkan
oleh teman Mirna lainnya yang juga berada di TKP, yaitu Hani, kepada pihak
kepolisian[3].

a) Kronologi Versi Jessica


 Tiba di Grand Indonesia (pukul 14.00 WIB). Jessica janjian bertemu dengan tiga
temannya, Mirna, Hani, dan Vera, di Kafe Olivier pada pukul 17.00.
 Pesan tempat. Begitu tiba, Jessica langsung memesan meja nomor 54. Kafe Olivier
merupakan pilihan Mirna.
 Jalan-jalan. Jessica berkeliling mal dan membeli tiga bingkisan berisi sabun untuk
oleh-oleh bagi ketiga temannya.
 Kembali ke kafe (Sekitar pukul 16.00 WIB). Jessica memesan minuman setelah
bertanya dulu di grup perbicangan media sosial mereka.
 Minuman datang. Minuman yang datang pertama adalah es kopi Vietnam pesanan
Mirna. Dua minuman lainnya, fashioned sazerac (Hani) dan cocktail (Jessica) datang
belakangan.
 Sang teman tiba (pukul 16.40). Mirna dan Hani datang. Vera tak terlihat. Posisi duduk:
Mirna (tengah), Jessica (kiri), dan Hani (kanan)
 Mirna meminum kopi Mirna merasa bau kopinya aneh dan meminta kedua temannya
ikut mencium. “Baunya aneh,” kata Jessica. Belakangan diketahui bahwa kopi yang
diminum oleh Mirna memiliki warna seperti kunyit.
 Mirna meminta air putih. Jessica meminta air kepada pelayan. Ia ditanya balik pilihan
minumannya.
 Mirna sekarat. Ketika ia kembali, tubuh Mirna sudah kaku, mulutnya mengeluarkan
busa, kejang-kejang, dengan mata setengah tertutup.
 Panik. Jessica dan Hani panik sembari mengoyangkan tubuh Mirna. Mereka berteriak
memanggil pelayan kafe.
 Dibawa ke klinik dan rumah sakit Mirna dibawa menggunakan kursi roda ke klinik,
kemudian dibawa dengan mobil suaminya, Arief Soemarko, ke Rumah Sakit Abdi
Waluyo. Dokter klinik mal Grand Indonesia, Joshua, mengatakan denyut nadi Wayan
Mirna Salihin sebelum wafat adalah 80 kali per menit. Sementara pernapasannya 16
kali per menit. Pada saat dibawa ke klinik, Mirna diketahui pingsan. Selama lima menit

16
Joshua mengaku hanya melakukan pemeriksaan dan tidak menemukan masalah pada
pernapasan dan denyut nadi. Dirinya hanya memberi alat bantu pernapasan. Kemudian
atas kemauan suami, Mirna kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Abdi Waluyo.

b) Kronologi Versi Hani Kepada Polisi


 Tiba di kafe (pukul 16.00 WIB) Jessica tiba di kafe.
 Hani dan Mirna datang (pukul 16.40 WIB). Minuman sudah tersedia. Menurut Hani,
setelah meminum es kopi, Mirna mengatakan “It's awful, it's bad”. “Minumannya ada
apa-apanya kali,” kata Hani.
 Mirna sekarat Mirna merasa kepanasan dan mulutnya berbusa sehingga dibawa ke
klinik. Mirna meninggal di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

c) Kronologi Versi Edi Darmawan Salihin (Ayah Mirna)


Wawancara yang dilakukan oleh Karni Ilyas dalam acara Indonesia Lawyers Club
di tvone, Edi Darmawan Salihin[4] mengungkapkan beberapa fakta terkait kematian
anaknya. Fakta tersebut ia peroleh salah satunya setelah melihat rekaman CCTV yang
berada di Olivier Cafe. Ia menjelaskan, bahwa apa yang di ucapkan oleh Jessica Kumala
Wongso di media-media itu bohong. Kebohongan tersebut antara lain mengenai air
mineral yang diakui Jessica dipesan olehnya, nyatanya tidak tercantum dalam tagihan
pesanan. Lalu penempatan goody bag yang diakui Jessica ditaruh di atas meja setelah
minuman datang, menurut Edi, nyatanya goodybag ditaruh sebelum minuman pesanan
diantarkan oleh pelayan. Edi pun mengatakan, hanya Jessica yang tidak menangis saat
keluarga dan teman-teman Mirna berada di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

3. PENYELIDIKAN KEPOLISIAN
Pada awal perkembangan kasus kematian Mirna, kepolisian sempat menemui jalan
buntu karena pihak keluarga Mirna tidak mengizinkan untuk dilakukan autopsi terhadap
jenazah Mirna. Namun, setelah dilakukan musyawarah dan dijelaskan oleh pihak
kepolisian, akhirnya pihak keluarga mengizinkan polisi untuk melakukan otopsi. Dari
hasil otopsi tersebut diketahui bahwa terdapat pendarahan di lambung Mirna.

Berdasarkan penemuan tersebut, polisi berkeyakinan bahwa kematian Mirna tidak


wajar. Polisi kemudian melakukan prarekonstruksi di Olivier Cafe pada tanggal 11
Januari 2016 dengan menghadirkan dua orang teman Mirna yakni Hani dan Jessica. Polisi
juga meminta keterangan dari pegawai Olivier Cafe.

17
Polisi pun mengembangkan penyelidikan dengan memanggil beberapa saksi
termasuk pihak keluarga Mirna yang diwakili oleh ayahnya, juga dua orang teman Mirna
yakni Hani dan Jessica. Jessica sendiri diperiksa oleh pihak kepolisian sebanyak 5 kali.
Jessica tidak hanya dimintai keterangan, tetapi polisi juga menggeledah rumahnya pada
tanggal 10 Januari 2016. Polisi diketahui mencari celana yang dipakai oleh Jessica pada
saat kejadian. Namun hingga kini, celana tersebut belum ditemukan.

Tidak hanya memeriksa para saksi, polisi pun meminta keterangan dari para ahli
diantaranya ahli IT, hipnoterapi, psikolog, dan psikiater untuk menguatkan bukti dugaan
terhadap pelaku.

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) juga meminta bantuan kepada


Kepolisian Federal Australia untuk mendalami latar belakang Jessica selama berada di
Australia.

4. TUNTUTAN JAKSA
Pada 5 Oktober 2016, jaksa memberikan tuntutan hukuman 20 tahun penjara kepada
Jessica karena tewasnya Mirna memberikan kesedihan yang mendalam. Jaksa juga
menyatakan, Jessica melakukan aksi pembunuhan keji dan sadis dengan racun.

5. REKONSTRUKSI DAN PRAPERADILAN


Pada Februari 2016, polisi menggelar rekonstruksi tewasnya Mirna di Kafe Olivier.
Jessica menolaknya karena dinilai itu sebagai "versi polisi". Setelah itu, ia menjalani tes
kejiwaan di RS Cipto Mangunkusumo untuk mengetahui pribadi dan motif.

Kemudian, penasihat hukum Jessica mengajukan pra-peradilan ke Pengadilan


Negeri (PN) Jakarta Pusat (Jakpus) karena penetapan tersangka dianggap tidak sah.
Namun, upaya tersebut pupus sehingga Jessica ditahan sampai akhir Mei 2016.

6. PERSIDANGAN DAN SAKSI KUNCI


Pada 12 Juli 2016, keluarga Mirna (Dharmawan, Sendy, dan Arief) memberikan
keterangan yang mengarah kepada kecurigaan Jessica. Esoknya, saksi kunci, Hanie
dihadirkan. Ia sempat mencicipi es kopi Vietnam dan merasakan rasa panas di lidah. Ia
juga menceritakan situasi kedatangannya di kafe sampai di RS Abdi Waluyo.

Pada 27 Oktober 2016, hakim menyatakan Jessica Wongso terbukti bersalah


melakukan pembunuhan berencana dalam perkara tewasnya Wayan Mirna Salihin. Hakim

18
menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun penjara karena tindakan Jessica membuat Mirna
meninggal dunia dan menjadi perbuatan keji dan sadis.

Setelah melewati beberapa kali persidangan, Jessica Kumala Wongso dituntut 20


tahun penjara atas tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Pasal 340 KUHP pada
27 Oktober 2016. Dalam tuntutannya, jaksa menyebutkan bahwa Jessica diyakini terbukti
bersalah meracuni Mirna dengan menaruh racun sianida dengan kadar 5 gram. Jessica
disebut menutupi aksinya dengan cara meletakkan 3 kantong kertas di meja nomor 54.
Sidang pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dipimpin oleh hakim ketua hakim ketua
Kisworo, hakim anggota Binsar Gultom, dan hakim anggota Partahi Hutapea.

Pada 13 Juli, rekaman CCTV dari kafe Olivier ditayangkan di persidangan dan
menunjukkan Jessica berdiri menghindari kerumunan sambil melihat sekelilingnya dan
menggaruk-garuk tangannya ketika banyak orang sedang membantu Mirna. Kepala
Subbidang Komputer Forensik Bareskrim Polri, Muhammad Nuh Al-Azhar, mengatakan
terdapat tindakan yang mencurigakan dari Jessica, yaitu selalu menoleh ke meja nomor 54
dan duduk menghalangi tanaman hias, serta meletakkan tatakan meja sejajar dengan paper
bag. Ia juga menambahkan tindakan mencurigakan lainnya yaitu ketika Jessica
memindahkan posisi kopi yang akan diminumnya ke posisi duduk Mirna dan
memasukkan tangannya beberapa kali kedalam tas.

Pada 28 September, adik Mirna, Sandy, mengatakan bahwa Jessica sempat


mengirimi tautan berita tentang racun kepada dirinya setelah kematian Mirna. Pengadilan
kemudian menghadirkan kesaksian dari kolega Jessica di Australia, Kristie Louise
Charter, yang mengatakan bahwa dirinya memiliki dua kepribadian yang berlawanan dan
menggunakan hal tersebut untuk memanipulasi perhatian seseorang agar meraih simpati,
dan akan sangat marah apabila perhatian tersebut tidak berhasil didapatkan. Ia juga
menambahkan bahwa Jessica memiliki sifat yang licik dan suka berbohong, dan akan
menunjukkan sifat tersebut ke orang terdekatnya apabila dirinya sedang mengalami
tekanan.

The Jakarta Post mengatakan bahwa "Sejalan dengan dakwaan, hakim


menyimpulkan bahwa Jessica membunuh Mirna sebagai pembalasan dendam karena
berulang kali menyuruh Jessica putus dengan Patrick O'Connor, mantan pacar
Australianya."

19
Setelah kasasi yang cukup lama, pertama kali ditolak di Pengadilan Tinggi Jakarta
dan kemudian di Mahkamah Agung yang dipimpin oleh Hakim Artidjo Alkostar, Salman
Luthan dan Sumardiyatmo yang dengan suara bulat menolak kasasi Jessica. "[Kami]
menolak kasasi," kata juru bicara Mahkamah Agung Suhadi seperti dikutip
tribunnews.com, Rabu.

7. PLEIDOI, REPLIK, DAN DUPLIK


Pada Pleidoi, Jessica menyampaikan tidak membunuh Mirna dan hidupnya sangat
menderita di sel tahanan. Otto Hasibuan, pengacara Jessica pun meragukan keaslian
barang bukti yang menyudutkan Jessica dan menegaskan kematian Mirna bukan karena
sianida.

Pada replik, jaksa menyatakan bahwa nota pembelaan tim kuasa hukum Jessica
hanya keterangan spekulatif yang dipenuhi asumsi tidak berdasar dan kering dari sumber
hukum. Jaksa juga menyebut ruang tahanan Jessica mewah.

Sementara itu, dalam duplik, Jessica menjelaskan foto sel mewah tersebut
merupakan ruang konseling Polda. Jessica juga mengaku cemas karena keluarga Mirna
dinilai dekat dengan jaksa. Ia juga mendapatkan informasi dari Amir Papalia yang melihat
pertemuan diduga Arief dengan barista Olivier, Rangga satu hari sebelum Mirna
meninggal. Otto Hasibuan pun memohon kepada Jokowi menjadikan kasus ini sebagai
reformasi hukum.

Putusan hakimwayan Mirna Salihin, 27 tahun, adalah anak dari seorang pengusaha.
Ia merupakan kerabat jauh dari aktris Amerika-Italia yaitu Rafaela Ottiano. Ayahnya, Edi
Darmawan Salihin memiliki beberapa perusahaan, antara lain di bidang pengiriman
dokumen penting di Petojo, Jakarta Pusat, dan perusahaan yang bergerak di bidang
garmen di Cengkareng, Jakarta Barat. Mirna diketahui memegang salah satu perusahaan
milik ayahnya tersebut.

Mirna pernah bersekolah di Jubilee School di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Ia


kemudian melanjutkan pendidikan di Billy Blue College of Design, dan Swinburne
University of Technology, keduanya berada di Australia. Setelah lulus, Mirna bekerja di
perusahaan yang bergerak di bidang desain, Misca Design dan Monette Gifts & Favors.

20
Pada bulan November 2015, Mirna menikah dengan Arief Soemarko di Bali,
Indonesia, setelah sebelumnya berpacaran selama 10 tahun. Mirna dan Arief diketahui
mulai berpacaran sejak berada di Australia. Saat itu, Mirna tinggal di Sydney, sedangkan
Arief di Melbourne.

8. PEGAWAI KAFE OLIVIER DAN AHLI DARI JAKSA


Persidangan pegawai Kafe Olivier menghadirkan Cindy (resepsionis), Marlon Alex,
Agus Triyono (pelayan), Rangga Dwi (barista), Yohanis (bartender), Devi (manajer kafe),
dan pegawai lainnya. Berdasarkan keterangan mereka, tidak satu pun yang melihat Jessica
memasukan sesuatu ke dalam gelas kopi es Vietnam Mirna. Beberapa pegawai hanya
melihat warna es kopi berubah menjadi kuning.

Jaksa juga menghadirkan beberapa ahli, antara lain:

Dokter Forensik, Slamet Purnomo menegaskan Mirna meninggal keracunan sianida


sebanyak 0,2 milligram per liter di lambung. Ahli Digital Forensik Mabes Polri,
Muhammad Nuh Al Azhar membuka rekaman CCTV yang memperlihatkan gerak-gerik
Jessica selama di kafe.

Pakar hukum pidana, Edward Omar Sharif menjelaskan dalam Pasal 340 KUHP
tentang pembunuhan berencana tidak diperlukan motif dan pembuktian hukumnya bisa
tidak menggunakan bukti langsung.

9. AHLI DARI PENASIHAT HUKUM JESSICA


Penasihat hukum Jessica menghadirkan beberapa ahli dalam persidangan, seperti:

a) Ahli psikologi UI, Dewi Taviana Walida mengungkapkan bahwa sifat amorous
narcissist Jessica bukan faktor mendorong pembunuhan.
b) Ahli Teknologi Informasi dan Digital Forensik Universitas Mataram, Rismon
Hasiholan Sianipar menduga rekaman kamera pengawas yang menampilkan Jessica
menggaruk tangan telah melalui proses rekayasa mencerahkan pixel video.
c) Ahli Patologi Forensik Australia, Beng Beng Ong, Patologi Forensik Djaja Surya
Atmadja, dan Toksikologi Budiawan mengatakan hal yang sama bahwa kematian
Mirna hanya bisa diketahui dengan autopsi. Mereka meragukan kematian disebabkan
sianida.

21
10. HASIL LABORATORIUM FORENSIK
Hasil autopsi yang dilakukan terhadap jenazah Mirna, ditemukan adanya
pendarahan pada lambung dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan
merusak mukosa lambung. Belakangan diketahui, zat korosif tersebut berasal dari
Sianida.

Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri juga sudah mengeluarkan hasil


pemeriksaan sampel kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin. Hasilnya, dari sampel
kopi itu ditemukan 15 gram racun sianida. Sebagai perbandingan, 90 miligram sianida
bisa menyebabkan kematian pada orang dengan berat badan 60 kilogram. Sekitar 90
miligram, jika dalam bentuk cairan, dibutuhkan 3-4 tetes saja. Sedangkan 15 gram, sekitar
satu sendok teh.

11. KONTROVERSI
Banyak kontroversi yang beredar terkait pembunuhan berencana yang
mengakibatkan Wayan Mirna Salihin meninggal karena diracun saat meminum kopi es
ala Vietnam. Salah satu kontroversi yang paling diperdebatkan adalah tidak terdapat
rekaman yang secara otentik menunjukkan bahwa Jessica benar-benar menuangkan
sianida ke dalam es kopi yang diminum Mirna, tetapi terdapat beberapa menit rekaman
dimana Jessica menaruh tas belanja di samping kopi yang diminum Mirna sedemikian
rupa sehingga es kopi tersebut tertutup dan tidak dapat ditangkap oleh kamera CCTV.

Beberapa kontroversi lainnya yang muncul:

Beredar kutipan pembicaraan whatsapp antara Jessica, Mirna, Hani, dan seorang
temannya bernama Vera tertanggal 1 Januari 2016. Dalam kutipan pembicaraan tersebut,
Jessica sempat bertanya perihal dokter umum yang melakukan praktik di Grand
Indonesia.

Netizen dihebohkan dengan beredarnya foto dua orang wanita yang diduga sebagai
Jessica dan Mirna berada di sebuah kamar. Sebelumnya juga beredar kabar bahwa Jessica
merupakan penyuka sesama jenis atau lesbian. Jessica membantah hal tersebut.

Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin menjelaskan bahwa dirinya sempat membaca
pesan-pesan di aplikasi whatsapp di ponsel milik anaknya sesaat setelah anaknya

22
meninggal. Edi menyebutkan, bahwa ada salah satu percakapan antara Jessica dan Mirna
yang menyebutkan bahwa Jessica menginginkan untuk dicium oleh Mirna.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembunuhan secara yuridis diatur dalam Pasal 338 kuhpidana, yang
mengatakan bahwa: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain,
karena bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya lima belas tahun.
Dikatakan melakukan tindak pidana pembunuhan dengan kesengajaan, adalah
apabila orang tersebut memang menghendaki perbuatan tersebut, baik atas kelakuan
maupun akibat atau keadaan yang timbul karenanya. Namun juga mungkin tidak
dikehendaki sama sekali oleh pelakunya. Kesengajaan menghilagan nyawa orang lain itu
oleh kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berlaku dewasa ini, telah disebut
“pembunuhan”.
Dalam perbuatan menghilangkan nyawa terdapat 3 syarat yang harus terpenuhi,
yaitu:
1) Ada wujud perbuatan
2) Adanya kematian
3) Adanya hubungan sebab akibat perbuatan dan kematian
Berdasarkan unsur tindak pidana pembunuhan dapat dibedahkan menjadi:
a) Pembunuhan biasa
b) Pembunuhan yang disertai, diikuti atau didahului dengan tindak pidana lain.
c) Pembunuhan berencana

B. SARAN
Dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan baik referensi maupun isi, kami
mengharapkan dan memberikan saran kepada pembaca agar memperbanyak sumber
bacaan dan referensi agar nantinya menambah ilmu kita di dalam pembahasan mengenai
23
tindan pidana pembunuhan berencana ini.

24

Anda mungkin juga menyukai