Teori Laprak Mektan
Teori Laprak Mektan
ATTERBERG LIMITS
ASTM 04318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastre Limit, and Plasticity
Index of Soils AASHTO T 89 "Determining the Liquid of Soils SNI 1967: 2008 "Cara
uji Penentuan Batar Cair Tanah
Percobaan Percobaan ini dimaksudkan untuk mencari kadar air pada batas can dan
sampel tanah. Hasil uji batar can ini dapat diterapkan untuk menentukan bagaimana
memperlakukan tanah berdasarkan materal dan sifat tanahnya, di mana konsistensi tanah
bergantung pada nilai batas can-nya. Batas cair ini juga dapat digunakan untuk
menentukan nilai indeks plastisitas tanah.
a. Alat
Alat Casagrande
Standard grooving tool
Can
Spatula
Mangkuk porselin
Oven
Timbangan
Botol penyemprot
b. Bahan
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air di dalam suatu keadaan. Menurut standar
acuan, kita akan mempelajari atau menguji di dalam trga keadaan, yaitu batos cair. batas
plastes. dan batas susut. Namun, di dalam praktikum kami, kami hanya melaksanakan 2
keadaan, yaitu batas car dan batas plastis.
Pada gambar 1.2 merupakan diagram Atterberg limits, semakin ke kanan diagram maka
kadar airnya semakin sedikit.
w 1−w 2
W= x 100%
w 2−w 3
dengan :
W = kadar air
W3 = berat can
1.5.1. Persiapan
1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian semprotkan air
suling secara perlahan lalu diaduk dengan spatula hingga tanah homogen.
2. Tanah yang sudah dicampur oleh air suling dapat diletakkan ke dalam casagrande
secara perlahan hingga telihat padat dan tebal.
3. Buat celah di tengah tanah di dalam cassagrande dengan menggunakan grooving
tool dari arah dalam menuju luar mangkuk dengan arah tegak lurus.
4. Jalankan alat cassagrande dengan kecepatan yang konstan, hingga tanah yang
bercelah di tengah menjadi rapat. Pada kandisi ini hentikan alat dan catat Jumlah
ketukannya.
5. Timbang can lalu ambil sambel tarah dalam mangkuk cassagrande dan letakkan ke
dalam can kemudian timbang berat can tanah. Lalu masukkan can + tarah ke dalam
oven.
6. Ulangi langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai ketukan antara 10 hingga
50 ketukan, untuk mendapat nilai ketukan yang serual dapat dibantu dengan
menambahkan air suling ataupun dangan menambahkan tanah.
7. Setelah sekitar 18 jarn berada di dalam oven, keluarkan sampel tanah lalu ditimbang.
8. Hitunglah kadar airnya.
Dari praktikum atau percobaan ini kita dapat menentukan Plastic Index (IP), dimana :
IP = LL - PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya brasanya terletak antara batas plastic dan batas
cair Rumus yang digunakan sama seperti pada batas cair
w 1−w 2
W= x 100%
w 2−w 3
dengan:
W = kadar air
W1 = berat tanah basah + container
W2 = berat tanah kering + container
W3 = berat container
ASTM D 854 Standard Test Methods for specify Gravity of Soll Solids by water
Pycnometer AASHTO T 100 "Speafic Gravity of Soils SNI 1964:2008 "Cara uji berat
Jenis tanah”
Definisi specific gravity pada tanah yaitu perbandingan berat jenis tanah dengan berat
jenis air suling dalam kondisi suhu 4°C, dengan persamaan cebagai berikut:
γε
Gs =
γw
Dengan: (2.1)
Gs = specific gravity
Perhitungan untuk tanah, berat jenisnya merupakan perbandingan antara berat tanah dengan
volume tanah:
Ws
Ys =
Vs
Dengan: (2.2)
Ws = berat tanah
Vs volume tanah
ww
γ ω=
vω
Dengan : (2.3)
Ww = berat air
Vw = volume air
Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan volume air (Vw),
sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1 menjadi sebagai berikut :
ws
G s=
ωw
Pada kondisi suhu T˚C silakukan perceboaan specific grafity, sehingga nilai tersebutv harus
dikoreksi dengan factor koreksi α . Maka mendapat rumus 2.4 tersebut menjadi,
ws
Gs =α
ωw
Dengan :
Ws = berat tanah
Ww = berat air
α = Faktor koreksi suhu T˚C yang berhubungan dengan temperature ruangan pada
percobaan.
Tabel 2.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu ( α ) yang digunakan berdasarkan acuan
standar SNI 1964 : 2008
Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah hasil percobaan
benar atau tidak adalah sebagai berikut:
2.5. Prosedur Praktikum
2.5.1. Persiapan
1. Isilah pycnometer 1 dengan air suling sebanyak 100,39 ml dan pycnometer 2 dengan
air suling sebanyak 98,84 ml. Kemudian timbang beratnya sehingga di dapatkan berat
air dan berat pycnometer (Wbw).
2. Catatlah sushu air dalam pycnometer dengan menggunakan thermometer.
3. Kembalikan air dalam pycnometer kedalam wadah awalnya, kemudian bersihkan dan
keringkan Kembali pycnometer.
4. Masukkan sampel tanah 1 sebanyak 20,45 gram dan sampel tanah 2 sebanyak 22,29
kedalam masing-masing pycnometer secara hati-hati (diusahakan tidak ada butiran
tanah yang menempel pada dinding leher pycnometer karena akan mengurangi
volume tanah).
5. Isilah kembali pycnometer dengan air suling hingga kurang lebih 3/4 bagian
volumenya.
6. Panaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap dalam tanah
pada pycnometer dengan cara didihkan kurang lebih 15 menit (gunakan kompor
listrik).
7. Diamkan Pycnometer selama kurang lebih 15 jam agar suhu air akhir diharapkan
sama dengan suhu air awal. Setelah didiamkan, tambah kan air hingga mencapai 500
ml hingga batas pada pycnometer.
8. Catatlah kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama kurang lebih 15 jam
dengan menggunakan termometer. Apabila suhu akhir sudah sama dengan suhu awal
air, timbang kembali pycnometer berisi air dan tanah tersebut sehingga didapatkan
berat pycnometer + berat air + berat tanah (Wbws).
1. Pycnometer yang digunakan dapat berupa botol labu dengan volume 100 ml atau
stoperred bottle dengan volume 50 ml.
2. Sampel tanah yang digunakan adalah seberat 25 gram untuk botol labu dan 10 gram
untuk stopered bottle.
( )
2
2 γs−γw D
v=
9η 2
√
Menjadi : 9ηv
D=2
2 γs−γw
Dengan :
v = kecepatan jatuh dari butiran ( gr / cm3 )
γs = berat jenis butiran ( gr / cm 3 )
γw = berat jenis larutan ( gr / cm 3 )
η = kepekaan larutan ( dyne.s / cm 2 )
D = diameter butiran ( cm )
Batasan Hukum Stokes :
a. Hukum ini hanya berlaku jika 0,0002 mm < d < 0,2 mm.
b. Butiran yang lebih besar dari 0,2 mm akan menyebabkan turbulensi pada larutan,
sedangkan butiran yang lebih dari 0,0002 mm cenderung akan melakukan gerak
brown ( hal ini dipengaruhi oleh gaya Tarik dan tolak antar partikel ).
c. Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit daripada butiran yang
dipakai ( t 5% ) ni dilakukan agar tidak terjadi interfensi selama pengendapan
berlangsung. Menurut bowles, hydrometer tipe 125 H dikalibrasi untuk suspensi
larutan yang mengandung 60 gram dalam 1000 ml air.
d. Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100% benar. Tanah –
tanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan bahan dispersi berikut :
Untuk tanah yang bersifat alkali / basa diberi sedium metafosfat ( NaPO 3 )
dengan nama dagang Calgon .
Untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat ( NaSiO 3 ) dengan nama
dagang water glass .
Kecepatan jatuh butiran :
L
v=
t
L=L1 +0 , 5 ¿
Dengan :
v = kecepatan jatuh dari butiran
L = tinggi jatu butiran
t = waktu
Vb = volume bulb hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 3.5 sesuai pembacaan hydrometer tipe 125 H dan
dikoreksi terhadap miniskus.
D=
√ 30 . η
×
( Gs−Gw ) 980 t
L
Menjadi :
D=K
√ L
t
Keterangan :
Satuan dalam L ( cm ) dan t ( menit )
Koefisien K dapat dilihat pada tabel 3.2
Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihituung, maka didapat suatu grafik
distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30, dan D60.
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 10 % ( %
finer = 10 % )
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 30 % ( %
finer = 30 % )
D60 =diameter yang koresponding dengan lolosny butiran sebanyak 60 % ( %
finer = 60 % )
Sehingga koefisien keseragaman ( Cu ) bisa didapatkan dengan rumus :
D 60
Cu=
D 10
Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa kali :
Cu = 1 , tanah yang hanya memiliki satu ukuran butiran
2 < Cu < 3, tanah yang gradasinya sangat buruk
Cu < 15, tanah bergradasi baik
Selain itu koefisien curvature ( kelengkungan ) Cc bisa didapatkan dengan rumus :
2
D 30
Cc=
D 10 × D 60
1 < Cc < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah bergradasi baik.
Berikut merupakan tabel yang digunakan pada perhitungan analisis butiran metode
hydrometer. Semua tabel ( 3.1 – 3.5 ) bersumber dari ”Engineering Properties of Soil and
Their Measurment ”( bowles, 2001 ).
Temp. Unit Weight of Water, Viscosity of Water,
( ˚C) g / cm 3 poise 2
4 1.0000 0.01567
16 0.99897 0.01111
17 0.99880 0.01083
18 0.99862 0.01056
19 0.99844 0.01030
20 0.99823 0.01005
21 0.99802 0.00981
22 0.99780 0.00958
23 0.99757 0.00936
24 0.99733 0.00914
25 0.99708 0.00894
26 0.99682 0.00874
27 0.99655 0.00855
28 0.99627 0.00836
29 0.99598 0.00818
30 0.99568 0.00801
Tabel 3. 1 Properti Dari Air Suling ( η = absolut )
BAB IV
SIEVE ANALYSIS
Kumulatif Tertahan
Presentase Tanah Tertahan (% Tertahan) = 100 %
Berat Total
Menentukan Cu dan Cc
D60
Cu =
D10
2
( D30)
Cc =
D10 × D 60