Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

ATTERBERG LIMITS

A. LIQUID LIMIT (BATAS CAIR)

1.1. Standar Aquan

ASTM 04318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastre Limit, and Plasticity
Index of Soils AASHTO T 89 "Determining the Liquid of Soils SNI 1967: 2008 "Cara
uji Penentuan Batar Cair Tanah

1.2. Maksud dan Tujuan

Percobaan Percobaan ini dimaksudkan untuk mencari kadar air pada batas can dan
sampel tanah. Hasil uji batar can ini dapat diterapkan untuk menentukan bagaimana
memperlakukan tanah berdasarkan materal dan sifat tanahnya, di mana konsistensi tanah
bergantung pada nilai batas can-nya. Batas cair ini juga dapat digunakan untuk
menentukan nilai indeks plastisitas tanah.

1.3. Alat-alat dan Bahan

a. Alat
 Alat Casagrande
 Standard grooving tool
 Can
 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan
 Botol penyemprot

b. Bahan

 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak 500 gram


 Air Suling

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Praktikum atterberg dalam hal ini adalah praktikum liquid limit yang dilaksanakan di
dalam laboratorium, yang mana liquid limit adalah kadar air dimana sampel tanah yang
dimasukkan ke alat cassagran- de, dibuat celah di tengahnya dengan standard grooving
tool lalu alat Cassagrande diputar dengan ketukan yang konstan

Dalam batas cair kita mempelajari kadar air di dalam suatu keadaan. Menurut standar
acuan, kita akan mempelajari atau menguji di dalam trga keadaan, yaitu batos cair. batas
plastes. dan batas susut. Namun, di dalam praktikum kami, kami hanya melaksanakan 2
keadaan, yaitu batas car dan batas plastis.

Cair Plastis Semi Plastis Solid


Batas Cair Batas Plastis Batas Susut

Gambar 1.2 Diagram Atterberg Limits

Pada gambar 1.2 merupakan diagram Atterberg limits, semakin ke kanan diagram maka
kadar airnya semakin sedikit.

w 1−w 2
W= x 100%
w 2−w 3

dengan :

W = kadar air

W1 = berat tanah basah + can

W2 = berat tanah kering + can

W3 = berat can

1.5. Prosedur Praktikum

1.5.1. Persiapan

1. Siapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM.

2. Pastikan alat yang ingin digunakan dalam keadaan bersih.

3. Kalibrasi timbangan yang akan digunakan.

4. Siapkan penyemprot yang berisi air suling

5. Siapkan dan keringkan can yang diperlukan.


1.5.2 Jalannya Praktikum

1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian semprotkan air
suling secara perlahan lalu diaduk dengan spatula hingga tanah homogen.
2. Tanah yang sudah dicampur oleh air suling dapat diletakkan ke dalam casagrande
secara perlahan hingga telihat padat dan tebal.
3. Buat celah di tengah tanah di dalam cassagrande dengan menggunakan grooving
tool dari arah dalam menuju luar mangkuk dengan arah tegak lurus.
4. Jalankan alat cassagrande dengan kecepatan yang konstan, hingga tanah yang
bercelah di tengah menjadi rapat. Pada kandisi ini hentikan alat dan catat Jumlah
ketukannya.
5. Timbang can lalu ambil sambel tarah dalam mangkuk cassagrande dan letakkan ke
dalam can kemudian timbang berat can tanah. Lalu masukkan can + tarah ke dalam
oven.
6. Ulangi langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai ketukan antara 10 hingga
50 ketukan, untuk mendapat nilai ketukan yang serual dapat dibantu dengan
menambahkan air suling ataupun dangan menambahkan tanah.
7. Setelah sekitar 18 jarn berada di dalam oven, keluarkan sampel tanah lalu ditimbang.
8. Hitunglah kadar airnya.

B. PLASTIC LIMIT (BATAS PLASTIS)


1.1. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit. Plastic Limit, and Plasticity Index
of Soils AASHTO T90 "Defermining The Plastic Limit and Plasticity Index of Soils" SNI
1966 2008 Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah.

1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Dalam percobaan batas plastis adalah untuk mencari kadar air pada batas plastis dari sampel
tanah, untuk mengetahui batas terendah kadar air ketika suatu tanah berada di dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.

1.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Pelat Kaca
 Contariner
 Spatula
 Mangkuk porselen
 Oven
 Timbangan
 Bahan
 Sampel tanah lolos sarirgan No. 40 ASTM
 Air Suling

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Praktikum atterberg dalam hal ini percobaan batas plastis adalah praktikum yang
dilaksanakan di dalam laboratorium, yang mana plastic limit adalah batas kadar air
dimana sampel tarah digulung di atas pelat kara hingga mencapai diameter yang
diinginkan yaitu Sekitar 3,2 mm dan tanah tersebut terlihat adanya retakan halus.

Dari praktikum atau percobaan ini kita dapat menentukan Plastic Index (IP), dimana :

IP = LL - PL

Kadar air tanah dalam keadaan aslinya brasanya terletak antara batas plastic dan batas
cair Rumus yang digunakan sama seperti pada batas cair

w 1−w 2
W= x 100%
w 2−w 3

dengan:
W = kadar air
W1 = berat tanah basah + container
W2 = berat tanah kering + container
W3 = berat container

1.5. Prosedur Praktikum


1.5.1. Persiapan
1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan, pastikan sudah dalam keadaan bersih.
2. Siapkan botol penyemprot dan air suling.
3. Siapkan sampel tanah lolos saringan No.40 ASTM
4. Timbang berat kedua container

1.5.2 Jalannya Praktikum


1. Letakkan sampel fanah ke dalam mangkuk porselin, lalu campur dongan air suling,
setelah itu diaduk dengan spatula hingga homogen.
2. Ambil sampel tanah sedikit lalu digulung di atas pelat kaca sampai berdiameter
kurang lebih 1/8 inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu sampel tanah mencapai
diameter yang dinginkan tidak terjadi retak. Bila terjadi retak maka percobaan harus
diulang dengan menambahkan sampel tanah, begitupun sebaliknya jika kadar air
kurang sampel akan retak. Maka percobon harus diulang kembali dengan
menambahkan air.
3. Masukkan sampel tanah yang mulai retak ke dalam dua container Berat container +
tanah minimum 15 gram.
4. Tutup container secepatnya agar kadar ar tidak berkurang karena penguapan.
5. Masukkan container tanpa tutup, ke dalam oven yang berisi tanah yang telah
ditimbang selama kurang lebih 18 jam di dalam oven.
6. Setelah berada 18 jam di dalam oven, keluarkan container lalu ditimbang guna
mencari kadar airya. Pada saat menghitung kadar air, jangan lupa tambahkan berat
penutup container agar berat total container seperti pada saat menimbang berat tanah
basah sebelumnya.
BAB 2
SPECIFIC GRAVITY

2.1 Standar Acuan

ASTM D 854 Standard Test Methods for specify Gravity of Soll Solids by water
Pycnometer AASHTO T 100 "Speafic Gravity of Soils SNI 1964:2008 "Cara uji berat
Jenis tanah”

2.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


Nilai specific gravity butiran tanah diperoleh dari perbandingan beras isi tanah dan
berat isi air suling dalam kondisi suhu 4°C. Penerapan specific gravity pada tanah yaitu
untuk mengetahui perhitungan hubungan pada fase tanah, seperti angka pori (void
ratio), derajat kejenuhan (degree of saturation), serta densitas dan tanah.

2.3 Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Pycnometer dengan volume 500 ml
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Oven
 Kompor listrik
 Termometer
 Cawan
 Erlenmeyer
 Alat Penyemprot
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 sebanyak 500 gram, kering Oven
 Air suling (kerosin)

2.4 Teori dan Rumus yang Digunakan

Definisi specific gravity pada tanah yaitu perbandingan berat jenis tanah dengan berat
jenis air suling dalam kondisi suhu 4°C, dengan persamaan cebagai berikut:
γε
Gs =
γw

Dengan: (2.1)

Gs = specific gravity

γε = berat jenis tanah

γw = berat jenis air

Perhitungan untuk tanah, berat jenisnya merupakan perbandingan antara berat tanah dengan
volume tanah:

Ws
Ys =
Vs

Dengan: (2.2)

Ws = berat tanah

Vs volume tanah

Perhitungan untuk air. berat jenisnya sebagai berikut:

ww
γ ω=

Dengan : (2.3)

Ww = berat air

Vw = volume air

Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan volume air (Vw),
sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1 menjadi sebagai berikut :

ws
G s=
ωw

Pada kondisi suhu T˚C silakukan perceboaan specific grafity, sehingga nilai tersebutv harus
dikoreksi dengan factor koreksi α . Maka mendapat rumus 2.4 tersebut menjadi,

ws
Gs =α
ωw
Dengan :

Ws = berat tanah

Ww = berat air

α = Faktor koreksi suhu T˚C yang berhubungan dengan temperature ruangan pada
percobaan.

Tabel 2.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu ( α ) yang digunakan berdasarkan acuan
standar SNI 1964 : 2008

Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah hasil percobaan
benar atau tidak adalah sebagai berikut:
2.5. Prosedur Praktikum

2.5.1. Persiapan

1. Siapkan dua buah pycnometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan.


2. Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 42,74 gram lolos saringan No. 40
ASTM dan sudah dikeringkan dalam oven selama ± 24 jam dengan temperatur 110˚
(230 ± g°F).

2.5.2 Jalannya Praktikum

1. Isilah pycnometer 1 dengan air suling sebanyak 100,39 ml dan pycnometer 2 dengan
air suling sebanyak 98,84 ml. Kemudian timbang beratnya sehingga di dapatkan berat
air dan berat pycnometer (Wbw).
2. Catatlah sushu air dalam pycnometer dengan menggunakan thermometer.
3. Kembalikan air dalam pycnometer kedalam wadah awalnya, kemudian bersihkan dan
keringkan Kembali pycnometer.
4. Masukkan sampel tanah 1 sebanyak 20,45 gram dan sampel tanah 2 sebanyak 22,29
kedalam masing-masing pycnometer secara hati-hati (diusahakan tidak ada butiran
tanah yang menempel pada dinding leher pycnometer karena akan mengurangi
volume tanah).
5. Isilah kembali pycnometer dengan air suling hingga kurang lebih 3/4 bagian
volumenya.
6. Panaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap dalam tanah
pada pycnometer dengan cara didihkan kurang lebih 15 menit (gunakan kompor
listrik).
7. Diamkan Pycnometer selama kurang lebih 15 jam agar suhu air akhir diharapkan
sama dengan suhu air awal. Setelah didiamkan, tambah kan air hingga mencapai 500
ml hingga batas pada pycnometer.
8. Catatlah kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama kurang lebih 15 jam
dengan menggunakan termometer. Apabila suhu akhir sudah sama dengan suhu awal
air, timbang kembali pycnometer berisi air dan tanah tersebut sehingga didapatkan
berat pycnometer + berat air + berat tanah (Wbws).

2.5.3. Perbandingan dengan ASTM

Alat dan Bahan yang digunakan pada prosedur ASTM D 854-68:

1. Pycnometer yang digunakan dapat berupa botol labu dengan volume 100 ml atau
stoperred bottle dengan volume 50 ml.
2. Sampel tanah yang digunakan adalah seberat 25 gram untuk botol labu dan 10 gram
untuk stopered bottle.

Jalannya percobaan menurut prosedur ASTM :

1. Pycnometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dicatatberatnya.


2. Pycnometer diisi dengan air suling (dianjurkan memakai kerosin) dan ditimbang
beratnya (Ww).
3. Dibuat tabel untuk Wbw pada beberapa suhu air yang diinginkan.
4. Sampel tanah dimasukkan ke dalam botol labu / stoperred bottle yang berisi air
suling / kerosin.
5. Udara yang terperangkap di dalamnya dapat dihilangkan dengan cara :
 Didihkan
 Diberi tekaran udara
6. Pycnometer diisi dengan air suling kembali sampai penuh.
7. Berat botol labu atau stoperred bottle yang telah berisi tanah dihitung kemudian
dicatat suhunya.

Perbedaan antara prosedur dengan prosedur ASTM:

1. Volume pycnometer yang digunakan adalah 500 ml.


2. Sampel tanah yang dipakai 42,74 fram, lolos saringan No.40 ASTM dan kering oven.
3. Banyaknnya percobaan yang dilakukan bukan berdasarkan suhu air yang diinginkan
namun berdasarkan jumlah sampel yang diinginkan.
BAB III
HYDROMETER
3.1. Standar Acuan
ASTM D421 ” Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for Practicle –
Size Analysis and Determination of Soil Consistants”
ASTM D422 ” Standard Test Method for Practicle – Size Analysis of Soils”
AASHTO T 88 ” Standard Method of Test for Practicle Size Analysis of Soils ”
SNI 3423 : 2008 ” Cara Uji Analisi Ukuran Butiran tanah ”
3.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih kecil dari
0,074 mm ( saringan No. 200 ASTM ) dengan cara pengendapan ( Hydrometer Analysis
).
3.3. Alat dan Bahan
a. Alat
 Hydrometer ( tipe 152 H )
 Hydrometer jar ( 1000 ml )
 Gelas ukur
 Stopwatch
 Pengaduk mekanis ( mixer )
 Oven
 Termomeer celcius
 Gelas belimbing
 Saringan No. 200 ASTM
 Timbangan ( ketelitian 0,01 gram )
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 200 ASTM seberat 50 gram
 Larutan pendispersi 4% ( water glass )
3.4. Teori dan Rumus yang Digunakan
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis atau kepadatan
relative dari suatu cairan dengan densitas air. Hydrometer biasanya terbuat dari kaca dan
terdiri dari sebuah batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri ( raksa ) untuk
membuatnya mengapung tegak. Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip
Archimedes dimana benda padat yang tersuspensi pada fluida ( dalam praktikum ini,
benda padat yang dimaksud adalah tanah ) akan terkena gaya keatas sebesar gaya berat
fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapa jauh hydrometer tenggelam dapat dilihat
dari skala pembacaan yang terdapa dalam hydrometer itu sendiri.
Hydrometer juga dapat digunaka untul menentukan berat jenis suspense dan jika memun
gkinkan, presentase partikel dan diameter partikel tertentu setara untuk dihitung.
Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu butiran
didalam suatu larutan dengan diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan,
dan kepekaan laritan tersebut. Hubungan tersebut dapat dijabarkan oleh Hukum Stokes
sebagai berikut :

( )
2
2 γs−γw D
v=
9η 2


Menjadi : 9ηv
D=2
2 γs−γw
Dengan :
v = kecepatan jatuh dari butiran ( gr / cm3 )
γs = berat jenis butiran ( gr / cm 3 )
γw = berat jenis larutan ( gr / cm 3 )
η = kepekaan larutan ( dyne.s / cm 2 )
D = diameter butiran ( cm )
Batasan Hukum Stokes :
a. Hukum ini hanya berlaku jika 0,0002 mm < d < 0,2 mm.
b. Butiran yang lebih besar dari 0,2 mm akan menyebabkan turbulensi pada larutan,
sedangkan butiran yang lebih dari 0,0002 mm cenderung akan melakukan gerak
brown ( hal ini dipengaruhi oleh gaya Tarik dan tolak antar partikel ).
c. Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit daripada butiran yang
dipakai ( t 5% ) ni dilakukan agar tidak terjadi interfensi selama pengendapan
berlangsung. Menurut bowles, hydrometer tipe 125 H dikalibrasi untuk suspensi
larutan yang mengandung 60 gram dalam 1000 ml air.
d. Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100% benar. Tanah –
tanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan bahan dispersi berikut :
 Untuk tanah yang bersifat alkali / basa diberi sedium metafosfat ( NaPO 3 )
dengan nama dagang Calgon .
 Untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat ( NaSiO 3 ) dengan nama
dagang water glass .
Kecepatan jatuh butiran :
L
v=
t
L=L1 +0 , 5 ¿
Dengan :
v = kecepatan jatuh dari butiran
L = tinggi jatu butiran
t = waktu
Vb = volume bulb hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 3.5 sesuai pembacaan hydrometer tipe 125 H dan
dikoreksi terhadap miniskus.

Untuk yang sudah dikoreksi :


Rc = Raktual + zero correction + CT
Dengan :
CT = koreksi terhadap temperatur yang dapat dilihat pada tabel 3.3
Untuk Gs = 2,65 rumus yang digunakan :
Rc
% finer= × 100 %
Ws
Sedagkan untuk Gs ≥ 2,65
Rc . a
% finer= ×100 %
Ws
Dimana :
Gs . 1 ,65
a=
( Gs−1 ) 2 ,65
Atau harga a dapat diliha dalam tabel 3.2
Untuk meemudahkan perhitungn maka :

D=
√ 30 . η
×
( Gs−Gw ) 980 t
L

Menjadi :
D=K
√ L
t
Keterangan :
 Satuan dalam L ( cm ) dan t ( menit )
 Koefisien K dapat dilihat pada tabel 3.2
Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihituung, maka didapat suatu grafik
distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30, dan D60.
 D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 10 % ( %
finer = 10 % )
 D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 30 % ( %
finer = 30 % )
 D60 =diameter yang koresponding dengan lolosny butiran sebanyak 60 % ( %
finer = 60 % )
Sehingga koefisien keseragaman ( Cu ) bisa didapatkan dengan rumus :
D 60
Cu=
D 10
Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa kali :
 Cu = 1 , tanah yang hanya memiliki satu ukuran butiran
 2 < Cu < 3, tanah yang gradasinya sangat buruk
 Cu < 15, tanah bergradasi baik
Selain itu koefisien curvature ( kelengkungan ) Cc bisa didapatkan dengan rumus :
2
D 30
Cc=
D 10 × D 60
1 < Cc < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah bergradasi baik.
Berikut merupakan tabel yang digunakan pada perhitungan analisis butiran metode
hydrometer. Semua tabel ( 3.1 – 3.5 ) bersumber dari ”Engineering Properties of Soil and
Their Measurment ”( bowles, 2001 ).
Temp. Unit Weight of Water, Viscosity of Water,
( ˚C) g / cm 3 poise 2
4 1.0000 0.01567
16 0.99897 0.01111
17 0.99880 0.01083
18 0.99862 0.01056
19 0.99844 0.01030
20 0.99823 0.01005
21 0.99802 0.00981
22 0.99780 0.00958
23 0.99757 0.00936
24 0.99733 0.00914
25 0.99708 0.00894
26 0.99682 0.00874
27 0.99655 0.00855
28 0.99627 0.00836
29 0.99598 0.00818
30 0.99568 0.00801
Tabel 3. 1 Properti Dari Air Suling ( η = absolut )

Gs of soil Solids Correction factor α


2.85 0.96
2.80 0.97
2.75 0.98
2.70 1.00
22.65 1.01
2.60 1.02
2.55 1.03
2.50 1.04
Tabel 3. 2 Faktor Koreksi α Untuk Gs Tanah
Temp.
CT
(˚C)
15 1.10
16 -0.90
17 -0.70
18 -0.50
19 -0.30
20 -0.00
21 +0.20
22 +0.40
23 +0.70
24 +1.00
25 +1.30
26 +1.65
27 +2.00
28 +2.50
29 +3.05
30 +3.80
Tabel 3. 3 Faktor Koreksi Temperature, CT
Temp. Gs of Soil Solids
(˚C) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136
17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134
18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132
19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131
20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129
21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127
22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0134 0.0131 0.0130 0.0128 0.0126
23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0133 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124
24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123
25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122
26 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120
27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119
28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117
29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.012 0.0118 0.0116
30 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115
Tabel 3. 4 Nilai K Untuk Beberapa Nilai Gs Tanah Dan Temperaturenya

Original Effectiv Original Effectiv Original Effectiv


hydromete e depth hydromete e depth hydromete e depth
r reading L, cm r reading L, cm r reading L, cm
( corrected ( corrected ( corrected
for for for
meniscus meniscus meniscus
only ) only ) only )
0 16.3 21 12.9 42 9.4
1 16.1 22 12.7 43 9.2
2 16.0 23 12.55 44 9.1
3 15.8 24 12.4 45 8.9
4 15.6 25 11.2 46 8.8
5 15.5 26 11.0 47 8.6
6 15.3 27 11.9 48 8.4
7 15.2 28 11.7 49 8.3
8 15.0 29 11.5 50 8.1
9 14.8 30 11.4 51 7.9
10 14.7 31 11.2 52 7.8
11 14.5 32 11.1 53 7.6
121 14.3 33 10.9 54 7.4
13 14.2 34 10.7 55 7.3
14 14.0 35 10.5 56 7.1
15 13.8 36 10.4 57 7.0
16 13.7 37 10.2 58 6.8
17 13.5 38 10.1 59 6.6
18 13.3 39 9.9 60 6.5
19 13.2 40 9.7
20 13.0 41 9.6
Tabel 3. 5 Nilai L ( Kedalaman efektif ) yang digunakan pada rumus Stokes untuk diameter
Partikel Pada Alat Hydrometer 152 H ( ASTM )
3.5. Prosedur Praktikum
3.5.1. Persiapan Percobaan
1. Menyiapkan contoh tanah lolos saringan No.200 sebanyak 50 gram kering oven.
2. Timbang 26 gram water glass sebagai bahan disperse dan memasukkan water
glass kedalam hydrometer jar, keudiaan docampur dengan air suling hingga
mencapai 1000 ml, diaduk hingga homogen dengan mixer, campuran antara air
suling dan water glass disebut dengan larutan dispersi.
3. Tuang larutan dispersi sebanyak 125 ml kedalm gelas belimbing yang sudah
berisi tanah sebanyak 50 gram dan mendiamkannya selama ± 18 jam.
4. Kemudian siapkan satu tabung silinder ( 1000 ml ), lalu masukkan 125 ml
larutan disperse daan tambahan air suling hingga 1000 ml kedalam tabung
silinder, tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol.
3.5.2 Jalannya Praktikum
1. Periksa koreksi miniskus dan koreksi nol pada alat hydrometer tipe 125 H
dengan cara memasukkannya kedalam tabung kontrol, lalu catat pembacannya.
2. Masukkan campuran tanah dan larutan dispersi yang telah direndam selama ±
18 jam kedalam mixer cup dan kemudian tambahkan sejulah air suling dengan

pipet sehingga mencapai kurang lebih ⅔ dari mixer cup.


3. Kemudian aduk selama kurang lebih 10 menit.
4. Pindahkan campuran tersebut dari mixer cup kedalam hydrometer jar lalu
tambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.
5. Tutup tabung dengan karet penutup dan kocok secara horizontal selama kurang
lebih satu menit, sampaii homogen.
6. Setelah tabung diletakkan, segera masukkan hydrometer tipe 125 H. tunggu
keadaan hydrometer stabil untuk membaca skalanya.
7. Baca hydrometer tepat pada setengah menit peretama, lalu pada menit pertama
dan kedua baca Kembali hydrometer kemudian angka hydrometer .
8. Pada menit ke- 2,5, masukkan kembali hydrometer dan baca kembali skalanya
hingga menit ke-5.
9. Kembali lakukan pembacaam hydrometer untuk menit ke-15, 30, 60,240, dan
1440.
10. Pada tiap pembacaan hydrometer, suhu pada tabung kontrol selalu dibaca.
11. Setelah seluruh sampel sudah dilakukan pencatatan, tuang larutan setiap
sampel ke saringan No. 200 ASTM ( jangan dicampur). Butiran tanah yang
tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada percobaan Sieve
Analysis.

BAB IV

SIEVE ANALYSIS

4.1 Standar Acuan


ASTM D 2437-06 “Standard Practice for Classification of Soils for Engineering
Purposes(United Soil Classification System)”.
SNI 6371:2015 “Tata Cara Pengklasifikasian Tanah untuk Keperluan Teknik dengan
Sistem Klasifikasi Unifikasi Tanah”.
4.2 Manfaat dan Tujuan
Tujuan uji analisa saringan (Sieve Analysis) adalah untuk memperoleh distribusi
besaran atau jumlah presentase butiran berdiamter 4,75 mm hingga 0,05 mm atau lolos
saringan No. 4 dan tertahan saringan No. 200 dengan cara menggoyangkan butiran tanah
di dalam tumpukan saringan yang sudah disususn sesuai ASTM. Distribusi yang
diperoleh dapat ditunjukkan dalam table atau grafik.
4.3 Alat dan Bahan
a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
1
 Saringan (Sieve) No. , 4, 10, 18, 40, 60, 80, 100, 200 serta Pan
4
 Cawan
 Oven
 Sikat dan Kuas Jarum
 Palu Karet
b. Bahan
 Tanah Uji
4.4 Teori dan Rumus yang Digunakan
Analisis saringan agregat adalah suatu pengujian analisis yang digunakan untuk
mendapatkan presentase butiran tanah yang lolos dalam satu set saringan, angka
presentase kumulatif dimasukkan ke dalam table dan digambarkan pada grafik distribusi
tanah. Granulasi terbesar ditunjukkan dengna saringan terkecil, dimana butiran tersebut
bisa lolos 100%. Ukuran butiran menentukan klasifikasi tanah yang nantinya sangat
berpengaruh pada saat perencanaan suatu perkerasan.
Data yang digunakan untuk analisa saringan didapatkan dengan menyaring sejumlah
tanah melalui tumpukan saringan-saringan yang disusun dengan lubang diameter yang
paling besar hingga terkecil dan ditampung oleh pan. Dengan pengujian tersebut data
yang digunakan akan dihitung untuk menentukan klasifikasi tanah dengan menggunakan
rumus analisa saringan sebagi berikut:
Kumulatif Tertahan = Wtanah – Wtotal tanah sesudah penyaringan

Kumulatif Tertahan
Presentase Tanah Tertahan (% Tertahan) = 100 %
Berat Total

Presentase Tanah Lolos (% Lolos) = 100% - % Tertahan

Menentukan Cu dan Cc

D60
Cu =
D10

2
( D30)
Cc =
D10 × D 60

4.5 Prosedur Praktikum


4.5.1 Persiapan
1. Siapkan tanah uji ± 1 kg dan alat yang akan digunakan.
2. Masukkan tanah ke dalam oven, dan tunggu selama ±24 jam.
3. Keluarkan tanah kering yang suudah dioven, dilanjutkan dengan
menghancurkan tanah yang menggumpal dengan menggunakan palu karet.

4.5.2 Jalannya Praktikum


1. Saringan Set dibersihkan dengan menggunakan sikat atau kuas jarum, hingga
lubang-lubang dari saringan bersih dari butiran tanah yang menempel.
2. Masing-masing Saringan dan Pan ditimbang beratnya menggunakan
timbangan digital.
3. Kemudian semua saringan disusun menurut nomor saringan (diameter) lubang
terbesar di atas)
4. Ambil contoh tanah kering seberat 500 gram, lalu masukkan ke dalam ayakan
teratas dan kemudian tutup.
5. Sususnan saringan digoyangkan dengan menggunakan tangan selama ±10
menit.
6. Diamkan selama tiga (3) menit agar debu-debu mengendap.
7. Masing-masing saringan dengan contoh tanah yang tertinggal di masing-
masing saringan kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat tanah tertahan.
8. Catat semua hasil berat tertahan di maisng-masing saringan, untuk kemudian
dihitung untuk menentukan klasifikasi tanah uji.

Anda mungkin juga menyukai