Responsi Dwik Putra Nickontara 018.06.0048
Responsi Dwik Putra Nickontara 018.06.0048
1. EMERGENCY
Skenario
Tiga orang laki-laki dibawa ke IGD RS FK UNIZAR setelah tersengat listrik saat
memperbaiki kabel listrik. Pasien A usia 40 tahun tidak sadarkan diri, TD=90/60 mmHg,
nadi 130 ireguler, terdapat luka melepuh di seluruh dada, perut, punggung, kemaluan dan
anus. Pasien B usia 37 tahun tampak mengantuk, TD=100/70 mmHg, 125 ireguler,
terdapat luka melepuh di kedua lengan, tangan, dan kedua tungkai. Pasien C usia 39
tahun tidak sadarkan diri, TD=90/60 mmHg, 130 ireguler, terdapat luka berwarna putih
dengan kulit mengelupas di seluruh punggung hingga kedua paha belakang. Bagaimana
penanganan ketiga pasien tersebut?
Klasifikasi dari derajat kedalaman luka bakar yang digunakan oleh Emergency
Managament Severe Burn course oleh Australian & New Zealand Burn Association
(ANZBA).
Kedalaman Warna Bula Cap Refill Sensasi Kesembuhan
Epidermal Merah - Ada Ada Ya
Superficial Merah Kecil Ada Nyeri Ya
dermal muda pucat
Mid dermal Merah Ada Lambat +/- Biasanya
muda gelap
Deep dermal Bercak +/- Tidak Tidak Tidak
merah tua
Full Putih Tidak Tidak Tidak Tidak
thickness
American Burn Association
Derajat Korelasi anatomi
I Kemerahan, pembengkakan, nyeri (epidermis)
IIa Kemerahan, melepuh, nyeri (permukaan dermis)
IIb Pucat, melepuh, nyeri (Sebagian dermis)
III Putih keabuan, nekrosis, kehitaman, tidak nyeri (semua
dermis)
IV Karbonisasi (dapat meluas ke tulang dan sendi)
Kasus pasien yang pertama terdapat pasien dengan keadaan syok dikarenakan
adanya kehilangan elektrolit tubuh diakibatkan karena luka bakar. luka bakar mayor
dikarenakan terdiri dari luka bakar tingkat 2 yang terdapat pada dada, perut,
punggung, kemaluan dan anus, selain itu dikaitkan dengan derajat luka bakar ini
termasuk luka bakar derajat IIa dikarenakan ada tanda melepuh pada pasien ini
mengenai bagian dari kulit yaitu permukaan dermis.
sedangkan pada kasus pasien kedua didapat tanda syok akibat adanya luka
bakar yang terjadi pada pasien, selain itu pasien ini mengalami luka bakar mayor
dikarenakan adanya pada luka di daerah ekstremitas selain itu dikaitkan dengan
derajat luka bakar ini termasuk luka bakar derajat IIa dikarenakan ada tanda meleuh
pada pasien ini mengenai bagian kulit yaitu permukaan dermis.
selanjutnya pada kasus ketiga didapat tandak syok juga adanya dehidrasi yang
terjadi juga pada pasien ketiga, selain itu pasien ini mengalami luka bakar minor yang
hanya terjadi di daerah punggung secara menyeluruh derajat luka bakar ini termasuk
luka bakar derjat IIb dikarenakan ada tanda luka mengelupas dan berwarna putih di
seluruh punggung pasien.
2. Jelaskan bagaimana mekanisme terjadinya masalah di atas berdasarkan
refrensi!
Jawaban :
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang hingga saat ini masih tetap
menjadi salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia yang dapat
berdampak terhadap fisik, fisiologi dan psikologi penderita.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit
(Aydemir et al, 2016). Hal itu menyebabkan berkurangnya volumecairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila
luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urine berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,
maksimal terjadi setelah delapan jam (Arno AI dan Amininik, 2017).
Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok
hipovolemik adalah penurunan kardiak output, penurunan tekanan darah, peningkatan
resistensi vaskular sistemik, dan penurunan tekanan vena sentral. Patofisiologi syok
hipovolemik secara umum dapat dibagi menjadi tiga stadium kompensasi, efek dari
kehilangan cairan pada fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme
kompensasi fisiologis tubuh dengan cara meningkatkan refleks simpatis, yang
menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi vaskular sistemik, meningkatkan
denyut jantung untuk meningkatkan cardiac output dan meningkatkan sekresi
vasopresin, renin-angiotensin aldosterone system (RAAS) di ginjal sebagai
mekanisme pertahanan pada organ yang pertama terdampak pada keadaan
hipovolemia dengan cara menahan air dan sodium di dalam sirkulasi. Gejala klinis
pada syok dengan stadium kompensasi ini adalah takikardi, gelisah, kulit pucat dan
dingin, pengisian kapiler lambat, serta tekanan darah bisa dalam rentang normal
(Arno AI dan Amininik, 2017).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi fase akut, fase
subakut dan fase lanjut. Pada fase akut terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik yang dapat mengakibatkan
terjadinya syokhipovolemik. Fase sub akut berlangsung setelah syok berakhir yang
ditandai dengan keadaan hipermetabolisme, infeksi hingga sepsis serta inflamasi
dalam bentuk SIRS (Systemic Inflamatory Respon Syndrome). Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan proses inflamasi dan infeksi, problem penutupan luka pada luka
telanjang atau tidak berepitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional, dan keadaan hipermetabolisme. Fase lanjut berlangsung setelah fase
subakut hingga pasien sembuh. Penyulit pada fase ini adalah parut yang hipertrofik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur (Ladhani,at
all ,2021)