Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO RESPONSI MAHASISWA

1. EMERGENCY
Skenario
Tiga orang laki-laki dibawa ke IGD RS FK UNIZAR setelah tersengat listrik saat
memperbaiki kabel listrik. Pasien A usia 40 tahun tidak sadarkan diri, TD=90/60 mmHg,
nadi 130 ireguler, terdapat luka melepuh di seluruh dada, perut, punggung, kemaluan dan
anus. Pasien B usia 37 tahun tampak mengantuk, TD=100/70 mmHg, 125 ireguler,
terdapat luka melepuh di kedua lengan, tangan, dan kedua tungkai. Pasien C usia 39
tahun tidak sadarkan diri, TD=90/60 mmHg, 130 ireguler, terdapat luka berwarna putih
dengan kulit mengelupas di seluruh punggung hingga kedua paha belakang. Bagaimana
penanganan ketiga pasien tersebut?

Tugas responsi kasus :


1. Lakukan analisa permasalahan yang ditemukan dalam kasus di atas!
2. Jelaskan bagaimana mekanisme terjadinya masalah di atas berdasarkan refrensi!
3. Jelaskan manifestasi, pemeriksaan fisik dan penunjang untuk kasus di atas!
4. Jelaskan tatalaksana farmako dan non farmako untuk kasus di atas!
Pembahasan Kasus
1. Lakukan analisa permasalahan yang ditemukan dalam kasus di atas!
jawaban :
Combustio / Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan apiketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, petir, radiasi, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn).
berdasarkan luas dan tempat terjadinya luka bakar ini harus dilakukan
identifikasi dengan melihat rule of nine sehingga ini menjadi parameter penentuan
berapa persen tubuh terkena luka bakar pada pasien kasus diatas. rules of nine
membagi luas permukaan tubuh menjadi multiple 9% area, kecuali perineum yang
diestimasi menjadi 1%. formula ini sangat berguna karena dapat menghasilkan
kalkukasi yang (Kemenkes,2019).

Gambar 1.1 (Kemenkes,2019)


selanjutnya dilakukan penilaian derajat keparahan dari luka bakar untuk
mementukan tatalaksana pada pasien. Berdasarkan kedalaman jaringan luka bakar
yang rusak, luka bakar dibagi menjadi 3 klasifikasi besar yaitu luka bakar superficial,
mid dan deep. Klasifikasi yang lebih lanjut diperjelas menjadi epidermal, superficial
dermal, mid-dermal, deep dermal atau full-thickness.

Klasifikasi dari derajat kedalaman luka bakar yang digunakan oleh Emergency
Managament Severe Burn course oleh Australian & New Zealand Burn Association
(ANZBA).
Kedalaman Warna Bula Cap Refill Sensasi Kesembuhan
Epidermal Merah - Ada Ada Ya
Superficial Merah Kecil Ada Nyeri Ya
dermal muda pucat
Mid dermal Merah Ada Lambat +/- Biasanya
muda gelap
Deep dermal Bercak +/- Tidak Tidak Tidak
merah tua
Full Putih Tidak Tidak Tidak Tidak
thickness
American Burn Association
Derajat Korelasi anatomi
I Kemerahan, pembengkakan, nyeri (epidermis)
IIa Kemerahan, melepuh, nyeri (permukaan dermis)
IIb Pucat, melepuh, nyeri (Sebagian dermis)
III Putih keabuan, nekrosis, kehitaman, tidak nyeri (semua
dermis)
IV Karbonisasi (dapat meluas ke tulang dan sendi)

Kasus pasien yang pertama terdapat pasien dengan keadaan syok dikarenakan
adanya kehilangan elektrolit tubuh diakibatkan karena luka bakar. luka bakar mayor
dikarenakan terdiri dari luka bakar tingkat 2 yang terdapat pada dada, perut,
punggung, kemaluan dan anus, selain itu dikaitkan dengan derajat luka bakar ini
termasuk luka bakar derajat IIa dikarenakan ada tanda melepuh pada pasien ini
mengenai bagian dari kulit yaitu permukaan dermis.
sedangkan pada kasus pasien kedua didapat tanda syok akibat adanya luka
bakar yang terjadi pada pasien, selain itu pasien ini mengalami luka bakar mayor
dikarenakan adanya pada luka di daerah ekstremitas selain itu dikaitkan dengan
derajat luka bakar ini termasuk luka bakar derajat IIa dikarenakan ada tanda meleuh
pada pasien ini mengenai bagian kulit yaitu permukaan dermis.
selanjutnya pada kasus ketiga didapat tandak syok juga adanya dehidrasi yang
terjadi juga pada pasien ketiga, selain itu pasien ini mengalami luka bakar minor yang
hanya terjadi di daerah punggung secara menyeluruh derajat luka bakar ini termasuk
luka bakar derjat IIb dikarenakan ada tanda luka mengelupas dan berwarna putih di
seluruh punggung pasien.
2. Jelaskan bagaimana mekanisme terjadinya masalah di atas berdasarkan
refrensi!
Jawaban :
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang hingga saat ini masih tetap
menjadi salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia yang dapat
berdampak terhadap fisik, fisiologi dan psikologi penderita.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit
(Aydemir et al, 2016). Hal itu menyebabkan berkurangnya volumecairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila
luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urine berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,
maksimal terjadi setelah delapan jam (Arno AI dan Amininik, 2017).
Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok
hipovolemik adalah penurunan kardiak output, penurunan tekanan darah, peningkatan
resistensi vaskular sistemik, dan penurunan tekanan vena sentral. Patofisiologi syok
hipovolemik secara umum dapat dibagi menjadi tiga stadium kompensasi, efek dari
kehilangan cairan pada fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme
kompensasi fisiologis tubuh dengan cara meningkatkan refleks simpatis, yang
menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi vaskular sistemik, meningkatkan
denyut jantung untuk meningkatkan cardiac output dan meningkatkan sekresi
vasopresin, renin-angiotensin aldosterone system (RAAS) di ginjal sebagai
mekanisme pertahanan pada organ yang pertama terdampak pada keadaan
hipovolemia dengan cara menahan air dan sodium di dalam sirkulasi. Gejala klinis
pada syok dengan stadium kompensasi ini adalah takikardi, gelisah, kulit pucat dan
dingin, pengisian kapiler lambat, serta tekanan darah bisa dalam rentang normal
(Arno AI dan Amininik, 2017).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi fase akut, fase
subakut dan fase lanjut. Pada fase akut terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik yang dapat mengakibatkan
terjadinya syokhipovolemik. Fase sub akut berlangsung setelah syok berakhir yang
ditandai dengan keadaan hipermetabolisme, infeksi hingga sepsis serta inflamasi
dalam bentuk SIRS (Systemic Inflamatory Respon Syndrome). Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan proses inflamasi dan infeksi, problem penutupan luka pada luka
telanjang atau tidak berepitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional, dan keadaan hipermetabolisme. Fase lanjut berlangsung setelah fase
subakut hingga pasien sembuh. Penyulit pada fase ini adalah parut yang hipertrofik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur (Ladhani,at
all ,2021)

3. Jelaskan manifestasi, pemeriksaan fisik dan penunjang untuk kasus di atas!


Jawaban :
Manifestasi Klinik
Luka bakar ini menimbulkan resiko yang tidak ringan, resiko utama pasien
yang mengalami luka bakar adalah merusak kulit yang memicu peningkatan
kehilangan cairan, infeksi, hipotermia, pembentukan jaringan parut, penurunan
imunitas dan perubahan fungsi, penampilan dan citra tubuh. Manifestasi klinis luka
bakar meliputi gangguan pada kulit berdasarkan kedalaman dan penyebab luka bakar.
Pada bagian derajat satu (superfisial), bagian kulit yang terkena adalah epidermis
dengan gejala kesemutan, hiperestesia (supersensitivitas), rasa nyeri mereda jika
didinginkan. Penampilan luka memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau
tanpa edema. Derajat Dua (Partial- Thickness) : Epidermis dan bagian dermis dengan
gejala nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin. Penampilan luka :
melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka basah,
terdapat edema. Derajat Tiga (Full- Thickness) : Epidermis, keseluruhan dermis dan
kadang-kadang jaringan subkutan dengan gejala tidak terasa nyeri, syok, hematuria
(adanya darah dalam urin) dan kemungkinan pula hemolisis (destruksi sel darah
merah), kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik).
Penampilan luka : Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong,
kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, terdapat edema (Smeltzer & Bare, 2010
dalam Purwanto, 2016).
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2018) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:
a. Hitung darah lengkap: Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah
terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia
terjadi bila diuresis.
e. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
f. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

4. Jelaskan tatalaksana farmako dan non farmako untuk kasus di atas!


Tabel 1.1 primary survey Luka Bakar
Manajemen Cek Tindakan
Airway Patensi jalan nafas a. Berbicara dengan pasien
b. Bersihkan jalan nafas dari
benda asing
c. Lakukan Chin lift, Jaw
thrust
d. Hindari melakukan
hiperfleksi atau
hiperekstensi kepala dan
leher
e. Kontrol tulang cervical
dengan rigid collar

Breathing  Periksa tanda - tanda a. Inspeksi dada, pastikan


hipoksia dan pergerakan dinding dada
hiperventilasi atau adekuat dan simetris
hipoventilasi. b. Berikan oksigen 100% high
 Hati-hati pasien dengan flow 10-15 liter per menit
intoksikasi carbon melalui masker non-
monoksida, tampak rebreathing
cherry pink dan tidak c. jika tetap sesak, lakukan
bernafas bagging atau ventilasi
 Hati-hati luka bakar yang mekanik
melingkar pada dada (jika
ada pertimbangkan
eskarotomi)

Circulation  Tanda – tanda syok a. Lakukan penekanan luka jika


 Cek nadi sentral terdapat perdarahan aktif

 Cek Tekanan darah b. Pasang 2 jalur IV ukuran

 Cek Capillary refill besar, lebih disarankan pada

(normal kembali <2 daerah yang tidak terkena

detik) luka bakar

 Cek luka bakar melingkar c. Jika pasien syok, berikan

pada ekstremitas bolus ringer lactat hingga

(pertimbangkan nadi radial teraba


eskarotomi) d. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap,
analisis gas darah arteri
e. Cari dan tangani tanda –
tanda klinis syok lainnya
yang disebabkan oleh
penyebab lainnya.

Disability Derajat kesadaran: a. Periksa derajat kesadaran


A (Alert) : Sadar penuh V b. Periksa respon pupil terhadap
(Verbal) : merespon terhadap cahaya
rangsang verbal c. Hati – hati pada pasien
P (Pain) : merespon terhadap dengan hipoksemia dan syok
rangsang nyeri karena dapat terjadi
U (Unresponsive) : Tidak penurunan kesadaran dan
ada respon gelisah.

Exposure Exposure dan kontrol lingkungan a. Melepas semua pakaian dan


aksesoris yang melekat pada
tubuh pasien
b. Lakukan log roll untuk
melihat permukaan posterior
pasien
c. Jaga pasien tetap dalam
keadaan hangat
d. Menghitung luas luka bakar
dengan metode Rules of Nine

Fluid Resusitasi cairan yang adekuat a. Parkland Formula: 3-4 ml x


(Resusitasi dan monitoring Berat Badan (kg) x % TBSA
Cairan) Luka Bakar (+ Rumatan
untuk pasien anak)
b. Setengah dari jumlah cairan
diberikan pada 8 jam pertama
dan setengah cairan sisanya
diberikan dalam 18 jam
selanjutnya
c. unakan cairan Kristaloid
(Hartmann solution) seperti
Ringer Lactat
d. Hitung Urine Output tiap jam
e. Berikan cairan resusitasi
sesuai indikasi

Analgesia Manajemen nyeri a. Berikan morfin intravena


0,05 – 0,1 mg/kg sesuai
indikasi
b. Untuk anak paracetamol
cairan drip (setiap 6 jam)
dengan dosis 10-15mg/kg
BB/kali
Tubes Mencegah gastroparesis a. Pasang Nasogastric Tube
Dekompresi lambung (NGT)

tatalaksana farmakologi dan non-farmakologi !


a. Non farmakologi
Yang boleh diberikan kepada penderita :
- Cairan Susu merupakan cairan yang paling bagus untuk mengompress luka bakar
kecil. Rendam daerah luka dengan susu selama 15 menit atau lebih. Bila anda
kesulitan merendam, anda bisa menggunakan handuk yang telah dibasahi susu untuk
menutup daerah yang terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukan
daerah yang terbakar dan mempercepat penyembuhan.
- Lidah buaya akan mempercepat proses penyembuhan. Dua atau tiga hari setelah
terluka, anda dapat membubuhi daerah luka dengan cairan dari daun lidah buaya.
Kesejukan dari cairan itu akan membantu meredakan nyeri. Gunakan empat sampai 5
kali sehari tanpa ditutup dengan perban.
- Kentang juga bisa dipakai untuk pertolongan luka bakar. Irislah kentang lalu tutup
daerah yang terbakar menggunakan irisan tersebut. Zat tepung pada kentang akan
menetralisir luka bakar, rasa nyeri dan mencegah pembentukan jaringan parut.
- Madu yang digunakan untuk menutup luka akan menyejukan luka, meredakan nyeri
dan mempercepat penyembuhan. Madu juga akan mencegah infeksi kuman serta
melindungi daerah luka.
- Minyak lavender akan meredakan rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan serta
mencegah jaringan parut. Pertama tama, bersihkan daerah luka dengan air dan sabun.
Campur minyak lavender dengan minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 3.
Selanjutnya tutuplah daerah luka dengan campuran tadi.
OBAT KEKUATAN OBAT PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN

Perak Sulfadiazin Krim 1% , dioleskan 1-2 kali / Mencegah dan mengobati


(Silvadene) hari infeksi pada luka bakar
derajat ke II dan ke III. 10
% dari obat ini diabsorbsi.
Pemakaian yang banyak
atau pengolesan secara
berlebihan dapat
menyebabkan timbulnya
Kristal sulfa (kristaluria)
Perak Nitrat Larutan 0,5 % Untuk luka bakar derajat
ke II dan ke III. Pembalut
direndam dalam larutan
perak nitrat 0,5 % dan
pembalut diangkat sebelum
menjadi kering. Efektif
melawan beberapa
organisme gram negatif.
Dapat menimbulkan
ketidakseimbangan
elektrolit (Hipokalemia)
jika dipakai berlebihan.
Mafenid Asetat Krim 8,5 % Untuk luka bakar derajat
(Sulfamylon) ke II dan ke III.
Nitrofurazone Krim, salep, larutan, 0,2 % Untuk luka bakar derajat
(Furacin) ke II dan ke III dapat
menimbulkan
fotosensistifitas, oleh
karena itu hindari sinar
matahari dapat
menyebabkan dermatis
kontak
Daftar Pustaka
Kemenkes, R. I. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka
Bakar. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia.
Aydemir I, Ozturk S, Sonmez PK, Tuglu MI. (2016). Mesenchymal stem cells for wound
healing. International journal of experimental and clinical anatomy.
Arno AI, Amininik S. (2017). Human wharton’s jelly mesenchymal stem cells promote skin
wound healing through paracrine signaling. Stem Cell Research and Therapy
Ladhani, H. A., Yowler, C. J., & Claridge, J. A. (2021). Burn wound colonization, infection,
and sepsis. Surgical infections, 22(1), 44-48.
Doenges Marilynn (2018) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Asuhan Pasien Anak-
Dewasa. Ed. 9, Volume 2, Jakarta : EGC , 2018. Available at:
https://onesearch.id/Record/IOS4564.INLIS000000000004341.

Anda mungkin juga menyukai