Anda di halaman 1dari 18

UNITED NATIONS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND

DEVELOPMENT DAN PRINSIP-PRINSIP PENTING DALAM


RIO DECLARATION

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Edra Satmaidi, S.H., M.H.

NAMA KELOMPOK 13:

1. Yayang Tria Syafitri B1A021342


2. Khairi Ardiansyah B1A021329
3. Muhammad Risky A B1A021336
4. Fadhilah Putri Y B1A020074
5. Muhammad Zafran B1A021354
6. Arselin Arifina A Z1K023010
7. Sendy Herlina N B1A021361

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

2023
A. PENDAHULUAN

Lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, tinggal, dan tumbuh


termasuk daerah atau kawasan di dalamnya. Lingkungan itu sebagai mother of
life, yaitu sebagai ibu kehidupan. Sedangkan lingkungan hidup sebagai The
Spider Web of Life, dapat diartikan sebagai jaring laba-laba kehidupan.
Lingkungan hidup yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dimanapun
dan kapanpun manusia tetap akan bergantung pada lingkungan. Lingkungan hidup
memiliki keseimbangan dan batas ambangnya masing-masing agar tetap bisa
digunakan oleh manusia1. Namun, kemajuan zaman dapat merubah keseimbangan
lingkungan hidup. Peradaban-peradaban modern membawa pengaruh besar
terhadap lingkungan hidup.

Peradaban modern yang kapitalistik telah mendorong manusia begitu


serakah terhadap lingkungan hidup. Manusia modern mulai terjangkiti penyakit
hedonisme. Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan
kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup 2. Sebab yang mendasar
timbulnya keserakahan terhadap lingkungan ini, karena manusia berpandangan
bahwa sumber daya alam adalah materi yang harus dieksploitasi untuk
kepentingan pemenuhan kebutuhan materinya yang komsumtif. Pandangan
manusia ini seperti manusia-manusia Anthroposentris, yang menganggap bahwa
lingkungan dan manusia adalah dua hal yang terpisah 3. Mereka menganggap
bahwa alam dapat ditundukkan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan serta
manusia adalah penguasa dan pusat kehidupan. Jika semua manusia berpandangan
seperti ini, beberapa tahun kedepan lingkungan hidup tidak akan dapat digunakan.
Pencemaran, kepunahan, kerusakan, ecoside, dan semua hal negatif akan terjadi
pada lingkungan hidup.

Masalah lingkungan hidup dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu


pencemaran lingkungan (pollution), pemanfaatan lahan secara salah (land
missuse), dan pengurasan atau habisnya sumber daya alam (natural resourse
1
Jessy Adack, ”Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Hidup”, Lex
Administratum, Vol. 1 No.3 (2013).
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V
3
Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan, Edisi VIII, Cetakan Kesembilan Belas”,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2006, Hlm. 4.

1
depeletion)4. Pengurasan sumber daya alam diartikan sebagai pemanfaatan sumber
daya alam secara tidak bijaksana sehingga sumber daya alam itu baik kualitasnya
maupun kuantitasnya menjadi berkurang atau menurun dan pada akhirnya akan
habis sama sekali5. Masalah lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
teknologi, pertumbuhan penduduk, motif ekonomi, dan tata nilai. Dampak negatif
dari menurunnya kualitas lingkungan hidup baik karena terjadinya pencemaran
atau terkurasnya habis sumber daya alam adalah timbulnya ancaman atau dampak
negative terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi
(economic cost), dan terganggunya sistem alami (natural system)6

Robert Malthus mengatakan bahwa untuk menyeimbangkan antara


pertumbuhan penduduk (kelahiran) dengan pertumbuhan pangan (produksi),
produktivitas pangan harus ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengoptimalkan sumber daya alam yang dapat dikelola dalam bentuk barang dan
jasa. Namun karena manusia tidak merasa puas, hal ini akan menimbulkan proses
degradasi lingkungan berupa kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin
bertambah parah. Untuk itu sebelum terjadi masalah lingkungan yang lebih parah,
hal pertama yang ditanamkan pada diri kita adalah kesadaran akan lingkungan
hidup. Kesadaran akan lingkungan hidup dimulai dengan kebijakan Pembangunan
yang berwawasan lingkungan sesuai konferensi PBB. Lingkungan dan
Pembangunan harus seimbang agar tidak ada masalah yang timbul sebelum, saat,
ataupun sesudah dilakukannya pembangunan.

Sesuai dengan agenda 21 melalui deklarasi pembangunan dan lingkungan


hidup di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992 merupakan sebuah kemenangan dari
misi menyelamatkan bumi yang didorong oleh semangat gerakan ekologi dalam
(deep ecology). Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang
juga disebut sebagai the Earth Charter merupakan soft law agreements yang
memuat 27 prinsip.7

4
Richard Stewart and James E. Krier, Environmental Law and Policy
5
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia. 2012
6
Richard Stewart and James E. Krier, Op.Cit., Hal. 6-7.
7
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia, 2012 hal. 10

2
B. ISU LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN DALAM UNITED
NATIONS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT

Negara-negara sebagai upaya untuk melindungi dan melestarikan sumber


daya alam serta lingkungannya karena perkembangan isu-isu lingkungan global
tentang pembangunan berkelanjutan tersebut menjadi isu sentral dalam
konferensi-konferensi international yang digagas oleh PBB8, yaitu dengan adanya
KTT Bumi pada tanggal 5-11 Juni 1992 di Rio de Janeiro yang menghasilkan
beberapa dokumen hukum lingkungan internasional yang penting, yaitu Konvensi
Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati sebagai sumber hukum
internasional dalam bentuk “hard law” yang mengikat negara-negara kalau sudah
meratifikasinya dan bentuk “soft law”. Deklarasi Rio 1992 tentang Lingkungan
dan Pembangunan yang isinya antara lain menegaskan dan menyempurnakan
Deklarasi Stockholm 1972 termasuk memperkuat konsep pembangunan
berkelanjutan.

Konferensi Rio atau Konferensi Bumi yang disebut sebagai United


Nations Conference on Environment and Development (UNCED), yang diadakan
di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 mengadakan pertemuan tingkat tinggi
yang melibatkan kepala negara dan pemerintahan untuk membahas isu lingkungan
dan pembangunan secara komprehensif. Salah satu isu utama yang dibahas dalam
UNCED adalah hubungan antara pembangunan ekonomi dan perlindungan
lingkungan9. Dalam Deklarasi Rio, isu-isu lingkungan dan pembangunan yang
dianggap krusial termasuk10:

1. Perubahan Iklim
Konferensi ini menekankan pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca
dan mengatasi perubahan iklim yang merugikan. Hasil dari konferensi ini
adalah Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC).

8
Dr. Idris, “Perkembangan Hukum Lingkungan dan Relevansinya dengan Pembentukan beberapa
Mata Kuliah Baru”, Padjadjaran Law Review I (Desember 2013).
9
Kamaruddin Hasan Perkembangan Yang Berwawasan Lingkungan (Enviromental Development),
Komunikasi Sosial dan Pembangunan (KSP), Hal. 1 (2014).
10
M. Chazienul Ulum dan Rispa Ngindana, “Enviromenal Governance, Isu, Kebijakan, dan Tata
Kelola Lingkungan Hidup”, 2017, Hal. 4-5.

3
2. Kerusakan Lapisan Ozon
UNCED membahas perlindungan lapisan ozon dan menghasilkan Protokol
Montreal mengenai Zat yang Merusak Lapisan Ozon. Protokol ini
bertujuan untuk menghentikan produksi dan penggunaan bahan kimia
yang merusak lapisan ozon.
3. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Konferensi ini menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan, termasuk pengelolaan hutan, air, dan lahan secara
bijaksana.
4. Pembangunan Berkelanjutan
UNCED menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Agenda 21,
yang dihasilkan dari konferensi ini, adalah rencana tindakan global untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, UNCED juga membahas isu-isu tersebut dalam konteks


pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, konservasi biodiversitas,
pengendalian polusi, pengelolaan limbah, kesehatan masyarakat, dan partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan11.

UNCED menjadi titik awal bagi perkembangan berbagai konvensi dan


perjanjian internasional terkait isu lingkungan dan pembangunan 12. Konferensi ini
merupakan tonggak penting dalam upaya global untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan dan memperhatikan perlindungan lingkungan.

C. PRINSIP-PRINSIP PENTING RIO DECLARATION SEBAGAI SOFT


LAW

Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang juga


disebut sebagai the Earth Charter merupakan “soft-law agreements”, yang
memuat 27 prinsip13. Seperti halnya Deklarasi Stockholm, Deklarasi Rio memuat
prinsip-prinsip yang dipandang sebagai sumber pengembangan hukum lingkungan
11
Jatna Supriatna, “Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan”, 2021, Hal. 540.
12
Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan, Masalah 1 dari Serie Hukum Lingkungan”,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2006.
13
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, “Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua” 2015, Hal.10

4
nasional dan internasional14. Oleh sebab itu, makna prinsip-prinsip tersebut akan
diuraika secara singkat pada bagian berikut15.

1. Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara


Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara (souvereignt and
state responsibility) ini dirumuskan dalam prinsip ke Deklarasi Rio yang
lengkapnya berbunyi:
States have, in accordance with the Charter of the United Nations an
principles of international law, the sovereign right to exploit their an
resources pursuant to their own environmental and developmental polas
and the responsibility to ensure that activities within their jurisdiction
control do not cause damage to the environment of other states or of are
beyond the limits of national jurisdiction.
Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara mengandung
makna, bahwa tiap negara diakui kedaulatannya untuk memanfaatkan
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang beradi dalam batas-batas
territorial atau yurisdiksi negara yang bersangkutan. Namun, kedaulatan
atau hak pemanfaatan itu harus disertai dengan tanggung jawab, yaitu
pemanfaatan itu tidak boleh menimbulkan kerugian terhadap negara-
negara lain atau wilayah-wilayah di luar batas yurisdiksi negara itu.16
2. Prinsip keadilan antargenerasi
Prinsip keadilan antargenerasi (intergenerational equity)
dirumuskan dalam prinsip ke-3 Deklarasi Rio yang lengkapnya berbunyi
sebagai berikut. “The Right to development must be fulfilled so as to
equitably meet developmental and environmental needs of present and
future generations.” Prinsip keadilan antargenerasi mengandung makna,
bahwa pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup oleh generasi
sekarang tidak boleh mengorbankan kepentingan atau kebutuhan generasi
masa datang atas sumber daya alam dan lingkungan hidup. Prinsip ini juga
mengandung makna, bahwa generasi sekarang memiliki kewajiban untuk

14
Simbolon, “Perjanjian Internasional sebagai Instrumen Rekayasa Global dan Harmonisasi
Prinsip-Prinsip Hukum Lingkungan”, Sepientia Et Virtus, 2014, Hal. 49-81.
15
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia. 2012 Hal. 14
16
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia. 2012. Hal. 14

5
menggunakan sumber daya alam secara hemat dan bijaksana serta
melaksanakan konservasi sumber daya alam, sehingga sumber daya alam
tetap tersedia dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk
dimanfaatkan oleh generasi masa datang. Adalah tidak bijaksana jika
generasi sekarang meninggaikan sumber-sumber air, tanah dan udara yang
telah tercemar, sehingga generasi masa datang tidak lagi dapat
memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Prinsip keadilan antargenerasi diharapkan menjadi dasar bagi
pengembangan hukum lingkungan nasional maupun hukum
internasional.17

3. Prinsip keadilan intragenerasi


Prinsip keadilan intragenerasi (intragenerational equity)18
tercermin dalam Prinsip ke-5 dan 6 Dekiarasi Rio. Prinsip 5 menyatakan:
“All states and all people shall cooperate in the essential task of
eradicating poverty as an indespensible requirement for sustainable
development in order to decrease the disparities in standards of living and
better needs of the majority of the people of the world.”
Prinsip 6 Deklarasi Rio berbunyi sebagai berikut: “The special situation
ond needs of developing countries, particularly the least developed and
those most environmentally vulnerable, shall be given special priority.
International actions in the field of environment and development should
also address the interests and needs of all Countries.”
Prinsip keadilan intragenerasi relevan bagi pengembangan hukum
nasional maupun nukum internasional19. Dalam konteks hukum nasional,
prinsip ini mengandung makna, bahwa kemiskinan dan kesenjangan
kehidupan dalam masyarakat merupakan masalah-masalah yang perlu
diberantas. Oleh sebab itu, akses pemanfaatan atas sumber daya alam tidak
boleh nanya dimonopoli oleh kelompok tertentu, tetapi sumber daya alam

17
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia. 2012. Hal. 15
18
Istilah intragenerational equity dikemukakan oleh Edith Brown Weiss. Pandangan Weiss tentang
konsep intragenerational equity dapat dibaca dalam Hunter, Salzman dan Zaelke, Op.Cit., hlm.
170-171.
19
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia. 2012. Hal. 13

6
semestinya menjadi modal untuk peningkatan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan. Penduduk kelompok miskin lebih sering mengalami
ancaman masalah-masalah lingkungan misalkan pencemaran air, pencemar
bahan limbah berbahaya dan beracun sementara manfaat dari
industrialisasi lebih dinikmati oleh kelompok penduduk kaya.20
Di dalam konteks hubungan internasional, prinsip keadilan
intragenerasi mengandung makna bahwa pembangunan merupakan upaya
negara-negara berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki
kualitas kehidupan mereka. Dewasa ini memang terdapat kesenjangan
dalam hal tingkat konsumsi sumber daya alam, khususnya minyak bumi,
antara penduduk negara-negara maju dan penduduk negara-negara
berkembang21. Tingkat konsumsi penduduk negara-negara maju lebih
besar daripada tingkat konsumsi penduduk negara- negara berkembang
pada hal jumlah penduduk negara-negara maju lebih kecil daripada jumlah
penduduk negara-negara berkembang.
4. Prinsip keterpaduan antara perlindungan lingkungan hidup dan
pembangunan
Prinsip keterpaduan antara perlindungan lingkungan dan
pembangunan tercermin dalam Prinsip ke-4 Deklarasi Rio yang berbunyi
“In order to achieve sustainable development, environmental protection
shall constitute an integral part of the development process and cannot be
considered in isolation from it.” Perwujudan dari prinsip keterpaduan
antara perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan adalah
pemberlakuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan
perlunya ketersediaan informasi lingkungan dalam proses pengambilan
keputusan pemerintahan.22
5. Prinsip tanggung jawab bersama, tetapi berbeda

20
Edith Brown Weiss, “Eviroemental Equity: The Imperative for the Twenty-First Century” dalam
Winfired Lang (ed), Sustainable Development and Internasional Law, Graham &
Trotman/Martinus Nijhoof, 1995, Hal. 22-23
21
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
14
22
Philippe Sands, "International in te Field of Sustainable Development: Emerging Legal
Principles", dalam Winfired Lang (ed), Sustainable Development and International Lmu, Graham
& Trotman/Martinus Nijhoof, 1995, hlm. 61.

7
Prinsip tanggung jawab bersama, tetapi berbeda (common but
differentiated principle) dirumuskan dalam Prinsip 7 Deklarasi Rio yang
berbunyi:
States shall cooperate in a spirit of global partnership to conserve, protect
and restore the health and integrity of the Earth's ecosystem. In view of
the different contributions to global environmental degradation, States
have common but differentiated responsibilities. The developed countries
acknowledge the responsibility that they bear in the international pursuit
of sustainable development in view of the pressure their societies place on
the global environment and of the technologies and financial resources
they command.
Prinsip ini mengakui adanya tanggung jawab negara-negara maju
dalam penanggulangan masalah-masalah lingkungan.23 Dalam Konvensi
Perubahan Iklim negara-negara maju diminta untuk memainkan peran
utama dalam penanggulangan masalah perubahan iklim. Namun, konsep
tanggung jawab bersama, tetapi berbeda merupakan masalah yang pelik di
antara negara- negara maju dan negara-negara berkembang karena masih
belum begitu jelas sejauhmana konsep ini mengandung kewajiban hukum
negara-negara maju untuk misalkan memberi bantuan keuangan,
pembangunan kapasitas, alih teknologi kepada negara-negara berkembang
dan toleransi atas ketidaktaatan negara-negara berkembang terhadap
konvensi Perubahan Iklim.24
6. Prinsip tindakan pencegahan
Prinsip pencegahan mewajibkan agar langkah pencegahan
dilakukan pada tahap sedini mungkin. Dalam konteks pengendalian
pencemaran, perlindungan lingkungan paling baik dilakukan dengan cara
pencegahan pencemaran daripada penanggulangan atau pemberian ganti
kerugian.25 Dalam Deklarasi Rio prinsip pencegahan dirumuskan dalam
Prinsip ke- 11 yang, antara lain, berbunyi: “States shall enact effective
environmental legislation”.... Prinsip ini juga dipandang sangat
23
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
15
24
Hunter, Salzman dan Durwood Op.Cit., hlm. 358-359.
25
Ibid., hlm. 364-365; periksa juga Sands, Op.Cit., hlm. 65.

8
berhubungan erat dengan prinsip keberhati-hatian yang diuraikan pada
bagian berikut. Kedua prinsip menekankan pentingnya langkah-langkah
antisipasi pencegahan terjadinya masalah-masalah lingkungan.26
7. Prinsip keberhati-hatian
Prinsip keberhati-hatian (precautionary principle) dirumuskan
dalam Prinsip ke-15 Deklarasi Rio yang berbunyi:
In order to protect the environment, the precautionary approach shall be
widely applied by states according to capabilities. Where there are threats
of serious or irreversible damage, lack of full scientific certainty shall not
be used as a reason for postponing cost-effective easures to prevent
environmental degradation
Prinsip ini mencerminkan pengakuan bahwa kepastian ilmiah
sering kali datangnya terlambat untuk dapat digunakan menjadi dasar
pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan. Langkah-langkah
pencegahan tidak boleh ditunda hanya karena alasan bahwa kerugian
lingkungan belum pasti mewujud atau karena adanya perbedaan
pandangan di antara para ahli pasti, Pengetahuan para ahli terhadap
hubungan sebab akibat antara industrialisasi dan teknologi dengan
lingkungan tidak selalu sempurna dan serba sehingga dampak negatif baru
dapat diungkapkan atau diketahui oleh para ahli setelah bertahun-tahun
kemudian. Dampak negatif itu sendiri sering kali bersifat kerugian yang
tidak dapat dipulihkan kembali (irreversible damage) 27. Oleh sebab itu,
langkah-langkah perlindungan lingkungan tetap perlu dilakukan meskipun
terdapat ketidakpastian ilmiah tentang dampak negatif suatu rencana
kegiatan. Prinsip ini juga mengandung makna adanya perubahan tanggung
jawab penyajian bukti ilmiah dari pihak yang menentang kegiatan kepada
pihak pendukung atau pelaksana kegiatan.28
8. Prinsip pencemar membayar

26
Hunter, Salzman dan Durwood, Op.Cit., hlm. 364-365.
27
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
16
28
Hunter, Salzman dan Durwood, Op.Cit., hlm. 360-361.

9
Prinsip pencemar membayar (polluter-pays principle) yang juga
disebu Prinsip Internalisasi Biaya dirumuskan dalam Prinsip ke-16
Deklarasi yang berbunyi:
National authorities should endeavour to promote the internalization of
environmental costs and the use of economic instruments, taking into
account the approach that polluter should, in principle, bear the cost of
pollution, a due regard to the public interest and without distorting
international tarde and investment.
Rumusan Prinsip 16 mengandung makna bahwa pemerintah negara
peserta Konferensi Rio harus menerapkan kebijakan internalisasi biaya
lingkungan dan penggunaan instrumen ekonomi.29 Internalisasi biaya
berarti setiap pelaku usaha harus memasukkan biaya-biaya lingkungan
vang ditimbulkan oleh usahanya ke dalam biaya produksi.30 Prinsip
pencemar membayar mencerminkan perubahan perilaku usaha. Dimasa
lalu sebelum lahirnya kesadaran lingkungan, biaya dampak negative dari
kegiatan usaha dipikul oleh pihak lain.31
9. Prinsip demokrasi dan peranserta masyarakat (prinsip 10)
Prinsip demokrasi dan peranserta masyarakat atau kadang disebut
prinsip penyelenggaraan pemerintalian yang baik dirumuskan dalam
Prinsip 10 Deklarasi Rio yang berbunyi sebagai berikut:
Environmental issues are best handled with the participation of all
concerned citizens, at the relevant level. At the national level, each
individual shall have appropriate access to information concerning the
environment that is held by public authorities, including information on
hazardous material and activities in their communities, and the
opportunity to participate in decision-making processes. States shall
facilitate and encourage public awareness and participation by making
information widely available. Effective access to judicial and

29
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
16.
30
Emil Salim, “Paradigma Pembangunan Berkelanjutan, Peran dan Kontribusi Emil Salim”, 2010,
Hal.21.
31
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
16.

10
administrative proceedings, including redress and remedy, shall be
provided.
Keberadaan Prinsip 10 ini menegaskan, bahwa pengelolaan
lingkungan hidup bukan semata-mata urusan aparatur pemerintah atau
para ahii yang bekerja di instansi-instansi pemerintah, tetapi juga warga
atau masyarakat, baik secara perorangan maupun kelompok. 32 Unsur
penting dari konsep peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup adalah bahwa warga, baik secara perorangan maupun kelompok,
memiliki hak untuk memperoleh informasi tentang lingkungan hidup dari
instansi pemerintah yang menguasai informasi itu. Negara juga perlu
mengembangkan prosedur administrasi maupun hukum yang
memungkinkan masyarakat untuk mempertahankan dan memulihkan hak-
haknya.
10. Prinsip bertetangga baik dan kerja sama internasional
Prinsip bertetangga baik dan kerja sama internasional menjadi
fundamen bagi hukum lingkungan internasional dan pengembangannya. 33
Prinsip ini dapat ditemukan dalam rumusan Prinsip 18, Prinsip 19 dan
Prinsip 27 Deklarasi Rio. Prinsip 18 Deklarasi Rio yang berbunyi sebagai
berikut:
States shall immediately notify other States of any natural disasters or
other emergencies that are likely to produce sudden harmful effects on the
environment of those States. Every effort shall be made by the
international community to help states on afflicted. Prinsip 18 ini
mengandung pengertian, bahwa negara-negara yang mengetahui terjadinya
bencana lingkungan vang berkemungkinan membahayakan lingkungan
negara tetangganya berkewajipan untuk memberitahu negara tetangganya
tentang bencana tersebut.34
Prinsip 19 menyatakan: States shall provide prior and timely
notification sand relevant information to potentially affected States on
32
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
17.
33
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
17.
34
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
18.

11
activities that may have a significatnt adverse transboundary
environmental effect and shall consult with those States at an early stage
and in good faith. Prinsip 19 mengandung pengertian, bahwa negara-
negara, yang di dalamnya wilayah mereka terdapat kegiatan-kegiatan yang
mungkin menimbulkan dampak negatif lintas batas, berkewajiban untuk
memberitahu secepatnya negara-negara tetangga tentang kegiatan-kegiatan
itu dan melakukan konsultasi lebih awal dengan iktikad baik.35
Prinsip 27 menyatakan: States and people shall cooperate in good
faith and in a spirit of partnership in the fulfillment of the principles
embodies in his Declaration and in the further development of
international law in the field of sustainable development. Prinsip 27
mewajibkan negara-negara untuk membangun semangat kerja sama
dengan iktikad baik dan kemitraan dalam mewujudkan prinsip-prinsip
yang tercantum dalam Deklarasi Rio serta dalam pengembangan lebih
lanjut hukurn internasional dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan Dengan demikian, Prinsip 18, Prinsip 19 dan Prinsip 27
menjadi fundamen penting bagi pengembangan hukum lingkungan
internasional.36

D. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP RIO DECLARATION DALAM


UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN INDONESIA

Prinsip-prinsip Rio Declaration atau Deklarasi Rio adalah seperangkat


prinsip internasional yang mengatur isu-isu lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan.37 Prinsip-prinsip Deklarasi Rio atau yang lebih dikenal sebagai
Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan dapat diterapkan dalam undang-
undang lingkungan di Indonesia. Beberapa prinsip yang dapat diimplementasikan
adalah:

35
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
18.
36
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM, Hukum Lingkungan di Indonesia Edisi Kedua. 2012. Hal.
18.
37
Tyas Asri Putrid an Devina Melosia Mangiwa, “Pandangan Hukum Internasional terhadap
Pengeolaan Sumber Daya Alam dan Akibat Hukum bagi Lingkungan Hidup”, Civilia: Jurnal Kajian
Hukum dan Pendidikan Kewarganegaraan Vol. 2 No. 3 (2023).

12
1. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan.
Prinsip ini mendorong pengembangan yang memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan
memenuhi kebutuhan mereka. Prinsip ini tercermin dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menekankan pentingnya pembangunan
berkelanjutan.38
2. Prinsip Pencegahan dan Penanggulangan Polusi.
Prinsip ini menekankan pentingnya pencegahan polusi dan tindakan
penanggulangan jika polusi terjadi. Contohnya adalah Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menekankan perlunya pengelolaan lingkungan secara terpadu dan
pencegahan pencemaran lingkungan.39
3. Prinsip Kewajiban Menghindari Dampak Lingkungan yang Melampaui
Kapasitas Alami.
Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga batas-batas ekosistem dan
kapasitas alamiah dalam aktivitas manusia. Hal ini tercermin dalam
undang-undang yang mengatur pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan.40
4. Prinsip Tanggung Jawab Bersama (Common but Differentiated
Responsibility)
Prinsip ini mengakui bahwa negara-negara memiliki tanggung jawab
bersama dalam melindungi lingkungan, tetapi berbeda dalam kapasitas dan
kontribusi mereka. Undang-undang lingkungan Indonesia mendorong
semua pihak untuk bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan dari
kegiatan mereka. Salah satu contohnya adalah Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan terhadap
dampak lingkungan dari kegiatan usahanya.41

38
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
39
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
40
Ramli Utina, “Ekologi dan LIngkungan Hidup”, Ung Press, 2009
41
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup

13
5. Prinsip Hak Akses ke Informasi, Partisipasi Publik, dan Akses Keadilan
dalam Isu Lingkungan
Prinsip ini mendorong transparansi, partisipasi masyarakat, dan akses
keadilan dalam masalah lingkungan. Ini tercermin dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 yang memberikan hak akses informasi lingkungan dan
partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan lingkungan.42
6. Prinsip Pengelolaan Berkelanjutan Sumber Daya Alam.
Prinsip ini mencakup pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan
dan melindungi ekosistem. Ini tercermin dalam berbagai undang-undang
yang mengatur sektor-sektor seperti kehutanan, perikanan, dan
pertambangan.
7. Prinsip Pertimbangan terhadap Dampak di Luar Batas Wilayah Negara
Prinsip ini mengakui bahwa tindakan suatu negara dapat memiliki dampak
lingkungan yang melampaui batas wilayah negara tersebut. Ini tercermin
dalam perjanjian lingkungan internasional di mana Indonesia ikut serta,
seperti konvensi tentang pengendalian polusi lintas batas.
8. Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara
Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara mengandung makna,
bahwa tiap negara diakui kedaulatannya untuk memanfaatkan sumber daya
alam dan lingkungan hidup yang berada dalam batas-batas territorial atau
yurisdiksi negara yang bersangkutan43. Namun, kedaulatan atau hak
pemanfaatan itu harus disertai dengan tanggung jawab, yaitu pemanfaatan
itu tidak boleh menimbulkan kerugian terhadap negara-negara lain

Penerapan prinsip-prinsip Rio Declaration dalam undang-undang


lingkungan Indonesia adalah langkah penting untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dan melindungi lingkungan alam yang penting bagi negara ini. Hal
ini juga menciptakan dasar hukum untuk melaksanakan komitmen internasional
Indonesia dalam hal lingkungan hidup.

42
Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
43
Raden Siti sumartini dan Suhendi Salidja, “Penerapan Prinsip Common But Differentiated
Responsibility Dihubungkan dengan Prinsip Tanggung Jawab Negara dalam Penegakan Hukum
LIngkungan Internasional”, Gema Wiralodra, Vol. 13 No. 1 (2022).

14
E. PENUTUP

Kesimpulan

1. Konferensi Rio atau Konferensi Bumi yang disebut sebagai United Nations
Conference on Environment and Development (UNCED), yang diadakan di Rio
de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk
membahas isu lingkungan dan pembangunan secara komprehensif. Salah satu isu
utama yang dibahas dalam UNCED adalah hubungan antara pembangunan
ekonomi dan perlindungan lingkungan. Dalam Deklarasi Rio, isu-isu lingkungan
dan pembangunan yang dianggap krusial termasuk perubahan iklim, kerusakan
lapisan ozon, pemanfaatan sumber daya alam, dan pembangunan berkelanjutan.

2. Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang juga disebut
sebagai the Earth Charter merupakan “soft-law agreements”, yang memuat 27
prinsip diantaranya adalah prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara, prinsip
keadilan antargenerasi, prinsip keadilan intragenerasi, prinsip keterpaduan antara
perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan, prinsip tanggung jawab
bersama tetapi berbeda, prinsip tindakan pencegahan, prinsip keberhati-hatian,
prinsip pencemar membayar, prinsip demokrasi dan peranserta masyarakat, dan
prinsip bertetangga baik dan kerja sama internasional.

3. Penerapan prinsip-prinsip Rio Declaration dalam undang-undang lingkungan


Indonesia adalah langkah penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
dan melindungi lingkungan alam yang penting bagi negara ini. Hal ini juga
menciptakan dasar hukum untuk melaksanakan komitmen internasional Indonesia
dalam hal lingkungan hidup. Undang-Undang diantaranya adalah Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

15
DAFTAR PUSTAKA

Efendi. 2012. PENERAPAN PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG
SUMBERDAYA ALAM (Kajian Dari Perspektif Politik Pembangunan
Hukum). Kanun Jurnal Ilmu Hukum.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


Laode M. Syarif dan Andri G. Wibisana. Hukum Lingkungan (Teori, legilasi, dan
Studi Khusus)

Otto Soemarwoto, 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit


Jembatan, Cetakan Kesepuluh.

Philippe Sands. 1995. "International in te Field of Sustainable Development:


Emerging Legal Principles", dalam Winfired Lang (ed), Sustainable
Development and International Lmu, Graham & Trotman/Martinus
Nijhoof.

Rahman Faisol. 2022 “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan


Hidup.” Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada
Richard Stewart and James E. Krier, Environmental Law and Polic.
Safudin, Endrik. 2019. “Urgensi Sustainable Development Sebagai Etika
Pembangunan Di Indonesia.” Al-Syakhsiyyah Journal Of And Family
Studies Vol. 1.
Sentosa, Mas Ahmad, 1999. Demokratisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam,
ICEL, Jakarta.

Silalahi dan Daud. 2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Rangka


Pengelolaan (Termasuk Perlindungan) Sumber Daya Alam Yang Berbasis
Pembangunan Sosial Dan Ekonomi. Makalah Seminar Pembangunan
Hukum Nasional VIII. Badan Pembinaan Hukum Nasional. Denpasar.

Sonny Keraf, A, 2010. Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta.

16
Takdir Rahmadi. 2012 Hukum Lingkungan di Indonesia. PT Rajagrafindo
Indonesia.
Hunter, Salzman dan Durwood Op.Cit
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup

17

Anda mungkin juga menyukai