Anda di halaman 1dari 25

i

i
1

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI


DAN MEDIA BENDA KONKRET
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 14 RAMBANG KUANG

Weti Marwati

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari rendahnya hasil belajar Matematika pada peserta didik
kelas V SD Negeri 14 Rambang Kuang pada materi volume benda ruang, maka
dirancang suatu upaya peningkatan pembelajaran dalam bentuk PTK. Pada kegiatan
PTK ini difokuskan pada penerapan metode demonstrasi dan media benda konkret.
Ternyata telah mendapat hasil yang sangat memuaskan, yakni jumlah siswa yang
menguasai materi tersebut, pada siklus I mencapai 15 siswa atau 44 % dari 34 siswa
dan PTK pada siklus II jumlah siswa yang menguasai materi meningkat menjadi 29
siswa atau 85 % dari 34 siswa.

Kata Kunci: metode demonstrasi, media benda konkret, Penelitian Tindakan Kelas

A. Pendahuluan

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi modern, matematika mempunyai peranan penting
dalam berbagai disiplin ilmu yang berimplikasi pada daya eksplorasi pikiran
manusia. Perkembangan pesat ilmu pengetahun dan teknologi dewasa ini sebagian
besar berasal dari perkembangan ilmu terapan matematika. “Ilmu matematika
tidak hanya untuk matematika saja tetapi teori maupun pemakaiannya praktis
banyak membantu dan melayani ilmu-ilmu lain”(Rusffendi,dkk, 1993: 106).
Maka penguasaan ilmu matematika dasar maupun terapan adalah kunci dari suatu
keinginan untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga penguasaan matematika dasar sedapat mungkin telah dimulai
semenjak dini.
Matematika mempunyai ciri – ciri khusus antara lain abstrak, deduktif,
konsisten, hierarkis, dan logis. Soejadi (1999:13) menyatakan bahwa keabstrakan

1
2

matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan
prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana,
menyebabkan matematika tidak mudah dipelajari, dan pada akhirnya banyak
siswa yang kurang tertarik terhadap matematika.
Prasetyono (2009:11) mengatakan bahwa “banyak siswa yang
beranggapan matematika itu sulit.” Matematika seringkali hanya dipahami sebagai
rumus-rumus yang sulit, menakutkan, membosankan, dan tidak menyenangkan,
sehingga hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan, baik itu belum sesuai
dengan harapan guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri. Ini berarti perlu ada
“jembatan” yang menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan
matematika dapat lebih mudah dipahami. Menurut Heruman (2007:2) mengatakan
bahwa “dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu segera diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
siswa sehingga melekat pada pola pikir dan tindakannya”. Sebenarnya apabila
kalian bisa mengetahui cara belajar matematika yang tepat, kalian pasti akan
mengatakan matematika tidaklah sulit, tetapi mudah dan menyenangkan
(Prasetyono, 2009:11). Akan tetapi pada kenyataannya, guru jarang menggunakan
model, metode, serta media yang tepat dalam proses pembelajaran matematika
sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 14 Rambang Kuang pada
materi volume benda ruang, banyak peserta didik yang kurang antusias pada saat
proses pembelajaran. Sehingga pada saat pertama kali diberikan soal, hasil
belajar peserta didik belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal
yang diberikan peneliti. Berikut ini hasil tes awal peserta didik pada materi
volume benda ruang.

2
3

Tabel 1
NILAI MATA PELAJARAN MATEMATIKA
PESERTA DIDIK KELAS V SDN 14 RAMBANG KUANG
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1. 40 – 49 12 35 %
2. 50 – 59 8 24 %
3. 60 – 69 9 26 %
4. 70 – 79 3 9%
5. 81 – 89 2 6%
6. 90 – 100 0 0

Berdasarkan hasil nilai peserta didik pada tabel di atas hanya 5 peserta
didik atau 15 % yang mencapai KKM, nilai 40 – 49 ada 12 peserta didik atau 35
%, nilai 50 – 59 ada 8 peserta didik atau 24 %, nilai 61 – 70 ada 9 peserta didik
atau 26 %, nilai 70 – 79 ada 3 peserta didik atau 9%, dan nilai 81 – 89 ada 2
peserta didik atau 6%. Lebih dari 50% peserta didik mendapatkan nilai di bawah
KKM, untuk itu perlu adanya perbaikan nilai dengan metode serta media
pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik minat serta antusias peserta didik
terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan dan bantuan dari teman sejawat untuk
mengidentifikasi sejauh mana kekurangan yang terjadi selama pelajaran
berlangsung, maka terdapat beberapa permasalahan pada proses pembelajaran
matematika, yaitu sebagai berikut:
a. Guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran
b. Guru tidak menggunakan metode yang tepat dalam proses
pembelajaran
c. Guru kurang interaktif dalam menjelaskan suatu materi
d. Guru kurang memotivasi peserta didik sehingga pembelajaran menjadi
tidak menarik dan tidak menantang

3
4

e. Guru kurang menguasai materi pembelajaran tersebut sehingga


pembelajaran pun menjadi kurang menarik
Berdasarkan kelima masalah di atas, tentu saja membutuhkan solusi
pemecahan masing-masing masalah demi meningkatkan hasil belajar peserta didik
Seperti pada masalah yang pertama, guru tidak pernah menggunakan media
pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi tidak menarik dan tidak bermakna.
Hal ini dapat diatasi dengan cara menggunakan alat peraga seperti benda konkret
sehingga peserta didik termotivasi dan pembelajaran menjadi menarik.
Penggunaan alat peraga juga harus dilengkapi dengan metode
pembelajaran yang tepat, maka solusi yang harus digunakan adalah memberikan
materi dasar terlebih dahulu seperti menjelaskan apa arti dari volume melalui alat
peraga dengan metode demonstrasi kemudian bersama-sama peserta didik
mencari rumus volume benda ruang.
Untuk meningkatkan hasil belajar yang baik dalam pembelajaran
Matematika diperlukan media-media yang sesuai dan tepat untuk membuat
suasana pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan, sehingga peserta didik
tertarik dan mudah untuk memahami materi yang akan diberikan, serta hasil akhir
pelajaran akan sangat memuaskan. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat,
maka bisa diambil alternatif dan prioritas pemecahan masalah pada materi volume
benda ruang dengan menggunakan metode demonstrasi dan media benda konkret.
Melalui metode demonstrasi dan media benda konkret peserta didik belajar tidak
membosankan dan dapat mempertajam pemahaman peserta didik sehingga proses
belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan di atas, masalah
penelitian ini adalah: Apakah metode demonstrasi dan media benda konkret dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik Kelas V SD Negeri 14
Rambang Kuang? Sementara itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar matematika pada peserta didik kelas V SD Negeri 14 Rambang
Kuang dengan menggunakan metode demonstrasi dan media benda konkret.
Adapun manfaat penelitian ini berguna untuk peserta didik guru, dan pihak
sekolah. Bagi peserta didik, pembelajaran matematika lebih disukai peserta didik

4
5

dan peserta didik memperoleh pengalaman belajar aktif dalam suasana yang
menyenangkan dan meningkatnya hasil belajar peserta didik. Bagi guru,
penelitian ini bermanfaat (1) Memperbaiki kinerja guru; (2) memberikan masukan
kepada guru agar dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran matematika
melalui dukungan metode dan media yang tepat dalam menjelaskan materi
tentang volume benda ruang. Bagi pihak sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk
(1) menambah wahana pembelajaran menjadi lebih variatif sehingga mampu
memajukan proses pendidikan di masa mendatang; (2) memberikan berbagai
alternatif tindakan pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran dalam
mengembangkan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas; (3)
meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.

B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Matematika
Menurut Kurikulum 2004: “Matematika merupakan suatu bahan kajian yang
memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif. Menurut
Kurikulum 2006: ”Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit.
Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.” Sementara itu, menurut Kline
dalam (Suherman, 2003): “Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi
permasalahan sosial, ekonomi dan alam.” Berbeda dengan Kline, Suherman
(2003) menyatakan,“Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berpikir
dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.”

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD

5
6

Ada beberapa karakteristik pembelajaran Matematika di SD, yaitu (a)


pembelajaran matematika menggunakan metode spiral (mengaitkan dengan
pelajaran sebelumnya, konsep diberikan melalui benda-benda konkret). (b)
Pembelajaran matematika bertahap (dari konsep sederhana ke konsep yang lebih
sulit, contoh menggunakan kelereng, untuk memulai perkalian) (c) Pembelajaran
matematika menggunakan metode induktif. (d) Pembelajaran matematika
hendaknya bermakna.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika


Mata pelajaran matematika pendidikan sekolah dasar bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut. (a) Memahami konsep matematika ,
menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, effesien dan tepat dalam pemecahan masalah; (b)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; (c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; (d) Mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, dan atau media lain untuk memperjelas keadaan dan
masalah; (e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
yang didasari oleh rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Depdiknas, 2006).

4. Ruang Lingkup Matematika


Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah
dasar meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran serta pengolahan data.
Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian kompetensi dasar
oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak berorientasi pada
penguasaan materi matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan
sebagai alat dan saran siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang

6
7

lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan


kompetensi yang harus dicapai siswa.

5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar
dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya
(Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2000:22).
Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa metode demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Syaiful
(2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan
pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal
yang bersifat rutin.

6. Karakteristik, Tujuan, dan Manfaat Metode Demonstrasi


Ada beberapa karakteristik Metode Demonstrasi, yaitu (a) Disampaikan
masalah realistis untuk diselesaikan oleh siswa; (b) Digunakan model realistis
sebagai jembatan antara dunia riil dan abstrak; (c) Adanya interaksi antara guru
dengan siswa (demokratis); (d) Proses belajar berlangsung seimbang antara dunia
riil dan abstrak. Sebaliknya tujuan metode demonstrasi adalah untuk
memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara
pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran
kelas. Sementara itu, manfaat metode demonstrasi adalah (a) Perhatian siswa
dapat lebih dipusatkan; (b) .Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang
sedang dipelajari; (c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa.

7
8

7.Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi


Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan
metode demonstrasi adalah sebagai berikut (a) Perhatian siswa dapat dipusatkan
pada hal - hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu
dapat diamati secara teliti. (b) Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang
sama dalam satu saluran pikiran yang sama. (c) Ekonomis dalam jam pelajaran di
sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui
demonstrasi dengan waktu yang pendek. (d) Dapat mengurangi kesalahan-
kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena
murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya. (e) Karena
gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan
yang banyak (f) Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan
dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Namun, metode demonstrasi memiliki beberapa kelemahan, antara lain (a)
Derajat visibilitasnya kurang, (b) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-
alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. (c) Dalam mengadakan
pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan
perhatian. (d) Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas (e) Memerlukan
banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. (f) Kadang-
kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu
didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya. (g) Agar demonstrasi
mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

8. Langkah - Langkah Metode Demonstrasi


Langkah-langkah metode demonstrasi mencakup tahap persiapan,
pelaksanaan dan tahap akhir. Hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah (a)
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi
berakhir. (b) Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan. (c) Lakukan uji coba demonstrasi. Tahap pelaksanaan meliputi (a)
pelaksanaan demonstrasi, menciptakan suasana nyaman, memastikan peserta didik
mengikuti demonstrasi. Tahap akhir mencakup pemberian tugas-tugas.

8
9

9. Media Benda Konkret


Media benda konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan lebih efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang
diharapkan. Manfaat benda konkret adalah (a) Memudahkan siswa dalam
membangun struktur kognitif dalam membentuk konsep. (b) Memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan program yang sudah
ditetapkan. (d) Mengefektifkan proses pembelajaran. (e) Meningkatkan interaksi
komponen pembelajaran. Benda konkret merupakan benda yang dapat dilihat
atau didengar oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung
kepada siswa.

10.Kelebihan dan Kekurangan Media Benda Konkret


Ada beberapa kelebihan dan kekurangan media benda konkret.
Kelebihannya aadalah (a) Memiliki tingkat obyektifitas yang tinggi (b) Mudah
berinteraksi dengan siswa melalui segenap panca indra (c) Memiliki fleksibilitas
yang tinggi dimana dapat digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran yang lain
(e) Dapat dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi.
Kelemahannya adalah (a) Sangat merepotkan guru dalam proses persiapan
pembelajaran (b) Kadangkala suatu ide, benda dan hal tertentu sangat sulit
dimanipulasi (c) Kadangkala ada media konkret yang sangat menarik perhatian
siswa sehingga banyak waktu tersita bukan untuk tujuan yang ada kaitannya
dengan materi

11.Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Menurut Horwart Kingsley

9
10

dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1)
Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-
cita (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai
siswa terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
kegiatan pembelajaran di sekolah (Krishananto, 2010).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
tingkat keberhasilan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar biasanya digunakan
untuk mengukur prestasi belajar siswa. Hasil belajar dalam penelitian ini
merupakan nilai atau skor siswa dalam mengerjakan soal sistem persamaan linier
tiga variabel.

12.Indikator Keberhasilan Hasil Belajar Matematika


Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan belajar tersebut terdapat
beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar
tersebut dapat berhasil atau tidak. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:
106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu: (1)
daya serap terhadap bahan mengajar yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individu maupun kelompok, dan (2) perilaku yang digariskan dalam tujuan
mengajar atau instruksional khususnya (TIK) yang telah dicapai oleh siswa, baik
secara individual maupun secara kelompok.
Untuk mengetahui indikator keberhasilan belajar peserta didik, perlu
ditetapkan kriteria paling rendah dalam menyatakan ketuntasan peserta didik yaitu
dengan menetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dalam menetapkan
KKM, terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu
kompleksitas, daya dukung, dan intake. Pada pelajaran matematika di kelas V SD
Negeri 14 Rambang Kuang, telah ditetapkan KKM berdasarkan kriteria yang
berlaku dengan menghitung kompleksitas, daya dukung, dan intake. Setiap peserta
didik dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi benar
jawaban siswa ≥ 70 dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan

10
11

klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat >80% peserta didik yang telah tuntas
belajarnya.

C. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Subjek Penelitian, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
Pelaksanaan perbaikan pada mata pelajaran Matematika ini dilakukan di
kelas V SD Negeri 14 Rambang Kuang dengan jumlah siswa 34 siswa yang
terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, dimana siswa di kelas
tersebut memiliki kemampuan yang sama dengan kelas V lainnya. Tempat
penelitian berlokasi di SD Negeri 14 Rambang Kuang yang beralamat di Jalan
Amd desa Kuang Dalam Timur Kec. Rambang Kuang Kab. Ogan IIir. Waktu
pelaksanaan prasiklus 5 April 2021, siklus I 21 April, dan siklus II 28 April 2021.
Dalam pembuatan PTK penelitian ini dibantu oleh Ibu Hj. Suryani, S.Pd.SD yaitu
guru yang mengajar di kelas V sebagai penilai 1 dan Ibu Hj. Erniwati, S.Pd.SD
yaitu guru yang mengajar di kelas IV sebagai penilai 2.

2. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan hasil prasiklus yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2021,
yaitu hanya 5 peserta didik yang mencapai KKM dan lebih dari 50% peserta didik
yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Oleh karena pra-siklus yang dilakukan
mengalami kegagalan, peneliti perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi Siklus-siklus tersebut dapat digambarkan pada gambar
berikut:

3. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Peneliti melakukan perencanaan sebelum melakukan tindakan berupa
kegiatan sebagai berikut: (1) Mengadakan pertemuan kepada teman sejawat untuk
meminta kesediaan menjadi penilai 1 dan penilai 2, menjelaskan aspek-aspek
yang akan diamati dalam menilai Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP) dan

11
12

pelaksanaan pembelajaran, (2) Menelaah Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar


(KD) dan Indikator; (3) Menyusun RPP untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran sebelumnya yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan
media benda konkret berupa kubus satuan dan balok transparan, (4) Menyiapkan
media berupa kubus satuan sebanyak 16 buah dan balok transparan sebanyak 2
buah, menyiapkan Lembar Kerja Siswa(LKS) berupa soal uraian sebanyak 5
buah, (5) Membuat lembar observasi untuk mengukur kemampuan guru dan
aktivitas peserta didik dalam penerapan metode demonstrasi dan media benda
konkret, (6) Menyiapkan evaluasi hasil belajar peserta didik berupa kunci jawaban
dan skor tiap butir soal.
Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama 70 menit dalam proses
pembelajaran mata pelajaran Matematika. Dengan menggunakan instrument
penelitian, penilai 1 dan penilai 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku
guru dalam menyampaikan materi dengan metode demonstrasi dan media benda
konkret. Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan seperti
langkah – langkah di bawah ini.
Langkah-langkah pada kegiatan awal adalah mengatur tempat duduk yang
memungkinkan semua peserta didik dapat melihat dengan jelas apa yang
didemonstrasikan, memberi salam dan membaca do’a, mengecek daftar kehadiran
peserta didik, melakukan tanya jawab kepada peserta didik tentang pelajaran
sebelumnya yang telah diberikan yaitu perpangkatan dan penarikan akar bilangan
pangkat dua dan bilangan pangkat tiga sederhana, mengemukakan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik yaitu agar peserta didik dapat
menemukan rumus volume balok melalui demonstrasi alat peraga balok dan
kubus satuan, kemudian mengemukakan tugas – tugas apa yang harus dilakukan
oleh peserta didik diantaranya yaitu mencatat hal – hal penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
Langkah-langkah pada kegiatan Inti adalah guru membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok, kemudian guru mendemonstrasikan cara mengukur
volume balok dengan cara mengisikan kubus – kubus satuan ke dalam balok
transparan satu demi satu, sambil membilang: satu, dua, tiga, dan seterusnya

12
13

sehingga ruangan balok terisi penuh secara merata. Dalam hal ini guru
memberikan penanaman konsep bahwa volume suatu ruang adalah banyaknya
satuan takaran (dalam hal ini satuan takarannya berbentuk kubus satuan) yang
dapat digunakan untuk mengisi seluruh bagian dalam bangun ruang itu hingga
penuh. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya,
memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya, peserta didik mencoba
menemukan cara mudah dalam menyelesaikan soal melalui contoh yang telah
diberikan.
Langkah-langkah pada kegiatan akhir adalah peserta didik dan guru
menyimpulkan rumus volume kubus dan balok secara bersama-sama, yaitu
volume kubus = sisi x sisi x sisi dan volume balok = panjang x lebar x tinggi,
kemudian guru mengajukan pertanyaan lisan untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran, guru memberikan tugas
kepada peserta didik untuk melengkapi isian pada LKS, melakukan penilaian hasil
belajar, dan menutup pelajaran.
Observasi dilakukan oleh tim penilai yang terdiri dari 2 orang guru untuk
mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran berlangsung. Beberapa kegiatan
penting yang diamati adalah hal-hal yang tertera di Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG) 1 yang memusatkan kepada aktivitas mengajar guru yaitu
menyiapkan pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan
materi dan penggunaan media pembelajaran serta bagaimana cara memotivasi
siswa dan memberikan tindak lanjut kepada siswa.
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan di siklus 1, ternyata
menemukan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan dalam proses
pembelajaran tersebut. Jika dilihat dari segi kelebihannya yaitu: Satu, guru dapat
menggunakan metode demonstrasi dan media benda konkret. Dua,guru
memberikan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan lebih bermakna
dengan menggunakan media serta memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menggali pengetahuan. Sedangkan kekurangannya yaitu: Satu, guru tidak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut menggunakan alat
peraga. Dua, Alokasi waktu tidak dipergunakan dengan baik. Tiga, guru kurang

13
14

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab soal yang ada di
papan tulis.

4. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Berdasarkan hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran siklus I,
ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal masih kurang dari 80%. Maka,
perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Peneliti melakukan
perencanaan perbaikan antara lain : (1) Menelaah indikator yaitu : memecahkan
masalah sederhana yang melibatkan volume kubus dan balok, (2) Menyusun RPP
untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran siklus 1 yaitu pada saat kegiatan inti,
guru melibatkan peserta didik dalam menggunakan alat peraga serta menjawab
pertanyaan di papan tulis, (3) Menambah jumlah kubus satuan sebanyak 24 buah,
balok transparan 3 buah, 2 buah kotak berbentuk balok, (4) Menyiapkan Lembar
Kerja Siswa (LKS) berupa 2 soal melengkapi tabel dan 3 soal uraian pemecahan
masalah sederhana, (5). Membuat lembar observasi untuk mengukur kemampuan
guru dan aktivitas peserta didik dalam penerapan metode demonstrasi dan media
benda konkret, (6). Menyiapkan evaluasi hasil belajar peserta didik berupa kunci
jawaban dan skor tiap butir soal.
Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan seperti
langkah – langkah di bawah ini. Langkah-langkah pada kegiatan awal adalah
mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat
dengan jelas apa yang didemonstrasikan, memberi salam dan membaca do’a,
mengecek daftar kehadiran peserta didik, melakukan tanya jawab kepada peserta
didik tentang pelajaran sebelumnya yang telah diberikan yaitu menemukan rumus
volume kubus dan balok, mengemukakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik yaitu agar peserta didik dapat memecahkan masalah sederhana yang
melibatkan volume kubus dan balok, kemudian mengemukakan tugas – tugas apa
yang harus dilakukan oleh peserta didik, diantaranya yaitu menghitung volume
benda-benda yang diperagakan.
Pada kegiatan inti, guru kembali menanamkan konsep tentang volume.
Melaui bimbingan guru, beberapa peserta didik diminta untuk maju ke depan

14
15

menghitung volume balok menggunakan kubus satuan, selanjutnya peserta didik


diminta untuk menuliskan hasilnya di papan tulis. Kemudian memberi
kesempatan peserta didik lainnya untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi kotak
menggunakan mistar serta menghitung volume kotak tersebut, selanjutnya
menuliskan hasilnya di papan tulis . Guru memberikan pujian bagi peserta didik
yang bersedia maju ke depan. peserta didik dibimbing guru dalam menyelesaikan
soal uraian berupa masalah sederhana yang melibatkan volume kubus dan balok.
Setelah peserta didik paham, peserta didik ditugaskan mengerjakan soal uraian di
Lembar Kerja Siswa (LKS) sebanyak 5 soal.
Pada kegiatan akhir, guru bersama peserta didik membuat rangkuman
hasil pembelajaran yaitu cara menghitung volume suatu kotak. Memberikan
tindak lanjut berupa PR pada peserta didik. Bertanya jawab tentang materi
volume kubus dan balok. Melakukan penilaian hasil belajar. Mengajak semua
peserta didik berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Melalui hasil observasi dan hasil belajar peserta didik selama pelaksanaan
pembelajaran siklus II, dilakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan,
kelebihan, serta kendala apa saja saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Ternyata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan, terlihat dari hasil
belajar peserta didik, peserta didik yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 29
siswa (85%) sedangkan peserta didik yang nilainya kurang dari 70 sebanyak 5
siswa (15 %) dari total 34 peserta didik
Hal tersebut terjadi karena di dalam melaksanakan pembelajaran pada
siklus II, terdapat kelebihan-kelebihan dalam proses pembelajarannya yaitu: Satu,
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut menggunakan alat
peraga. Dua, guru memberikan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan
dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam menggunakan alat peraga,
sehingga memberi pengalaman langsung bagi peserta didik. Tiga, guru
memberikan alokasi waktu yang lebih lama pada kegiatan inti. Empat, guru lebih
banyak memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menjawab soal di papan
tulis.

15
16

Dikarenakan peserta didik telah menguasai materi pembelajaran tentang


volume kubus dan balok dan hasil tes hasil belajar pada siklus II telah tercapai
secara klasikal, maka tidak perlu lagi diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

5.Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan melalui observasi dan tes. Pengumpulan
data melalui tes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penguasaan
materi dan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Data-data
dikumpulkan dengan cara memberikan evaluasi berupa 5 soal tertulis yang harus
dikerjakan peserta didik Hasil analisis digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan atau kegagalan dalam setiap siklus. Apabila terjadi kegagalan, maka
indikator yang belum tercapai dapat diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga
hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Untuk mendapatkan Nilai Akhir
(NA) hasil belajar pada setiap siklus, peneliti menghitung dengan cara: skor yang
diperoleh peserta didik dibagi dengan skor maksimal, kemudian dikalikan dengan
100.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai yang diperoleh
peserta didik sebagai berikut:
skor yang diperoleh siswa
Nilai akhir= ×100
skor maksimal
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal,
digunakan rumus sebagai berikut:

Σ siswa yang tuntas belajar


P = x 100 %
Jumlah siswa

D. Hasil dan Pembahasan


1. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Kegiatan pembelajaran siklus I, dilaksanakan pada tanggal 21April 2021
dengan materi menghitung volume kubus dan balok menggunakan kubus satuan
di Kelas V SD Negeri 14 Rambang Kuang dengan jumlah 34 siswa.

16
17

Pada siklus I, proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan


media benda konkret. Melalui metode demonstrasi dan media benda konkret,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pra siklus peserta didik, dimana
hanya 5 peserta didik yang mencapai KKM yaitu ≥ 70 dan lebih dari 50% peserta
didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Pada materi menghitung volume
kubus dan balok menggunakan kubus satuan, digunakan metode demonstrasi dan
media benda konkret berupa kubus satuan dalam menjelaskan materi, sehingga
diharapkan peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan
dan pembelajaran lebih menyenangkan.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, dilakukan proses evaluasi berupa
pemberian 5 soal uraian tertulis kepada peserta didik dengan tujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan peserta didik secara individual dalam proses
pembelajaran. Dari hasil belajar siklus I, siswa yang mendapat nilai di atas 70
sebanyak 15 peserta didik atau 44% sedangkan nilai kurang dari 70 sebanyak 19
peserta didik atau 56 % dari 34 peserta didik. Dari hasil belajar tersebut, terjadi
peningkatan hasil belajar dari pembelajaran pra-siklus dimana hanya 5 peserta
didik atau 15 % yang mencapai KKM. Akan tetapi, pada siklus I masih terdapat
beberapa kekurangan, diantaranya adalah guru tidak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menggunakan alat peraga dan alokasi waktu tidak
dipergunakan dengan baik.
Berikut ini adalah hasil belajar siklus I peserta didik kelas V SD negeri 14
Rambang Kuang yang sudah diolah dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan
nama dan nilai hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada daftar lampiran pada
laporan penelitian ini.

Tabel 4
TABULASI NILAI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SIKLUS I
PESERTA DIDIK KELAS V SDN 14 RAMBANG KUANG
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1. 40 – 49 1 3%

17
18

2. 50 – 59 4 12 %
3. 60 – 69 14 41 %
4. 70 – 79 8 23 %
5. 80 – 89 5 15 %
6. 90 – 100 2 6%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil


belajar peserta didik. Hal ini terbukti dari perolehan nilai peserta didik, nilai 40 –
49 ada 1 peserta didik atau 3%, nilai 50 – 59 ada 4 peserta didik atau 12 %, 60 –
69 ada 14 peserta didik atau 41% , 70 – 79 ada 8 peserta didik atau 23 % , 80 – 89
ada 5 peserta didik atau 15 % dan 90 – 100 ada 2 peserta didik atau 6 %.
Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan peserta didik memperhatikan demostrasi
alat peraga pada saat penjelasan materi sehingga mulai memahami materi
pelajaran yang diberikan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode
demonstrasi dan media benda konkret berupa soal tertulis dalam proses
pembelajaran.
Dari data di atas, hasil yang didapat dari pelaksanaan siklus I yaitu peserta
didik yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 15 peserta didik atau 44%
sedangkan nilai kurang dari 70 sebanyak 19 peserta didik atau 56 % dari 34
peserta didik. Dikarenakan masih ada beberapa peserta didik yang masih belum
memahami sepenuhnya topik pembelajaran tersebut, sehingga perlu dilakukan
pembelajaran lebih lanjut pada siklus II dan diharapkan agar pemahaman peserta
didik atas materi yang diajarkan meningkat dan hasil belajar peserta didik pun
meningkat.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Pada siklus II ini proses pembelajaran masih menggunakan metode
demonstrasi dan media benda konkret . Akan tetapi pada siklus II, dilakukan

18
19

beberapa perbaikan antara lain peserta didik dilibatkan secara aktif dalam
menggunakan alat peraga serta alokasi waktu dapat dipergunakan dengan baik.
Berikut ini adalah hasil belajar siklus II peserta didik kelas V SD Negeri 14
Rambang Kuang yang sudah diolah dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan
nama dan nilai hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada daftar lampiran pada
laporan penelitian ini.

Tabel 5
TABULASI NILAI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SIKLUS II
PESERTA DIDIK KELAS V SDN 14 RAMBANG KUANG
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1. 40 – 49 0 0
2. 50 – 59 2 6 %
3. 60 – 69 3 9 %
4. 70 – 79 11 32 %
5. 80 – 89 13 38 %
5. 90 – 100 5 15 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil


belajar peserta didik. Hal ini terbukti dari perolehan nilai peserta didik, nilai 50 –
59 ada 2 peserta didik atau 6 %, 60 – 69 ada 3 peserta didik atau 9% , 70 – 79 ada
11 peserta didik atau 32 % , 80 – 89 ada 13 peserta didik atau 38 % dan 90 – 100
ada 5 peserta didik atau 15 %.
Peserta didik yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 29 peserta didik
(85%) sedangkan peserta didik yang nilainya kurang dari 70 sebanyak 5 peserta
didik (15 %) dari 34 peserta didik. Dari data tersebut, maka KKM baik secara
individual maupun klasikal telah tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa metode
demonstrasi dan media benda konkret pada pelajaran matematika berhasil
diterapkan pada pelajaran matematika di kelas kelas V, karena 85% dari jumlah
peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

19
20

3. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Dikarenakan hasil belajar peserta didik pada pra-siklus mengalami
kegagalan, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I dilakukan dengan menerapkan metode demonstrasi
dan media benda konkret. Pada kegiatan akhir pembelajaran, dilakukan proses
evaluasi berupa pemberian 5 soal uraian tertulis kepada peserta didik dengan
tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik secara individual dalam
proses pembelajaran. Dari hasil belajar siklus I peserta didik yang mendapat nilai
di atas 70 sebanyak 15 peserta didik atau 44% sedangkan nilai kurang dari 70
sebanyak 19 peserta didik atau 56 % dari 34 peserta didik. Meskipun hasil belajar
peserta didik mengalami peningkatan, akan tetapi ketuntasan belajar secara
klasikal masih belum terpenuhi yaitu >80%.
Pada siklus I hasil belajar peserta didik belum tuntas secara klasikal
dikarenakan dalam penerapan metode demonstrasi dan media benda konkret, guru
kurang mengatur posisi tempat duduk peserta didik secara tepat sehingga ada
sebagian peserta didik yang tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan
benda atau peristiwa yang didemonstrasikan. Karena terdapat beberapa
kekurangan dari metode demonstrasi yaitu : (1.) Derajat visibilitasnya kurang,
sehingga peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda
atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadi perubahan yang
tidak terkontrol, (2.) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang
khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode
yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara
seksama. (3.) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang
didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak
diabaikan oleh peserta didik. Dikarenakan pengaturan posisi tempat duduk yang
kurang maksimal, masih terdapat beberapa peserta didik yang tidak
memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan alat peraga, dan sebagian lagi
ada peserta didik yang mengobrol (3.) Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di
kelas. (4.) Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat
minimum. Oleh karena itu guru harus mengatur posisi tempat duduk yang tepat

20
21

sehingga seluruh peserta didik dapat mengamati benda konkret yang


didemonstrasikan.
Selain itu, kekurangan pada pelaksanaan siklus I yaitu satu, guru tidak
melibatkan peserta didik secara aktif dalam menggunakan alat peraga, akibatnya
hanya sebagian peserta didik saja yang memahami materi yang diberikan. Padahal
menurut Muhsetyo, dkk (2015:23) “Media pembelajaran adalah alat bantu
pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru
untuk mempresentasikan atau menjelaskan bahan pelajaran serta digunakan
peserta didik untuk terlibat langsung dengan pembelajaran matematika”, dan
karakteristik dari media benda konkret yaitu merupakan benda yang dapat dilihat
atau didengar oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung
kepada peserta didik. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di dalam kelas, tetapi
siswa dapat melihat langsung ke lokasi obyek. Dua,alokasi waktu yang tidak
dipergunakan dengan baik. Kegiatan inti yang terlalu singkat, menyebabkan
beberapa peserta didik masih kesulitan dalam pengerjaan soal. Padahal agar
peserta didik memiliki daya serap yang baik terhadap materi pelajaran, harus
dimanfaatkan alokasi waktu yang sebaik mungkin. Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar,
diantaranya yaitu: (1) daya serap terhadap bahan mengajar yang diajarkan
mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok, dan (2) perilaku
yang digariskan dalam tujuan mengajar atau instruksional khususnya (TIK) yang
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Tiga,
guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal yang
ada di papan tulis. Hanya siswa yang dianggap pintar yang diberi kesempatan
untuk menyelesaikan soal di papan tulis. Padahal seharusnya menurut Kline
(dalam Suherman, 2003) “Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama
untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial,
ekonomi dan alam. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir,
oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.”

21
22

4. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Peningkatan hasil belajar peserta didik pada siklus II disebabkan oleh
penerapan metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan metode demonstrasi yaitu: (1.) Perhatian
siswa dapat dipusatkan pada hal - hal yang dianggap penting oleh guru
sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian
siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak
kepada yang lainnya, (2.) Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama
dalam satu saluran pikiran yang sama, (3.) Ekonomis dalam jam pelajaran di
sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui
demonstrasi dengan waktu yang pendek, (4.) Dapat mengurangi kesalahan-
kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena
murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. Siswa diajak
bersama-sama menggali pengetahuannya dengan mendemonstrasikan alat peraga,
(5) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-
keterangan yang banyak, (6.) Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan
atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Selain itu melalui media benda konkret, terdapat beberapa kelebihan yaitu :
(1.) Memiliki tingkat obyektifitas yang tinggi, (2.) Mudah berinteraksi dengan
siswa melalui segenap panca indra. Menurut Heruman (2007:2) mengatakan
bahwa “dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu segera diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
siswa sehingga melekat pada pola pikir dan tindakannya”. Penguatan tersebut
dapat diberikan dengan menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan alat
peraga, (3.) Memiliki fleksibilitas yang tinggi dimana dapat digunakan untuk
pembelajaran mata pelajaran yang lain, (4.) Dapat dimanipulasi sesuai dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi.
Faktor lain dari keberhasilan belajar peserta didik yaitu (1.) Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut menggunakan alat
peraga sehingga memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Karena
tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat

22
23

peraga adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai


materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh peserta didik
dalam pengajaran kelas. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa
terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna. Juga peserta didik dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung (2.) Guru
memberikan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan melibatkan
peserta didik secara aktif dalam menggunakan alat peraga, sehingga memberi
pengalaman langsung bagi peserta didik, (3.) Guru memberikan alokasi waktu
yang lebih lama pada kegiatan inti, (4.) Guru lebih banyak memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk menjawab soal di papan tulis.

E. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dan media benda konkret
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas V SD
Negeri 14 Rambang Kuang . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar
peserta didik dari pra-siklus, siklus I, hingga siklus II. Pada pra-siklus, peserta
didik yang memenuhi KKM hanya 15 % dari 34 peserta didik dengan rata-rata
nilai 55,56. Pada siklus I, peserta didik yang memenuhi KKM hanya 44 % dari 34
peserta didik dengan rata-rata nilai 69,26. Sedangkan di siklus II hasil rata-rata
nilai peserta didik meningkat menjadi 80,35 dengan persentase ketuntasan 85 %.
Beradasarkan simpulan di atas, ada beberapa beberapa saran tindak lanjut yang
perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. (1) Guru sebaiknya menggunakan metode
dan media yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan (2) Guru sebaiknya
meningkatkan keaktifan, keefektifan, kreativitas dalam kegiatan pembelajaran
melalui metode demonstrasi dan media benda konkret (3) Kepala sekolah dapat
mendorong para guru untuk menggunakan metode yang tepat dalam mengajar (4)
pihak terkait dapat meningkatkan kualitas kinerja guru lewat pelatihan
model/metode pembelajaran secara kontinu.
.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran


Matematika untuk Tingkat SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri.(2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Djaramah, Syaiful Bahri.(2000). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Heruman.(2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Muhsetyo, Gatot, dkk.(2016). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Russefendi,E.T.(1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Soejadi, R.(1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:


Dirjen Dikti Depdikbud.

Sudjana, Nana. (1995). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algesindo.

Syah, Muhibbin.( 2008). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

24

Anda mungkin juga menyukai