Anda di halaman 1dari 9

Pengantar Ilmu Hukum – 29 Agustus 2023

Dr. E. Fernando M. Manullang || Kelas A


Ari Wahyudi, M.H. || Kelas B
Dr. Sofyan Pulungan, || Kelas C
Dr. Gratianus Prikasetya, || Kelas D

Penyelenggaraan Kuliah
1. Dilaksanakan 13 kali pertemuan, UTS (mendadak) dan UAS, sehingga total 15 kali
pertemuan
2. Ujian akan dilaksanakan dengan multiple choice. (30 soal 30 option jawaban)
3. Tiap minggu kuis secara lisan
4. Penyerahan tugas melalui Google Classroom
5. Setiap pertemuan ada bacaan wajib
6. Hirarki bacaan per pertemuan menunjukkan urutan membaca bahan bacaan
7. Kuliah dimulai 08.30
8. “Beat me in a good way with your reasoning.” Bang Nando
Evaluasi Kuliah
1. Evaluasi kuiah diselenggarakan berdasarkan:
a. Partisipasi aktif;
b. Tugas pribadi;
c. Kuis lisan;
d. UTS;
e. UAS.
2. Instruksi perihal tugas pribadi diberikan di Google Classroom
3. Kuis dan UTS mendadak
4. Pembobotan (prosentase) komponen-komponen penilaian di atas disusun berdasarkan
keputusan subjektif dosen yang tidak dapat dipertanyakan

Beberapa literatur mengatakan bahwa hukum adalah kaedah, dan kaedah – kaedah
tersebut dapat didudukkan sama dengan hukum. Namun kenyataanya kaedah hukum berasal
dari kekuasaan luar yang memaksa, jadi kaedah hukum bukan bicara tentang yang
seharusnya. Karena yang seharusnya dapat dikatakan seharusnya jika ada yang menyatakan
seharusnya. Jika bicara tentang kaedah hukum, yang esensial bukan yang seharusnya, tetapi
menyatakan sebuah pernyataan dan bukan peraturan yang memberikan konsekuensi apa yang
seharusnya dan apa yang tidak seharusnya. Hukum tidak sama dengan agama dan/atau moral,
tapi yang esensial dari mereka. Kaedah hukum sekalipun sama namun yang membedakan
secara fundamental yaitu hukum adalah pernyataan. Di dalam moral tidak ada pernyataan,
contohnya ketika apa yang dianggap kita A, belum tentu anggapan orang lain sama seperti
kita.
Pernyataan yang dikenal di dalam hukum sebenarnya dibuat dengan esensial oleh
kekuasaan luar yang memaksa. Kekuasaan luar yang memaksa (koersif force) adalah
kekuasaan yang resmi. Seperti pemerintah, peradilan, polisi dsb. Peradilan adalah kekuasan
luar yang memaksa yang memberikan sanksi secara resmi, formal, berprosedur.
Hukum bukan bicara mengenai secara esensial bukan kaidah dalam pengertian yang
seharusnya. Aturan atau statement. Pengertian yang seharusnya adalah yang melekat pada
kaedah-kaedah lainnya seperti kaedah agama. Jika mengatakan sesuatu itu statement “saya”.
Koreksi tentang pengertian kaedah dalam ilmu hukum adalah tidak sama dengan kaedah yang
dikenal dalam moral agama dan lainnya.
Dalam sifat hukum sendiri adalah mengikat tetapi kenapa dikatakan tidak seharusnya?
Suatu kaedah hukum yang diasumsikan mengikat dan dimaknai yang seharusnya mengingat
itu harus terjadi, tapi realitasnya tidak terjadi. Contohnya dilarang merokok, tetapi tetap
memungkinkan ada yang merokok. Jadi dapat dikatakan bahwa tulisan itu adalah pernyataan,
yang bersifat mengikat. Contoh lainnya seperti, ini adalah Fernando, karena tidak mengikat
itu bukan pernyataan yang normative. Memberikan pedoman, tetapi secara esensial dia
adalah pernyataan.
Kelemahan hukum yang terutama yaitu memperhatikan sikap lahiriah kita. Karena
suatu pernyataan dianggap yang seharusya jika tindakan kita melakukan yang seharusnya.
Seperti ketika mencontek, mencontek tidak dapat dikatakan hal yang tidak seharusnya secara
hukum jika tidak ditemukan secara lahiriah atau ketahuan, tapi dapat dikatakan mencontek
merupakan hal yang tidak searusnya atau tidak pantas secara moral jika ketahuan. Dan
hukum tidak bisa menjangkau moral dan/atau hal yang timbul dari batin.
Common sense, sanksi harus tegas, siapa yang tegas? Sanksi ini tegas karena sesuai
dengan hukum. Hollow (kosong) karena sanksi bukan subjek, ada yang membuatnya. Karena
sanksi ini bukan seperti hukum alam, jadi jika ada hukum yang tebang pilih, itu karena
pelaksananya dan/atau pembuatnya kurang tegas. Karena tidak ada sanksi yang tegas kecuali
yang membuat dan/atau pelaksaanya tegas. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa hukum
adalah pernyataan. Jika ada hukum tebang pilih, berarti ada yang salah dalam penegak
hukum. Hukum bisa tegak karena pelakunya.
Hukum punya sifat yang seharusnya, hukum adalah kaedah, kaedah adalah
pernyataan, wujud dari pernyataan tsb adalah peraturan. Peraturan tsb mempunyai
sifat yang seharusnya. Kata sifat itu melekat pada objeknya. Bahwa hukum bukan
melulu soal peraturan tapi tentang keputusan. Kekuasaan menyatakan bahwa ini
hukum berarti ini menyatakan kaedah. Mempunyai sifat yang seharusnya. Suatu
kaedah dapat dijalankan atau tidak dijalankan.
Hukum ada yang terbentuk karena kebiasaan. Dalam hukum adat terdapat kebiasaan-
kebiasaan yang menjadi hukum. Kebiasaan ini ada 2 jenis, habitual dan conventional.
Habitual adalah perilaku sehari hari yang menjadi suatu kebiasaan, dalam yunanai disebut
etos atau biasanya dikenal dengan etika. Conventional, convene yang berarti kesepakatan.
Jadi kebiasaan bisa menjadi hukum dengan adanya kesepakatan. Seperti adanya hukum adat
karena disepakati. Di dalam tradisi hukum ada kebiasaan. Baik pernyataan dan kesepakatan
tidak ada perbedaan secara fundamental. Hukum dikatakan seharusnya karena ada
kesepakatan yang menyatakan bahwa itu yang seharusnya. Suatu kebiasaan yang
konvensional dikatakan sebagai hukum jika dijadikan pernyataan.
Jika bicara hukum sebagai pernyataan, bahwa hukum sebenarnya secara esensial
bicara tentang beban hak dan kewajiban. Jika kita membayangkan hak adalah hal yang
seharusnya, apakah itu sama dengan yang dimaksud dengan agama atau moral? Tidak, karena
itu dari your mental translation discus. Ketika hak digunkana maka kewajiban akan muncul.
Hukum adalah hak karena ius dan keadilan jika ius adalah iusial. Dan semua ada karena
berpijak pada rasa kemauan, keinginan. Hukum pernyataan, hukum kebiasaan, keduanya
membutuhkan kesepakatan secara esensial, dan semua bertumpu pada hakekat yang
bertumpu pada hak.

Pertemuan II: Tema Kuliah 2 dan 3


Tema Kuliah 2 - Kaedah hukum dan kaedah sosial lainnya. [Bagian 1]
Kaedah Hukum
Kaedah hukum adalah hukum sebagai petunjuk untuk bagaimana bertindak atau bertingkah
laku dalam masyarakat1. Kaidah hukum adalah aturan yang bersifat mengikat dan sering
digunaan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Kaedah sendiri memiliki arti
sebagai peraturan – peraturan yang menjadi suatu pedoman manusia untuk bertingkah laku
dalam menjalani pergaulan hidup. Kaedah hukum terbentuk dari suatu proses pematuhan
suatu pola yang secara lazim diperoleh dari meniru dan/atau berdasarkan apa yang diajarkan
(pendidikan dari orang tua, lembaga sekolah, masyarakat). Kaedah inilah yang nantinya dapat
menyatakan suatu perilaku itu benar atau salah. Dengan demikian, kaidah hukum melindungi
lebih lanjut kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapatkan perlindungan dari
kaidah-kaidah lain dan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang belum
mendapatkan perlindungan dari kaidah yang lain.2
Kaedah hukum adalah suatu pedoman atau ketentuan yang seharusnya dilakukan. Pada
hakikatnya kaedah hukum merupaka pandangan bagaimana seseorang harus bersikap
seharusnya sebagai pedoman hukum yang bersifat umum dan pasif (pandangan sejauh mana
hukum menyesuaikan diri dengan masyarakat).
Lebih lanjut Hartanto (2022, hlm. 30) menjelaskan bahwa kaidah terbagi menjadi dua
macam, yakni:
1. Kaidah yang berisi tentang perintah yakni keharusan bagi seseorang untuk berbuat
sesuatu oleh karena akibat – akibat dipandang baik.
2. Kaidah berisi larangan yakni keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat karena
perbuatan tersebut dilarang atau tidak diperkenankan.
Kaedah hukum juga bergantung pada keadaan dan konteks yang menyelubungi masyarakat.
Walaupun dengan berbagai keberagaman yang ada di masyarakat, tentunya tetap ada
1
Hartanto, 2022, hlm. 30
2
Yuhelson, 2017, hlm.19
kepentingan bersama yang mengharuskan adanya ketertiban dalam masyarakat, dan yang
menaturnya itu adalah peraturan hidup yang teradapat pula pada kaedah hukum.
Asal – usul kaedah dapat dibagi menjadi tiga3 yaitu:
1. Kaidah yang berasal dari otoritas tertinggi yaitu Tuhan melalui kitab suci masing –
masing agama.
2. Kaidah hukum yang berasal dari kebiasaan yang terjadi dalam sebuah masyarakat.
3. Kaidah hukum yang berasal dari keinginan dan kebutuhan masyarakat pada saat itu
dengan membentuk suatu aturan yang belum tentu berasal dari masyarakat itu sendiri.
Sanksi yang didapatkan seseorang atau kelompok jika melakukan pelanggaran secara hukum
yaitu tercantum dalam undang-undang jika melanggar hukum negara, jika melanggra hukum
adat akan dikenakan sanksi sesuai yang tertera dalam hukum adat setempat, dan lain
sebaginya. Contoh penerapan kaedah hukum: larangan merokok, larangan mengemudi saat
mabuk, dsb.

1. Mendiskusikan pengertian dan tujuan kaedah kepercayaan, kesusilaan, sopan


santun dan hukum.
I. Kaedah Kepercayaan
Kaedah kepercayaan adalah kaedah yang merujuk pada sistem kepercayaan
atau agama yang dianut oleh seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Sistem
kepercayaan ini membantu seseorang untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau
beriman4. Kaedah kepercayaan juga dapat diartikan sebagai kaedah sosial yang
berasal dari Tuhan, berupa larangan-larangan, anjuran-anjuran, perintah-perintah,
yang oleh setiap pengikutnya hal itu merupakan suatu keharusan untuk dilakukan
atau diajarkan. Kaedah kepercayaan ini ditujukan untuk sikap batin, bukan sifat
lahir. Sehingga diharapkan sikap batin manusia ini sesuai dengan apa yang
diharapkan dan diajarkan oleh kepercyaan itu sendiri. Selain itu kaedah
keperacyaan ini hanya membebani manusia dengan kewajiban dan tidak memberi
hak. Contoh: jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengingini sesamamu
manusia.

II. Kaedah Kesusilaan


Kaedah kesusilaan adalah kaedah yang berasal dari hati seseorang untuk
menentukan mana tindakan yang baik dan buruk. Kaedah kesusilaan ini
bergantung pada manusia itu sendiri, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh isi
hatinya. Tujuannya sendiri yaitu untuk menetapkan standar perilaku bagaimana
harus bersikap atau berperilaku yang dianggap baik dan benar dalam hubungannya
dengan kewajiban, tanggung jawab, dan hak individu dalam masyarakat.5 Contoh:
menjaga kesopanan dan etika dengan siapa saja, menghormati orang tua,
membantu orang yang membutuhkan, dsb.

III. Kaedah Kesopanan


3
Hasanah, 2022, hlm.36
4
Dosensejarah.com “5 jenis sistem kepercayaan dan contohnya”
5
BAMS “norma kesusilaan: pengertian, tujuan, dan contohnya” Maret 20, 2023
Kaedah kesopanan adalah aturan hidup yang timbul dari pergaulan masyarakat
tertentu.6 Kaedah kesopanan tidak bersifat universal namun bergantung pada adat
istiadat masyarakat pada suatu tempat dan waktu. Kaidah kesponana ini berasaal
dari dalam masyarakat untuk mengatur pergaulan agar saling menghormati.
Tujuan dari kaedah kesopanan sendiri yaitu untuk saling menghormatu, selain itu
untuk menciptakan suatu kelompok masyarakat yang selaras, agar dapat
menciptakana suasana yang tentram serta nyaman. Hukuman dari pelanggaran
kaedah kesopanan ini dapat berupa ejekan, hinaan, fitnah, atau dikucilkan.
Contoh: mengucapkan terima kasih, minta maaf, dan minta tolong. Berpakaian
sopan atau yang sesuai dengan tempat, dsb.

IV. Kaedah Hukum


Sudah ada di atas.

2. Mendiskusikan perbedaan dan hubungan antara kaedah hukum dan kaedah-


kaedah lainnya.
a. Perbedaan antara kaedah hukum dan kaedah – kaedah lainnya7 dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu tujuan, isi, sumber sanksi, dan sasaran.
- Tujuan: kaedah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat
dan memberi perlindungan terhadap manusia beserta kepentingannya.
Sementara kaedah sosial lainnya seperti kaedah kepercayaan dan kesusilaan
bertujuan memperbaiki pribadi manusia agar menajdi manusia yang lebih
baik.
- Isi: kaedah hukum memberikan hak dan kewajiban (atributif dan normatif),
sedangkan kaedah sosial lainnya seperti kaedah kesopanan tidak memberikan
hak dan kewajiban, karena hal itu kembali pada pribadinya maisng – masing
yang ingin melakukannya atau tidak.
- Sumber sanksi: sanksi pada kaidah hukum berasal dari negara (heteronom),
sedangkan sanksi pada kaedah sosial lainnya berasal dari dalam hati maisng-
maisng orang (otonom)
- Sasaran: sasaran dari kaedah hukum adalah seluruh masyarakat, sedangkan
sasaran dari akidah sosial lainnya adalah individu atau kelompok tertentu.

b. Hubungan antara kaedah hukum dan kaedah-kaedah sosial lainnya sangat erat.
Kaedah sosial terbentuk dari interaksi masyarakat, sebagai pembentukan dari
sikap- sikap manusia karena manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas.
Namun hidup teratur dan pantas memiliki pandangan yang berbeda pada setiap
masyarakat, oleh karena itu diperlukan patokan-patokan berupa kaidah untuk
mengaturnya agar selaras dan menciptakan keharmonisan dalam keberagaman. Di
dalam perjalannya, kaidah sosial ini dilembagakan sebagai kaedah hukum sebagai
produk lahirnya negara. Serta sumber dari kaedah sosial dan kaedah hukum
berasal dari masyarakat itu sendiri.8

6
Id.wikipedia.org
7
Studocu.com “Perbedaan kaedah hokum dan kaedah social lainnya”
8
Hepii.com “Hubungan antara kaedah social, kaedah hokum dan sumbernya”
Tema Kuliah 3 – Kaedah hukum dan kaedah sosial lainnya. [Bagian II]
1. Memahami tugas hukum dan tujuan hukum (menurut teori etis, utilis dan
campuran) yang berbeda dengan kaedah lainnya.
a. Tugas dan tujuan hukum menurut teori etis adalah semata-mata untuk mencapai
keadilan dan memberikan haknya kepada setiap orang. Teori ini pertama kali
dicetuskan oleh Aristoteles dalam karyanya “Ethica Nicomachea.”9 Menurut
Aristoteles ialah semata-mata untuk mencapai keadilan. Aristoteles membagi
keadilan ke dalam dua jenis, yakni keadilan distributif dan komunikatif.
1. Keadilan distributif adalah keadilan yang “jatahnya” diberikan sesuai dengan
jasa seseorang. Artinya, keadilan ini tidak menuntut agar semua orang
diberikan bagian yang sama banyak, namun diberikan berdasarkan jasa yang
telah diberikan seseorang.
2. Keadilan komunikatif adalah keadilan yang diberikan sama banyaknya kepada
setiap orang, tanpa memperhitungkan jasa atau prestasi seseorang.10
Disebut dengan teori etis karena isi hukumnya semata-mata ditentukan oleh
kesadaran etis mengenai apa yang adil dan yang tidak adil.

b. Tugas dan tujuan hukum menurut teori utilis adalah untuk memberikan manfaat
atau faedah bagi setiap orang dalam masyarakat. Teori utilis dicetuskan oleh
Jeremy Bentham dalam bukunya, Introduction to The Morals and Legislation.
Dalam teorinya, Bentham (dalam Curson, 1979: 94) mengemukakan prinsip-
prinsip sebagai berikut.
1. Utilitas adalah kandungan kebahagiaan sebuah objek untuk memprediksi
keuntungan; kebahagiaan menolak malapetaka yang bersifat jahat.
2. Prinsip utilitas membimbing manusia untuk memperoleh keuntungan dan
menolak semua hal yang menghilangkan kebahagiaan.
3. Kesenangan dapat disamakan dengan kebahagiaan dan duka dapat disamakan
dengan kejahatan.
4. Suatu hal dikatakan memberikan keuntungan apabila hal tersebut menambah
kebahagiaan atau mengurangi penderitaan.
Namun menurut Njowito Hmadani prinsip yang dikemukakan oleh Bentham ini
hanya memperhatikan apa yang berfaedah dan tidak mempertimbangka realita.
Para akhirnya teori ini sulit diterima karena tidak memenuhi nilai keadilan.
c. Sudikno Mertokusumo menerangkan bahwa teori campuran ini merupakan jalan
tengah antara teori etis dan utilis karena teori ini lebih menekankan pada tujuan
hukum yang tidak hanya untuk keadilan, namun juga manfaatnya bagi semua
orang. Mochtar Kusumaatmadja merupakan salah satu pakar hukum yang
menganut teori ini. Ia memiliki pandangan yaitu tujuan pokok hukum adalah
ketertiban. Diterangkan bahwa kebutuhan akan ketertiban adalah syarat yang
fundamental bagi adanya masyarakat yang teratur dan damai. Untuk

9
Idik Saeful Bahri, “teori etis (keadilan hukum)”
10
Hukumonline, “3 Aliran Tujuan Hukum: Etis, Utilitas, dan Campuran”
mewujudkannya harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mempertimbangkan kepentingan satu sama lain dan mendapatkan apa yang sudah
menjadi haknya.
2. Memahami mengapa dan bagaimana hubungan hukum dan kekuasaan.
Hukum dan kekuasaan merupakan dua hak yang berbeda namun memiliki pengaruh
satu sama lain. Hukum adalah system yang mengatur manusia, sehingga Pada
prinsipnya, Hukum dan Kekuasaan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi
satu sama lain, hukum ada karena dibuat penguasa yang sah, sebaliknya perbuatan
penguasa diatur oleh hukum yang dibuatnya. Antara hukum dan kekuasaan haruslah
seimbang, untuk menjalankan kekuasaan haruslah ada hukum sebagai rambu atau
batasan bagi pelaksanaan kekuasaan tersebut, sedangkan dalam pelaksanaan hukum
tersebut haruslah ada kekuasaan bagi penegak hukum (aparat) nya agar hukum
tersebut dapat ditaati oleh masyarakat.
3. Memahami Pengertian (arti) Hukum yang beragam.
Hukum merupakan suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku
manusia supaya tingkah laku manusia dapat terkontrol, hukum ialah aspek terpenting
dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, hukum mempunyai tugas
untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat11
Hukum Menurut Para Ahli
 Menurut Plato
Dilukiskan dalam bukunya Republik, hukum ialah sistem peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
 Menurut Aristoteles
Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat
tetapi juga hakim. Undang-undang ialah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan isi
konstitusi, karena kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim dalam
melaksanakan jabatannya dalam menghukum orang-orang yang bersalah.
 Menurut Austin
Hukum ialah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada
makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya
“Fredmann, 1993: 149”.
 Menurut Bellfoid
Hukum yang berlaku disuatu masyarakat mengatur tata tertib masyarakat itu
didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.
 Menurut Mr.E.M. Mayers
Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilan ditinjau
kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman
penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.

11
Teks.Co.Id, “Hukum : Pengertian Secara Umum Dan Menurut Para Ahli Serta Tujuan – Jenis – Contoh –
Macam Pembagiannya”
 Menurut Duguit
Hukum ialah tingkah laku para anggota masyarakat aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama terhadap orang yang melanggar peraturan itu.
 Menurut Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak dari orang yang
satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain memenuhi
peraturan hukum tentang kemerdekaan.
 Menurut Van Kant
Hukum ialah serumpun peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan
untuk mengatur melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
 Menurut Van Apeldorn
Hukum ialah gejala sosial tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum maka
hukum itu menjadi suatu aspek kebudayaan yaitu agama, kesusilaan, adat istiadat
dan kebiasaan.
 Menurut S.M. Amir, S.H
Hukum ialah peraturan, kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-
norma dan sanksi-sanksi.
 Menurut E. Utrecht
Menyebutkan hukum ialah himpunan petunjuk hidup-perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh seluruh
anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena itu pelanggaran petunjuk
hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa itu.
 Menurut M.H. Tirtaamidjata, S.H
Bahwa hukum ialah semua aturan “norma” yang harus dituruti dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau
harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya didenda dan
sebagainya.
 Menurut J.T.C Sumorangkir, S.H dan Woerjo Sastropranoto, S.H
Bahwa hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-
peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yakni dengan hukuman.
 Menurut Soerojo Wignjodipoero, S.H
Hukum ialah himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat memaksa,
berisikan suatu perintah larangan atau izin untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu atau dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan
masyarakat.
 Menurut Dr. Soejono Dirdjosisworo, S.H.
Menyebutkan aneka arti hukum yang meliputi: Hukum dalam arti ketentuan
penguasa “undang-undang, keputusan hakim dan sebagainya”, Hukum dalam arti
petugas-petugasnya “penegak hukum”, Hukum dalam arti sikap tindak, Hukum
dalam arti sistem kaidah, Hukum dalam arti jalinan nilai “tujuan hukum”, Hukum
dalam arti tata hukum, Hukum dalam arti ilmu hukum, Hukum dalam arti disiplin
hukum.

Hukum Di Indonesia - Perpustakaan UI


29 Agustus 2023
Diawali dengan manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dan berhubungan dengan
manusia lain. Tujuan adanya hubungan atau interaksi ini, dapat, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
interaksi yang disengaja dan tidak disengaja. Contoh dari adanya interaksi yang disengaja dan
tidak yaitu seperti bekerjasama, berkomunikasi, dsb. Dalam interaksi yang terjadi, tentunya
tidak hanya akan menimbulkan kehramonisan, tetapi juga dapat menimbulkan konflik antar
manusia tersebut. Konflik tersebutlah yang akhirnya menimbulkan adanya peraturan –
peraturan yang tercipta dan yang disepakati.
Manusia mengetahui segala tindakan yang dilakukannya benar atau salah karena hukum dari
Tuhan, yang memang hukum tersebut diharuskan secara agama agar manusia menjadi
makhluk yang taat dan sempurna di mata Tuhan. Jika perasaan Yng timbul dari batin ini tidak
benar, dan manusia merasa bahwa tindskaannya itu salah, mereka hanya cenderung
merasakannya secara batin saja. Namun tidak memungkiri bahwa ternyata banyak manusia
ynag sadar bahwa perbuatannya salah namun tetap melakukannya, hal itu yang akhirnya
menimbulkan adanya hukum yang dibuat dan disepakati serta memiliki sanki yang
diperuntukkan agar manusia tidak menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai