Makalah Kelompok 8 ANTIOKSIDAN DALAM KOSMETIKA
Makalah Kelompok 8 ANTIOKSIDAN DALAM KOSMETIKA
KELOMPOK 7
ANTIOKSIDAN DALAM KOSMETIK
DOSEN :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH MATA KULIAH KOSMETOLOGI DAN TEKNOLOGI KOSMETIK tersebut
dengan tepat waktu dan baik.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberi motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu kami, mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
membantu proses penyelesaian tugas makalah ini.
Melalui kata pengantar ini meminta maaf bilamana di dalam pembuatan makalah ini terdapat
kekurangan kata yang kurang tepat dan menyinggung perasaan pembaca. mengharap kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata Terima Kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Tujuan 5
1.3. Rumusan Masalah 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Antioksidan 6
2.2. Macam-macam Antioksidan 7
2.3. Manfaat Antioksidan Untuk Kulit 7
2.4. Penggunaan Antioksidan Dalam Sediaan Kosmetika 8
2.5. Syarat Antioksidan dalam Kosmetika 8
2.5. Klasifikasi Antioksidan 9
2.6. Mekanisme Aksi Antioksidan 9
2.7. Persyaratan Penggunaan Antioksidan Dalam Kosmetik 10
2.8. Konsep aplikasi Antioksidan Dalam Kosmetik 10
2.9. Pertimbangan Untuk Menggunakan Formula Antioksidan Dalam Kosmetik 13
2.10. Keamanan Penggunaan Antioksidan Dalam Kosmetik 13
BAB III PEMBAHASAN 14
3.1. Karakteristik Antioksidan dalam Kosmetika 14
3.2. Klasifikasi dan Contoh Bahan Antioksidan dalam Kosmetika 14
3.3. Sediaan Kosmetika yang Menggunakan Bahan Antioksidan 15
3.4. Mekanisme Kerja dan Contoh Antioksidan dalam Kosmetika 15
3.5. Keamanan dari Antioksidan dalam Kosmetika 15
BAB IV KESIMPULAN 17
4.1. Kesimpulan 17
4.2. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang menarik serta
menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam
kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Memahami karakteristik antioksidan dalam kosmetika
2. Memahami klasifikasi dan contoh antioksidan dalam kosmetika
3. Memahami macam sediaan kosmetika yang menggunakan antioksidan
4. Memahami mekanisme kerja dan contoh dari antioksidan dalam kosmetika
5. Memahami keamanan dari antioksidan dalam sediaan kosmetika
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan
mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang dapat
menyebabkan penyakit degeneratif. Beberapa jenis penyakit degeneratif diantaranya yaitu
hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker. World Health Organization (WHO)
memperkirakan, pada tahun 2020 penyebab kematian karena penyakit degeneratif akan
mencapai 73% dari seluruh penyebab kematian. Berdasarkan data WHO tahun 2011, kematian
akibat penyakit degeneratif di negara-negara berkembang menyumbang sekitar 60% dari
seluruh penyebab kematian.
Model pengisian ruang antioksidan glutation. Bola kuning merupakan atom sulfur
yang memberikan aktivitas antioksidan, manakala bola merah, biru, putih, dan kelabu
mewakili atom oksigen, nitrogen, hidrogen, dan karbon secara berturut-turut.
Antioksidan menghentikan reaksi berantai dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas dan menghambat reaksi oksidasi lainnya dengan sendirinya
teroksidasi. Oleh karena itu, antioksidan sering kali merupakan reduktor seperti senyawa tiol,
asam askorbat, ataupun polifenol. Penggunaan antioksidan meliputi lemak hewani, minyak
nabati, produk pangan dengan kadar lemak tinggi, produk pangan berkadar lemak rendah,
produk daging, produk ikan, dan produk lain-lain.
6
2.2. Macam-macam Antioksidan
1. Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain
superoksida dismutase, glutathione peroxidase, perxidasi dan katalase
2. Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan yaitu tokoferol,
vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik
3. Antioksidan sintetik,yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated
Hroxyanisole (BHA), BHT, TBHQ, PG dan NDGA yang ditambahkan dalam
makanan untuk mencegah kerusakan lemak.
Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera setelah
senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta
kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis
antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi
dibanding dengan satu jenis antioksidan saja. Sebagai contoh asam askorbat seringkali
dicampur dengan antioksidan yang merupakan senyawa fenolik untuk mencegah reaksi
oksidasi lemak. Dalam proses melumpuhkan radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor diikuti
oleh vitamin C dan dengan bantuan senyawa glutathion, betakaroten,seng, mangan dan
selenium akan memudahkan pelumpuhan radikal bebas.
7
2.4. Penggunaan Antioksidan Dalam Sediaan Kosmetika
Ketika berhubungan dengan perawatan kulit, antioksidan dapat membantu merawat
kulit dari pengaruh sinar matahari dan polusi. Tidak seperti sunscreen dan pelembap,
antioksidan bekerja melindungi kulit dari dalam keluar dengan menjaga sel-sel tubuh dari
kerusakan.
1. Menetralkan Radikal Bebas, Radikal bebas adalah partikel seperti asap, polusi, dan
sinar UV yang mengoksidasi kulit, sehingga menyebabkan kerusakan kulit dan
penuaan dini. Antioksidan bekerja dengan menetralkan radikal bebas sebelum
memulai proses oksidasi dan dapat ditemui dalam khasiat vitamin E.
2. Meningkatkan Produksi Kolagen, Kolagen bertugas memelihara elastisitas kulit dan
kekuatannya agar kulit tampak kenyal dan muda. Dengan penggunaan krim
antioksidan yang dapat menyerap ke lapisan dalam kulit, antioksidan tersebut dapat
menetralkan radikal bebas dan meningkatkan produksi kolagen. Maka dari itu,
kolagen dapat menjadi cara untuk mengencangkan kulit.
3. Mengurangi Garis Halus dan Kerutan, Keriput dan garis halus adalah bagian alami
dari proses penuaan. Penurunan produksi kolagen elastis mulai terjadi, lalu kulit
wajah mulai mengendur. Radikal bebas yang terbentuk dari kelebihan paparan sinar
matahari dapat mempercepat efek alami dari penuaan. Antioksidan tidak dapat
memperlambat kerusakan yang tidak disebabkan oleh radikal bebas.
4. Mengurangi Bintik Hitam, Bintik-bintik ini muncul ketika sinar matahari
mempercepat produksi melanin di kulit. Melanin ini menjadi semakin jelas hingga
terbentuk bintik-bintik hitam. Kandungan antioksidan dalam produk perawatan kulit,
khususnya vitamin C, telah terbukti memberi manfaat dalam mengurangi pigmentasi
melanin pada kulit.
5. Mengurangi Jerawat, Vitamin A adalah antioksidan yang sangat kuat dan digunakan
pada produk perawatan kulit. Maka dari itu, namanya lebih dikenal sebagai retinoid
atau retin A. Ketika digunakan ke kulit, vitamin A masuk jauh ke dalam pori-pori
untuk menghilangkan sumbatan pada keratin, salah satu penyebab utama dari komedo
dan jerawat. Vitamin A juga dapat membantu mengurangi kelebihan minyak di pori-
pori dan mengurangi jerawat jika dikombinasikan dengan pembersih kulit berkualitas.
Konsumsi vitamin A dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi wajah berminyak
dan berjerawat.
8
2.5. Syarat Antioksidan dalam Kosmetika
1) Persyaratan (sesuai peraturan/undang-undang) : Antioksidan sebagai bahan
tambahan pangan batas maksimum penggunaannya telah diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88, tertulis pada lampiran I,
antioksidan yang diizinkan penggunaannya antara lain asam askorbat, asam
eritrobat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butyl hidroksilanisol (BHA), butyl
hidrokinon tersier (BHT), butyl hidroksitoluen, dilauril tiodipropionat, propel gallat,
timah II, alpha tokoferol, tokoferol campuran pekat.
2) Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme, dapat diartikan sebagai
peranan gabungan antara dua atau lebih agensia sedemikian rupa sehingga masing-
masing agensia bila tanpa dilakukan penggabungan. Mekanisme kerja antioksidan
dalam mencegah ketengikan bahan di antaranya secara inhibitor dan pemecah
peroksida.
3) Efek terhadap kesehatan, antioksidan secara berlebihan menyebabkan lemah otot,
mual-mual, pusing, dan kehilangan kesadaran, sedangkan pengguaan dosis rendah
secara terus menerus menyebabkan tumor, kandung kemih, kanker sekitar lambung,
dan kanker paru-paru.
9
2.6. Mekanisme Aksi Antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak.
Untuk mempermudah pemahaman tentang mekanisme kerja antioksidan perlu dijelaskan
lebih dahulu mekanisme oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu
inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam
lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif
akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi,
radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2).
Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan
radikal asam lemak baru (reaksi 3).
Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi
berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 (empat)
macam mekanisme reaksi yaitu:
1. Pelepasan hidrogen dari antioksidan
2. Pelepasan elektron dari antioksidan
3. Addisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan.
4. Pembentuk senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan
Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya sebagai
antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan
perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis
antioksidan saja. Sebagai contoh asam askorbat seringkali dicampur dengan antioksidan yang
merupakan senyawa fenolik untuk mencegah reaksi oksidasi lemak. Adanya ion logam,
terutama besi dan tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini
seringkali diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat (chelating agent) dapat juga
disebut bersifat sinergistik dengan antioksidan karena menaikan efektivitas antioksidan
utamanya.
10
butyl hidroksilanisol (BHA), butyl hidrokinon tersier (BHT), butyl hidroksitoluen, dilauril
tiodipropionat, propel gallat, timah II, alpha tokoferol, tokoferol campuran pekat.
Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme, dapat diartikan sebagai
peranan gabungan antara dua atau lebih agensia sedemikian rupa sehingga masing-masing
agensia bila tanpa dilakukan penggabungan. Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah
ketengikan bahan di antaranya secara inhibitor dan pemecah peroksida.
Efek terhadap kesehatan, antioksidan secara berlebihan menyebabkan lemah otot,
mual-mual, pusing, dan kehilangan kesadaran, sedangkan pengguaan dosis rendah secara
terus menerus menyebabkan tumor, kandung kemih, kanker sekitar lambung, dan kanker
paru-paru.
11
sebagai antioksidan dalam produk kosmetik yang menggunakan minyak tumbuhan
ataupun hewan (Losion, Krim, Body Oil). Level yang dipergunakan jarang melebihi
dari 0.05%. Pada pemeriksaan statistik manusia, tingkat asupan yang biasa (rendah)
BHA tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan risiko
kanker.
3. Propyl Gallate Nama IUPAC: Propyl 3,4,5-trihydroxybenzoate Propyl Gallate adalah
ester n-propil dari asam galat (3,4,5-trihydroxybenzoic acid). Larut dalam etanol, etil
eter, minyak, lemak babi, dan larutan berair dari polietilen glikol (PEG) ester dari etil
alkohol, tapi hanya sedikit larut dalam air. Propil Gallate saat ini digunakan sebagai
antioksidan secara luas dalam produk kosmetik dan digunakan pada konsentrasi
maksimum 0,1%. Propil Gallate dipertimbangkan sebagai antioksidan yang aman
untuk melindungi lemak dan minyak dari ketengikan. Data penyerapan melalui kulit
belum tersedia, namun Propyl Gallate diserap ketika dicerna dan diekskresikan dalam
urin. Studi formulasi kosmetik, masing-masing formulasi mengandung 0,003% Propyl
Gallate, tidak menghasilkan tanda-tanda fotosensitisasi atau fototoksisitas dalam total
371 subyek. Dalam praktek sebenarnya, formulasi kosmetik dapat mengandung
Gallate Propyl pada konsentrasi sampai 0,1% dan penggunaan telah meningkat
selama 20 tahun terakhir. Oleh karena itu, ilmuwan kosmetik percaya bahwa
pembatasan konsentrasi 0,1% dalam kosmetik diperlukan dan cukup.
4. Tert-Butylhydroquinone (TBHQ) Nama IUPAC : 2-(1,1-Dimethylethyl)-1,4-
benzenediol TBHQ berbentuk kristal padat yang berwarna putih bercahaya hingga
cokelat. Dalam kosmetik, TBHQ digunakan dalam lipstik, cologne, pelembab dan
produk kosmetik dekoratif. Dalam studi klinis, TBHQ bukan iritasi atau sensitizer
saat diuji pada 0,14%. TBHQ adalah depigmenter kulit lemah di 1,0 dan 5,0% tetapi
tidak pada 0,1%. Meskipun ambang batas untuk depigmentasi tidak didirikan,
hubungan dosis-respon adalah cukup untuk menyimpulkan bahwa pada konsentrasi
TBHQ penggunaan 0,1% dan kurang bukan depigmenter kulit manusia. Data lain
menunjukkan bahwa bahan ini bukan agen fototoksik. Panel Ahli CIR menyimpulkan
TBHQ itu aman sebagai bahan kosmetik pada konsentrasi tidak melebihi 0,1%.
5. Nordihydroguaiaretic acid (NDGA) IUPAC Name : 4,4'-(2,3-dimethylbutane-1,4-
diyl)dibenzene-1,2-diol NDGA adalah senyawa antioksidan poten yang ditemukan
dalam tanaman semak kreosot (Larrea tridentata) yang berumur panjang. Diyakini
bahwa NDGA mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas sehingga tanaman
tersebut berumur panjang. NDGA digunakan sebagai suplemen nutrisi, namun
12
toksisitas terhadap ginjal dan hepatotoksisitas dilaporkan untuk penggunaan jangka
panjang tanaman ini dan NDGA. Sebuah jurnal lain menyebutkan bahwa NDGA
memiliki aktifitas menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.
6. Tocopherol (Vitamin E) Tokoferol, atau vitamin E, merupakan vitamin yang larut
dalam lemak dan merupakan antioksidan alami yang dapat diisolasi dari minyak
nabati. Ketika Tokoferol terisolasi, dihasilkan minyak kental yang bervariasi dalam
warna dari kuning hingga merah kecoklatan. Daripada Tokoferol sendiri, ester dari
Tokoferol sering digunakan dalam produk kosmetik dan perawatan pribadi. Ini
termasuk ester, Tokoferil asetat, ester asam asetat dari Tokoferol, Tokoferil linoleat,
ester asam linoleat dari Tokoferol; Linoleat tokoferil / oleat, campuran ester asam
linoleat dan oleat dari Tokoferol, tokoferil Nicotinate, ester asam nikotinat dari
Tokoferol; dan tokoferil suksinat, asam suksinat ester dari tokoferol. Kalium Fosfat
Ascorbyl tokoferil, garam dari kedua vitamin E (tokoferol) dan vitamin C (Asam
askorbat) juga dapat digunakan dalam produk kosmetik. Dalam kosmetik dan produk
perawatan pribadi, Tokoferol dan bahan-bahan lain yang dibuat dari Tokoferol,
termasuk ester tokoferol digunakan dalam pembuatan lipstik, eye shadow, perona pipi,
bedak wajah, foundation, pelembab, produk perawatan kulit, sabun mandi,
kondisioner rambut, dan banyak produk lainnya.
13
4. Antioksidan harus terbukti aman secara farmakologis aman
Kriteria di atas berlaku untuk produk farmasi dan makanan dan sama baiknya
diterapkan untuk kosmetik, dengan tambahan bahwa antioksidan dalam kosmetik harus
terbukti aman secara dermatologis dan bebas dari efek iritasi.
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
3.3. Sediaan Kosmetika yang Menggunakan Bahan
Antioksidan
Beberapa sediaan kosmetika yang menggunakan bahan Antioksidan berdasarkan peraturan
1. Losion, Krim, Body Oil, bahan yang digunakan Butylhydroxyanisol (BHA),
Dibutylhydroxytoluene (BHT), Nordihydroguaiaretic acid
2. Lipstik, cologne, pelembab dan produk kosmetik dekoratif. Bahan yang digunakan
Tert-Butylhydroquinone (TBHQ)
3. Eye shadow, perona pipi, bedak wajah, foundation, pelembab, produk perawatan
kulit, sabun mandi, kondisioner rambut, dan banyak produk lainnya. Bahan yang
digunakan Tocopherol (Vitamin E)
4. Krim-krim wajah, bahan yang digunakan Asam alfa lipoat, Flavonoid (Teh hijau dan
cokelat)
5. Sunscreen, Sunblock, bahan yang digunakan Vitamin C dan E dan Selenium
16
butyl hidroksilanisol (BHA), butyl hidrokinon tersier (BHT), butyl hidroksitoluen, dilauril
tiodipropionat, propel gallat, timah II, alpha tokoferol, tokoferol campuran pekat.
Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme, dapat diartikan sebagai
peranan gabungan antara dua atau lebih agensia sedemikian rupa sehingga masing-masing
agensia bila tanpa dilakukan penggabungan. Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah
ketengikan bahan di antaranya secara inhibitor dan pemecah peroksida.
Efek terhadap kesehatan, antioksidan secara berlebihan menyebabkan lemah otot,
mual-mual, pusing, dan kehilangan kesadaran, sedangkan pengguaan dosis rendah secara
terus menerus menyebabkan tumor, kandung kemih, kanker sekitar lambung, dan kanker
paru-paru.
17
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
1. Karakteristik Antioksidan dalam Kosmetika adalah Aman dalam penggunaan, Tidak
memberi flavor, odor, warna pada produk, Efektif pada konsentrasi rendah, Tahan
terhadap proses pengolahan produk (berkemampuan antioksidan yang baik),
Tersedia dengan harga yang murah.
2. Klasifikasi Antioksidan Alami : antioksidan yang diperoleh secara alami yang sudah
ada dalam bahan pangan seperti vitamin C, vitamin E, glutathion, Klasifikasi
Antioksidan Sintetis : antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia dan
diproduksi untuk tujuan komersial seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil
Hidroksi Toluen (BHT).
4.2 Saran
Mengkonsumsi antioksidan setiap hari baik berupa sediaan antioksidan maupun bahan
alam yang mengandung antioksidan seperti buah dan sayur-sayuran sangat perlu untuk
mencegah stres oksidatif yang terjadi pada proses degeneratif. Dan sediaan kosmetik untuk
penggunaan pada kulit sangat bagus jika sediaan tersebut mengandung antioksidan tetapi
harus teliti dalam memilih kosmetik yang akan kita gunakan.
18
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2019). Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Nomor 23 tahun
2019.
Zou, Y., Lu, Y. and Wei,D. 2004. Antioxidant activity of Flavonoid-rich extract of
Hypericum perforatum L. in vitro. J. Agric. Food Chem.,52 : 5032-39.
Zou, Y., Lu, Y. and Wei, D. 2005. Hypocholesterolemic Effects of a Flavonoid-rich extract
of Hypericum perforatum L. in Rats Fed a Cholesterol-Rich Diet. J. Agric. Food
Chem.,53 : 2462-66.
Zheng W. and Wang S.Y., 2009. Antioxidant Activity and Phenolic Compounds in Selected
Herbs. J.Agric.Food Chem., 49 (11) : 5165-70, ACS Publications, Washington D.C.
Wolfe, K.L. and Liu., R.H. 2007. Cellular Antioxidant Activity (CAA) Assay for Assessing
Antioxidants, Foods, and Dietary Supplements. J. Agric. Food Chem. 55 (22) : 8896-
8907.
Sibuea, P., 2003. Antioksidan Senyawa Ajaib Penangkal Penuaan Dini. Sinar Harapan,
Yogyakarta.
Amarowicz, R.,Naczk, M, and Shahidi F., 2000. Antioxidant Activity of Crude Tannins of
Canola and Rapeseed Hulls, JAOCS. 77 : 957-61.
Dreher F, Thiele J. Antioxidants. In: Baran R, Maibach HI, editors. Textbook of Cosmetic
Dermatology. 4 th ed. London: Taylor and Francis; 2010. p. 115-22.
Thiele JJ, Dreher F. Antioxidant defence system in the skin. In: Elsner P, Maibach HI,
editors. Cosmeceuticals and Active Cosmetics Drug Versus Cosmetics. 2nd ed. New
York: Taylor and Francis; 2005. p. 37-88
Riad HMA. The Role of antioxidants in dermatology. Gulf J Dermatol. 2001; 8(2): 1-14
19
Ozil, F. (2014). Radikal Bebas, Antioksidan dan Penuaan. Padang : Universitas Andalas,
Fakultas Kedokteran, Biokimia.
20