Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Silvia Christina Angelica Purba

NIM : 11000122140740
KELAS : A
MATA KULIAH : Hukum Administrasi Negara

Resume Pelaksanaan K3 Pasca Lahirnya UU Cipta Kerja No . 6 Tahun 2023

I. Latar Belakang
 Faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
- Regulasi dan Institusi adalah penghambat paling mengikat bagi
pertumbuhan ekonomi.
- Fiskal: Rendahnya penerimaan perpajakan
- Infrastruktur: Belum memadai, utamanya konektivitas
- Sumber Daya Manusia adalah kendala mengikat bagi pertumbuhan
ekonomi jangka menengah-panjang
 Perekonomian dan K3 di Indonesia
Untuk mendukung Visi Indonesia 2045: Menjadi 5 Besar Kekuatan Ekonomi
Dunia, maka salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah keselamatan dan
kesehatan kerja baik terhadap pekerja maupun pada masyarakat secara umum. Hal
ini dikarenakan jika keselamatan dan kesehatan kerja terjamin, maka kinerja
pekerja akan meningkat dan mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan
berdampak secara langsung terhadap perekonomian negara
 Kondisi K3 di Indonesia
Pada 2021, lima sektor usaha dengan korban kecelakaan kerja terbanyak adalah
sektor perdagangan dan jasa; industri aneka; industri barang konsumsi; pertanian,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan; serta industri dasar dan kimia.
Angka kecelakaan di lima sektor tersebut konsisten tinggi, bahkan beberapa
cenderung meningkat selama periode 2019-2021
II. UU Cipta Kerja

1. Dinamika perubahan ekonomi global, memerlukan respon cepat dan tepat. Tanpa
reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi akan melambat.
2. Dengan UU Cipta Kerja, diharapkan terjadi perubahan struktur ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7% - 6,0% melalui:
 Penciptaan Lapangan Kerja sebanyak 2,7 sd 3 juta/tahun (meningkat dari saat
ini 2 juta/tahun), untuk menampung 9,29 juta orang yang tidak/belum bekerja (7,05
juta pengangguran dan 2,24 juta Angkatan Kerja Baru).
 Peningkatan kompetensi pencari kerja dan kesejahteraan pekerja.
 Peningkatan Produktivitas Pekerja, yang berpengaruh pada peningkatan
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Produktivitas Indonesia (74,4%) masih
berada di bawah rata-rata negara ASEAN (78,2%).
 Peningkatan Investasi sebesar 6,6%-7,0%, untuk membangun usaha baru atau
mengembangkan usaha eksisting, yang akan menciptakan lapangan kerja baru dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja sehingga akan mendorong Peningkatan
Konsumsi (5,4%-5,6%)
 Pemberdayaan UMK-M dan Koperasi, yang mendukung peningkatan kontribusi
UMKM terhadap PDB menjadi 65% dan peningkatan kontribusi Koperasi terhadap
PDB menjadi 5,5%.
3. Jika hal ini (UU) tidak dilakukan, maka akan terjadi:
 Lapangan kerja akan pindah ke negara lain yang lebih kompetitif,
 Daya saing pencari kerja relatif rendah dibanding negara lain,
 Penduduk yang Tidak/Belum Bekerja akan semakin tinggi,
Indonesia terjebak dalam middle income trap.

Arah dan tujuan UU cipta kerja


Arah : Mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui
upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak melalui
cipta kerja.
Tujuan : Menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia secara merata
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka memenuhi hak atas
penghidupan yang layak melalui:
 kemudahan dan perlindungan UMK-M serta perkoperasian,
 peningkatan ekosistem investasi,
 kemudahan berusaha,
 peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja,
 investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

Asas :
1. Pemerataan hak
2. Kepastian hukum;
3. Kemudahan berusaha;
4. Kebersamaan; dan
5. Kemandirian

Asas-asas UU Cipta Kerja


Pemerataan hak : Untuk memenuhi hak warga Negara atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi rakyat Indonesia dilakukan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Kepastian hukum : Penciptaan iklim usaha kondusif yang dibentuk melalui sistem hukum
yang menjamin konsistensi antara peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaannya
Kemudahan berusaha : Proses berusaha yang sederhana, mudah, dan cepat akan mampu
mendorong peningkatan investasi, pemberdayaan UMKM untuk memperkuat perekonomian
yang mampu membuka seluas-luasnya lapangan kerja bagi rakyat Indonesia
Kebersamaan : Mendorong peran seluruh dunia usaha, UMKM dan Koperasi secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk kesejahteraan rakyat
Kemandirian : Pemberdayaan UMKM dan Koperasi dilakukan dengan tetap mendorong,
menjaga, dan mengedepankan kemandirian dalam pengembangan potensinya
III. Konsep K3
 Pengertian K3

Teoritis : keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit,
dan sebagainya.
Filosofis : K3 adalah sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan:
tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera

 Dasar hukum K3

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (UU Keselamatan Kerja)
mengatur tentang prinsip-prinsip dasar yang berkaitan dengan pelaksanaan keselamatan kerja

Pasal 86: Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja.
Pasal 87: Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

 Fungsi penerapan K3
1.Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya risiko dan bahaya
bagi keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
2.Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir, desain tempat kerja, dan
pelaksanaan kerja.
3.Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para pekerja di lingkungan
kerja.
4.Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja.
5.Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program.
6.Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya
 Program K3
1.Berdasarkan perikemanusiaan : Menurut Moekijat (2004), Program Keselamatan dan
Kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga faktor penting, yaitu :
Awalnya para manajer akan mengadakan pencegahan kecelakaan kerja atas dasar
perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi rasa sakit
dari pekerjaan yang menimbulkan luka serta efek terhadap keluarga.
2.Berdasarkan UU : Ada juga alasan mengadakan Program Keselamatan dan Kesehatan kerja
(K3) berdasarkan Undang - Undang, sehingga bagi sebagian mereka yang melanggarnya akan
dijatuhi hukuman denda.
3.Berdasarkan alasan ekonomi : Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
karena perusahaan sadar bahwa biaya yang dikeluarkan karena kecelakaan kerja sangat tinggi
dan dampaknya sangat besar bagi perusahaan.

 Jenis usaha yang menerapkan K3

- Perusahaan yang mengolah limbah pembuangan.


- Perusahaan penyiaran dan pemancaran serta penerimaan sinyal dan radar.
- Usaha yang fokusnya pada bidang riset dan penelitian, percobaan, penyelidikan
yang mana membutuhkan bantuan dari alat-alat teknis yang rumit.
- Perusahan produsen ataupun distributor penyaluran minyak, air, gas maupun
listrik.
- Perusahaan di bidang hiburan baik bioskop, tempat rekreasi atau lainnya yang
dalam operasionalnya membutuhkan perlengkapan listrik dan mekanis

 Prosedur K3
- Dalam penerapannya, K3 dilaksanakan melalui prosedur tertentu yang harus
diikuti oleh perusahaan dan karyawan. Prosedur ini berlaku secara umum oleh
semua jenis perusahaan, baik kantor, pabrik, tambang, maupun lainnya.
- Prosedur K3 adalah proses kegiatan yang wajib diikuti atau ditaati setiap pekerja
demi menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga pekerjaan bisa
dilaksanakan hingga selesai. Untuk memastikan prosedur K3 dijalankan dengan
baik, perusahaan menunjuk seseorang sebagai pengawas.

 Manfaat prosedur K3

- Mengurangi biaya: Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat sangat
merugikan bagi perusahaan atau organisasi. Biaya yang dikeluarkan untuk
mengobati karyawan yang terluka atau sakit akibat kerja, serta biaya untuk
mengganti peralatan yang rusak atau untuk membayar klaim asuransi dapat sangat
tinggi. Dengan menerapkan prosedur K3 yang tepat, perusahaan atau organisasi
dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
- Meningkatkan citra perusahaan atau organisasi: Perusahaan atau organisasi yang
memperhatikan K3 dan menerapkan prosedur K3 yang tepat di tempat kerja
sering dianggap sebagai perusahaan atau organisasi yang bertanggung jawab dan
peduli terhadap kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat membantu meningkatkan
citra perusahaan atau organisasi di mata karyawan dan masyarakat luas
 Penerapan K3 pasca UU cipta kerja

Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan pedoman penerapan Sistem Manajemen K3 dalam
bentuk Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Juga Pasal khusus mengenai kewajiban pelaksanaan dalam UU No 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
Namun, kondisi peraturan perundang-undangan sebagaimana disebutkan di atas menjadi
permasalahan sendiri saat Undang-Undang Cipta Kerja disahkan oleh DPR pada tahun 2020.
 Tidak terdapat pasal khusus yang membahas sanksi bagi perusahaan bilamana tidak
menerapkan K3 pada UU Cipta Kerja.
 Hingga hari ini belum ada produk turunan regulasi yang mengatur ancaman dan sanksi
yang tegas mengenai kewajiban K3 bagi perusahaan atau pemberi kerja yang abai kepada
hak dasar bagi tenaga kerja ini.
 Sementara praktik K3 yang lebih baik dapat dilakukan dengan menerapkan SMK3, hal
ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
mewajibkan tiap perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3).
 Apalagi bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi. Sebut saja
perusahaan migas, manufaktur, pertambangan, jasa konstruksi, kelistrikan, rumah sakit,
dan lainnya.

 Konsep SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah suatu proses kegiatan
yang terdiri atas perencanaan, penerapan dan pemeliharaan kebijakan K3, dan pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja sehingga terciptanya tempat kerja yang aman,
efesien dan produktif.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No.50
Tahun 2012)

 Tujuan penerapan SMK3


- Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia (pasal 27 ayat 2 UUD 1945).
- Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja.
- Meningkatkan efisiensi dan produkstivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global.
- Proteksi terhadap industri dalam negeriMeningkatka daya saing dalam
perdagangan internasional.
- Menghilangkan boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional.
IV. Kesimpulan
- Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan K3 pasca lahirnya UU Cipta Kerja adalah dengan menerapkan SMK3, hal ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
mewajibkan tiap perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3).
- SMK3 wajib dilaksanakan oleh perusahaan di semua sektor dan terintegritas dengan
sistem manajemen perusahaan harus memenuhi persyaratan minimum 5 prinsip Dasar
12 Elemen.
- Untuk perusahaan-perusahaan di sektor kegiatan usaha tertentu dapat menambah sesuai
jenis dan tingkat resiko bahaya yang ada atas persetujuan Menteri

Anda mungkin juga menyukai