Anda di halaman 1dari 45

Usulan Penelitian Skripsi

UJI EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN MIMBA (Azadirachta


indica A. Juss.) TERHADAP HAMA KUTU KEBUL
(Besimia tabaci Genn.) PADA TANAMAN TOMAT
(Lycopersium esculentum Mill.)

Diajukan oleh:
Nor Maya Diyanti
18.02.00120

Kepada:

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI (S1)


STIKES SERULINGMAS CILACAP
2022
HALAMAN PENGESAHAN USULAN SKRIPSI

1. Judul Usulan Skripsi : Uji Efektivitas Rebusan Daun


Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)
Terhadap Hama Kutu Kebul
(Bemisia tabaci Genn.) Pada
Tanaman Tomat (Lycopersium
esculentum Mill.)
2. Nama Pengusul : Nor Maya Diyanti
3. NIM Pengusul : 18.02.00120
4. Alamat rumah : Jl. Gatot Subroto Rt 01/ Rw 05,
Desa Sidamukti, Kec. Patimuan,
Kab. Cilacap
5. Nomor hp : 085721530100
6. Alamat email : mayadiyanti5@gmail.com
7. Nama Pembimbing Utama : apt. Bambang Purwoko, M. Farm
8. Nama Pembimbing Pendamping : apt. Wahyunita Yulia Sari, M. Farm.

Cilacap, 28 April 2022

Pengusul

Nor Maya Diyanti


NIM 18.02.00120

Menyetujui,

Pembimbing Pendamping, Pembimbing Utama,

apt. Wahyunita Yulia Sari, M. Farm. apt. Bambang Purwoko, M. Farm.


NIK. 93140887 NIK. 102170486

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nor Maya Diyanti
NIM : 18.02.00120
Program Studi : S-1 Farmasi
Judul Penelitian : Uji Efektivitas Rebusan Daun Mimba (Azadirachta indica
A. Juss.) Terhadap Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci
Genn.) Pada Tanaman Tomat (Lycopersium esculentum
Mill.)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penelitian ini hasil karya sendiri,


tidak dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau digunakan untuk
menyelesaikan studi di perguruan tinggi lain. Beberapa bagian tertentu saya ambil
sebagi acuan. Saya bertanggung jawab sepenuhnya, jika terbukti pernyataan ini
tidak benar.

Cilacap, 28 April 2022

Nor Maya Diyanti


NIM 18.02.00120

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT saya panjatkan, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, dengan demikian perlu saya ucapkan
terimakasih kepada :
1. apt. Bambang Purwoko, M. Farm. selaku pembimbing utama dan apt.
Wahyunita Yulia Sari, M. Farm. selaku pembimbing pendamping.
2. Ketua Program Studi S1 Farmasi beserta jajarannya.
3. Ketua STIKES Serulingmas Cilacap beserta jajarannya.
4. Orang tua tercinta Bapak Tugiran dan Ibu Saben. Mereka adalah orang tua
hebat yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang.
Terima kasih atas pengorbanan, nasehat, dukungan baik moril maupun materi
serta do’a yang tiada hentinya kalian berikan kepada penulis selama ini.
5. Teman-teman Farmasi angkatan 2018 atas persaudaraan, kebersamaan telah
banyak membantu penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun selama
di bangku perkuliahan.
Semoga skripsi ini berguna dalam pengembangan ilmu maupun
pemanfaatan untuk masyarakat.

Cilacap, 28 April 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN USULAN SKRIPSI................................................ii

PERNYATAAN.....................................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

INTISARI...............................................................................................................ix

ABSTRACT...............................................................................................................x

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Penelitian................................................................................2

D. Manfaat Penelitian..............................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4

A. Mimba (Azadirachta indica A. Juus.).................................................4

B. Hama Kutu Kebul (Besimia tabaci Genn.).......................................10

C. Pestisida............................................................................................13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................14

A. Desain Penelitian..............................................................................14

B. Alat dan Bahan.................................................................................14

v
C. Prosedur Penelitian...........................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)...........................................4

Gambar 2. Hama Kutu Kebul (Besimia tabaci Genn.)............................................5

Gambar 3. Skema Jalannya Penelitian...................................................................14

vii
DAFTAR TABEL

Table 1. Kelompok Perlakuan................................................................................16

viii
INTISARI

Rendahnya produksi tomat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas


teknik budidaya dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang
mengganggu produksi tomat adalah hama kutu kebul. Hama kutu kebul dapat
dikendalikan menggunakan pestisida nabati. Daun mimba merupakan tanaman
yang mengandung alkaloida, flavanoid,saponin dan berpotensi sebagai pestisida
nabati. Tujuan penelitian ini untuk menguji efektivitas rebusan daun mimba
sebagai pestisida nabati. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental
dengan rebusan daun mimba 3 variabel konsentrasi antara lain PI (5%), PII (10%),
PIII (15 %).

Kata Kunci : Daun Mimba, Mortalitas, Bemisia tabaci , Pestisida Nabati

ix
ABSTRACT

The low production of tomatoes is influenced by several factors, namely


varieties of cultivation techniques and plant pest organisms (OPT). One of the
pests that interfere whit tomato production is whitefly. Whitefly pestscan be
controlled using plant-based pesticides. Neem leaves are plants that contain
alkaloids, flavonoids, saponins, and have potential as vegetable pesticides. The
purpose of this study was to test the effectiveness of neem leaf decoction as a
vegetable pesticide. This study used an experimental method whit neem leaf
decoction with 3 concentration variables, including PI (5%), PII (10%),PIII
(15%).

Keyword: Neem Leaf, Besimia tabaci Vegatable Pesticide

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020) produksi tomat di

Indonesia khususnya provinsi Jawa tengah dari tahun 2018 sampai 2019

mengalami penurunan dari 90.404 ton menjadi 81.710 ton, namun pada

tahun 2020 produksi tanaman tomat mengalami penurunan sebesar 79.832

ton. Rendahnya produktivitas tomat baik dari segi kuantitasnya dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu varietas, teknik budidaya dan organisme

pengganggu tanaman (OPT). Keberadaan OPT kutu kebul menjadi salah satu

gangguan produksi tanaman tomat. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kutu

kebul terdiri dari kerusakan langsung, kerusakan tidak langsung, dan sebagai

vektor virus (Paramita & Suharsono, 2014).

Salah satu pengendalian hama yang bersifat ramah lingkungan dengan

menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan bahan aktif

tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan untuk

mencegah organisme penggangguan tanaman (OPT). Pestisida nabati dapat

berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik (attractan), pemandulan

(antifertilitas) atau pembunuh. Pestisida nabati bersifat mudah terurai

(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Jenis

pestisida relatif aman bagi manusia dan juga ternak pemeliharan karena

residunya mudah hilang (Djojosumarto, 2008).

Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu cara alternatif


2

untuk mengurangi ketergantungan pada pestisida sintesis. Salah satu

tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati merupakan daun

mimba. Daun mimba efektif mencegah makanan (antiifeedant) bagi serangga

dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik.

Daun mimba dapat membuat serangga mandul karena dapat menganggu

produksi hormon dan tumbuhan serangga (Latumahina et al., 2020).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang timbul dari penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana uji efektivitas rebusan daun mimba (Azadirachta indica A.

Juss.) terhadap hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) pada tanaman

tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)?

2. Berapa konsentrasi yang paling optimal dari rebusan daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss.) sebagai pestisida nabati?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, antara lain :

1. Mengetahui efektivitas rebusan daun mimba (Azadirachta indica A.

Juss.) terhadap hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) pada tanaman

tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).

2. Mengetahui konsentrasi yang paling optimal dari rebusan daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss.) sebagai pestisida nabati.


3

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yaitu :

1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang manfaat rebusan daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss.) dalam mengendalikan hama kutu kebul

(Bemisia tabaci Genn.).

2. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaplikasian rebusan

daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.) sebagai pestisida nabati

terhadap hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) pada tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Mill.).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mimba (Azadirachta indica A. Juus.)

1. Klasifikasi Mimba (Azadirachta indica. A. Juss.)

Menurut (Fatmawati, 2019)) kedudukan daun mimba dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Rutales

Familia : Meliaceae

Genus : Azadirachta

Spesies : Azadirachta indica A. Juss.

Gambar 1. Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)

(Dokumen Pribadi, 2021)


2. Morfologi Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)

Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai,

merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah

genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16, tepi daun

bergerigi dan helaian daun tipis. Bentuk anak daun memanjang sampai

setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing

dan setengah meruncing. Helaian anak daun berwarna hijau, bentuk

bulat telur memanjang agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm,

lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring,

tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama

umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya. Tanaman ini dapat

diperbanyak melalui stek, cangkok, dan biji. Tanaman mimba

umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, buah yang dihasilkan dapat

mencapai 50 kg per pohon (Agus dan Wibawa, 2019).

Daun mimba mengandung senyawa-senyawa seperti β-

sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin,

azadirachtin, dan nimbine. Daun mimba mengandung nimbin,

nimbine, 6 desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Agus dan

Wibawa, 2019).

3. Kandungan Kimia Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)

Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan salah

satu tumbuhan yang berpotensi sebagai alternatif obat herbal

hiperglikemia (Shofiati et al., 2021). Menurut (Agus & Wibawa,


2019) menyatakan daun mimba mengandung beberapa senyawa aktif

bersifat racun bagi hama, diantaranya azadirachtin, nimbine, flavonoid

dan triterpenoid. Menurut (Karta et al., 2017) memaparkan

bahwasanya azadirachtin merupakan senyawa metabolit sekunder

utama dari tanaman mimba. Azadirachtin terbentuk dalam substansi

yang termasuk dari molekul organik tetranortri triterpenoids.

Azadirachtin berguna sebagai ecdyson blocker, antifeedant,

dan mengganggu sistem reproduksi dan perkembangan hama.

Senyawa ini apabila terakan hama dalam kapasitas kecil akan

mengakibatkan hama tidak dapat bergerak dan perlahan mati.

Senyawa salannin bekerja sebagai penghambat nafsu makan hama

(antifeedant). Senyawa nimbine bekerja sebagai antivirus serta

meliantriol sebagai penolak hama (repellent). Meliatriol dan salannin

dapat menyebabkan serangga menolak makan, tetapi tidak

berpengaruh dalam proses pergantian kulit (Karta et al., 2017).

a. Alkaloida

Alkaloida merupakan senyawa tumbuhan yang mempunyai

sifat basa dan sedikitnya mengandung satu atom nitrogen yang

mampu membentuk bagian dari suatu system siklus. Senyawa

Alkaloida merupakan senyawa alam yang bersifat basa dan

mengandung satu atau lebih atom nitrogen (Sulandjari, 2008).

Dalam penyebarannya alkaloid mempunyai aktifitas fisiologi yang

kuat dan luas sehingga mampu dimanfaatkan sebagai insektisida


nabati, racun serta untuk obat-obatan dan racun kutu kebul (FITRI,

2019).

Alkaloida yang terdapat pada tanaman mimba memiliki sifat

toksik, senyawa alkaloid dan flavonoid dapat berfungsi sebagai

racun perut. Menurut (Stomach Poisoning) alkaloid bekerja

dengan menyerang sistem saraf di beberapa organ penting serangga

sehingga menimbulkan kelemahan saraf misalnya pernapasan serta

kontraksi jantung hingga menyebabkan kematian (Lebang dkk.,

2016).

b. Flavonoida

Flavonoida merupakan salah satu kelompok senyawa

metabolit sekunder yang banya ditemukan dalam daringan tanaman

(Rajalakshmi & Narasimhan, 1985). Flavonoid termasuk dalam

golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White

& Xing, 1954). Senyawa flavonoida merupakan suatu kelompok

senyawa fenol terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa

flavonoida disintesis oleh tanaman dengan struktur kimia dasar

yang sama (Muchtadi, 2012).

Flavonoid membunuh kutu kebul dengan menyerang sistem

pernafasan, dimana flavonoid tersebut racun perut apabila masuk

kedalam serangga akan mengganggu organ pencernaan serangga

(Sembaga, 2021). Flavonoida bekerja dengan menyerang sistem

saraf di beberapa organ penting serangga sehingga menimbulkan


kelemahan saraf misalnya pernapasan serta kontraksi jantung

hingga menyebabkan kematian (Lebang dkk., 2016).

c. Triterpenoid

Triterpenoid dapat disebut sebagai kelompok senyawa

metabolit sekunder yang terbesar, terlihat dari jumlah senyawa

maupun variasi kerangka dasar strukturnya, triterpenoid juga

merupakan komponen utama dalam penyusunan minyak atsiri

(Kristanti, 2019). Triterpenoid ditemukan berlimpah dalam

tanaman tingkat tinggi, selain itu jamur, organisme laut dan

serangga juga mampu menghasilkan triterpenoid, dan triterpenoid

juga dapat dijumpai di glikosil, ester dan iridoid (Sulasmi et al.,

2018).

Triterpenoid merupakan kelas metabolit sekunder yang

tersusun oleh unit isopren yang berkarbon 5 (-C5) yang disintesa

dari asetat melalui jalur asam mevalonik. Triterpenoid juga

merupakan kelas metabolit sekunder terbesar yang memiliki jenis

senyawa yang beragam. Struktrur triterpenoid yang beragam

dapat berupa molekul linier hingga polisiklik, dengan ukuran dari

hemiterpen berunit lima karbon hingga karet yang memiliki

ribuan unit isoprene (Irchhaiya et al., 2015). Triterpenoid

mempunyai senyawa annonain dan resin yang terbukti efektif

dalam mengendalikan hama pada tanaman holtikultura


sepertihalnya bawang merah, tomat, kubis dan cabai (Sulainsyah

et al., 2019).

d. Steroid

Steroid adalah triterpenoid dengan lipid empat cincin yang

menyatu yang kemudian dibedakan sesuai sumbernya yaitu

steroid sintesis dan steroid alami yang sering digunakan adalah

glukokortikosterod, estogen, metilprednisolon yang berfungsi

bagi tubuh untuk menjaga keseimbangan garam, mengendalikan

metabolism dan meningkatkan fungsi organ seksual (Nasrudin,

2017).

Steroid merupakan triterpenoid lipid yang dikenal dengan

empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu, struktur

senyawanya pun cukup beragam. Perbedaan tersebut disebabkan

karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang terikat pada cincin

dan terjadinya oksidasi cincin karbonya (Nasrudin, wahyono,

Mustofa, 2017). Steroid termasuk golongan aktif atau metabolit

sekunder yang banyak kadar bahan aktif tinggi sehingga mampu

mengendalikan berbagai OPT atau dikenal sebagai pestisida

nabati multiguna untuk membunuh gulma, hama kutu pada daun

dan kutu kebul (Wijaya & Ulpah, 2018).

e. Saponin

Saponin adalah senyawa kimia yang mempunyai aktivitas

hemolisis, yang mempunyai sifat antimikroba, antibakteri,


antiinflamasi, dan lain-lain (Kristianti, 2007). Saponin merupakan

senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tanaman

tingkat tinggi serta beberapa hewan laut. Saponin steroid terdapat

pada tanaman monokotil seperti sansevieria, gadung, dan tanaman

bunga. Susunan yang terdapat pada tritriterpenoid terdiri atas inti

tritriterpenoid dengan karbohidrat yang dihidrolisis sehingga

menghasilkan aglikon yang dikenal dengan sapogenin.

Saponin tritriterpenoid banyak terdapat pada tanaman

dikotil seperti kacang-kacangan, kelompok pinang, dan

Caryophyllaceae (Yaun dan Vasquez, 2017). Saponin berfungsi

sebagai racun perut dan racun kontak, dimana senyawa ini masuk

ke dalam tubuh melalui mulut hama maka akan mengakibatkan

keracunan (Arismawati, 2017). Saponin dapat menurunkan

tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva yang

terdapat pada dinding traktus digestivus larva menjadi korosif.

Daun mimba yang mengandung senyawa saponin dan tanin

yang mempunyai sifat antieksudatif dan imflamatori akan

menyebabkan buah terasa pahit dan tidak disukai oleh serangga

atau kutu kebul yang menjadi hama tanaman, selain rasa pahit,

daun tersebut juga mempunyai bau yang menyengat dan mampu

menggang fungsi pencernaan pada serangga apabila termakan

(NADI, 2020).

f. Tannin
Tannin adalah senyawa dari golongan fenolik yang

memiliki rasa yang pahit sehingga dapat menyebabkan

mekanisme penolak makan pada hama tanaman (Utami et al.,

2010). Tannin sebagai golongan senyawa aktif tumbuhan yang

bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan

menyamak kulit. Secara kimia tanin dibagi menjadi dua golongan,

yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin terhidrolisis

(Widyawati, 2018).

Cara kerja senyawa aktif ini dengan masuk kedalam tubuh

serangga kemudian mengakibatkan terjadinya hemolisisi darah

dan melehkan saraf darah. Sel saraf yang mengalami kerusakan

akan mengakibatkan turunannya nafsu makan dan akhirnya tubuh

serangga mati lemas, sedangkan terjadinya hemolisis pada

hemoglobin mengakibatkan lumpuhnya saraf pusat sehingga laju

pernafan terganggu, dan mengakibatkan kematian (Nurhudiman,

2018). Tannin akan menyebabkan gangguan pencernaan makanan

pada serangga, dikarenan tennin akan mengikat protein dalam

sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan

sehingga proses penyerapan dalam sistem pencernaan serangga

menjadi terganggu (Juliati et al., 2016).

g. Minyak Atsiri

Minyak atsiri berasal dari produk hasil penyulingan dengan

uap dari bagian tumbuhan, mengandung puluhan bahan campuran


yang mudah menguap dan tidak mudah menguap sebagai

penyebab karakteristik aroma dan rasa (Julianto, 2016). Minyak

atsiri atau minyak esensial merupakan senyawa yang diekstrak

dari bagian tumbuhan yang diperoleh melalui proses distilasi atau

penyulingan. Adapun bagian tumbuhan yang diekstrak dapat

berupa kelopak bunga, kulit buah jeruk, daun, kulit kayu hinga

akar (Putri, 2018). Minyak atsiri juga merupakan senyawa

metabolit sekunder yang termasuk dalam golongan terpen yang

disintesis melalui jalur asam mevalonat (Pratiwi & Utami, 2018a).

Minyak atsiri memberikan aroma tertentu dan khas pada

tumbuhan (Muchtaridi, 2006). Minyak atsiri yang diperoleh

memiliki bentuk cair, jernih, berwarna kuning kecokelatan, bau

aromatis. Rendaman minyak atsiri yang diperoleh sebesar 0,75%

(v/b). Analisis KG-SM diperoleh 50 komponen penyusun minyak

atsiri, lima komponen minyak atsiri yang memiliki luas area

tertinggi yaitu camphene kadarnya sebanyak 1,29%, benzene

metil cymene 4,93%, camphor 4,75%, cyclohexane methanol

7,56% dan curdione 4,83% (Pratiwi & Utami, 2018b).

Menurut (Koul et al., 2008) mengungkapkan tentang

potensi minyak atsiri terhadap serangga juga bersifat menolak

(repellent), racun pernafasan (fumigant), mengurangi nafsu

makan (antifeedant), dan menarik (attractant). Aktivitas biologi

minyak atsiri memiliki fungsi cukup banyak baik terhadap


mikroba (bakteri, jamur, virus, nematoda) maupun terhadap

serangga hama dan vektor patogen yang hidup di sekitar rumah

serta serangga hama tanaman (Isman, 2000).

h. Glikosida

Glikosida sebagai salah satu senyawa metabolit sekunder

yang terdiri dari dua gabungan bagian senyawa, yaitu glikon dan

aglikon (Ravelliani et al., 2021). Glikosida merupakan suatu

senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa gula

melalui ikatan glikosida (Ravelliani et al., 2021). Kata glikosida

memiliki makna, yaitu suatu karbohidrat atau gula yang

umumnya bersifat oksidator yang disebut dengan glikon.

Sedangkan bukan gula disebut sebagai aglikon.

Glikosida merupakan senyawa alami yang terdiri dari dua

bagian yaitu bagian karbohidrat dan bagian bukan karbohidrat.

Glikosida tritriterpenoid, steroid, dan flavonoid merupakan bagian

glikosida bukan karbohidrat yang paling banyak ditemukan.

Sedangkan bagian karbohidrat yang paling banyak ditemukan

yaitu glukosa, galaktosa, xilosa, dan arabinosa (Ravelliani et al.,

2021).

Menurut (Dumeva et al., 2016) melaporkan bahwa senyawa

aktif yang terkandung pada daun mimba seperti: alkaloid,

tinokrisposid, glikosida tidak disukai oleh serangga. Daun mimba

memiliki kandungan senyawa aktif berupa alkaloid, tinokrisposid,


tannin dan flavonoid. Tinokrisposid adalah suatu furanoditerpen

glikosida yang mempunyai rasa pait dan glikosida yang paling

tidak disukai oleh larva P. xylostella (Kardinan, 2011).

i. Fenol

Senyawa fenolik atau fenol adalah senyawa yang memiliki

gugus hidroksil dan terdapat dalam tanaman. Dengan berbagai

keragaman struktural mulai dari fenol sederhana hingga kompleks

maupun komponen yang terpolimerisasi. Polifenol memiliki

banyak gugus fenol dimana dalam molekul dan spektrum yang

luas dengan pola kelarutan yang berbeda-beda, sekaligus mampu

menunjukkan banyak fungsi biologis seperti perlindungan

terhadap stres oksidatif dan penyakit degeneratif secara signifikan

(Diniyah & Lee, 2020).

Fenol merupakan metabolit sekunder bioaktif yang

terdistribusi secara luas di tanaman terutama disintesis oleh asam

sikamat, pentosa fosfat dan jalur fenilpropanoid (Balasundram

dkk., 2006). Secara struktural, senyawa fenolik mencakup

sejumlah senyawa yang memiliki cincin aromatik dengan satu

atau lebih gugus hidroksil dan dapat bervariasi dari molekul

sederhana hingga polimer kompleks (Haminiuk dkk., 2012; Singh

dkk., 2015).

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak

ditemukan pada tumbuhan. Senyawa ini telah diketahui


strukturnya, antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana,

fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tannin), dan kuinon

fenolik. Senyawa fenolik memiliki sifat farmakologi yaitu sebagai

anti inflamasi, antioksidan, dan antibakteri (Pamungkas et al.,

2016). Salah satu zat yang kuat digunakan sebagai pengawet

alami adalah fenol. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam,

artinya fenol dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Senyawa fenol berfungsi sebagai senyawa aktif antibakteri dan

antioksidan yang kuat (Rondang Tambun et al., 2017).

B. Hama Kutu Kebul (Besimia tabaci Genn.)

Kutu kebul merupakan hama dari golongan ordo Hemiptera,

Hemiptera berasal dari kata hemi yang artinya setengah dan ptera yang

artinya sayap dengan kata lain hemiptra adalah hewan bersayap setengah.

Disebut demikian karena sayap mukanya sebagian menebal dan sebagian

tipis, sebagian membrane atau disebut hemelytra. Mulut berbentuk alat

penusuk atau penghisap. Ordo ini dibagi menjadi dua ordo, yaitu:

Heteroptra dan Homoptra yang termasuk Heteroptra yang pasangan sayap

mukanya pada dasarnya menebal bagian ujungnya tipis sebagian

membran, sedangkan hama yang termasuk Homoptra seluruh sayap tipis

seperti membran (Wati et al., 2021).

Ciri-ciri tanaman yang diserang oleh hama kutu kebul akan

menimbulkan daun mengkeriting dan kerdil. Kutu kebul merupakan media

penularan penyakit tanaman yang umumnya menyerang di berbagai


macam tanaman sayuran dan tanaman hias seperti penularan virus gemini

yang disebabkan oleh kutu kebul, sehingga menyebabkan kegagalan panen

hingga 100%. Virus gemini berkorelasi dengan populasi serangga vektor

terutama pada serangga viruliferus. Serangga vektor juga mempengaruhi

tingkat infeksi. Pengetahuan tentang spesies dan biotipe kutu kebul yang

bertindak sebagai vektor penuluran penyakit sangat diperlukan dalam

memberikan landasan untuk mengendalikan hama atau penyakit terpadu

pada tanaman (Muarif, 2016).

Klasifikasi ilmiah hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) menurut

Kalshoven (1981) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthopoda

Kelas : Insekta

Order : Homoptera

Sub ordo : Sternorrhyncha

Famili : Aleyrodidae

Sub Famili : Aleyrodinae

Genus : Bemisia

Spesies : Bemisia tabaci Gennadius


Gambar 2. Hama Kutu Kebul (Besimia tabaci Genn.) (Dokumen nufarm.com)

Ada 67 famili kutu kebul yag menjadi inang utama yang terdiri

dari 600 spesies tanaman, Asteraceae, Brassicacea, Convolvulaceae,

Cucurbitaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, dan Solanaceae

(Fitriani, 2020).

1. Morfologi Hama Kutu Kebul (Besimia tabaci Genn.)

Serangga dewasa yang berukuran kecil dengan tubuh yang

berwarna kuning, sayap transparan yang ditutupi oleh lapisan lilin yang

berwarna putih. Telur berwarna putih berubah menjadi kuning terang selah

mau menetas bertangkai dan terdapat pada dibawah daun (Muarif, 2016).

a. Telur

Kutu kebul memiliki telur yang berukuran antara 0,2 sampai 0,5

mm serta berwarna kuning dan berbentuk lonjong. Serangga lebih

menyukai daun yang terserang virus gemini dibandingkan dengan

tanaman yang sehat. Hama tersebut kebanyakan meletakan telurnya di

bawah permukaan daun. Pada daun yang terkena virus gemini rata-

rata terdapat telur serangga sebanyak 77 butir, sedangkan pada daun

yang sehat hanya terdapat 14 butir dengan durasi stadium rata-rata 5,8

hari menetas (Fitriani, 2020).

b. Nimfa

Nimfa terdiri dari tiga instar, yaitu instar ke-1. Berwarna kuning

kehijauan berbentuk seperti bulat terul dan pipih dan bertungkai yang

fungsinya untuk bergerak. Ke-2 dan ke-3 tidak memiliki tungkai untuk

bergerak dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun.


Rata-rata nimfa membutuhkan waktu 9,2 hari hingga menjadi imago

(Fitriani, 2020).

c. Imago

Imago biasanya berkumpul dibagian bawah permukaan daun, jika

tanaman tersentuh serangga akan berterbangan seperti kabut. Imago

memiliki tubuh yang kecil 1 sampai 1,5 mm, berwarna putih dan

sayapnya yang jernih tertutup oleh lapisan lilin bertepung. Siklus

hidup kutu kebul pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan

tanaman yang terserang virus gemini hanya 21,7 hari (Fitriani, 2020).

C. Pestisida

Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tanaman atau

tumbuhan yang berkhasiat yang mengendalikan hama dan penyakit pada

tanaman. Pestisida tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada

tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat dengan mudah

menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana. Pestisida

nabati adalah pestisida ramah lingkungan sehingga diperbolehkan

penggunaanya untuk lingkungan (Ramadhani dkk., 2021).

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida

nabati adalah daun mimba. Tanaman mimba memiliki potensi sebagai

pestisida nabati yang baik untuk tanaman pangan. Menurut Irshad, (2011)

Semua bagian dari pohon mimba memiliki aktifitas pestisida daun mimba

memiliki alkaloid, steroid, saponin, tanin, dan flavonoid. Dalam bidang

kesehatan, mimba dapat digunakan sebagai bahan anti seftik, dioretik, dan
anti gestric, ulcer, anti fungi, anti bakteri (Susmitha, 2013). Berdasarkan

kandungan yang terdapat pada daun mimba tersebut, diharapakan menjadi

sebuah alternatif untuk dijadikan pestisida nabati sebagai pengendalian

hama hal ini juga mampu menjadikan manfaatkan sumberdaya yang

terdapat di lingkungan sekitarnya (Sepriani dan Walida, 2020).


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan

perlakuan Kontrol Sehat (KS), PI, PII, PIII, dan Kontrol Positif (KP).

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidamukti dan Laboratorium Kimia

Stikes Serulingmas Cilacap. Daun mimba diperoleh dari toko online.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat

alat gelas (Pyrex), timbangan analitik (Ohaus), toples kaca, penjepit

kayu, botol semprot, kompor listrik (Maspion), pipet tetes, kertas

saring, termometer, batang pengaduk, corong kaca, panci rebusan dan

alat tulis.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.), tanaman tomat

(Lycopersium esculentum Mill.), hama kutu kebul (Besimia tabaci

Genn.), aquadest, Virtako 300 SC®, reagen dragendroff, ammonia

p.a, asam sulfat pekat p.a, asam asetat anhidrida p.a, FeCl3 p.a,

kloroform, sudan III, etanol 70%.

14
15

C. Prosedur Penelitian

Prosedur pada penelitian ini disajikan dalam gambar 3.

Pengambilan Daun Mimba

Determinasi Tanaman

Pembuatan Rebusan Daun Mimba

Uji Fitokimia Kelompok Perlakuan

1. Uji Alkaloida
2. Uji Flavonoida KS PI P II P III KP
3. Uji Terpenoid
4. Uji Steroid
5. Uji Saponin Uji Efektivitas
6. Uji Tannin
7. Uji Minyak Atsiri Persiapan Hama Kutu Kebul
8. Uji Glikosida
9. Uji Fenol
Uji Aktivitas Pestisida Nabati

Pengamatan Penurunan Aktivitas Pengamatan Mortalitas

Uji Keamanan Daun Mimba

Keterangan : Analisis Data


KS : Kontrol Sehat (Makan dan minum)
PI : Rebusan Daun mimba dengan Hasil dan Pembahasan
Konsentrasi 5%
PII : Rebusan Daun mimba dengan
Konsentrasi 10 % Kesimpulan
PIII : Rebusan Daun mimba dengan
Konsentrasi 15 %
KP : Kontrol Positif (Virtako 300 SC®)

Gambar 3. Skema Jalannya Penelitian

14
16

1. Pengambilan Daun Mimba

Daun mimba yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari toko

online.

2. Determinasi Tanaman

Daun mimba determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi

Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwoketo Jawa

Tengah.

3. Pembuatan Rebusan Daun Mimba

Daun mimba sebanyak 100 gram kemudian dicuci bersih dengan

air mengalir. Daun mimba dimasukan ke dalam beaker glass dan

ditambah 100 ml aquadest. Daun mimba direbus selama 10 menit

dengan suhu 100˚C (Fatmalia & Dewi, 2018)

4. Uji Fitokimia

Uji fitokimia terhadap senyawa alkaloida, flavonoida, tannin,

steroid, saponin, minyak atsiri, glikosida, triterpenoid, fenol dilakukan

pada rebusan daun mimba.

a. Uji Alkaloida

1) Uji Dragendroff

Larutan ekstrak daun mimba 1 ml ditambah dengan reagen

dragendroff (berisi kalium bismuth iodida) 1 ml. Ekstrak positif

mengandung alkaloida ditandai dengan terbentuknya endapan

merah bata (Ruwandha et al., 2021).

15
25

b. Uji Flavonoid

Kertas saring ditetesi dengan rebusan daun mimba, jika

berwarna kuning kemungkinan mengandung flavonoida.

Menghasilkan warna kuning yang intensif jika diuapkan dengan

ammonia, maka hasil analisis positif mengandung flavonoida

( Yuliastuti et al., 2020).

c. Uji Tannin

Rebusan daun mimba 1 ml ditambahkan 4 tetes larutan

FeCl3, dan ditunggu hasilnya apabila terbentuk warna hijau atau

biru kehitaman maka menunjukkan adanya senyawa tannin

(Ruwandha et al., 2021)

d. Uji Steroid

Rebusan daun mimba 1 ml dalam tabung reaksi

ditambahkan 2 ml etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan 2 ml

kloroform, kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dengan cara

diteteskan pelan-pelan dari sisi dinding tabung reaksi.

Pembentukan cincin merah menunjukkan adanya steroid (Yuliastuti

et al., 2019).

e. Uji Saponin

Rebusan daun mimba sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam

tabung reaksi ditambahkan 5 ml aquadest dan dikocok selama

30 detik. Terbentuk busa selama 10 menit setinggi 1-10 cm dan


25

tidak hilang dengan penambahan 1 tetes larutan HCl, maka

teridentifikasi adanya saponin (Cahyaningsih & Yuda, 2020).

f. Uji Minyak Atsiri

Rebusan daun mimba ditetesi menggunakan sudan III,

warna merah berarti mengandung minyak atsiri (Agustin et al.,

2016).

g. Uji Glikosida

Rebusan daun sebanyak 1 ml ditambahkan 5 ml asam asetat

anhidrat dan 10 tetes asam sulfat, terbentuk warna biru atau hijau

berarti mengandung glikosida (Padmasari et al., 2013).

h. Uji Tritriterpenoid

Rebusan daun mimba 2 ml ditambahkan 10 tetes asam

asetat anhidrat dan 2-3 tetes asam sulfat ditambahkan melalui

dinding tabung reaksi. Jika terbentuk cincin kecoklatan atau violet,

maka rebusan positif mengandung tritriterpenoid (Andhiarto et al.,

2020).

i. Uji Fenol

Rebusan daun mimba 5 ml ditambah dengan FeCl3 1%

menujukkan hasil negatif dengan tidak adanya perubahan warna

menjadi hijau kehitaman (Hidayati & Yuliani, 2013).

5. Kelompok Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan, yang terdiri

dari 3 konsentrasi (5%, 10%, dan 15%) serta 2 perlakuan (Kontrol


25

Sehat dan Kontrol Positif). Kelompok perlakuan uji efektivitas

rebusan daun mimba dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel 1. Kelompok Perlakuan

Kelompok Perlakuan Konsentrasi


PI 5% (5 ml Rebusan add 100 ml aquadest)
PII 10% (10 ml Rebusan add 100 ml aquadest)
PIII 15% (15 ml Rebusan add 100 ml aquadest)
Kontrol Positif 20% (20 ml Virtako 300 SC add 100 aquadest)
Kontrol Sehat (Makan+Minum)

6. Uji Efektivitas Rebusan Daun Mimba

a. Persiapan Hama Kutu Kebul

Hama kutu kebul (Besimia tabaci Genn.) diperoleh dari

perkebunan tomat di Desa Sidamukti Kecamatan Patimuan

Kabupaten Cilacap. Hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.)

ditempatkan dalam toples yang telah diisi dengan pakan lalu toples

ditutup dengan kain kasa. Pakan diganti setiap hari dan kotoran

dibersihkan dengan menggunakan kuas (Setiawan & Supriyadi,

2014)

b. Pengamatan Efektivitas Rebusan Daun Mimba

Pengujian efektivitas rebusan daun mimba menggunakan

metode penyemprotan pada daun tomat. Hama kutu kebul (Besimia

tabaci Genn.) dengan kondisi sehat, dimasukan ke dalam toples

yang berbeda tiap kelompok perlakuan, kemudian menyiapkan

daun tomat yang akan diberi perlakuan dengan disemprot rebusan


25

daun mimba dengan konsentrasi yang sudah disiapkan. Setiap

toples diletakan 5 gram daun tomat dan 5 ekor hama kutu kebul

(Besimia tabaci Genn.). Daun tomat diganti dengan yang baru

dengan perlakuan yang sama setiap 24 jam selama 3 hari. Replikasi

dilakukan sebanyak tiga kali setiap kelompok (Wahidah, 2018).

Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase

penurunan aktivitas makan dan persentase mortalitas hama.

Pengamatan persentase penurunan aktivitas makan dilakukan

dengan menimbang bobot pakan yang habis dimakan hama kutu

kebul (Besimia tabaci Genn.). Persentase penurunan aktivitas

makan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

P = (1 – T/C) x 100%

Keterangan:

P = Persentase penurunan aktivitas makan

T = Bobot pakan yang dimakan dari perlakuan

C = Bobot pakan yang dimakan dari kontrol (Utami & Haneda, 2012)

Persentase mortalitas hama dilakukan dengan cara menghitung

jumlah hama yang mati dan hidup. Perhitungan persentase

mortalitas hama dengan menggunakan rumus :

a
M= x 100 %
a+b
Keterangan:

M : Mortalitas

a : Jumlah hama yang mati.

b : Jumlah hama yang hidup (Sari & Widyaningrum, 2014)


25

7. Uji Keamanan Rebusan Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)

Uji keamanan dilakukan dengan menyiapkan sebanyak 4 tanaman

tomat dalam polybag, 3 tanaman untuk perlakuan serta 1 tanaman

sebagai kontrol sehat, kemudian menyemprotkan rebusan daun mimba

dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% secara merata pada tanaman

tomat, diamati selama 15 hari. Mengamati perubahan yang terjadi pada

tumbuhan tanaman tomat (Hasana et al., 2019).

8. Analisis Data

Analisis data menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Data

dinyatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Uji

homogenitas digunakan untuk mengetahui data homogen atau tidak. Data

dinyatakan normal atau homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari

0,05. Data yang terdistribusi normal dan homogen dapat dianalisis

menggunakan uji One Way ANOVA, sedangkan jika data tidak

terdistribusi normal atau tidak homogen maka diuji menggunakan Kruskal

Wallis (Mangkuatmodjo, 2004).


25

DAFTAR PUSTAKA

Agus, I. P., & Wibawa, H. (2019). Uji Efektivitas Ekstrak Mimba ( Azadirachta
indica A. Juss .) untuk Mengendalikan Hama Penggerek Daun pada
Tanaman Podocarpus neriifolius. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 8(1),
20–31.
Agustin, S., Asrul, A., & Rosmini, R. (2016). Efektivitas ekstrak daun mimba
(Azadirachta indica A. Juss) terhadap pertumbuhan koloni Alternaria porri
penyebab penyakit bercak ungu pada bawang wakegi (Allium x wakegi
Araki) secara in vitro. AGROTEKBIS: E-JURNAL ILMU PERTANIAN,
4(4).
Andhiarto, Y., Andayani, R., & Ilmiyah, N. H. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol 96% Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) Dengan
Metode Ekstraksi Perkolasi Terhadap Pertumbuhan Bakteri. Journal of
Pharmacy Science and Technology, 2(1), 102–111.
Cahyaningsih, E., & Yuda, P. E. S. K. (2020). Uji aktivitas ekstrak daun mimba
(Azadirachta indica A. Juss) sebagai bahan pengawet alami buah tomat.
Jurnal Ilmiah Medicamento, 6(2), 118–122.
Diniyah, N., & Lee, S.-H. (2020). Komposisi Senyawa Fenol dan Potensi
Antioksidan dari Kacang-Kacangan. Jurnal Agroteknologi, 14(01), 91–
102.
Djojosumarto, P. (2008). Pestisida & Aplikanya. PT. Agromedia Pustaka.
Dumeva, A., Syarifah, S., & Fitriah, S. (2016). Pengaruh ekstrak batang brotowali
(Tinospora crispa) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Jurnal
Biota, 2(2), 166–172.
Fatmalia, N., & Dewi, E. S. (2018). Uji efektivitas rebusan daun suruhan
(Peperomia pellucida) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Jurnal Sains, 8(15).
Fatmawati, S. (2019). Bioaktivitas dan Konstituen Kimia Tanaman Obat
Indonesia. Hak Cipta.
FITRI, A. (2019). PENGARUH EKSTRAK BIJI BUAH SRIKAYA (Annona
squamosa) TERHADAP HAMA KUTU PUTIH Pseudococcus viburni
[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Hasana, A. N., Sitasiwi, A. J., & Isdadiyanto, S. (2019). Hepatosomatik indeks
dan diameter hepatosit mencit (Mus musculus L.) betina setelah paparan
ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica Juss.). Jurnal Pro-Life,
6(1), 1–12.
Hidayati, N. N., & Yuliani, N. K. (2013). Pengaruh ekstrak daun suren dan daun
mahoni terhadap mortalitas dan aktivitas makan ulat daun (Plutella
xylostella) pada tanaman kubis. Lentera Bio, 2(1), 95–99.
Irchhaiya, R., Kumar, A., Yadav, A., Gupta, N., Kumar, S., Gupta, N., Kumar, S.,
Yadav, V., Prakash, A., & Gurjar, H. (2015). Metabolites in Plants and Its
Classification. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
4(1), 287–305.
Isman, M. B. (2000). Plant essential oils for pest and disease management. Crop
Protection, 19(8–10), 603–608.
25

Julianto, T. S. (2016). Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Deepublish.


Juliati, J., Mardhiansyah, M., & Arlita, T. (2016). Uji Beberapa Konsentrasi
Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera Manghas L.) Sebagai Pestisida Nabati
Untuk Mengendalikan Hama Ulat Jengkal (Plusia SP.) Pada Trembesi
(Samanea Saman (Jacq.) merr.) samanea Saman Tree Species That Have
Great Ability to Absorb Carbon D [Skripsi]. Universitas Riau.
Kardinan, A. (2011). Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam
pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(4), 262–278.
Karta, I. wayan, Nirmala Dewi, A. A. L., Wati, N. L. C., & Dewi, N. M. A.
(2017). UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA DAUN MIMBA (Azadirachta
indica) TERHADAP LARVA LALAT Sarcophaga PADA DAGING
UNTUK UPAKARA YADNYA DI BALI. JST (Jurnal Sains Dan
Teknologi), 6(1). https://doi.org/10.23887/jst-undiksha.v6i1.9233
Koul, O., Walia, S., & Dhaliwal, G. (2008). Essential oils as green pesticides:
Potential and constraints. Biopesticides International, 4(1), 63–84.
Kristanti, A. N. (2019). Fitokimia. Airlangga University Press.
Kristianti, P. A. (2007). Isolasi dan identifikasi glikosida saponin pada herba
krokot (Portulaca oleracea L.) [Skripsi]. Universtas Santa Dharma.
Latumahina, F. S., Mardiatmoko, G., Tjoa, M., & Wattimena, C. (2020).
PENGGUNAAN BIOPESTISIDA NABATI. CV. Adanu Abimata.
Muchtaridi. (2006). Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Potensinya Sebagai
Produk Sediaan Farmasi. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 17(3), 80–
88.
NADI, N. (2020). APLIKASI FORMULASI BEBERAPA EKSTRAK TANAMAN
TERHADAP KUTU AFHIDS (Aphids gossypi. Genn) DAN KUTU KEBUL
(Bemicia Tabacci. G) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum. L)
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin.
Nasrudin, A. (2017). Wahyono., Mustofa., Saridarti,“Isolasi Senyawa dari Kulit
Akar Sengugun (Elerdenrum serratum L. Moon),.” J. Ilm. Farm, 6(3),
332–337.
Padmasari, P., Astuti, K., & Warditiani, N. (2013). Skrining fitokimia ekstrak
etanol 70% rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi
Udayana, 2(4), 279764.
Pamungkas, J. D., Anam, K., & Kusrini, D. (2016). Penentuan Total Kadar Fenol
dari Daun Kersen Segar, Kering dan Rontok (Muntingia calabura L.) serta
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH. Jurnal Kimia Sains Dan
Aplikasi, 19(1), 15. https://doi.org/10.14710/jksa.19.1.15-20
Paramita, K., & Suharsono. (2014). Efikasi Insektisida Nabati dalam
Mengendalikan Kutu Kebul Bemisia tabaci GENN. (Homoptera:
Aleyrodidae). Widyariset, 17(2), 219–226.
Pratiwi, A., & Utami, L. B. (2018a). Isolasi Dan Analisis Kandungan Minyak
Atsiri Pada Kembang Leson. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi,
4(1), 42–47. https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v4i1.5930
Putri, C. P. (2018). Formulasi dan uji aktivitas antioksidan sediaan krim dengan
minyak atsiri kulit buah jeruk manis (citrus aurantium dulcis) dengan
25

variasi konsentrasi setil alkohol sebagai stiffening agent [Skripsi].


Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
Rajalakshmi, D., & Narasimhan, S. (1985). Food antioxidants: Sources and
methods of evaluation dalam DL Madhavi: Food antioxidant,
technological, toxilogical and health perspectives. Hongkong: Marcel
Dekker Inc.
Ravelliani, A., Nisrina, H., Komala Sari, L., Marisah, M., & Riani, R. (2021).
Identifikasi dan Isolasi Senyawa Glikosida Saponin dari Beberapa
Tanaman di Indonesia. Jurnal Sosial Sains, 1(8), 786–799.
https://doi.org/10.36418/sosains.v1i8.176
Rondang Tambun, Harry P. Limbong, Christika Pinem, & Ester Manurung.
(2017). PENGARUH UKURAN PARTIKEL, WAKTU DAN SUHU
PADA EKSTRAKSI FENOL DARI LENGKUAS MERAH. Jurnal
Teknik Kimia USU, 5(4), 53–56. https://doi.org/10.32734/jtk.v5i4.1555
Ruwandha, D., Fitriyani, D., & Iskandar, D. (2021). UJI AKTIVITAS TANIN
DAUN MIMBA (Azzadirachta indica) TERHADAP BAKTERI
Salmonella typhi. Jurnal Kimia Riset, 6(1), 77–85.
Sari, L. A., & Widyaningrum, T. (2014). Uji Patogenitas Spora Jamur
Metharhizium anisopliae Terhadap Mortalitas Hama Hypothenemus
hampei (Ferrari) Sebagai Bahan Ajar Biologi SMA Kelas X. JUPEMASI-
PBIO, 1(1), 26–32.
Sembaga, R. S. (2021). EFEKTIVITAS PERASAN BUNGA TAHI AYAM (Tagetes
erecta) TERHADAP MORTALITAS KUTU KEBUL (Bemisia tabaci)
PADA DAUN MANGGA. 3(1), 68–72.
Setiawan, A. N., & Supriyadi, A. (2014). Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi
Pestisida Nabati Bintaro (Cerbera manghas) terhadap Hama Ulat Grayak
(Spodoptera litura) pada Tanaman Kedelai. PLANTA TROPIKA: Jurnal
Agrosains (Journal of Agro Science), 2(2), 99–105.
Shofiati, N., Mardiati, S. M., Sitasiwi, A. J., & Isdadiyanto, S. (2021). Efek
Pemberian Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
terhadap Struktur Histologis Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)
Hiperglikemia. Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 6(2), 115–123.
https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.115-123
Sulainsyah, I., Ekawati, F., Hariandi, D., Obel, O., Ramadhan, N., & Martinsyah,
R. H. (2019). PEMBUATAN PESTISIDA NABATI SEBAGAI PIONIR
PADA KELOMPOK TANI HARAPAN BARU DI KENAGARIAN
ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK. Jurnal Hilirisasi IPTEKS,
2(3. b), 254–263.
Sulandjari. (2008). Tanaman obat Rauvolfia Serpentina (Pule Pondok)
Ekofisiologi dan Budidaya. UNS Press.
Sulasmi, E. S. S., Putri, L. R. F. T., Sari, M. S., & Suhadi, S. (2018). SKRINING
FITOKIMIA DAN ANALISIS KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SENYAWA
TRITERPENOID PADA TUMBUHAN PAKU Pseudocyclosorrus
ochthodes (Kunze) Holttum, Dryopteris hirtipes (Bl.) Kuntze, Phymatodes
scolopendria (Burm.) Ching, Pteris vittata L. dan Stenochlaena palustri. 6,
138–143.
25

Utami, S., & Haneda, N. F. (2012). Bioaktivitas ekstrak umbi gadung dan minyak
nyamplung sebagai pengendali hama ulat kantong (Pteroma plagiophleps
Hampson). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 9(4), 209–218.
Utami, S., Syaufina, L., & Haneda, N. F. (2010). Daya racun ekstrak kasar daun
bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) terhadap larva Spodoptera litura
fabricius. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 15(2), 96–100.
Wahidah, N. (2018). EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera
odollam) SEBAGAI INSEKTISIDA ULAT PENGGEREK BUNGA DAN
POLONG (Maruca testulalis) PADA TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.).
Wati, C., Arsi, Karenia, T., Riyanto, Nirwanto, Y., Nurcahaya, I., Melani, D.,
Astuti, D., Septiarini, D., Purba, S. R. F., Ramdan, E. P., & Nurul, D.
(2021). Hama dan Penyakit Tanaman. Yayasan Kita Menulis.
White, P., & Xing, Y. (1954). Antioxidants from Cereals and Legumes dalam
Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and
Applications. Illionis: AOCS Press, Champign.
Wijaya, I., & Ulpah, S. (2018). PEMANFAATAN BABADOTAN (Ageratum
conyzoides L) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU DAUN
PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frustescent L.).
DINAMIKA PERTANIAN, 34(2), 151–162.
Yuliastuti, D., Sari, W. Y., & Islamiyati, D. (2020). SKRINING FITOKIMIA
EKSTRAK DAN FRAKSI ETANOL 70% DAGING BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.). Media Informasi, 15(2), 110–114.
https://doi.org/10.37160/bmi.v15i2.391
25

LAMPIRAN
25

Lampiran 1. Bukti Izin Penelitian


25

Lampiran 2. Determinasi Tanaman


25

Lampiran 3. Data Pengamatan Aktivitas Makan Hama Kutu Kebul


Lampiran 4. Data Pengamatan Mortalitas Hama Kutu kebul
Lampiran 5. Pengamatan Aktivitas Makan Hama Kutu Kebul

Keterangan :
a. Sebelum diberi rebusan daun mimba
b. Sesudah diberi rebusan daun mimba
Lampiran 6. Pengamatan Mortalitas Hama Kutu Kebul

Keterangan :
a. Sebelum diberi rebusan daun mimba
b. Sesudah diberi rebusan daun mimba
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Pengamatan Aktivitas Makan Hama
Kutu Kebul
Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik Pengamatan Mortalitas Makan Hama
Kutu Kebul

Anda mungkin juga menyukai