Anda di halaman 1dari 9

"EMOSI, STRES, & KESEHATAN"

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Orang hidup adalah orang yang masih memiliki emosi karena emosi itu sendiri merupakan kumpulan
perasaan yang ada dalam hati manusia. Ragam perasaan seperti gembira, sedih, takut, benci, cinta,
dan marah merupakan bentuk emosi. Stres adalah suatu kondisi yang dialami oleh manusia, berupa
kumpulan-kumpulan gangguan fisik dan psikis, yang disebabkan ketidakmampuan manusia
menghadapi tekanan-tekanan fisik dan terutama tekanan psikologis.
Kesehatan atau sehat dikatakan adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tekanan-tekanan
kehidupan. Jika demikian, orang yang sehat haruslah menemukan cara-cara untuk menjaga irama
hidupnya, dengan menjaga agar stress itu berada pada keseimbangan yang positif. Oleh karna itu
untuk lebih memahaminya kami akan coba membahas mengenai emosi, stres, dan kesehatan dengan
mengemasnya dalam makalah ini, dengan mennyusun rumusan masalah sebagai berikut.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari emosi, stres, dan kesehatan?
2. Bagaimana model atau karakteristik dari emosi dan stres?
3. Apa pengaruh emosi dan stres bagi kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. EMOSI
1. Pengertian Emosi
Emosi memiliki jenis yang berbeda-beda. Emosi terdiri dari sedih, takut, jijik, sedih dan terkejut.
Ragam emosi tidak memiliki acuan yang sama dan memiliki gradasi yang berbeda. Emosi bukanlah
marah, melainkan marah adalah bagian dari emosi. Emosi berkembang karena motif dan derajat
perasaan.
Menurut Richard G. Gerric dan Phillip G. Gimbardo dalam bukunyaPsychology and Life hal 394 “
Emotion as a complex pattern of bodily and mental changes that includes psychological arrousal,
feelings, cognitive processes, visible expressions ( face and posture) specific behavioural reactions
made in respons to a situation perceived as personally significant. Dinyatakan bahwa emosi dianggap
sebagai perubahan mental dan fisik secara komplek, termasuk gejala psikologi meliputi perasaan,
proses kognitif, ekspressi yang terlihat, reaksi tingkah laku khusus yang yang terjadi dalam merespon
situasi yang diterima secara signifikan.
Menurut Carolyn Saarni (2002) dalam buku (Educational Psychology 2004 :79) dia mengatakan ”
demonstrate emotional competence when we emerge from an emotion-eliciting encounter with a
sense of having accomplished what we set out to do” kita memperlihatkan perasaan emosi, ketika
dihadapkan dengan suatu perasaan untuk memenuhi apa yang kita lakukan.
Menurut Paul Eggen & Don Kauchak (Educational Psychology 2004 : 107-108 ) “ Emotion factors
include, shame, the painful emotion aroused when people recognize that they have failed to act or
think in ways they believe are good and guilt, the uncomportable feeling people get when they know
they have caused distress for someone else. Although its unpleasant, experiencing shame and guilt
indicates that moral development is advancing and future behaviour will improve
(Damon,1988), Emphathy is the ability to experience the same emotion someone else his feeling. 2.
Factor emosi meliputi perasaan malu, perasaan bersalah dan perasaan empati.
Charles Darwin dalam bukunya The Expression of Emotions in Man and Animal (1872-1965)
Emotion evolved other important aspects of human and nonhuman structure and functions. Darwin
juga berpandangan bahwa emosi merupakan warisan atau sesuatu yang memang sudah ada dan akan
muncul ketika berhadapan dengan situasi kejadian tertentu yang terjadi di dunia.

2. Komponen Emosi
Komponen emosi menurut Rita L. Atkinson, Edward Smith, Richard C. Atkinson dan Daryl J. Bem
terdiri dari
Respon Tubuh Internal, terutama yang melibatkan sistem saraf otonomik
Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif tertentu.
Ekspresi wajah
Reaksi terhadap emosi

3. Rangsangan dan Emosi


Jika kita mengalami suatu emosi yang kuat, seperti rasa takut atau marah, kita mungkin merasakan
sejumlah perubahan pada tubuh, termasuk denyut jantung dan pernapasan yang cepat, rasa kering di
tenggorokan dan mulut, berkeringat, gemeteran dan perasaan tertekan di lambung. Sebagian besar
perubahan fisiologis yang terjadi selama rangsangan emosional terjadi akibat aktivasi cabang
simpatik dan sistem saraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan darurat. Sistem
simpatik bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan berikut :
1. Tekanan darah dan kecepatan denyut jantung meningkat;
2. Pernafasan menjadi lebih cepat;
3. Pupil mata mengalami dilatasi;
4. Keringat meningkat sementara sekresi saliva dan mukus menurun;
5. Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energi;
6. Darah membeku lebih cepat untuk persiapan kalau-kalau terjadi luka;
7. Motilitas saluran gastrointestinal menurun, darah dialihkan dari lambung dan usus ke otak dan otot
rangka;
8. Rambut di kulit menjadi tegak, menyebabkan ”merinding”

Sistem saraf simpatis mempersiapkan organisme untuk mengeluarkan energi. Saat emosi
menghilang, sistem parasimpatik yaitu sistem penghemat energi mengambil alih dan mengembalikan
organisme ke keadaan normalnya. Aktivitas sistem saraf otonomik tersebut dipicu oleh aktivitas di
daerah otak tertentu, termasuk hipotalamus yang memiliki peranan penting dalam banyak motif
biologis dan sistem limbik.
Impuls dari area-area tersebut ditransmisikan ke nuklei di batang otak yang mengendalikan fungsi
sistem saraf otonomik. Sistem otonomik kemudian bekerja langsung pada otot dan organ internal
untuk menimbulkan beberapa perubahan tubuh yang dijelaskan sebelumnya, dan bekerja secara tidak
langsung dengan menstimulasi hormon adrenal untuk menimbulkan perubahan tubuh lainnya.
Karakteristik untuk keadaan emosional seperti marah dan ketakutan, selama organisme harus
bersiap-siap melakukan tindakan, misalnya untuk melawan dan melarikan diri. Beberapa respons
yang sama juga terjadi selama pengalaman yang menyenangkan atau rangsangan seksual. Tetapi,
selama emosi seperti kesedihan atau dukacita, sebagian proses tubuh mungkin tertekan, atau menjadi
lambat.

4. Kognisi dan Emosi


Jika kita mengalami suatu peristiwa atau tindakan, kita menginterpretasikan situasi itu berkaitan
dengan tujuan pribadi dan kesehatan kita. Hasil dari penilaian adalah keyakinan yang positif atau
negatif (”Saya memenangkan pertandingan dan saya merasa bahagia” atau ”Saya gagal dalam ujian
dan saya merasa sedih”). Interpretasi ini dikenal sebagai penilaian kognitif, yang memiliki dua
bagian tersendiri : proses penilaian dan keyakinan yang dihasilkannya.

5. Ekspresi dan Emosi


Ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi mengkomunikasikan emosi tersebut. Sejak
publikasi buku klasik Charles Darwin pada tahun 1872, The Expression of Emotion in Man and
Animals, para ahli psikologi menganggap komunikasi emosi memiliki fungsi penting, yang memiliki
nilai kelangsungan hidup bagi spesies. Jadi tampak ketakutan mungkin memperingatkan kepada
lainnya akan adanya bahaya, dan menghayati bahwa seseorang sedang marah mengatakan kepada
kita bahwa ia mungkin akan bertindak secara agresif. Penelitian belum lama ini lebih luas dari tradisi
Darwin, menyatakan bahwa selain fungsi komunikatifnya, ekspresi emosi berperan pada pengalaman
subjektif emosi, sama seperti rangsangan dan penilaian.

6. Reaksi dan Emosi


Seperti kita telah ketahui bahwa salah satu komponen utama suatu emosi adalah reaksi berada dalam
suatu keadaan emosional. Walaupun sebagian reaksi saat berada di dalam keadaan emosional adalah
spesifik untuk emosi yang dialami seperti mendekati seseorang saat gembira atau menjauhkan diri
jika takut, reaksi lain tampaknya berlaku pada emosi secara umum. Jelasnya, berada dalam keadaan
emosional : (a) dapat memberi kita energi atau mengganggu kita; (b) menentukan apa yang kita
perhatikan dan pelajari; dan (c) menentukan pertimbangan apa yang kita gunakan dalam memandang
dunia.

7. Agresi dan Emosi


Emosi bukan hanya merupakan suatu reaksi umum, tetapi juga reaksi spesifik. Kita mungkin tertawa
saat kita gembira, menarik diri saat takut, menjadi agresif saat marah dan sebagainya. Di antara
reaksi emosional tipikal tersebut adalah agresi. Perhatian khusus ini disebabkan sebagiannya karena
kepentingan sosial agresi. Pada tingkat masyarakat, pada masa di mana senjata nuklir masih tersebar
luas, satu tindakan agresif dapat menimbulkan bencana besar.
Pada tingkat individual, banyak orang sering mengalami pikiran dan impuls agresif, dan bagaimana
mereka menangani pikiran tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mereka dan
hubungan interpersonal. Alasan lain mengapa ahli psikologi telah memfokuskan riset mereka kepada
agresi adalah karena dua teori besar tentang perilaku sosial membuat asumsi yang sangat berbeda
tentang sifat agresi. Teori psikoanalitik Freud memandang agresi sebagai suatu dorongan, dan teori
belajar-sosial memandang agresi sebagai respons yang dipelajari. Riset tentang agresi membantu
kita menilai teori yang saling bertentangan tersebut.
B. STRES
1. Pengertian Stres
Sapolsky, seperti ditulis dalam buku Psychology and Life karangan Richard G. Gerricc dan Phillip G.
Zimbardo (2005: 406) menyatakan “stress is feling that you might report for brief for period, you
felt happiness, sadness, anger, astonish and so on that reported as a kind of background noise for
much of day to day experience” stress adalah perasaan yang menggambarkan perasaan bahagia,
terkejut dan lain-lain yang digambarkan sebagai jenis dari latar belakang gangguan atas banyaknya
pengalaman secara terus menerus.
Selanjutnya sapolsky menyatakan bahwa stress adalah pola respon suatu organisma dalam
membuat stimulus yang mengganggu keseimbangan dan kemampuannya dalam mangatasinya. Stres
adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau
lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stres juga didefinisikan
sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan
psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper, 1994).
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak
ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun,
berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara
psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya
terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian
terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang
dihadapi (Diana, 1991).
Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh
individu mempersepsi suatu peristiwa. Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu
dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan
mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan
apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956).

2. Karakteristik
Stres telah menjadi topik yang populer. Media sering kali menyatakan perilaku atau penyakit yang
tidak lazim pada manusia sebagai akibat dari stres atau nervous breakdown akibat stres. Sebagai
contoh, jika seorang selebritis mencoba bunuh diri, sering kali dikatakan ia mengalami tekanan
dalam kehidupan bermasyarakatnya. Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, siswa sering kali
berbicara satu sama lain tentang tingkat stres. ”Saya sangat tres!” merupakan ungkapan yang sering
didengar. Tetapi apa stres itu ? Dalam pengertian umum, stres terjadi jika orang dihadapkan dengan
peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman bagi kesehatan fisik atau psikologisnya.
Peristiwa tersebut biasanya dinamakan stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut
dinamakan respon stres. Tidak terhitung banyaknya peristiwa yang dapat menyebabkan
stres. Sebagian adalah perubahan besar yang mempengaruhi banyak orang seperti perang, kecelakaan
nuklir, dan gempa bumi. Peristiwa lain adalah perubahan besar dalam kehidupan seseorang seperti
pindah ke tempat baru, pindah pekerjaan, menikah, kehilangan kawan, menderita penyakit
serius. Sumber stres dapat berada pada individu dalam bentuk motif atau keinginan yang
bertentangan. Peristiwa yang dirasakan sebagai stres biasanya masuk ke dalam salah satu kategori
berikut : peristiwa traumatik di luar rentang pengalaman manusia yang lazim, peristiwa yang tidak
dapat dikendalikan, peristiwa yang tidak dapat diperkirakan, peristiwa yang menantang batas
kemampuan dan konsep diri kita, atau konflik internal.

3. Reaksi Psikologis dan Fisiologis


Reaksi psikologis terhadap stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan (jika
peristiwa menuntut, tetapi dapat ditangani) sampai emosi umum kecemasan, kemarahan, kekecewaan
dan depresi. Jika situasi stres terus terjadi, emosi kita mungkin berpindah bolak-balik di antara
emosi-emosi tersebut, tergantung pada keberhasilan kita menyelesaikannya.
Reaksi fisiologis terhadap stres menyebabkan tubuh bereaksi terhadap stresor dengan memulai
seurutan kompleks respons bawaan terhadap ancaman yang dihayati. Jika ancaman dapat dipecahkan
dengan segera, respons darurat tersebut menghilang, dan keadaan fisiologis kita kembali
normal. Jika situasi stres terus terjadi, timbullah respons internal yang lainnya saat kita berupaya
beradaptasi dengan stresor kronis.

4. Model Stress
Cognitif Apraisal dari situasi stres, berinteraksi dengan stresor dan sumber-sumber seperti psikal,
personal dan sosial, yang berhubungan stresor. Setiap individu merespon pada tingkatan-tingkatan
yang berbeda : seperti secara psikologi, behavior (tingkah laku), emosi dan kognitif.

C. EMOSI, STRES DAN KESEHATAN


1. Pengaruh Emosi dan Stres Terhadap Kesehatan
Kita telah melihat bahwa pemaparan dengan peristiwa stres dapat menimbulkan berbagai maslah
fisik dan psikologis. Tetapi bagaimana stres mempengaruhi kesehatan ? Taylor (1986) telah
menjelaskan empat jalur yang berbeda : jalur langsung, jalur interaktif, jalur perilaku sehat, dan jalur
perilaku sakit.

a. Jalur langsung
Respon fisiologis yang dialami tubuh saat menghadapi suatu stresor mungkin memiliki efek negatif
dan langsung pada kesehatan fisik jika respon ini dipertahankan secara kronis. Rangsangan
berlebihan (overarousal) jangka panjang sistem simpatis atau sistem korteks adrenal dapat
menyebabkan kerusakan pada arteri dan sistem organ. Stres juga memiliki efek langsung pada
kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.

b. Jalur interaktif
Seperti yang telah kita ketahui, tidak semua orang yang terpapar dengan situasi stres akan menjadi
sakit. Juga, tidak semua orang dengan sifat kepribadian maladaptif (tidak mampu mengekspresikan
kemarahan) mengalami penyakit fisik atau psikologis. Terdapat cukup banyak bukti bahwa penyalit
akan muncul hanya jika situasi stres dan kepribadian berinteraksi satu sama lain, atau dengan
kerentanan biologis yang telah ada sebelumnya (Cohen & Williamson, 1991).
Tipe model interaktif ini sering dinamakan sebagai model kerentanan stres, atau model diatesis
stres. Diatesis adalah kerentanan atau predisposisi terhadap suatu penyakit. Kerentanan menjadikan
individu peka terhadap gangguan tertentu, tetapi hanya terjadi jika ia menemukan stres sehingga
gangguan benar-benar berkembang.

c. Jalur perilaku tidak sehat


Jika kita merasa stres, kita sering kali tidak memperhatikan diri kita sendiri secara baik. Siswa yang
mengikuti ujian begadang sepanjang malam, sering kali selama beberapa malam secara berturut-
turut. Mereka mungkin lupa makan, dan hanya mengudap junk-food. Banyak pria yang istrinya
meninggal tidak tahu bagaimana memasak untuk diri sendiri, dan dengan demikian mungkin sedikit
makan atau malahan tidak makan sama sekali. Di dalam dukacitanya sebagian pria meningkatkan
konsumsi alkohol dan merokok.
Orang dalam stres mungkin tidak melakukan kebiasaan olahraga normalnya. Masing-masing dari
perilaku tidak sehat itu mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit dan fungsi
umumnya, dan berperan dalam perkembangan penyakit. Jadi, stres dapat secara tidak langsung
mempengaruhi kesehatan dengan menurunkan perilaku kesehatan positif dan meningkatkan perilaku
negatif.

d. Jalur perilaku sakit


Model terakhir dalam hubungan stres-penyakit adalah model perilaku sakit. Stresor menyebabkan
sejumlah gejala yang tidak menyenangkan seperti gelisah, depresi, lelah, gangguan tidur, gangguan
lambung. Sebagian orang menginterpretasikan gejala tersebut sebagai gejala penyakit dan mencari
bantuan medis. Selanjutnya, perhatian yang mereka dapatkan dari profesional dapat memperkuat
perilaku sakit tersebut, artinya mereka lebih sering untuk mencari perhatian medis untuk gejala stres
mereka di kemudian hari.
Penerapan penting dari model perilaku sakit adalah bahwa laporan seseorang tentang penyakitnya
mungkin tidak memberikan informasi akurat tentang penyakit aktualnya. Orang yang mendapatkan
penguatan untuk perilaku penyakitnya mungkin melaporkan lebih banyak penyakit dibandingkan
yang sesungguhnya mereka derita. Kemungkinan laporan individu tentang penyakitnya ini
menjadikan penting bagi pemeriksa stres dan kesehatan untuk memasukkan penilaian kesehatan yang
objektif.

2. Bagaimana Menangani Emosi dan Stres


Emosi dan rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh situasi stres sangat tidak nyaman, dan
ketidaknyamanan ini memotivasi individu untuk melakukan sesuatu guna menghilangkannya. Proses
yang digunakan oleh seseorang untuk menangani tuntutan yang menimbulkan stres
dinamakancoping (kemampuan mengatasi masalah). Kemampuan mengatasi masalah memiliki dua
bentuk strategi yaitu, strategi terfokus masalah dan strategi terfokus emosi (Lazarus & Folkman,
1984).
Strategi terfokus masalah, orang dapat memfokuskan pada masalah atau situasi spesifik yang telah
terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya di kemudian
hari. Strategi terfokus emosi, seseorang dapat memfokuskan diri untuk menghilangkan emosi yang
berhubungan dengan situasi stres, walaupun situasi tersebut tidak dapat diubah. Saat berhadapan
dengan stres, sebagian besar orang menggunakan keduanya.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Emosi itu sendiri merupakan kumpulan perasaan yang ada dalam hati manusiaStress adalah perasaan
yang menggambarkan perasaan bahagia, terkejut dan lain-lain yang digambarkan sebagai jenis dari
latar belakang gangguan atas banyaknya pengalaman secara terus menerus. Kesehatan atau sehat
dikatakan adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tekanan-tekanan kehidupan. Jika
demikian, orang yang sehat haruslah menemukan cara-cara untuk menjaga irama hidupnya, dengan
menjaga agar stress itu berada pada keseimbangan yang positif.
Karakteristik untuk keadaan emosional seperti marah dan ketakutan, selama organisme harus
bersiap-siap melakukan tindakan, misalnya untuk melawan dan melarikan diri. Beberapa respons
yang sama juga terjadi selama pengalaman yang menyenangkan atau rangsangan seksual. Tetapi,
selama emosi seperti kesedihan atau dukacita, sebagian proses tubuh mungkin tertekan, atau menjadi
lambat. Sedangkan karakteristik stres yaitu Stres telah menjadi topik yang populer. Media sering kali
menyatakan perilaku atau penyakit yang tidak lazim pada manusia sebagai akibat dari stres
atau nervous breakdown akibat stres. Peristiwa tersebut biasanya dinamakan stresor, dan reaksi
orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres.
Pengaruh emosi dan stress terhadap kesehatan yaitu
a. Jalur Langsung
b. Jalur Interaktif
c. Jalur perilaku tidak sehat
d. Jalur perilaku sakit

2. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah yang dapat pemakalah susun, tentunya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran untuk membangun
dan memperbaiki makalah ini. Penulis juga meminta maaf apabila ada penulisan dan ulasan yang
salah atau kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L dkk, Pengantar Psikologi Jilid Dua, ( Tangerang : Interaksara.Cooper, C. L., &
Payne, R, Causes, Coping & Consequences of Stress at Work. USA: John Wiley & Sons, Ltd.), 1994
Greenberg, J, & Baron, R. A, Behavior In Organizations: Understanding And Managing The Human
Side Of Work. USA : Allyn & Bacon. 1993
Mitchell, T. R., & Larson, J. R, People in Organizations: An Introduction to Organizational
Behavior (3rd ed.), (USA: McGraw-Hill, Inc), 1987
Morgan, C. T., King, R. A, & Weisz, J. R, Introduction to Psychology (7th ed.). New (York:
McGraw-Hill Book Co). 1986
Quick, J. C., & Quick, J. D, Organizational Stress And Preventive Management, (USA: McGraw-
Hill, Inc), 1984
Rice, P. L, Stress and Health (3rd ed.), (California: Brooks/Cole Publishing Company), 1999

Anda mungkin juga menyukai