Anda di halaman 1dari 15

PENANGANAN SAMPAH

DI TPA SUWUNG

Oleh
I KETUT MUKSIN

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa
atas asung wara nugraha-Nya, sehingga penyusunan laporan pengkajian dengan
judul "PENANGANAN SAMPAH DITPA SUWUNG" dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Keberhasilan penyusunan laporan pengkajian ini karena adanya
keterlibatan berbagai pihak yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan
tenaganya, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana.
2. Ketua Jurusan Biologi F MIPA Universitas Udayana.
3. Teman Sejawat.
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan
laporan pengkajian ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan
pengkajian ini dapat bcrmanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada mahasiswa
dalam pcngembangan ilmu pengetahuan.

Bukit Jimbaran, Mei 2016

Penulis,

ii
DAFTARISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTARISI ..................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan .............................................................................................. 2
1.4. Manfaat ............................................................................................ 2
II. METODELOGIPENULISAN................................................................... 3
2.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 3
2.2. Sifat Tulisan..................................................................................... 3
2.3. JenisData.......................................................................................... 3
III. PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
3. l. Profil TPA Suwung ......................................................................... 5
3.2 Permasalahan yang Dihadapi oleh TPA Suwung ............................ 6
3.3. Program SARBAGITA. .................................................................. 7
3.4. Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) ................................ 8
3.5. Proses Pengolahan Sampah TPA Suwung dengan GALFAD. ........ 9
3.6. Diagram Pengolahan Sampah TPA Suwung. .................................. 11
3.7. Diagram Pengolahan Sampah di Wilayah Kota Denpasar untuk
Proyek SARBAGITA ...................................................................... 12
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. .............................................. 13
4.1. Kesimpulan ..................................................................................... 13
4.2. Rekomendasi. ................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap
aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume
sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang
kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung
dari jenis material yang kita konsumsi. Sampah merupakan material sisa yang
tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep
buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya
produk-produk yang tak bergerak (Anonim, 2008b).
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan
manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada
pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang
serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan
mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang
membawa kuman penyakit (Anonim, tanpa tahun).
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang paling berkembang
dalam industri pariwisata di Indonesia, mempunyai permasalahan yang tidak jauh
berbeda dengan daerah-daerah lainnya, yaitu sampah (Lenggogeni, 2004). Sampah
tidak akan pernah hilang dari kehidupan ini karena hampir tiap aktivitas manusia
menghasilkan sampah. Tingginya volume sampah tergantung pada jumlah
penduduk dan gaya hidup. Makin modern gaya hidup manusia, makin beragam
sampah yang dihasilkan (Anonim, 2008a).
Pertambahan penduduk yang disertai dengan tingginya arus urbanisasi ke
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, yang posisinya sebagai pusat perdagangan
dan pariwisata, menyebabkan makin tingginya volume timbulan sampah setiap
hari. Pemerintah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung mengatasi hal tersebut
dengan membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung (Konsukartha dan
Harmayani, 2005).

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pengkajian ini adalah: “Bagaimanakah
sistem manajemen sampah pada TPA Suwung ?”

1.3. Tujuan
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui sistem manajemen sampah
pada TPA Suwung.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pengkajian ini adalah sebagai informasi tentang
bagaimana manajemen sampah pada TPA Suwung, sehingga bisa kita pakai
contoh dalam pengolahan sampah-sampah domestik (sampah hasil rumahan).

2
II. METODELOGI PENULISAN

2.1. Metode Pengumpulan Data


Data pada tulisan ini dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan
metode studi kepustakaan yakni mengutip dari sumber-sumber pustaka seperti
buku ajar, internet, jurnal dan surat kabar yang memiliki validitas.

2.2. Sifat Tulisan


Tulisan ini bersifat deskriptif, yakni memberikan pemaparan, gambaran
dan ulasan mengenai pokok bahasan yang ingin disampaikan.

2.3. Jenis Data


Data yang dipergunakan dalam tulisan ini merupakan data sekunder, yakni
data yang diperoleh dari sumber kedua dan juga data yang didapat dari observasi
secara langsung ke tempat pengolahan sampah di TPA Suwung.

3
III. PEMBAHASAN

Tanggung jawab utama penanganan sub sektor persampahan di Kota


Denpasar masih berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).
Hingga saat ini seluruh aktivitas investasi sarana dan prasarana serta operasional
penanganan sampah ditangani oleh DKP Kota Denpasar. Sedikitnya 800 ton
sampah setiap hari dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung seluas
25 hektare, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Denpasar (Hidayat, 2008).
Manajemen pengelolaan sampah yang diterapkan di Kota Denpasar adalah
penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Kegiatan
penyapuan, terutama di jalan-jalan utama di Kota Denpasar dilakukan tiap hari
yang didukung tenaga-tenaga kebersihan sebanyak 653 orang dibagi dalam dua
kelompok kerja, yaitu pagi hari (06.00 - 11.00 WITA) dan dari siang sampai sore
hari (12.00 - 17.00). Kegiatan utama dalam proses penyapuan ini adalah menyapu
badan jalan dan telajakan rumah tangga di sepanjang jalan yang dilayani.
Pengumpulan sampah juga dilakukan dalam dua kelompok kerja, yaitu pada pagi
hari (06.00 - 11.00 Wita) dan dari siang sampai sore hari (11.00 - 16.00). Kegiatan
dalam pengumpulan sampah dilakukan pada pagi dan siang hari. Sektor ini
didukung oleh tenaga sebanyak 38 orang terbagi dalam dua kelompok kerja, yakni
kelompok yang bertugas pada pagi hari bertugas menjaga/mengawasi dan
mengumpulkan sampah-sampah yang ada di kotak sampah (TPS). Sementara itu
kelompok yang bertugas pada siang hari bertugas menjaga, mengawasi dan
mengatur pembuangan sampah di masing-masing kontainer dan bak penampungan
sementara (Anonim, 2008c).
Kegiatan pengangkutan sampah ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dilakukan dalam empat kelompok kerja didukung oleh 707 tenaga kerja.
kelompok I (05.30-10.30 Wita) bertugas menaikkan dan mengangkut sampah
rumah tangga di sepanjang jalan yang dilayani dan langsung membuang ke TPA.
kelompok II dan III (11.00-18.00 Wita) bertugas menaikkan sampah ke atas truk
di masing-masing transfer Depot dan langsung membuang ke TPA. kelompok IV

4
(19.00 Wita - selesai) tugasnya mengangkut sampah rumah tangga di sepanjang
jalan yang dilayani dan langsung membuang ke TPA (Anonim, 2008c).
Pembuangan Sampah ke TPA didukung oleh 31 tenaga kerja. Volume
sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (Suwung) setiap harinya
rata-rata sebanyak 1.500 m3 yang berasal dari Kota Denpasar sebanyak 1.100 m3.
Kemudian sampah yang berasal dari Kabupaten Badung sebanyak 200 m3.
Sampah yang berasal dari Pasar diseluruh Kota Denpasar sebanyak 100 m3 dan
sampah yang berasal dari Desa/Kelurahan yang melaksanakan Swakelola
kebersihan sebanyak 100 m3. TPA Suwung sendiri terdapat aktivitas
pengomposan secara regular dengan produktivitas sebagai berikut yaitu Jumlah
sampah yang diolah 5 ton/hari dengan kompos yang dihasilkan 1-2 ton/hari
(Anonim, 2008c).

3.1. Profil TPA Suwung


TPA Suwung yang berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan yang
berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Denpasar, tepatnya di Desa Suwung
dengan luas mencapai 25 hektar. TPA ini melayani pembuangan sampah dari
wilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Sedikitnya 800
ton sampah setiap hari dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung
seluas 25 hektare, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Denpasar (Hidayat,
2008). Sampah yang akan masuk ke TPA Suwung diseleksi, dan dilakukan
pelarangan terhadap sumber sampah seperti: sampah medis (rumah sakit), sampah
dari barang pecah belah, sampah ban bekas, karet dan sejenisnya yang mudah
terbakar, segala macam bangkai dan tinja. Penanganan masalah sampah di Kota
Denpasar berada di dusun Suwung dengan luasan areal 25 hektar dan akan
diperluas menjadi 40 hektar, perlu dilakukan dengan mengendalikan pertambahan
volume sampah yang dihasilkan dengan tidak langsung yaitu penertiban penduduk
pendatang, sehingga dapat mengurangi sampah yang akan dihasilkan dan secara
tidak langsung dengan mengurangi volume sampah pada sumbernya (reduce},
menggunakan kembali (recycle). Teknologi yang akan digunakan diharapkan
mampu meminimalisasi dampak yang ditimbulkan, dan dapat

5
meningkatkankapasitasnya sehingga masyarakat dapat mengerti dan menerima
bahwa permasalahan sampah tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah
(Winara, 2008).
Secara umum sistem pengolahan pada TPA Suwung menggunakan sistem
open dumping. Dimana sampah yang masuk ke TPA ditumpuk secara terbuka
(ditaruh begitu saja di tempat terbuka) yang nantinya bisa terurai dengan
sendirinya. Dengan sistem open dumping ini mengakibatkan resiko pencemaran
terhadap daerah sekitar menjadi meningkat (Hidayat, 2008).
Analisis resiko yang didapatkan adalah dari proses penumpukan sampah
secara terbuka atau open dumping ini bisa mengakibatkan menurunnya kualitas
udara daerah sekitar hal ini dipicu oleh bau yang tidak sedap dan gas-gas hasil
pembusukan yang dikeluarkan sampah yang menumpuk. Kemudian penurunan
kualitas air tanah yang diakibatkan oleh lindi atau leacheate yang terbentuk dari
massa sampah yang menggunung. Penurunan kualitas tanah yang diakibatkan oleh
sampah anorganik maupun sampah yang mengandung deterjen yang membuat
kehidupan mikroorganisme tanah menjadi terganggu sehingga kehidupan tumbuh-
tumbuhan menjadi terganggu yang efeknya juga penurunan terhadap kualitas
udara (Hidayat, 2008).

3.2. Permasalahan yang Dihadapi oleh TPA Suwung


Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh TPA Suwung dalam
penanganan persampahan, diantaranya adalah : beberapa program penanganan
sampah (Sarbagita, Swadaya) yang semuanya dibantu dan/atau dibina DKP, tetapi
satu sama lain tidak saling berkaitan atau tidak ada integrasi/sinergi sehingga
terkesan jalan masing-masing. Bahkan apabila dibiarkan satu sama lain bisa
menimbulkan kerancuan atau pertentangan. Sebagai contoh, apabila program
Swakelola berhasil dijalankan dengan baik disemua kelurahan, maka proyek
SARBAGITA akan kekurangan pasokan sampah, mengingat Denpasar selain
sebagai tuan rumah juga merupakan pemasok sebagian besar sampah untuk
Program SARBAGITA. Kemudian disektor informal bisnis daur ulang belum
mendapat akomodasi samasekali oleh Pemerintah Kota Denpasar sebagai pihak

6
yang turut berperan dalam penanganan sampah. Padahal potensi mereka secara
kuantitas dan kualitas sudah layak diperhitungkan untuk diajak bekerjasama
menangani sampah perkotaan. Bahkan lebih jauh lagi turut berperan dalam
penciptaan lapangan kerja bagi kaum miskin.
Solusi yang diusulkan adalah meningkatkan kualitas program swakelola
sampah di tiap Banjar, tidak hanya sekedar mengumpulkan tapi termasuk
pemilahan antara sampah organik dengan sampah inorganik. Meningkatkan
kapasitas dan kualitas sistem pengolahan sampah organik menjadi kompos di DSL
(Desa Sadar Lingkungan) sehingga kompos yang dihasilkan memenuhi standar
kualitas sebagai pupuk yang bisa menggantikan pupuk non organik dalam jumlah
yang lebih signifikan dari yang dihasilkan sekarang. Mendorong pengembangan
pasar komoditi kompos skala besar bagi penyaluran produk kompos yang akan
dihasilkan. Misalnya menjalin kerja sama dengan kabupaten yang memiliki areal
pertanian organik dan mengajak semua pihak (masyarakat, PHRI, pusat
perbelanjaan, dan lain-lain) agar memprioritaskan konsumsi hasil pertanian
organik (BPKS, 2008).

3.3. Program SARBAGITA


Saat ini tengah berlangsung program bersama Kota Denpasar dengan
Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan untuk mengelola
persampahan melalui mekanisme Public Private Partnership atau PPP. Program
SARBAGITA akan mengolah sampah organik di TPA Suwung menjadi energi
listrik dan kompos oleh sebuah perusahaan swasta dari Inggris yaitu PT. Navigat
Organic Energy Indonesia (PT. NOEI). Program ini telah dirintis sejak tahun
2002, namun peletakan batu pertama konstruksi baru dilaksanakan pada tanggal
15 Februari 2005. Karena berbagai alasan, dalam perjalanannya terjadi beberapa
hambatan yang menyebabkan penundaan beberapa tahapan pekerjaan. Pada
tanggal 19 April 2007 dilakukan acara penandatanganan penjadwalan ulang
Proyek SARBAGITA antara Badan Pengelola Kebersihan SARBAGITA atau
BPKS atas persetujuan darikeempat Pemda yang tergabung dalam SARBA pada
tanggal 19 April 2007 dilakukan acara penandatanganan penjadwalan

7
ulangProyek SARBAGITA antara Badan Pengelola Kebersihan SARBAGITA
atau BPKS atas persetujuan dari keempat Pemda yang tergabung dalam
SARBAGITA dengan PT NOEI (BPKS, 2008).
Beberapa fakta lebih lanjut mengenai Proyek SARBAGITA adalah sebagai
berikut:
1. Skema PPP dengan konsesi 20 Tahun sejak 15 Februari 2005.Yang
bertindak sebagai Contracting Agency adalah BPKS atas persetujuan
Walikota Denpasar dan Bupati Badung, Bupati Gianyar, serta Bupati
Tabanan.
2. Pemerintah Provinsi Bali sebagai fasilitator Investor: PT NOEI dari
Inggris. Lingkup pekerjaan adalah pengolahan sampah menjadi energi
listrik dan produksi kompos.
3. Lokasi TPA Suwung Denpasar.
4. Surnber pendapatan operasional adalah energi listrik dan kompos.
5. Pendapatan non operasional adalah kompensasi program
Clean Development Mechanismatau CDM - PBB GITA dengan PT
NOEI (BPKS, 2008).

3.4. Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST)


Kebutuhan Bali khususnya wilayah SARBAGITA terhadap pengolahan
sampah sangat mendesak, bahkan menjadi suatu keharusan mengingat citra Bali
sebagai Daerah Tujuan Wisata Internasional. Dalam mewujudkan pengolahan
sampah tersebut, maka BPKS (Badan Pengelola Kebersihan SARBAGITA) secara
terbuka dan kompetitif memberi kesempatan kepada swasta menjadi mitra
pemerintah untuk membangun IPST SARBAGITA (BPKS, 2008).
Maksud dan tujuan pembangunan IPST (BPKS, 2008) adalah sebagai
berikut:
1. Mengolah sampah untuk dijadikan produk bernilai ekonomi.
2. Meminimalisasi dampak lingkungan dan rehabilitasi lahan TPA.

8
3. Menyatukan kegiatan pemanfaatan nilai ekonomi sampah (organik dan
non organik) menjadi listrik, kompos, bahan daur ulang dan produk
ekonomi lainnya.
4. Membuka peluang kerja dan ekonomi masyarakat sekitar.
5. Memperpanjang usia pakai TPA dengan meminimalkan jumlah sampah
yang terbuang ke tanah.

3.5. ProsesPengolahanSampah TPA Suwung dengan GALFAD


Pengolahan sampah di TPA Suwung pada Instalasi Pengolahan Sampah
Terpadu (IPST) wilayah SARBAGITA akan menggunakan feknologi GALFAD
(Gasification, Landfill Gas, dan Anaerobic Digestion) (BPKS, 2008) yang terdiri
dari 6 tahapan, yaitu:
1. Pemilahan Sampah
Awalnya, sampah dipilah menjadi sampah basah dan sampah
kering berdasarkan ukurannya. Materi kecil yang mengandung banyak
bahan organikdigolongkan sebagai sampah basah. Sedangkan sampah
berukuran besar yang tidak organik adalah sampah kering, yakni kertas,
kayu, dan lain-lain. Pemilahan ini dilakukan dengan mesin maupun
secara manual oleh petugas.
2. Gasification-Pyrolysis
Sesudah dipilah, sampah-sampah itu masuk tahap gasification-
pyrofysis, yakni tahap kombinasi antara teknologi gasifikasi dan
pirolisis. Awalnya, sampah-sampah kering diolah menjadi gas-gas
hidrokarbon yang memiliki berat molekul rendah atau pyrogas. Inilah
yang disebut proses pyrolysis. Selanjutnya, sisa atau residu proses
pyrolysis diolah lagi pada unit gasifikasi, yang kemudian menghasilkan
gas metan, karbon monoksida, dan hidrogen. Energi yang dihasilkan
dari proses pyrolysis dan gasilikasi kemudiandisalurkan pada unit
pembakaran isotermal. Untuk mencapai tingkat pembakaran yang
sempurna agar tidak memproduksi banyak gas polutan setiap komponen
gas diatur sedemikan rupa supaya tetap pada temperatur konstan, 1.250

9
derajat Celsius, setidaknya dalam duadetik. Panas yang dihasilkan pada
tahap ini kemudian disalurkan pada ruang yang dinamakan boiler, yang
menghasilkan uap untuk memutar turbin listrik.
3. Sistem Landfill Gas
Sistem ini mengandalkan sumur pipa yang ditanamkan pada
timbunan sampah untuk mendapatkan gas metan. Timbunan sampah
tersebut dipilah dan diolah terlebih dulu dan diletakkan di tempat
khusus (structured landfill cells). Kemudian gas sampah disalurkan ke
unit pengolah gas untuk memutar turbin listrik.
4. Pengolahan Anaerobik
Sampah diletakkan pada tempat khusus agar mengalami
pembusukan oleh bakteri pengurai. Proses alami ini menghasilkan gas
metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya. Dari tahap inilah
gas-gas itu diolah dalam bioreaktor, yang selanjutnya menghasilkan
bahan bakar untuk pembangkittenaga listrik.
5. Hasil Pengelolaan dan Produk IPST
Dengan seluruh proses di atas maka volume sampah dapat
berkurang sampai 80 %. Gas yang dihasilkan (biogas gas, methan gas
dan sintetik gas) selanjutnya akan diproses pada fasilitas gas treatment
untuk dapat menjadi bahan bakar (gas engine) mesin pembangkit listrik.
6. Kualitas Emisi Gas Buang
Buangan gas dengan teknologi ini memiliki emisi yang sangat
rendah dan ramah lingkungan.

10
3.6. Diagram Pengolahan Sampah TPA Suwung

Gambar 1. Diagram pengolahan sampah TPA Suwung (BPKS, 2008)

11

Anda mungkin juga menyukai