ID Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis Komp
ID Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis Komp
Volume 3, Nomor 2
ABSTRAK
Tumor testis ganas (seminoma) berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Tumor ini
mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat. Penyebab
keganasan ini salah satunya adalah kriptorkismus dimana pada kasus ini testis tidak turun ke dalam
skrotum sehingga timbul trauma termis kronis yang memicu terjadinya degenerasi maligna. Tujuan
laporan kasus ini adalah untuk menunjukkan bahwa kriptorkismus yang dibiarkan dalam jangka waktu
lama dapat berubah menjadi tumor testis ganas. Metode penelitian adalah studi kasus dengan melakukan
tindakan operasi berupa orchidectomy kepada dua orang pasien dengan keluhan benjolan di lipat paha
kanan. Hasil pemeriksaan patologi anatomi sediaan tumor menunjukkan suatu seminoma. Kesimpulan dari
studi ini adalah bahwa komplikasi lanjut dari penderita kriptorkismus adalah transformasi ganas dari testis
akibat inflamasi kronik di luar skrotum.
ABSTRACT
Testicle tumor (seminoma) origin from germinal cell or testicle stroma. This tumor had high degree
of malignancy, but can recover when be given adequate treatment. The one of etiology of maliganancy
was cryptorchismus which testicle couldn’t down into the scrotum, then it had chronic thermal injury of
testicle that could lead malignant degeneration. The aim was chronic cryptorchismus can changed tobe
testicle malignant tumor. The research method is case study was orchidectomy for two patient with chief
complain of tumor in right inguinal. The result of pathology was seminona. Conclusion of this study was
complication of chronic cryptorchismus could lead malignant transformation of testicle because of
chronic inflammation.
IIA untuk
Seermatosist
ik
Seminoma Anaplastik
Klasik
Gambaran khas tumor testis ialah Penanda tumor pada karsinoma testis
benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri. germinal bermanfaat untuk membantu
Biasanya tumor terbatas dalam testis diagnosis, penentuan stadium tumor,
sehingga mudah dibedakan dari epididimis monitoring respons pengobatan, dan
pada palpasi yang dilakukan dengan sebagai indikator prognosis tumor testis.
telunjuk dan ibu jari. Gejala dan tanda lain, Penanda tumor yang paling sering diperiksa
seperti nyeri pinggang, kembung perut, pada tumor testis adalah: 1) alfa FP (Alfa
dispnea atau batuk, dan ginekomastia Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang
menunjukkan adanya metastasis yang diproduksi oleh karsinoma embrional,
luas. Metastasis paraaorta yang luas teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi
menyebabkan perut kembung dan besar tidak diproduksi oleh koriokarsinoma murni
sekali. Metastasis ke paru menyebabkan dan seminoma murni. Penanda tumor ini
sesak napas. Gonadotropin yang mungkin mempunyai masa paruh 5-7 hari, 2) ²HCG
disekresi oleh sel tumor dapat menyebabkan (Beta Human Chorionic Gonadotropin)
ginekomastia. Transiluminasi, adalah suatu glikoprotein yang pada
ultrasonografi, dan pemeriksaan endapan keadaan normal diproduksi oleh jaringan
kemih sangat berguna untuk membedakan trofoblas. Penanda tumor ini meningkat
tumor dari kelainan lain, seperti hidrokel pada semua pasien koriokarsinoma, pada
(De Jong, 2005). 40%-60% pasien karsinoma embrional, dan
Pemeriksaan petanda tumor sangat 5%-10% pasien seminoma murni. HCG
berguna, yaitu beta-human chorionic mempunyai waktu paruh 24-36 jam
gonadotropin (beta-HCG), alfa- (Boujelbene N et al, 2011).
fetoprotein (AFP), dan laktat
dehidrogenase (LDH). Diagnosis Pencitraan
ditentukan dengan pemeriksaan histologik
sediaan biopsi dari hasil operasi. Setiap Pemeriksa ultrasonografi yang
benjolan testis yang tidak menyurut dan berpengalaman dapat membedakan dengan
hilang setelah pengobatan adekuat dalam jelas lesi intra atau ekstratestikuler dan
waktu dua minggu harus dicurigai suatu massa padat atau kistik. Namun
keganasan. Biopsi (operasi) dilakukan ultrasonografi tidak dapat mempelihatkan
melalui sayatan inguinal dan bukan melalui tunika albuginea, sehingga t idak dapat
kulit skrotum untuk menghindari dipakai untuk menentukan penderajatan
pencemaran luka bedah dengan sel tumor. tumor testis. Berbeda halnya dengan
Biopsi testis dikerjakan setelah funikulus ultrasonografi, MRI dapat mengenali tunika
spermatikus ditutup dengan jepitan klem albuginea secara terperinci sehingga dapat
untuk mencegah penyebaran limfogen ipakai untuk menentukan luas ekstensi
dan hematogen. Pemeriksaan selanjutnya tumor testis. Pemakaian CT scan berguna
adalah patologi anatomi untuk menentukan, untuk menentukan ada tidaknya metastasis
sifat tumor, jenis tumor, derajat pada retroperitoneum. Sayangnya
keganasan (grading), dan luasnya pemeriksaan CT scan tidak mampu
penyebaran. Bila ternyata telah menyebar mendeteksi mikrometastasis pada
ke kelenjar getah bening regional maka kelenjar limfe retroperitoneal (Purnomo
dilakukan limfadenectomy inguinal atau BB, 2003).
bila telah menyebar ke kelenjar getah
bening di para aorta maka dilakukan diseksi Penatalaksanaan
kelenjar limfe retroperitoneal secara
transabdomen (Williams MB, 2012). Pada dugaan tumor testis t idak
itu untuk penegakan diagnosis patologi ifosfamid, sisplatin, dan mesna). VIP terutama
anatomi, bahan jaringan harus diambil dari untuk kasus gagal dengan BEP dan PVB atau kasus
orkidektomi. Orkidektomi dilakukan rekuren (Desen W, 2008). Radioterapi
melalui pendekatan inguinal setelah
mengangkat testis dan funikulus
spermatikus sampai anulus inguinalis
internus. Biopsi atau pendekatan trans-
skrotal tidak diperbolehkan karena
ditakutkan akan membuka peluang sel-sel
tumor mengadakan penyebaran. Pada
orkidektomi radikal, lingkup reseksi harus
mencakup testis, epididimis, dan korda
spermatika, dimana eksisi korda spermatika
harus sampai annulare internal inguinal.
Bila pasien menjalani kriptorkidektomi,
harus sekalian dilakukan pengangkatan
kelenjar limfe inguinal sisi tersebut (Desen
W, 2008). Dari hasil pemeriksaan patologi
dapat dikategorikan antara seminoma dan
non seminoma. Jenis seminoma
memberikan respon yang yang cukup baik
terhadap radiasi sedangkan jenis non
seminoma tidak sensitif. Oleh karena itu
radiasi eksterna dipakai sebagai adjuvan
terapi pada seminoma testis. Pada non
seminoma yang belum melewati stadium
III dilakukan pembersihan kelenjar
retroperitoneal atau retroperitoneal
lymphnode disection (RPLND). Tindakan
diseksi kelenjar pada pembesaran aorta
yang sangat besar didahului dengan
pemberian sitostatika terlebih dahulu
dengan harapan akan terjadi downsizing
dan ukuran tumor akan mengecil(Purnomo
BB, 2003). Formula kemoterapi kombinasi
berbasis sisplatin (DDP) sangat efektif
terhadap tumor testis. Meskipun lesi
stadium lanjut sebagian besar pasien masih
dapat mengalami remisi lengkap jangka
panjang atau sembuh. Terutama sesuai untuk
seminoma stadium II atau lebih dan
NSGCT, atau pasien rekuren pasca
radioterapi atau pasca pengangkatan
limfatik
retroperitoneal.
Formula kemoterapi yang sering
dipakai adalah BEP (sisplatin, etoposid,
dan bleomisin), PVB (sisplatin, vinblastin,
dan bleomisin), VIP (VP-16/etoposid,
Prognosis
di kejadian sehari-harinya. Jumlah kasus orkidopeksi di masa kecil. Sebelum tindakan operasi
sebanyak 2 kasus tumor ganas pada testis dilakukan mapping terlebih dahulu
dengan seting di 2 rumah sakit.
Kasus Pertama
Gambar 2. Gambaran klinis massa tumor membesar sepanjang inguinal dextra hingga perut bagian
bawah. A. Tampak dari atas. B. Tampak dari samping
Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis 1
Mochamad Aleq JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-
Gambar 3. Hasil temuan operasi: A. Insisi elips diatas dan sepanjang massa tumor. B. Diseksi
tajam dan tumpul untuk membebaskan tumor dari jaringan sekitarnya. Tampak
pembuluh darah yang robek diligasi (panah) C. Dasar tumor telah menginfiltrasi
fascia dan pembuluh besar dibawahnya (panah). D. Tampak tumor telah dapat
dibebaskan dari dasarnya.
Hasil USG ternyata sesuai dengan tidak bisa terdeteksi dengan pemeriksaan
temuan intraoperatif dimana tumor memang klinis maupun USG. Untuk pemeriksaan
terdiri dari bagian yang solid dan kistik, penanda tumor (tumor marker) tidak
namun setelah tumor diangkat ternyata dilakukan pada kedua pasien tersebut diatas
ditemukan kelenjar getah bening soliter karena pemeriksaan ini tidak sensitif untuk
dibawahnya yang penegakan diagnosis namun untuk
Gambar 4. Gambaran makroskopis massa tumor. Tampak sebagian besar berupa massa solid
dan beberapa diantaranya berupa kistik (panah putih). Tampak bagian tumor yang
mengalami nekrosis (panah hitam).
perlu tambahan terapi karena tumor dapat mongering, namun karena keterbatasan
diangkat secara radikal. Pada follow up dalam 1 biaya maka kemoterapi tidak dilakukan,
bulan pertama baik pada pasien pertama sedangkan pada pasien kedua tidak
maupun kedua tidak ada keluhan yang diperlukan kemoterapi karena tumor
berarti, luka operasi dalam kondisi kering dan masih kecil dan stadiumnya masih stadium
reaksi radang juga sudah mulai berkurang. I. Pada follow bulan ke-6 kedua pasien
Tidak tampak tanda-tanda residif lokal maupun masih dalam kondisi baik terutama pasien
infeksi di bekas tempat operasi. Pasien pertama tidak didapatkan tanda-tanda residif
pertama disarankan untuk menjalani lokal. Untuk pasien pertama disarankan
kemoterapi setelah luka operasi untuk selalu kontrol tiap 6 bulan sekali
guna pemeriksaan fisik lokal dan
laboratorium untuk penanda tumor.
Gambar 5. Hasil temuan operasi: A. Massa tumor setelah kulit diinsisi. B. Pembebasan tumor
dari jaringan sekitarnya. C. Tampak tumor telah bebas disertai spermatic cord
(panah putih).
DAFTAR PUSTAKA
Gospodarowicz, M.K. et al. 2010. et al. 2011. Pure seminoma: A review and update
Prognostic Factors for Relapse in [online], (diunduh 20Wiliam,
Stage I Seminoma Managed with
Aurveillance: A Validation Study
[online], (diunduh 01 Oktober 2012),
tersedia dari: http://
www.asco.org/ASCOv2/Meetings/
Abstracts?&vmview=abst_detail_view&
confID = 74&abstractID=54194.
Brunicardi, J.H, Andersen, D.K, Billiar,
T.R, Dunn, D.L, Hunter, J.G,
Matthews, J.B. 2010. Intussusception
in Schwartz Principles of Surgery. 9th
ed. the McGraw-Hill Companies,
Chapter 39.
Desen, W. 2008. Buku Ajar Onkologis
Klinis Ed 2. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, Bab 17:h 481-87.
De Jong, W, Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Bab 35:h 627-629.
Wales, J,K,H, Wit, J.M, Rogol, A.D. 2003.
Cryptorchidism: Abnormal Genitalia in
Pediatric Endocrinology and Growth.
Edinburgh, London, New York:
Saunders, p173-4.
Purnomo, B.B. 2003. Dasar-dasar Urologi.
Ed 2. Penerbit CV. Sagung Seto
Jakarta, Bab 11: h 181-86.
Williams, M.B. 2012. Testicular Seminoma
[online], (diunduh 15 September
2012), tersedia dari: http://
emedicine. medscape. com/
article/ 437966-overview.
Schmoll, H.J, Jordan, K, Huddart, R,
Laguna, M.P, Horwich, A, Fizazi, K et
al. 2010. Testicular seminoma: ESMO
Clinical Practice Guidelines for
diagnosis, treatment and follow-up
[online], (diunduh 18 September
2012), tersedia dari:
http://annonc.oxfordjournals.org/
content/ 21/suppl_5/v140.full.
Yuranga, W, Dixon, A. 2012. Testicular
Seminoma [online], (diunduh 18
September 2012), tersedia dari: http://
radiopaedia.org/articles/testicular-
seminoma-1.
Boujelbene, N, Cosinschi, A, Boujelbene, N,
Khanfir, K, Bhagwati, S, Herrmann, E
K. 2011. Patient
information: Testicular
cancer (Beyond the Basics)
[online], (diunduh 20
September 2012), tersedia
dari:
http://www.uptodate.com/co
ntents/ testicular-cancer-
beyond-the-basics.
Jimenez, R, Pernick, N. 2012.
Testis and Epididymis:
Germ Cell Tumors
Spermatocytic Seminoma
[online], (diunduh 29
September 2012), tersedia
dari: http://
Paulino, A.C. 2012. Pediatric
Seminoma [online],
(diunduh 29 September
2012), tersedia dari:http://
emedicine. medscape.
com/ article/ 988932-
overview.
www. p a t hologyou t l ines .
com/ t opic/
testisspermseminoma.html.