Anda di halaman 1dari 7

BAB II

I. Pengertian Kesehatan dan Keselatan KERJA (K3)

A. Pengertian K3 menurut Filosofi

Secara filosofi K3 adalah sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin


keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik
jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil,
makmur dan sejahtera (FTUNY, 2014).

B. Pengertian K3 secara Keilmuan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan


sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya
(FTUNY, 2014). Ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang merupakan bagian
dari Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni dalam pengelolaan bahaya
di tempat kerja yang berpotensi menurunkan kesejahteraan dan tingkat kesehatan
pekerja. Pengelolaan bahaya yang dimaksud meliputi antisipasi, pengenalan,
evaluasi dan pengendalian (FKM UI).
C. Pengertian K3 menurut MoM Singapura Ministry of Manpower Singapura
menyebutkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mencakup
persyaratan hukum, sertifikasi dan pendaftaran, pemantauan dan pengawasan,
pelaporan kecelakaan dan kompensasi cedera kerja.
D. Pengertian K3 berdasarkan Kepdirjen Minerba No 185.K Tahun 2019 Menurut
Kepdirjen Minerba, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi pekerja agar selamat dan sehat
melalui upaya pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja,
dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
E. Pengertian K3 menurut ILO Pengertian K3 menurut ILO, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) secara umum didefinisikan sebagai ilmu antisipasi,
pengenalan, evaluasi dan pengendalian bahaya yang timbul di atau dari tempat
kerja yang dapat mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja, dengan
mempertimbangkan kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan masyarakat
sekitar dan lingkungan secara umum.
F. Pengertian K3 berdasarkan PTK 005 SKK Migas Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan (“K3LL”) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi kesehatan, keselamatan tenaga kerja dan lingkungan melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
G. Pengertian K3 berdasarkan SKKNI 2019-038 Pada Kemenaker No. 38 Tahun 2019,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
H. Pengertian K3 menurut Permen PUPR No 10 Tahun 2021 K3 atau Keselamatan
Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung Pekerjaan
Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan
konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan
keselamatan lingkungan.
I. Pengertian K3 menurut Para Ahli Gunawan, F. A, dkk mendefinisikan K3 sebagai
tindakan untuk mengendalikan risiko bahaya operasi/produksi (an action to
control the risk from operational hazard). Dijelaskan bahwa tanpa memahami
makna inti K3 ini, tidak mengherankan jika upaya K3 tidak diperhatikan oleh
petugas operasi (pengawas). Lebih lanjut dijelaskan, bahwa:
1. Tidak mungkin pengendalian risiko bahaya operasi diserahkan kepada petugas
K3, karena risiko operasi muncul akibat kelemahan pengelolaan operasi yang
bukan kewenangan petugas K3. Semua fungsi harus berkontribusi untuk
mengendalikan risiko operasi.
2. Karena yang menjadi korban risiko operasi ini bukan petugas K3, melainkan
operasi dan teknik di lapangan, tanggung jawab utama pengendalian risiko
operasi ada pada manajemen operasi. Fungsi dari petugas K3 hanya
pendukung utama upaya pengendalian risiko operasi.
3. Agar pengendalian risiko operasi berjalan dengan baik, upaya ini harus
dipadukan dalam seluruh sikluss hidup operasi. Diawali saat perancangan,
pengadaan, pembangunan, operasi, hingga pemeliharaan melalui penerapan
sistem manajemen K3.

II. DASAR HUKUM K3

Dasar hukum penerapan keselamatan serta kesehatan kerja – Hukum–hukum


keselamatan serta kesehatan kerja terdahulu ditunjukan untuk melakukan perbaikan
kekeliruan yang dalamnya cenderung pesektif yakni dalamnya cenderung menetapkan
langkah memperbaiki kekeliruan serta batasi cakupan pekejaan. Hukum keselamatan
serta kesehatan keja muncul membuat perlindungan pekerja dari bahaya yang
diakibatkan oleh perubahan tehnologi (Ridley, 2006:2).

Dasar hukum yang berkaitan dengan penerapan skema manajemen


keselamatan serta kesehatan kerja di Indonesia (Syafi’i, 2008:46) antar lainnya :

a) Undang-undang No. 1 tahun 1970 mengenai keselamatan serta kesehatan kerja.


b) Undang-undang No. 23 tahun 1992 mengenai kesehatan.
c) Undang–undang No. 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kejaan.
d) Ketetapan Menteri Tenaga Kerja RI Nomer : Kep-51/Men/1999 Mengenai Nilai
Ujung Batas Aspek Fisika dalam tempat kerja.
e) Ketetapan Menteri Tenaga kerja RI Nomer : Kep-187/Men/1999 Mengenai
Pengendalian Bahan Kimia Beresiko dalam tempat kerja.
f) Ketentuan Pemerintah No. 27 tahun 1999 mengenai Analisa Tentang Efek
Lingkungan.
g) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.05/BW/1997 mengenai Pemakaian Alat
Pelindung Diri.
h) Ketentuan Menteri Tenaga Kerja No : PER. 05/MEN/1996 mengenai Skema
Manajemen Keselamatan serta Kesehatan Keja.
i) Ketetapan Presiden No. 22 tahun 1993 mengenai Penyakit yang Muncul Karena
Jalinan Kerja.
j) Ketetapan Menteri Kesehatan No. 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 mengenai Dasar
Tehnis Analisa Efek Lingkungan.
k) Ketetapan Menteri Kesehatan No. 1217/Menkes/SK/IX/2001 mengenai Dasar
Perlakuan Efek Radiasi.
l) Ketetapan Menteri Kesehatan No. 315/Menkes/SK/III/2003 mengenai Komite
Keselamatan serta Kesehatan Kerja Bidang Kesehatan.

Aspek – Aspek Keselamatan serta Kesehatan Kerja Manajemen keselamtan


serta kesehatan kerja memerlukan standarisasi dalam pengendalian serta
implementasi dari keselamatan serta kesehatan kerja. Lestari serta Triyulianti (2007)
membagi aspek – aspek keselamtan serta kesehatan keja jadi lima aspek. Aspek itu
diantaranya :
1) Pelatihan keselamatan.
2) Publikasi keselamatan.
3) Kontrol lingkungan kerja.
4) Pengawasan serta disiplin.
5) Penambahan kesadaran K3.
Ketentuan menteri tenaga kerja No. PER.05/MEN/1996 mengenai skema
manajemen keselamatan serta kesehatan kerja memberi tanda mengenai aspek –
aspek yang perlu ditaati oleh tiap-tiap perusahaan dalam pengendalian keselamatan
serta kesehatan kerja, diantarana ialah tiap-tiap perusahaan yang memperkerjakan
seratus orang dengan tingkat bahaya jadi harus melakukan manajemen K3, rencana
tempat kerja, prinsip serta kebijaksanaan keselamtan serta kesehatan keja, rencana
identifikasi bahaya, penilaian serta pengendalian kemungkinan, penerapan pelatihan
keselamatan, komunikasi, audit manajemen keselamatan serta kesehatan kerja serta
laporan.
Sesaat dalam UU No. 1 tahun 1970 mengenai keselamtan kerja menuturkan mengenai
prasyarat – prasyarat keselamtan kerja salah satunya ialah menahan serta
mengendalikantimbulnya penyakit karena kerja baik psikologis ataupun fisik, keracunan,
infeksi serta penyebaran, memberikan alat pertolongan diri pada pekerja, menyenggarakan
penyegaran udara yang cukuplah, mendapatkan kecocokan pada tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, langkah serta proses kerjanya. Dalam lingkungan Internasional standard
keselamatan serta kesehatan kerja dipastikan oleh perkumpulan instansi standarisasi
beberapa negara yang terhimpun jadi Occuptional Health and Safety Assesment
Series18001 : 2007 (OHSAS 18001 : 2007). Dalam OHSAS 18001 : 2007 memberi enam
persyaratan manajemen keselamatan serta kesehatan kerja yang harus dikerjakan
perusahaan dengan standard Internasional. Ke enam persyaratan itu diantaranya :
1. Kriteria umum.
2. Kebijaksanaan keselamatan serta kesehatan kerja.
3. Rencana keselamtan serta kesehatan kerja
a. Identifikasi bahaya, penilaian serta penetapan kemungkinan.
b. Hukum serta persyarat lainnya.
c. Program serta tujuan.
4. Aplikasi serta operasional
a. Sumber daya, peranan, tanggung jawab, akuntabilitas serta otoritas.
b. Kompetensi, pelatihan serta kesadaran
c. Dokumentasi.
d. Pengawasan dokumentasi.
e. Pengawasan operasional.
f. Kesiapsiagaan serta responsif darurat.
5. Pengawasan
a. Pemantauan serta pengukuran kapasitas.
b. Pelajari kepatuhan.
c. Penyelidikkan insiden, tindakan koretif serta tindakan penyegahan.
d. Pengawasan catatan.
e. Internal audit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alli, B. O. 2008. Fundamentals Principles of Occupational Health and


Safety. International Labour Office – Geneva: ILO.
2. FKM UI. 2017. https://www.fkm.ui.ac.id/occupational-health-and-safety/?lang=en

3. Gunawan dan Waluyo. 2015. Risk Based Behavioral Safety Membangun.


Kebersamaan Untuk Mewujudkan Keunggulan Operasi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

4. Gunawan, F. A., Lestari, F., Subekti, A., & Somad, I. 2016. Manajemen keselamatan
operasi: membangun keunggulan operasi dalam industri proses. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

5. ILO, 2020. Quick guide on sources and uses of statistics on occupational safety and
health.
6. Kemenaker No. 38 Tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan Pokok
Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis dan Uji Teknis Bidang Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Pada Jabatan Kerja Personil Keselamatan dan Kesehatan Kerja
telah ditetapkan dalam bulan ini.

7. Kepdirjen Minerba Nomor 185.K/37.04/DJB/2019 tentang Petunjuk Teknis


Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan, Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan
Sistem manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara.

8. MoM Singapore. Workplace Safety and Health.

9. Permen PUPR No 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan


Konstruksi

10. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

11. PTK 005 SKK Migas tentang Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan di Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

12. Tim K3 FTUNY, 2014. Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

13. https://spkep-spsi.org/2022/01/18/pengertian-k3-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja-yang-harus-kamu-ketahui/ DIAKSES TGL 12/11/2022
Hematology Analyzer

1. Pengertian.
Hematology merupakan cabang ilmu biologi kesehatan yang
mempelajari seputar darah dan pemeriksaannya. Hematology Analyzer adalah
alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung
dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik
atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan. Alat ini mengukur
sampel berupa darah berupa Whole Blood yang disimpan pada tabung EDTA
kemudian darah diisap oleh selang cuvet setelah itu, Darah dialirkan masuk
kedalam alat untuk melakukan perhitungan sel darah

2. Metode Pengukuran Pada Hematology Analyzer

a. Elektrikal Impedance. Metode yang pertama adalah elektrikal impedance.


Hematology analyzer dengan metode ini bekerja dengan jumlah WBC (sel darah
putih/ leukosit/ White Blood Cell) , RBC (Sel darah merah/ eritrosit/ Red Blood
Cell ) dan bagian platelet (Trombosit).

b. Fotometri. Metode ini digunakan untuk mengukur hemoglobin saja. Sehingga


prinsip kerja yang digunakan adalah berdasarkan prinsip absorbansi cahaya.
Karena menggunakan prinsip absorbansi, maka metode ini tak jauh berbeda
dengan alat spektrofotometer.

c. Flowcytometry. Metode ini sedikit berbeda dengan yang lain. Yang dimana
menggunakan sistem optik dan juga lensa dalam pengoperasiannya.

3. Cara Perawatan Alat Hematology Analyzer


a. Bersihkan body dengan tisu atau kain bersih dan kering
b. Letakkan alat pada bidang datar dan tidak licin
c. Bersihkan sisa reagen atau sampel yang menempel pada tubing alat dengan tisu
d. Cek sambungan kabel ya g menempel pada alat dengan stop kontak
e. Cek keyboard dan pastikan berfungsi dengan baik
f. Cek ketersedian reagensia
g. Cek dan bersihkan sambungan selang atau tubing
h. Jika terjadi kerusakan lapor ke bagian pemeliharaan barang.
i. Lakukan kalibrasi atau uji quality control 1 tahun 2 kali
DAFTAR PUSTAKA

https://andarupm.co.id/mengenal-hematology-analyzer/
https://www.academia.edu/33398208/HEMATOLOGI_ANALYZER

Anda mungkin juga menyukai