Anda di halaman 1dari 14

ANEMIA DEFISIENSI BESI

No. Dokumen SOP/UKP/2023


No. Revisi
SOP Tanggal Terbit 2023
Halaman 2/3

PUSKESMAS dr.Endang Sriwati


RANOMEETO NIP.19760514 200903 2 002
Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi adalah proses dan
1. Pengertian penegakan diagnose dan penanganan dari kasus kekurangan sel
darah merah akibat kekurangan mineral besi.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam mengelola pasien
2. Tujuan
dengan anemia defisiensi besi.

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Ranomeeto

A. Keputusan Mentri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/514/2015


tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama, Hal 52 – 53
4. Referensi
B. Pedoman penyusunan dokumen akreditas fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP), Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Dasar,
tahun 2015.
5. Prosedur / A. Alat dan Bahan:
Langkah – Alat pemeriksaan laboratorium sederhana : darah rutin, urin rutin,
Langkah
feses rutin.
B. Prosedur kerja
a. Hasil anamnesis (subyektif)
 Keluhan
Lemah, lesu, letih, lelah
Pengelihatan berkunang – kunang
Pusing
Telinga berdengung
Penurunan konsentrasi
Sesak nafas
 Factor resiko
Ibu hamil
Remaja putri
Status gizi kurang
Factor ekonomi kurang
Infeksi kronik
Vegetarian
b. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (obyektif)
 Pemeriksaan fisik
Gejala umum
Pucat dapat terlihat pada : konjungtiva, mukosa mulut, telapak
tangan dan jaringan di bawah kuku
Gejala anemia defisiensi besi
Disfagia
Atrofi papil lidah
Stomatitis angularis
Koilonikia
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah : hemoglobin (HB), hematocrit (HT),
leukosit, trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi
(apusan darah tepi), MCV, MCH, MCHC, feses rutin dan urin
rutin.
Pemeriksaan khusus (dilakukan di layanan sekunder).
Serum iron, TIBC, saturasi transferrin dan ferritin serum.
c. Penegakan Diagnostik (assessment)
 Diagnosis Klinis
Anemia adalah suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh
penyakit dasar sehingga penting menentukan penyakit dasar
yang menyebabkan anemia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan hasil pemeriksaan darah dengan kriteria Hb darah
kurang dari kadar Hb normal. Nilai rujukan kadar hemoglobin
normal menurut WHO :
Laki – laki : > 13 g/dl
Perempuan : > 12 g/dl
Perempuan hamil : > 11 g/dl
 Diagnosis banding
Anemia defisiensi vitamin B12
Anemia aplastic
Anemia hemolitik
Anemia pada penyakit kronik
 Komplilkasi
Penyakit jantung anemia
Pada ibu hamil : BBLR dan IUFD
Pada anak : gangguan pertumbuhan dan perkembangan
d. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan anemia harus berdasarkan diagnosis
definitive yang telah ditegakkan. Setelah penegakkan diagnosis
dapat diberikan sulfas ferrosus 3 x 200 mg (200 mg mengandung
66 mg besi elemental).
e. Rencana Tindak Lanjut
Untuk penegakan diagnosis definitive anemia defisiensi besi
memerlukan pemeriksaan laboratorium di layanan sekunder dan
penatalaksanaan selanjutnya dapat dilakukan di layanan primer.
f. Konseling dan Edukasi
Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga tentang
perjalanan penyakit dan tatalaksananya, sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pasien diinformasikan mengenai efek
samping obat berupa mual, muntah, heartburn, konstipasi, diare
serta BAB kehitaman. Bila terdapat efek samping obat maka
segera ke pelayanan kesehatan.
g. Kriteria rujukan
Anemia tanpa gejala dengan kadar Hb < 8 g/dl
Anemia dengan gejala tanpa melihat kadar Hb segera dirujuk.
Anemia berat dengan indikasi transfuse (Hb < 7 g/dl).
Anemia karena penyebab yang tidak termaksud kompetensi dokter
layanan primer, misalnya anemia aplastic, anemia hemolitik dan
anemia megaloblastik. Jika didapatkan kegawatan (missal
perdarahan aktif atau distress pernafasan) pasien segera di rujuk.
h. Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam karena sangat tergantung
pada penyakit yang mendasarinya. Bila penyakit yang
mendasarinya teratasi dengan nutrisi yang baik anemia defisiensi
besi dapat teratasi.
A. Unit Pemeriksaan Kesehatan Umum
6. Unit terkait B. Unit KIA/KB
C. Unit Gawat Darurat

Dokumen Rekam Medis


7.
terkait Blanko Pemeriksaan Laboratorium

Rekaman No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberikan


8.
historis

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI


DAN BALITA DALAM RANGKA
PENURUNAN STUNTING
No. Dokumen SOP/UKP/2023
No. Revisi
SOP Tanggal Terbit 2023
Halaman 2/3

PUSKESMAS dr.Endang Sriwati


RANOMEETO NIP.19760514 200903 2 002
A. Pemantauan pertumbuhan status gizi adalah untuk memberikan
informasi gambaran besaran dan penyebaran masalah gizi
kurang di suatu wilayah.
B. Mini bulanan bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh
pencapaian dan hambatan – hambatan yang dijumpai oleh para
pelaksana program/kegiatan pada bulan atau periode yang lalu
sekaligus pemantauan terhadap pelaksanaan rencana kegiatan
1. Pengertian
puskesmas yang akan datang sehingga dapat dibuat perencanaan
ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada
pengukuran indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang mempunyai nilai Z-
core dibawah – 2 SD dan menjadi buruk apabila berada
dibawah – 3 SD.
A. Untuk mencegah dan menurunkan angka kejadian stunting pada bayi
2. Tujuan dan balita
B. Evaluasi perkembangan status gizi balita

3. SK Kepala UPTD Puskesmas Ranomeeto No…… tentang Pemantauan


Kebijakan
Pertumbuhan Bayi dan Balita dalam Penurunan Stunting

4. Referensi A. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas


B. Kepmenkes RI No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian
ASI Eksklusif pada Bayi Indonesia
C. Kepmenkes RI No. 375/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional
D. Perda Kabupaten Tasikmalaya No. 3 tahun 2017 tentang Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Tasikmalaya No. 36).
5. Prosedur / A. Monitoring
Langkah – 1. Penanggung jawab program / pelayanan merancang system
Langkah
monitoring (target, sasaran, jadwal, instrument dan metode)
2. Penanggungjawab program/pelayanan melakukan pengumpulan
data
3. Penanggung jawab program/pelayanan melakukan tabulasi dan
analisis data (membandingkan temuan atau pencapaian actual
dengan rencana)
4. Penanggungjawab program/pelayanan mengidentifikasi temuan
dalam monitoring apakah ada penyimpangan, bila ada perlu di
identifikasi penyebab masalahnya. Bila tidak ada, hasil temuan di
feedback kan kepada pelaksana program/pelayanan.
5. Penanggungjawab program/pelayanan memberikan feedback
temuan kepada pelaksanan
6. Penanggungjawab program/pelayanan mengidentifikasi penyebab
masalah.
7. Penanggungjawab program/pelayanan menyusun rencana tindak
lanjut perbaikan
8. Pelaksana program/pelayanan melakukan tindak lanjut perbaikan.
9. Penanggungjawab program/pelayanan melakukan monitoring
perbaikan kinerja pelaksana
10. Penanggungjawab program/pelayanan menyusun laporan kegiatan
monitoring
11. Penanggungjawab program/pelayanan mendokumentasikan hasil
kegiatan monitoring
12. Penanggungjawab program/pelayanan melaporkan hasil
monitoring kepada kepala puskesmas
B. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksana menyiapkan laporan kegiatan bulanan
2. Penanggungjawab memeriksa laporan yang disusun oleh pelaksana
3. Penanggungjawab menandatangani laporan kegiatan bulanan
4. Penanggjawab menyampaikan laporan kepada kepala puskesmas
5. Kepala puskesmas mempelajari laporan yang disampaikan oleh
penanggungjawab
6. Jika ada permasalahan atau capaian yang tidak tercapai, kepala
puskesmas memanggil penanggungjawab untuk klarifikasi dan
tindak lanjut
7. Kepala puskesmas menandatangani laporan bulanan untuk dikirim
ke Dinas Kesehatan Kabupaten
C. Lokakarya Mini Bulanan
1. Kepala puskesmas dan penanggungjawab menyiapkan bahan –
bahan lokakarya mini
2. Kepala tata usaha mengundang seluruh karyawan untuk hadir
dalam rapat lokakarya mini bulanan
3. Kepala tata usaha mempersiapkan kegiatan rapat
4. Kepala puskesmas memimpin jalannya lokakarya mini
5. Para penanggungjawab menyampaikan capaian kinerja bulanan
6. Kepala puskesmas memimpin pembahasan
7. Kepala puskesmas membahas rencana tindak lanjut hasil capaian
kinerja
8. Kepala puskesmas menyimpulkan hasil rapat lokakrya mini
bulanan
D. Supervisi
1. Jika ada permasalahan dan/atau kepala puskesmas ingin
mengetahui pelaksanaan kegiatan dilapangan, kepala puskesmas
mempersiapkan supervisi ke lapangan
2. Kepala puskesmas menetapkan tujuan pelaksanaan supervisi
3. Kepala puskesmas mempersiapkan bahan/instrument untuk
supervise
4. Kepala puskesmas melaksanakan supervise ke lapangan
5. Kepala puskesmas bersama yang di supervise membahas hasil –
hasil dan rencana tindak lanjut
6. Kepala psukesmas mencatat hasil supervise
E. Audit Internal
1. Auditor internal menyusun rencana audit tahunan
2. Auditor internal menyusun kerangka acuan kegiatan audit
3. Auditor internal menyusun instrument audit
4. Auditor internal menyampaikan judul audit kepada unit – unit
yang akan di audit
5. Auditor internal melaksanakan kegiatan audit sesuai jadwal yang
di rencanakan
6. Auditor internal membahas hasil temuan audit bersama dengan
auditee
Proses monitoring harus dilaksanakan secara rutin dan dibuat rencana
Hal – hal yang
6. perlu di tindak lanjut perbaikan, agar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
perhatikan rencana
A. Poli MTBS
7. Unit terkait
B. Posyandu
A. Alat ukur antropometri (dacin/timbangan, mikrotoise/alat ukur

Dokumen panjang badan)


8.
terkait B. Alat tulis
C. Aplikasi standar WHO 2005

9. Rekaman
historis No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberikan

INFEKSI TELINGA AKUT


No. Dokumen SOP/UKP/2023
No. Revisi
SOP Tanggal Terbit 2023
Halaman 2/3
PUSKESMAS dr.Endang Sriwati
RANOMEETO NIP.19760514 200903 2 002
Infeksi akut di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani
dan dekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
1. Pengertian
hilang timbul secret mungkin encer atau kental, bening atau
bernanah selama kurang dari 14 hari.
Perawat mampu menangani anak dengan infeksi telinga akut sesuai
2. Tujuan
dengan tatalaksana MTBS
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Ranomeeto No…… tentang
3. Kebijakan Penugasan Pelayanan MTBS di Lingkungan UPTD Puskesmas
Ranomeeto
A. Permenkes No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
B. Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
C. Perda Kabupaten Cirebon No. 3 Tahun 2009 tentang Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita
4. Referensi
D. Buku Pedoman Penerapan MTBS di Puskesmas. Depkes RI Tahun
2009
E. Buku Bagan MTBS Depkes RI Tahun 2009
F. Buku Modul MTBS Jilid 1 – 7 Tahun 2009
5. Prosedur A. Persiapan Bahan dan Alat :
1. Timbangan bayi/anak
2. Pengukur panjang badan/tinggi badan
3. Thermometer
4. Tissue
B. Langkah – langkah prosedur :
1. Perawat melakukan anamnesis terhadap anak melalui orang
tua/keluarga pasien
2. Perawat melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan dan pengukuran suhu tubuh bila ada demam.
3. Perawat mencatat hasil pengukuran pada kartu rekam medik, buku
registrasi dan format MTBS
4. Perawat menggunakan petunjuk pada layanan tindak lanjut jika ini
merupakan kunjungan ulang
5. Perawat melakukan pemeriksaan pada anak, jika ditemukan tanda
– tanda bahaya umum maka segera dirujuk.
6. Perawat melakukan penilaian dan penentuan klasifikasi
7. Perawat memberi tindakan penanganan antibiotik yang sesuai
selama 5 hari
8. Perawat memberikan parasetamol untuk mengatasi nyeri
9. Perawat mengajarkan cara mengeringkan telinga dengan bahan
penyerap
10. Perawat menyarankan ibu melakukan kunjungan ulang setelah 2
hari
11. Perawat melakukan konseling asuha keperawatan anak dirumah
12. Perawat mempersilahkan pasien pulang setelah mendapatkan obat
dan konseling pemberian obat dirumah

6. Unit terkait Unit pelayanan obat, KIA, BP umum, rawat inap

Kartu rekam medik, buku register pasien, buku pencatatan obat, aplikasi
7. Dokumen
ICATT/Formulir MTBS dan e-Puskesmas, laporan bulanan

Rekaman
8. historis yang
harus No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberikan
diperhatikan

MASALAH PEMBERIAN ASI


No. Dokumen SOP/UKP/2023
No. Revisi
SOP Tanggal Terbit 2023
Halaman 2/3

PUSKESMAS dr.Endang Sriwati


RANOMEETO NIP.19760514 200903 2 002
1. Pengertian A. Masalah pemberian ASI adalah suatu keadaan dimana bayi
mengalami kesulitan menyusui/tidak bias menyusu atau ibu
yang kesulitan dalam memberi ASI.
B. Pelayanan terhadap bayi sakit dengan menggunakan metode
manajemen terpadu bayi mudah sakit yang mana dalam
penetapannya petugas diajarkan untuk memperhatikan secara
cepat semua gejala anak sakit, sehingga segera dapat
ditentukan apakah anak dalam keadaan sakit berat dan perlu
rujukan atau penyakit tidak parah dan hanya perlu pengobatan
saja, dan pemberian konseling.
Sebagai acuan langkah – langkah dalam menangani masalah pemberian
2. Tujuan
ASI

3. Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Ranomeeto No…… tentang


Kebijakan
Masalah Pemberian ASI

Buku Manajemen Terpadu Balita Sakit bagi Petugas Kesehatan di Tingkat


4. Referensi
Desa 2001
5. Langkah – A. Petugas memanggil pasien
langkah B. Petugas mengisi alat bukti kegiatan (register, formulir, MTBS).
C. Petugas mencuci tangan
D. Petugas menanyakan ibu mengenai masalah anaknya
E. Petugas menimbang berat badan, mengukur tinggi badan dan
mengukur suhu anak
F. Petugas menanyakan :
1. Apakah inisiasi menyusui dini dilakukan?
2. Apakah bayi bisa menyusu?
3. Apakah ibu kesulitan dalam pemberian ASI?
4. Apakah bayi diberi ASI? Jika ya, berapa kali dalam 24 jam?
5. Apakah bayi diberi makan/minum selain ASI? Jika ya, berapa kali
dalam 24 jam?
Alat apa yang digunakan?
G. Petugas melihat :
1. Tentukan berat badan menurut umur
2. Adakah luka/bercak putih (thrus) di mulut
3. Adakah celah bibir/langit – langit
H. Petugas melakukan penilaian tentang cara menyusui :
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir?
1. Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui
2. Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu saudara jika bayi
sudah mau menyusu lagi
3. Amati pemberian ASI dengan seksama
4. Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi
menyusui lihat apakah bayi menyusui dengan baik?
5. Lihat apakah posisi bayi benar?
Seluruh badan bayi tersanggah dengan baik, kepala dan badan
bayi lurus, badan bayi menghadap kebadan ibu, badan bayi dekat
ke ibu.
6. Lihat, apakah bayi melekat dengan baik?
Dagu bayi menempel ke payudara, mulut terbuka lebar, bibir
bawah membuka keluar, areola tampak lebih banyak di bagian
atas daripada dibawah mulut
7. Lihat dan dengar apakah bayi menghisap dengan efektif?
Bayi menghisap dalam, teratur diselingi istrahat, hanya terdengar
menelan
I. Petugas mengklasifikasikan bayi muda dengan masalah pemberian
ASI
1. Berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah pemberian
ASI
2. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
J. Petugas memberikan penanganan/tindakan/pengobatan sesuai
klasifikasi masalah bayi muda dengan masalah pemberian ASI
1. Berat badan rendan menurut umur dan/atau masalah pemberian
ASI
 Lakukan asuhan dasar bayi muda
 Nasihati ibu untuk menjaga bayinya agar tetap hangat
 Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dengan benar
 Jika mendapat makanan/minuman lain selain ASI, berikan
ASI lebih sering, makanan/minuman lain dikurangi kemudian
hentikan.
 Jika bayi tidak mendapat ASI : rujuk untuk konseling laktasi
dan kemungkinan bayi menyusu lagi
 Jika ada celah bibir/langit – langit, nasihati tentang pemberian
minum
 Konseling bagi ibu/keluarga
 Nasihat kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 2 hari untuk gangguan pemberian ASI dan
thrush
 Kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan menurut
umur.
2. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
 Pujilah ibu karena telah memberikan ASI kepada bayinya
dengan benar
K. Petugas menentukan dilakukan rujukan segera
L. Petugas memberikan tindakan – tindakan pra rujukan
M. Petugas merujuk anak, memberi penjelasan dan membuat surat
rujukan
N. Petugas menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak
memerlukan rujukan segera
O. Petugas memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis obat, jadwal
pemberian dan mengajarkan ibu cara – cara pemberian obat dirumah.
P. Petugas memberikan konseling meliputi :
1. Menjaga bayi agar selalu hangat
2. Memberi ASI saja sesering mungkin
3. Menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi pada bayi kuning
4. Cegah infeksi
5. Imunisasi
6. Mengajari ibu posisi menyusui dan cara bayi melekat pada waktu
menyusu
7. Menyusui secara benar
8. Menasihati ibu untuk menjaga kesehatan dirinya
9. Menasihati ibu kapan harus kunjungan ulang
Q. Mempersilahkan ibu mengambil obat ke loket obat
R. Petugas mencuci tangan
S. Petugas mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan, terapi dan
tindakan.

6. Unit terkait MTBS

7. Dokumen

Rekaman No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberikan


8. historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai