Anda di halaman 1dari 5

1.

Methotrexate 20 mg

Indikasi : untuk kemoterapi kanker payudara, karsinoma sel skuamosa kepala dan leher, limfoma non-
Hodgkin, leukemia limfoblastik akut, dan osteosarkoma. Selain itu, methotrexate dapat mengontrol
gejala psoriasis dan rheumatoid arthritis. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan indikasi dan usia
pasien yang diterapi.

Dosis : Methotrexate diberikan untuk pasien dewasa dengan rheumatoid arthritis parah yang tidak
merespons terapi lini pertama atau tidak bisa menoleransi terapi lini pertama. Obat diberikan dengan
dosis awal 7,5 mg peroral sebanyak 1 kali/minggu atau 2,5 mg/12 jam sebanyak 3 kali/minggu. Dosis
maksimal tiap minggu adalah 20 mg. Titrasi dosis secara bertahap sesuai dengan respons pasien
terhadap terapi. Gunakan dosis efektif terendah dan berikan asam folat untuk mengurangi efek
samping.

Efek samping : Efek samping methotrexate atau metotreksat yang umum terjadi adalah intoleransi
gastrointestinal, seperti mual, muntah, diare, anoreksia, dan stomatitis. Selain itu, rasa pusing, rasa
kantuk, atau depresi bone marrow juga dapat terjadi. Obat ini juga dapat meningkatkan risiko efek
samping serius jika ada interaksi dengan obat lain, seperti efek samping hepatotoksisitas dan
nefrotoksisitas. Kejadian dan tingkat keparahan efek samping methotrexate berhubungan dengan dosis
dan frekuensi pemberian obat. Hal ini disebabkan oleh mekanisme methotrexate sebagai agen
antimetabolit dan antifolat. Efek samping yang sering ditemui adalah; Mual, muntah, sakit perut, nafsu
makan menurun, Mengantuk, pusing, Gusi bengkak dan lunak, Mata merah, Rambut rontok, Penglihatan
kabur.

Kontraindikasi: Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi: Gangguan ginjal atau hati berat.
Supresi sumsum tulang dalam yang sudah ada sebelumnya pada pasien dengan psoriasis (peradangan
kulit) atau artritis reumatoid.

2. Prednisone 10 mg

Indikasi : obat untuk membantu meredakan peradangan pada beberapa kondisi, seperti alergi, penyakit
autoimun, radang sendi, atau dermatitis kontak. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan hanya boleh
dibeli dengan resep dokter. Penyakit yang dapat ditangani dengan prednisone contohnya adalah asma,
rheumatoid arthritis, lupus, kolitis ulseratif, sarkoidosis, uveitis, psoriasis, osteoarthritis, bursitis, atau
penyakit asam urat.

Dosis : Dewasa: 5–10 mg per hari, dikonsumsi sebelum tidur. Dosis dapat dikurangi setiap 2–4 minggu
sesuai dengan respons terapi dan kondisi pasien.

Efek samping : Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan prednison adalah; Mual,
Muntah, Diare, Konstipasi, Keringat berlebih, Jerawat, Sulit tidur, Hilang nafsu makan.
Kontraindikasi: Prednison dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat atau
komponen formulasi. Kontraindikasi pemberian prednison antara lain adanya infeksi jamur sistemik. [5]
Pemberian vaksin hidup atau vaksin hidup yang dilemahkan juga dikontraindikasikan dengan pemberian
dosis prednison imunosupresif.

3. Metformin 1000 mg

Indikasi : obat yang berguna untuk menurunkan kadar glukosa di dalam tubuh. Obat ini digunakan
sebagai terapi awal untuk seseorang yang mengidap diabetes tipe 2. Obat diabetes ini mampu
meningkatkan tingkat efektivitas hormon insulin, menurunkan pembentukan gula darah, serta
mengurangi usus untuk menyerap gula. Hal ini menyebabkan penurunan pada kadar gula di dalam
darah.

Dosis : Pada awalnya, 500 mg 2 kali sehari diminum dengan makan pagi dan malam, atau 850 mg sehari
diminum dengan makan pagi. Dokter dapat meningkatkan dosis jika diperlukan hingga gula darah
terkontrol. Kemudian, dokter mungkin ingin mengonsumsi 500 atau 850 mg 2-3 kali sehari dengan
makanan. Namun, dosisnya tidak lebih dari 2550 mg per hari.

Efek samping : Mual atau muntah, Sakit maag, Diare, Lelah atau lemas, Rasa logam dimulut, Kadar gula
darah rendah

Kontraindikasi: metformin adalah pada pasien dengan asidosis, alergi terhadap komponen sediaan,
ataupun gangguan fungsi ginjal yang berat. Peringatan penggunaan metformin yang masuk dalam black
box warning oleh FDA adalah mengenai risiko asidosis laktat.

4. Enalapril 10 mg

Indikasi : Enalapril adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada kondisi
hipertensi. Enalapril termasuk ke dalam golongan obat ACE inhibitor. Obat ini akan membantu
melemaskan atau merelaksasi otot pembuluh darah. Cara kerja ini akan membantu melebarkan
pembuluh darah, menurunkan tekanan, dan memperlancar aliran darah, sehingga meringankan kerja
jantung.

Dosis: Dewasa: 5 mg, 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan 10–20 mg sekali sehari. Dosis bisa ditingkatkan
sampai 40 mg.

Efek samping : Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi enalapril adalah; Batuk
kering, Pusing atau merasa melayang, Lelah yang tidak biasa, Sembelit atau diare.

Kontraindikasi: enalapril adalah riwayat hipersensitivitas terhadap golongan angiotensin converting


enzyme (ACE) inhibitor.
5. Aspirin 81 mg

Indikasi: Analgesik; meredakan rasa nyeri. Anti-inflamasi; meredakan peradangan. Antipiretik;


menurunkan suhu tubuh saat demam. Antiplatelet: mencegah sel darah (trombosit) menempel pada
dinding pembuluh darah sehingga pembekuan darah dapat dihambat.

Dosis: Orang dewasa umum: 1 tablet per hari. Pasien dengan riwayat serangan jantung: 1–3 tablet per
hari. Pasien dengan riwayat stroke ringan: 1–3 tablet per hari.

Efek samping: Beberapa efek samping umum dan ringan setelah menggunakan asam asetilsalisilat
meliputi: sakit perut, nyeri pada ulu hati, sensasi panas pada ulu hati (heartburn), pusing, dan sakit
kepala ringan. Segera hubungi dokter bila Anda mengalami efek samping serius, seperti: mual dan
muntah, sakit perut parah, telinga berdenging, feses bertekstur lembek, berdarah, atau berwarna hitam,
batuk berdarah atau muntah yang tampak seperti endapan kopi, demam lebih dari tiga hari, dan nyeri
tubuh lebih dari 10 hari.

Kontraindikasi :aspirin atau asam asetilsalisilat adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap
obat ini.

6. Furosemide 40 mg

Indikasi : udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada udem pulmonari akut
dan udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.

Dosis : Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40 mg sehari, tingkatkan
sampai 80 mg sehari pada udem yang resistensi. Anak, 1-3 mg/kg BB sehari, maksimal 40 mg sehari.
Oliguria. Dosis awal 250 mg sehari. Jika diperlukan dosis lebih besar, tingkatkan bertahap dengan 250
mg, dapat diberikan setiap 4-6 jam sampai maksimal dosis tunggal 2 g (jarang digunakan

Efek samping : sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia, hipotensi, peningkatan
kreatinin darah. Umum: hemokonsentrasi, hiponatremia, hipokloremia, hipokalemia, peningkatan
kolesterol darah, peningkatan asam urat darah, gout, enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan
fungsi hati, peningkatan volume urin. Tidak umum: trombositopenia, reaksi alergi pada kulit dan
membran mukus, penurunan toleransi glukosa dan hiperglikemia, gangguan pendengaran, mual,
pruritus, urtikaria, ruam, dermatitis bulosa, eritema multiformis, pemfigoid, dermatitis eksfoliatif,
purpura, fotosensitivitas. Jarang: eosinofilia, leukositopenia, anafilaksis berat dan reaksi anafilaktoid,
parestesia, vakulitis, muntah, diare, nefritis tubulointerstisial, demam. Sangat jarang: anemia hemolitik,
anemia aplastik, agranulositosis, tinnitus, pankreatitis akut, kolestasis intrahepatik, peningkatan
transaminase.

Kontraindikasi: gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik, defisiensi elektrolit, hipovolemia,
hipersensitivitas. Efek Samping: sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia, hipotensi,
peningkatan kreatinin darah.
7. Amlodipine 5 mg

Indikasi: hipertensi, profilaksis angina

Efek Samping: nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit kepala,
pusing, letih; Jarang terjadi, gangguan saluran cerna, mulut kering, gangguan pengecapan, hipotensi,
pingsan, nyeri dada, dispnea, rhinitis, perubahan perasaan, tremor, paraestesia, gangguan kencing,
impoten, ginekomastia, perubahan berat badan, mialgia, gangguan penglihatan, tinitus, pruritus, ruam
kulit (termasuk adanya laporan eritema multiform), alopesia, purpura dan perubahan warna kulit.

Dosis: hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari; maksimal 10 mg sekali sehari.

Kontraindikasi: syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan, menyusui (lampiran
5).

8. Hidroklorotiazid 25 mg

Indikasi: sebagai terapi tambahan untuk mengobati edema yang berhubungan dengan gagal jantung
kongestif, sirosis hati, kortikosteroid, dan terapi estrogen, untuk mengobati edema yang berhubungan
dengan disfungsi ginjal, untuk mengobati hipertensi sebagai agen tunggal atau tambahan.

Dosis: Hydrochlorothiazide sebagai antihipertensi lini pertama dapat digunakan dalam; Dosis 12,5–50
mg/hari, peroral, diberikan sekali sehari.

Efek samping: Efek samping hydrochlorothiazide (HCT) terkait dengan efeknya sebagai diuretik dan
antihipertensi, antara lain dapat menyebabkan hipotensi, sinkop, dan ketidakseimbangan elektrolit.
Hydrochlorothiazide menyebabkan berbagai interaksi dengan obat lain, misalnya meningkatkan efek
toksisitas dari lithium. Hydrochlorothiazide dalam dosis 12,5 mg dilaporkan jarang menimbulkan efek
samping. Penggunaan dengan dosis yang lebih tinggi dapat menimbulkan efek samping di berbagai
organ.

Kontraindikasi: gangguan hati berat, gangguan ginjal berat (kreatinin klirens < 30 mL/menit),
hipokalemia refraktori, hiperkalsemia, hamil dan menyusui

9. Iburpofen 200 mg

Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri
pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis
reumatoid, menurunkan demam pada anak.

Dosis: Dewasa: Dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Osteoartritis, artritis reumatoid: 1200
mg 1800 mg 3 kali sehari. Eksaserbasi akut Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi sudah stabil
selanjutnya dosis dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari. Anak-anak: Anak 1-2 tahun: 50 mg 3-4 kali
sehari. Anak 3-7 tahun: 100-125 mg 3-4 kali sehari.
Efe samping: Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan masing-
masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan kepada
tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: Pusing, sakit kepala,
dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung,
ruam.

Kontra Indikasi: Penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan duodenum) yang berat dan aktif.
Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap Ibuprofen dan obat anti inflamasi non steroid lain.
Penderita sindroma polip hidung, angioedema dan penderita dimana bila menggunakan aspirin atau
obat anti inflamasi non steroid akan timbul gejala asma, rinitis atau urtikaria. Kehamilan tiga bulan
terakhir.

10. Paracetamol 500 mg

Indikasi : Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala, sakit
gigi, nyeri otot, serta menurunkan demam.

Dosis : Dewasa: 1-2 kaplet, 3-4 kali per hari. Penggunaan maximum 8 kaplet per hari. Anak 7-12
tahun : 0.5 - 1 kaplet, 3-4 kali per hari. Penggunaan maximum 4 kaplet per hari.

Efek samping : Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan
kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: - Penggunaan
untuk jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati. - Reaksi
hipersensitifitas/ alergi.

Kontra Indikasi: Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap


Paracetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat.

Anda mungkin juga menyukai