Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“BEDAH PLASTIK DALAM AGAMA


ISLAM BESERTA KONTROVERSINYA
DI INDONESIA”

Dosen Pengampu : Agus Fudholi, M.Pd

Disusun Oleh:

Nila Ameliah

HK 23E

23416274201027
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas izin dan kehendak-
Nya, malakah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “Bedah Plastik dalam
Agama Islam beserta Kontroversinya di Indonesia”. Dengan makalah ini kami harap mampu untuk
memahami materi ini dengan baik. Kami mengerti dalam materi ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai pihak agar bisa
mamperbaiki menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat menambah informasi yang berguna bagi pembacanya,
supaya kelak menjadi pribadi yang teraah dan teratur serta mencapai tujuan yang diinginkan
dengan baik.

Karawang, 03 Oktober 2023

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................................... 2


Daftar Isi .............................................................................................................................................. 3
BAB I.................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 7
2.1 Ketentuan Bedah Plastik di dalam Hukum Islam ......................................................................... 7
2.2 Penerapan Bedah Plastik di dalam Hukum Islam dalam kaitannya pada Kasus ........................... 9
BAB III ............................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN .................................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 14
Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Pada zaman modern seperti saat ini masyarakat akan mementingkan gaya hidup yang semakin
menigkat dengan berbagai gaya dan tren pada masa kini yang banyak diikuti oleh masyarakat
yang mendapati gaya modern, kebutuhan dan aspirasi masyarakat menempati kedudukan
tertinggi dalam seluruh kehidupan dan seiring perkembangan zaman, dunia kecantikan
berkembang cukup pesat. Kesadaran mengenai sebuah penampilan di rasa sangat penting.
Dewasa ini, baik bagi kaum Hawa maupun kaum Adam. Kecantikan memliki arti yang sangat
luas dapat berupa perawatan kulit, perawatan tubuh maupun perawatan wajah.

Perawatan kecantikan merupakan suatu hal yang sangat berperan penting bagi masyarakat
saat ini, dan dari cara yang sederhana sampai dengan cara yang dapat membahayakan pun
mereka lakukan demi memperoleh kecantikan yang sempurna. Di era modern ini
berkembanglah suatu tren kecantikan yaitu dengan operasi plastik.

Operasi plastik merupakan suatu cara untuk merubah penampilan seperti memancungkan
hidung, meniruskan wajah dan lainnya yang dapat menunjang sebuah penampilan. Lalu apa
yang mendasari seseorang melakukan operasilplastik? Pada awalnya operasi plastik hanya
dilakukan hanya untuk kepentingan medis, namun seiring dengan perkembangan jaman
sekarang ini tindakan operasi plastik juga dilakukan untuk kepentingan kosmetik. Alasan
kesehatan, misalnya pada seseorang yang mengalami obesitas dan dia harus menurunkan berat
badannya agar dia dapat hidup lebih sehat atau untuk memperbaiki saluran hidung karena
adanya penyembutan, atau tindakan operasi plastik yang digunakan untuk memperbaiki
struktur wajah yang rusak akibat dari kecelakaan.

Operasi plastik berasal dari dua kata, yakni “Operasi” yang artinya “Pembedahan” dan
“Plastik” yang berasal dari 4 bahasa yaitu, plasein (Bahasa Kunonya), plastiec (Bahasa
Belanda), plasticos (Bahasa Latin), plastics (Bahasa Inggris), yang semuanya itu berarti
“berubah bentuk”, dalam Ilmu Kedokteran dikenal dengan “plastics of surgery”. Pengertian
operasi plastik secara umum adalah berubah bentuk dengan cara pembedahan, sedangkan
pengertian operasi plastik menurut ilmu kedokteran adalah pembedahan jaringan atau organ
yang akan dioperasi dengan memindahkan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke
tempat yang lain sebagai bahan
Operasi plastik adalah operasi khusus yang dilakukan oleh para ahli bedah dengan jalan untuk
memperbaiki organ tubuh yang cacat (tidak normal) agar dapat berfungsi secara normal.
Pelaksanaan operasi plastik dilakukan terhadap orang yang mempunyai organ tubuh yang
yang cacat, tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran yang semakin maju, operasi
plastik juga dilakukan terhadap orang yang organ tubuhnya sempurna (normal) agar kelihatan
lebih menarik.

Pada saat ini, pandangan masyarakat tentang operasi plastik berorientasi hanya pada masalah
kecantikan (estetik), seperti sedot lemak, memancungkan hidung, mengencangkan muka,
meniruskan dagu atau pipi, dan lainusebagainya. Sesungguhnya, ruang lingkup operasi plastik
sangat luas. Tidak hanya masalah estetika, tetapi juga rekonstruksi, seperti pada kasus- kasus
luka bakar, trauma wajah pada kasus kecelakaan, cacat bawaan lahir (congenital), seperti bibir
sumbing, kelainan padakalat kelamin, serta kelainan conginental lainnya. Namun bukan
berarti nilai estetika dankagama tidak diperhatikan.

Menurut perspektif Hukum Islam yakni dalam kaidah fiqih disebutkan, segala sesuatu itu
diperbolehkan sampai ada dalil yang mengharamkan. Hukum yang pokok dari segala sesuatu
adalah boleh, sehingga terdapat dalil yang mengharamkan.

Berdasarkan kaidah ini, maka dibolehkan melakukan sesuatu hal apapun sampai ada dalil atau
petunjuk yang menyatakan keharaman melakukan suatu hal tersebut. Maka dari itu, operasi
plastik haruslah dilihat dari tujuannya. Jika operasi plastik bertujuan untuk mempercantik,
maka para ulama sepakat hal itu dilarang karena dianggap mengubah ciptaan Allah SWT atau
mengubah pemberian Allah SWT. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tiada segan
membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang- orang
yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi
mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang
disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.

Ayat tersebut secara tersirat menyatakan kepada manusia bahwa Allah menciptakan semua
ini tidak ada yang sia-sia. Oleh karena itu apabila ada wanita yang melakukan operasi plastik
karena merasa anggota tubuhnya kurang menarik dengan tujuan kecantikan, maka
sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti bahwa ciptaan Allah itu lebih baik dan
bermanfaat baginya. Padahal dalam pandangan Allah, manusia yang memandang pemberian
Allah itu kurang menarik, sebenarnya pemberian itu memiliki manfaat yang luar biasa.
Seharusnya para wanita mensyukuri segala pemberian Allah dan memberdayakan pemberian
tersebut dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ketentuan bedah plastik di dalam hukum Islam?

2. Bagaimanakah penerapan bedah plastik di dalam hukum Islam dalam kaitannya pada
kasus kontroversi bedah plastic “Ny.P” oleh “Dr.W” di Rumah Sakit Umum Bandung?
1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui ketentuan bedah plastik di dalam hukum Islam

2. Untuk mengetahui penerapan bedah plastik di dalam hukum Islam dalam kaitannya
pada kasus kontroversi tersebut
Bab II

Pembahasan
2.1 Ketentuan Bedah Plastik di dalam Hukum Islam
Islam membolehkan berhias atau mempercantik diri selama tidak berlebih-lebihan atau
sampai menjerumus kepada sikap mengubah ciptaan Allah Swt. Mengubah ciptaan Allah
dipandang sebagai salah satu ajakan setan. Sebagaimana dijelaskan dalam surah An-Nisa
ayat 119 :

‫’م`ن فاقا `د‬ ‫ارّّن ّ `هم فالايّباـ اّت’ ّكن ّمارّّن ّ `هم ل̀خق ّ او `من تيّ ّ ي̀ش اطن و‬ ‫ام اّ’ن‬ ّّ‫وال لض‬
‫اّل دّ `و ان ّل ال‬ ‫اّخ اّذال‬ ‫ّل‬ ‫اذاا انا `ّلا `نعاا اّموا ّ ّلّم فالايّ ايغ’ اّ ّر ن‬ ّّ‫اين‬ ّّ‫ـن‬
ّ ‫ال‬ ‫وا ّل‬
ّ ‫ّ `هم وال‬ ‫ّ `هم‬
‫ّاي‬
‫`خس م اّ̀بي ن‬ ‫خس ار‬
‫اارنّا‬

Artinya : “dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-
angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang
ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.”

Ayat di atas menjadi dasar rujukan utama di dalam menentukan hukum pada masalah
masalah kedokteran masa kini, seperti operasi plastik, penggunaan kawat behel pada gigi,
rebonding, operasi bibir sumbing, operasi kelamin, operasi selaput dara, operasi cesar dan
lainlainnya. Oleh karenanya, sangat baik kita pelajari terlebih dahulu kandungan ayat di atas.
Sebagaimana diterangkan pada ayat tersebut bahwa syetan akan membisikan kepada
manusia agar mereka merubah ciptaan Allah, dan manusia tersebut benar-benar akan
merubahnya. Mengubah ciptaan Allah yang dimaksudkan adalah mengubah ciptaan Allah
yang melekat pada diri manusia, yang dalam hal ini khusus pada fitrah keagamaan dan
keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, mengubah ciptaan Allah juga bisa diartikan memfungsikan makhluk Allah tidak
sesuai dengan fungsi yang sesungguhnya, seperti halnya mempertuhankan binatang.
Pengubahan ciptaan Allah juga diartikan mengebiri, homoseksual dan lesbian, serta praktik-
praktik yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Pada dasarnya tatkala manusia dilahirkan,
Allah telah memberi segala sesuatu yang dibutuhkan seperti mata untuk melihat, hidung
untuk mencium, lidah untuk merasakan, telinga untuk mendengar, dan lain-lain. Walaupun
ada beberapa yang Allah berikan cobaan terhadap dirinya lahir dalam keadaan yang kurang
salah satu anggota tubuhnya. Allah menciptakan semua makhluk ciptaannya termasuk
manusia tidaklah dalam keadaan yang sempurna.

Pengertian tidak sempurna ialah, sebagai contoh seorang lahir dengan hidung yang pesek,
wajah yang kurang cantik dan sebagainya. Dari sekian banyak manusia tersebut, ada
beberapa yang rasa syukurnya kurang, sehingga hidung pesek yang telah Allah berikan ia
rubah agar terlihat mancung. Merubah agar terlihat mancung inilah yang tidak diperbolehkan
dalam Agama Islam.

Dalam hukum islam operasi plastik untuk pengobatan berbeda halnya dengan operasi untuk
kecantikan, sebab seorang yang mengalami cacat akibat luka bakar, kecelakaan, atupun cacat
bawaan dari lahir seperti bibir sumbing merupakan salah satu penyakit yang perlu diobati.
Rasulullah Saw bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah
r.a yang artinya sebagai berikut : “Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan
menurunkan obat penyembuh untuknya.”21

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa segala penyakit yang ada di dunia ini pasti ada
obatnya. Timbul sebuah pertanyaan “Jika seseorang mengalami luka bakar sehingga
menyebabkan wajahnya rusak dan tidak ada jalan lain untuk mengembalikan wajahnya
seperti semula, bolehkah seseorang melakukan operasi plastik dengan bertujuan untuk
mengembalikan bentuk wajahnya seperti semula. Menurut Yusuf al-Qardhawi Islam
membolehkan operasi terhadap bagian tubuh yang mengalami gangguan fungsional, baik
karena bawaan lahir, maupun akibat kecelakaan.

Sedangkan operasi plastik pada bagian tubuh yang tidak mengalami gangguan fungsional,
hanya bentuknya kurang sempurna atau ingin diperindah, seperti hidung yang pesek
kemudian dioperasi sehingga menjadi mancung, hukumnya haram. Penulis sangat setuju
dengan pendapat al-Qardhawi yang membolehkan seorang melakukan operasi karena
mengalami gangguan fungsional, baik karena bawaan lahir, maupun akibat kecelakaan.22
Hal tersebut sesuai dengan kaidah fiqih bahwa kemudaratan harus dihilangkan.

Sebuah cacat, baik cacat bawaan lahir maupun cacat akibat terjadi kecelakaan seperti luka
bakar pada telapak tangan merupakan sebuah kemudaratan. Sebab apabila ia tetap dalam
keadaannya, dikhawatirkan ia akan mengeluh dan merasa tidak nyaman karena telapak
tangan merupakan indra peraba dan salah satu bagian terpenting dalam tubuh. Padahal dalam
Islam seseorang itu wajib menjaga lima hal yakni memelihara agama (hifdzh al-din),
memelihara jiwa (hifzh al-nafs), memelihara akal (hifzh al-„aql), memelihara keturunan
(hifzh al-nasl), dan memelihara harta (hifzh al-maal). Apabila seseorang mempunyai
kemauan dan kesanggupan untuk melakukan operasi agar anggota tubuhnya tersebut dapat
kembali sebagaimana mestinya maka hukumnya adalah wajib. Wajibnya itu sama halnya
dengan kewajiban seseorang untuk melakukan pernikahan apabila ia mempunyai kemauan
dan kemampuan untuk melakukan pernikahan dan dikhawatirkan apabila tidak dilaksanakan
pernikahan tersebut akan tergelincir pada perbuatan zina. Orang yang mengalami cacat,
akibat kecelakaan seperti luka bakar adalah sebuah kemudaratan. Kemudaratan tersebut
tidak dapat dihilangkan kecuali dengan jalan melakukan operasi. Oleh sebab itu operasi
plastik dengan tujuan mengembalikan kondisi fungsi tubuh seseorang sebagaimana asalnya
hukumnya boleh sebagaimana kaidah fikih yang menjelaskan bahwa sebuah kemudaratan
harus dihilangkan.

2.2 Penerapan Bedah Plastik di dalam Hukum Islam dalam kaitannya pada Kasus
Kontroversi Bedah PlastiK “Ny.P” oleh “Dr.W” di Rumah Sakit Umum Bandung
Sesuai teori bahwa salah satu sumber hukum, khususnya secara materiaal dapat diperoleh
dari aspek sosiologis, maka hukum Islam adalah merupakan hukum yang secara sosiologis
dapat menjadi sumber hukum di Indonesia mengingat bahwa dalam kenyataannya fenomena
kehidupan masyarakat Indonesia cukup banyak diwarnai dengan beraneka tindakan dan
perilaku masyarakat yang didasarkan pada ketentuan hukum Islam, terlebih lagi bahwa
dalam kenyataannya masyarakat Indonesia sebagian besar adalah penganut agama Islam.
Berkaitan dengan kasus operasi bedah plastik antara “dr. W” dengan pasien “Ny. P” dalam
penelitian ini, maka pandangan hukum Islam atas perbuatan “Ny. P” menjalani operasi
bedah plastik dapat dikaitkan dengan berbagai aspek ketentuan hukum Islam, khususnya
yang berkaitan dengan pengobatan dan estetika sehubungan dengan hukum merubah fisik
manusia dan tujuan dilakukannya bedah plastik.
Menurut pernyataan “dr. W” di dalam jawaban gugatannya, “Ny. P” ingin memperbaiki
bentuk hidungnya yang rusak akibat kecelakaan lalu lintas yang pernah dialaminya. Akan
tetapi jenis operasi yang dilakukan merupakan operasi pemancungan hidung, bukan bedah
plastic rekontruksi sebagaimana yang sesuai dengan alasan terdahulu “Ny.P” sendiri.
Menurut hukum Islam, selama sesuatu tindakan bedah plastik dilakukan untuk menjalani
proses pengobatan, maka tindakan tersebut dibolehkan. Lain halnya jika tindakan tersebut
dilakukan tanpa ada unsur pengobatan, keadaan darurat, maupun pencapaian manfaat yang
lebih besar dari pada mudharat. Bedah plastik yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
mempercantik diri atau juga disebut dengan bedah plastik estetik, hukumnya adalah haram,
karena telah merubah organ tubuh manusia yang semula normaldengan merubah ciptaan
Allah SWT.

Adapun pertimbangan pandangan hukum Islam mengenai kasus “Ny.P” didasarkan pada
hal-hal berikut ini :
1. Tujuan Pengobatan.
Bedah plastik yang dilakukan untuk kepentingan perawatan dan pengobatan seorang pasien
adalah dibolehkan. Hal ini diperkuat dengan adanya keputusan antara lain berasal dari
Dewan Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah, pada rapat kerjanya yang ke-8
pada tahun 1405 Hijriyah atau 1985 Masehi, menetapkan bahwa menurut syariat,
diperbolehkan mengambil bagian tubuh seseorang untuk ditransplantasikan pada tubuh
yang sama, misalnya mengambil sebagian kulit atau tulang untuk dipindahkan pada
bagian lain dari tubuh yangsama.

Dewan Akademi Fikih Islam OKI, Jeddah, Arab Saudi, pada rapat kerjanya yang ke-4 pada
tahun 1408 Hijriyah atau 1988 Masehi, menetapkan bahwa menurut syariat, diperbolehkan
mentransplantasikan organ dari satu bagian ke bagian lain, dari tubuh yang sama asalkan
dapat dipastikan bahwa keuntungan yang diperoleh dari prosedur ini lebih besar daripada
efek buruk yang akan ditimbulkan. Selain itu ditetapkan pula bahwa prosedur ini boleh
dilaksanakan untuk tujuan mengganti salah satu organ yang hilang, memperbaiki yang rusak,
atau menghilangkan bentuk cacat yang merupakan sumber penderitaan batin maupun sakit
fisik.

“Ny. P” pernah menyatakan kepada “dr. W” bahwa ia pernah mengalami kecelakaan lalu
lintas, sehingga ia ingin memperbaiki bentuk hidungnya. Namun, “dr. W” tidak pernah
menyatakan bahwa tindakan bedah plastik yang dilakukan merupakan suatu rangkaian
proses pengobatan atas fungsi hidung “Ny. P” yang tidak normal. Walaupunbedah plastik
yang dilakukan termasuk ke dalam jenis bedah plastik rekonstruksi dan unsur pengobatan
pada kasus ini terpenuhi tetapi tujuannya yaitu memancungkan hidung, bukan semata-mata
untuk tujuan pengobatan hidung “Ny. P”.
Untuk tercapainya tujuan pengobatan, maka dalam hukum Islam ada aturan yang harus
diikuti, bahwa pengobatan harus dilakukan oleh orang yang ahli atau orang yang mempunyai
keahlian atau ilmu untuk pengobatan tersebut.
2. Alasan Darurat.

Fiqih mempertimbangkan kepentingan umat manusia (mashalih) yang terdiri atas 5 (lima)
hal, yaitu agama (al-din), jiwa (al-naf), keluarga (al-nasl), akal pikiran (al-aql), dan harta
benda (al-mal)66. Dengan kata lain tindakan-tindakan tertentu yang dimotivasi oleh
keterpaksaan (al-dharuhah) dalam rangka melindungi salah satu dari kepentingan ini secara
kondisional dapat dibenarkan.

Yang dikatakan sebagai kepentingan mendesak (al-Mashalahah al-dharuriyyah) dibatasi


oleh prinsip-prinsip umum fiqih sebagai berikut :
- Sesuatu yang dapat membawa kepada hal-hal yang diharamkan, makahukumnya haram;
- Seseorang yang terpaksa harus memilih antara 2 (dua) hal yang buruk, maka ia harus
memilih yang lebih kecil keburukannya untukmencegah keburukan yang lebih besar;
- Sesuatu yang dihalalkan karena alasan tertentu akan menjadi tidakhalal lagi jika alasan
kehalalannya itu tidak ada lagi;
- Menggunakan berbagai pilihan untuk hal-hal yang tidak ada ketentuan(fiqih) tentangnya.
Sesungguhnya yang diartikan dharurat, yaitu urusan yang apabila tidak dikerjakan, maka
akan binasa atau mendekati binasa. Dari Kitab Asybah wan Nazhair disebutkan sebagai
berikut :
“darurat dapat menghalalkan larangan tanpa terkurangi. Pengertian darurat adalah jika sudah
mencapai batas maksimal, yang sekiranya tidak akan makan sesuatu yang dilarang, maka
ia akan mati atau mendekatimati. Dalam hal ini boleh memakan makanan yang haram.”.
Akademi Fikih India, dalam seminar pertamanya tentang fikih di Delhi, Maret 1989,
menetapkan bahwa dibenarkan mengganti satu bagian tubuh seseorang dengan bagian
tubuhnya yang lain atas dasar kebutuhan yang mendesak.
Dalam Kitab Dalilul Falihin Juz 4 halaman 494 dan Kitab Is’ adurrafiq Juz 2 halaman 123
dinyatakan, “adapun jika wanita tersebut melakukannya untuk keperluaan berobat atau
karena cacat atau kerusakan pada gigi, maka hukumnya boleh.”
Di dalam kasus ini tidak dinyatakan bahwa tindakan bedah plastik yang dilakukan atas dasar
keperluan yang sangat mendesak, yang apabila tidak dilakukan akan mengancam nyawa
“Ny. P” sebagai pasien,melainkan ketika datang ke tempat praktek “dr. W”, “Ny. P” pada
saat itu dalam keadaan sehat. Dengan demikian unsur alasan darurat di dalam kasus ini tidak
terpenuhi.
Bab III

Kesimpulan
3.1 Kesimpulan

Bedah plastik yang dilakukan pada kasus ini adalah bedah plastik rekonstruksi yaitu untuk
pengobatan hidung. Kalau tujuannya untuk pengobatan, maka hukumnya wajib, karena
apabila itu tidak ditangani,maka organ tubuh yang sakit tidak bisa kembali pada kondisi
normal. Tetapi, kalau hal tersebut tidak mengganggu kesehatan (tidak menimbulkan rasa
sakit), maka aturannya menurut prinsip hukum Islam adalah boleh (mubah) karena di
dalam bedah plastik demikian hendak dicapai tujuan kemaslahatan hidup dan manfaat yang
lebih besar daripada mudharat. Dalam kasus ini terdapat beberapa hal yang bertentangan
dengan prinsip hukum Islam, yaitu unsur alasan daruratdi dalam kasus ini tidak terpenuhi,
unsur pengobatan pada kasus ini terpenuhi tetapi tujuannya yaitu memancungkan hidung,
bukansemata-mata untuk tujuan pengobatan hidung “Ny. P”, adanya unsur mempercantik
diri yang berlebihan dan merubah ciptaan Allah SWT, sehingga dapat disimpulkan bahwa
bedah plastik yang dilakukan tersebut tidak sesuai menurut prinsip hukum Islam.

Berkaitan dengan bedah plastik, Al-Qur’an dan Al-Hadist tidak mengatur secara khusus.
Akan tetapi di dalam terjemahan dari Surat An-Nisaa ayat (119) dinyatakan bahwa
manusia dilarang untuk merubah ciptaan Allah. Bedah plastik yang dibolehkan dilakukan
menurut prinsip hukum Islam adalah bedah plastik rekonstruksi, dengan catatan tidak ada
pelanggaran terhadap prinsip hukum Islam, yaitu mengenai masalah tujuan pengobatan,
alasan darurat, mempercantik diri dan merubah ciptaan Allah SWT. Dan bedah plastik yang
dilarang dalam hukum Islam adalah bedah plastik estetik karena mengandung pelanggaran-
pelanggaran terhadap hukum Islam seperti yang tersebut di atas
Daftar Pustaka
https://ejournal.uinsatu.ac.id/index.php/ahkam/article/view/5560
https://journal.staiypiqbaubau.ac.id/index.php/Mandub/article/view/378
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/5856/MTY1MzA=/Analisis-mengenai-bedah-
plastik-berdasarkan-aspek-hukum-Islam-studi-kasus-bedah-plastik-abstrak.pdf
http://repository.unpas.ac.id/51106/

Anda mungkin juga menyukai