Anda di halaman 1dari 20

PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN

HADITS
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah“Hukum Perkawinan Di Dunia Islam”
Dosen Pengampu : Fathor Rohman, S.H.I, M.Sy.

Oleh :
Nurul Faiqotul Afifah 212102010070
Naila Madani 212102010071
Muhammad yusuf Syafaat 204102010103

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahi Robbil „Alamin segala puji syukur kita sampaikan
kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya-Nya. Sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu pada mata kuliah
Administrasi Peradilan Agama yang berjudul “Perkawinan dalam Perspektif
Al-Qur’an dan Hadits”.
Kesuksesan pembuatan makalah ini tentunya kita dapatkan karena
dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu kita ucapan terimakasih sedalam-
dalamnya kepada :
1. Bapak Dosen Fathor Rohman S.H.I, M.Sy selaku dosen pengampu
mata kuliah Hukum Perkawinan di Dunia Islam yang telah bersedia
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman dari kelas Hukum Keluarga 4 yang telah memberikan
dukungan dan juga bantuan untuk melengkapi kekurangan dalam
makalah ini.

Di samping itu, disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kita mengharapkan segala bentuk kritikan dan
saran untuk lebih mengembangkan kemampuan menulis kita dan kesuksesan
dari makalah ini. Sekian Terimakasih.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jember, 12 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Ayat Al-Qur‟an Yang Berkaitan Dengan Perkawinan ......................... 3
B. Hadits Nabi Muhammad Tentang Perkawinan .................................... 7
C. Prinsip-prinsip Perkawinan Menurut Al-Qur‟an Dan Hadits............... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16


A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mengatur semua perilaku umatnya,
termasuk dalam hal perkawinan yang berisi aturan mengenai hubungan antara
pria dan wanita dalam satu perjanjian yang suci (akad) misaqan galizan untuk
mejadi pasangan yang sah dan hidup dalam keluarga yang sakinah mawaddah
warahmah. Perkawinan juga merupakan suatu kebutuhan yang mendasar
dalam kehidupan bermasyarakat atau bersosial. Selain itu, perkawinan
bertujuan agar membentuk keluarga yang Bahagia dan memiliki rasa kasih
sayang antar anggota keluarga.1
Perkawinan dalam konsep islam mengandung unsur ibadah. Jadi jika
melakukan perkawinan maka hal itu termasuk dalam melakukan ibadah
kepada Allah dan telah menyempurnakan separuh agamanya. Apabila akad
nikah telah dilangsungkan dan sudah menjadi pernikahan yang sah, maka
masing-masing hak dan kewajiban antara suami dan istri wajib dilakukan.
Baik hak suami kepada istri maupun hak istri kepada suami dan termasuk
didalamnya adab suami kepada istri seperti yang telah dicointohkan oleh
Rasul.2
Beberapa masalah Perkawinan juga dijelaskan lebih detail dalam
Ayat-ayat Al-qur‟an dan juga Hadits Nabi Muhammad Saw. yang merupakan
sumber hukum islam.

ُ ‫ِي َخلَقَ ْاْلَ ْز َوا َج ُكلَّ َها ِم َّما ت ُ ْۢ ْى ِبتُ ْاْلَ ْر‬
‫ض َو ِم ْه ا َ ْوفُس ِِه ْم َو ِم َّما َْل يَ ْعلَ ُم ْى َن‬ ْ ‫س ْب ٰح َه الَّذ‬
ُ
1
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Cet. 3 (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993), hlm 5
2
Thiami dan Sobari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: PT Raja
Grapindo Persada, 2009), hlm.153.

1
Artinya:

“Maha suci Allah yang sudah menciptakan segalanya berpasang-pasangan,


baik dari yang dituymbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka, maupun dari
apa yang tidak mereka ketahui.”

Dan seperti itulah kehendak dari Allah SWT. Dalam semua ciptaan-
Nya dari jenis manusia, tumbuhan maupun hewan. Dengan melalui
perkawinan antar pasangan, semuanya berkembangbiak sehingga
kelangsungan hidup dari masing-masing jenis terjamin berkesinambungan
sampai akhir yang di kehendaki-Nya.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan Perkawinan?
2. Apa saja Hadits Nabi Muhammad tentang Perkawinan?
3. Bagaimana Prinsip-prinsip Perkawinan menurut Al-Qur‟an dan
Hadits?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja Ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan
dengan Perkawinan.
2. Untuk mengetahui apa saja Hadits Nabi Muhammad tentang
Perkawinan.
3. Untuk mengetahui bagaimana Prinsip-prinsip Perkawinan menurut Al-
Qur‟an dan Hadits.

3
Muhammad Bagir, Fiqih Praktis: Panduan Lengkap Muamalah Menurut al-Qur’an, al-
Sunnah, dan Pendapat Para Ulama, (Jakarta: Penerbit Noura, 2016), 11.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan Dengan Perkawinan


Perkawinan merupakan suatu kebutuhan yang dibutuhkan manusia untuk
mengikat hubungan nya menjadi hubungan yang halal, perkawinan juga
menjadi sunnah Nabi jika melaksankan perkawinan tersebut maka akan
mendapat kan pahala, apabila tidak melaksankan perkawinan maka itu di
makruhkan. manusia membutuhkan pasangan untuk kelanjutan kehidupannya.
Perkawinan terdiri dari 2 kata yaitu zawwaja dan nakaha yang di ambil
dari Bahasa Arab. Nakaha memiliki arti menghimpun sedangkan zawwaja
memeliki arti pasangan dan dapat disimpulkan bahwa perkawinan yaitu
menghimpun 2 orang menjadi satu. Allah SWT mempertemukan dua insan
yang awalnya sama-sama hidup sendiri menjadi berjodoh dan berpasang –
pasangan yang saling melengkapi satu sama lain dengan ikatan perkawinan
sehingga membentuk keluarga dan menjadi suami istri untuk mengarungi
hidup rumah tangga.
Dalam ajaran agama islam perkawinan ini menjadi sesuatu yang penting
untuk di terapkan dan diajarkan di dalam kehidupan karena perkawinan
merupkan suatu ikatan yang suci dan sangat sacral. Di dalam Al-quraan
kurang lebih sekitar 80 ayat yang di dalam nya menjelaskan dan membahas
perkawinan. Semua ayat yang terdapat di dalam Al-quraan merupakan suatu
petunjuk dan juga norma yang di berikan kepada manusia agar terciptanya
suatu keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.4

4
Tinuk Dwi Cahyani, hukum perkawinan,(UMM Press,malang, desember 2020) hlm 1.

3
Beberapa contoh ayat Al-quraan yang menjelaskan tentang perkawinan
seperti yang di jelaskan di makalah ini:

1. An-Nisa‟ Ayat 1

‫احدَجٍ َٗ َخ َيقَ ٍِ ْْ َٖا‬ ِ َٗ ‫اض اذَّقُ٘ا َزتَّ ُن ٌُ اىَّرِي َخيَقَ ُن ٌْ ٍِ ِْ َّ ْف ٍط‬ ُ َّْ‫ٌَا أٌَُّ َٖا اى‬
ِٔ ‫عا َءىَُُ٘ ِت‬ َ َ ‫َّللاَ اىَّرِي ذ‬
َّ ‫عا اء ۚ َٗاذَّقُ٘ا‬ َ َِّٗ ‫ٍسا‬ ‫ث ٍِ ْْ ُٖ ََا ِز َج ااًل َمثِ ا‬َّ َ‫شَ ْٗ َج َٖا َٗت‬
‫َّللاَ َماَُ َعيَ ٍْ ُن ٌْ َزقٍِثاا‬ َ ‫َٗ ْاْل َ ْز َح‬
َّ َُّ ِ‫اً ۚ إ‬
Artinya:
“wahai manusia! Bertakwalah kepada tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (hawa) dari (diri)cnya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan pria dan wanita yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasimu.” (QS. An-Nisa: 4/1)

Menurut tafsir jalalain pada lafadz min nafsi wahidah sebagai adam,
dan lafal zaujaha sebagai hawa yang tercipta dari tulang rusuk nabi
Adam. Seorang wanita itu tercipta dari tulang rusuk laki-laki dan tulang
rusuk yang paling bengkok ialah di bagian atasnya. Maka jika ada yang
ingin meluruskannya tulang tersebut akan patah, akan tetapi jika ada yang
bersenang senang dengan itu maka akan ada kesenangan padanya. Dari
ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya seorang laki-laki dan

4
perempuan merupakan suatu penyempurnaan antara keduanya. 5Laki laki
sebagai pelindung bagi seorang wanita dan wanita yang berperan untuk
memajukan keluarga serta mendukung suami dalam hal apapun selama
itu tidak bertentangan dengan agama.

2. An-Nur ayat 32

ّٰ ‫َٗا َ ّۡ ِن ُح٘ا ۡاًلَ ٌَاٍٰ ى ٍِ ْۡ ُن ٌۡ َٗاى‬


‫ص ِي ِح ٍَِۡ ٍِ ِۡ ِع َثا ِد ُم ٌۡ َٗاِ ٍَا ٓ ِٕٮ ُن ٌۡؕ ا ُِۡ ٌَّ ُن ُّۡ٘ ۡ٘ا‬
ٌٍۡ ‫َّللاُ َٗا ِظٌ َع ِي‬
ّٰ َٗ ؕٔ‫ض ِي‬ ّٰ ٌُ ِٖ ِْ‫فُقَ َسآ َء ٌُ ۡغ‬
ۡ َ‫َّللاُ ٍِ ِۡ ف‬
Artinya :
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara
kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah
maha luas (pemberian-Nya), maha mengetahui.” (QS. An-Nur: 24/32)

Pernikahan adalah suatu ibadah yang mulia, dan sudah banyak di


jelaskan di dalam Al-quraan maupun Hadits Nabi Muhammad SAW.
Ayat ini merupakan anjuran agar menikahkan orang-orang yang masih
membujang. Menurut pendapat At-tabari yaitu ayat ini menyerukan
kepada seluruh orang mukmin yang sudah berpasangan untuk segera
menikah secara sah. Jika ada orang yang tidak mampu maka Allah akan
mencukupi dari pernikahannya, mengutip riwayat dari Ali bahwa Allah
SWT. memerintahkan agar orang orang yang merdeka maupun budak-
5
Husni Mubarok (2020) Asal Penciptaan Perempuan Dalam Surat Al-Nisa’ Ayat 1 (Studi
Komparatif Tafsir Feminis Nasaruddin Umar dan Faqihuddin Abdul Kodir). Undergraduate thesis, IAIN
KUDUS. Hal 4.

5
budak untuk menikah dan selain itu Allah juga menjanjikan mereka
kekayaan didalam kehidupan pernikahan mereka. Kurangnya biaya
didalam kehidupan tidak seharusnya menghambat kepada jalan nya dia
untuk menikah. Rezeki itu sudah Allah yang mengaturnya, Allah juga
telah menjamin kekayaan untuk mereka yang pintar dalam memilih jalan
yang suci dan juga terhormat.6

3. Ar-Rum ayat 21

ٌ‫َٗ ٍِ ِْ َءا ٰ ٌَ ِر ِ ٓۦٔ أ َ ُْ َخيَقَ ىَ ُنٌ ِ ٍّ ِْ أَّفُ ِع ُن ٌْ أ َ ْش ٰ َٗ اجا ِىّر َ ْع ُنُْ ٓ٘ ۟ا ِإىَ ٍْ َٖا َٗ َج َع َو َت ٍَْْ ُن‬
َُٗ‫د ِىّقَ ْ٘ ًٍ ٌَرَفَ َّن ُس‬ ٍ ٌَٰ ‫ٍَّ َ٘دَّج ا َٗ َز ْح ََحا ۚ ِإ َُّ فِى ٰذَ ِى َل َه َءا‬
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda (kebesran)-Nya ialah dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung
dan merasa tentram kepadanya, dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 30/21)

Allah menciptakan ibu hawa dari tulang rusuk nabi adam agar
terciptanya rasa kasih sayang di antara keduanya. Sehingga salah satu
rahmad Allah SWT yang diberikan kepada anak adam yaitu terciptanya
pasangan atau istri yang menciptakan rasa cinta serta kasih sayang antara
keduanya yang saling menyukai dan mencintai, sehingga lahirlah
keturunan atau anak antara suami dan istri tersebut melalui perkawinan.

6
Winceh herlina, Muh Muads Hasri, tafsir QS, An-nur ayat 32 tentang anjuran menikah (Al-
Dzikra, volume 14, No. 2, seaember 2020) Hlm 213.

6
Sebagai wanita juga butuh perlindungan dari seorang lelaki dan adanya
nafkah yang diberikan suami kepada istrinya.
Seandainya dahulu Allah hanya menciptakan Bani Adam saja maka
semuanya akan menjadi beberapa jenis bukan dari jenis manusia yang
sama seperti adam, akan tetapi Allah menjadikan nya seperti jin, maka
tidak akan terjadi kerukunan serta kecenderungan pada mereka dan tidak
akan terjadi yang namnya perkawinan. Sehingga yang terjadi hanya
pertentangan dan saling berpaling jika mereka bukan dari kalangan
manusia.7 Maka itulah tanda kebesran Allah yang telah menciptakan
kaum hawa dari tulang rusuk adam.

B. Hadits Nabi Muhammad Tentang Perkawinan


Perkawinan juga dijelaskan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad
Saw. mengenai larangan membujang, anjuran menikah, kriteria Wanita dan
banyak lagi hadits yang membahas terkait perkawinan. Hadits-hadits yang
membahas perkawinan diantaranya:

1. Hadits Ibn Mas‟ud r.a

ِِ ٍَ ‫ب‬ َّ ‫ ٌَا ٍَ ْعش ََس اى‬:‫ظ ْ٘ ُه هللاِ ص‬


ِ ‫ش َثا‬ ُ ‫ قَا َه َز‬:‫َع ِِ ات ِِْ ٍَ ْععُ ْ٘ ٍد قَا َه‬
.ِ‫ص ُِ ِى ْيفَ ْسج‬
َ ‫ص ِس َٗ ا َ ْح‬ َ َ‫َض ِى ْيث‬
ُّ ‫فَ ِأَُّّ اَغ‬، ْ‫ع ٍِ ْْ ُن ٌُ اْى َثا َءج َ فَ ْيٍَر َصَ َّٗج‬ َ َ ‫ا ْظر‬
َ ‫طا‬
.‫ص ْ٘ ًِ فَ ِأَُّّ ىَُٔ ِٗ َجاء‬
َّ ‫َٗ ٍَ ِْ ىَ ٌْ ٌَ ْعر َ ِط ٌْ فَ َعيَ ٍْ ِٔ ِتاى‬

7
Fahmi Ali Bazdawi,SKRIPSI pemahaman suami dan istri terhadap ayat keluarga
sakinah,(Jakarta,2018) hlm 18.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40655/1/AHMAD%20HAKIMUL%20GHU
FRANI%20-%20FUF.pdf

7
Artinya :

“ Dari Ibn Mas‟ud r.a. berkata: Rasullah bersabda: Hai golongan para
pemuda, barangsiapa yang mampu membiayai nikah maka menikahlah,
karena sesungguhnya menikah dapat menundukkan pandangan dan lebih
menjaga alat kelamin, dan barang siapa yang belum mampu menikah
maka berpuasalah, karena sesungguhnya berpuasa dapat menjaga diri dari
perbuatan haram.”

Dalam hadits diatas menjelaskan tentang tujuan menikah dari Ibn


Mas‟ud, bahwa Rasulullah bersabda barangsiapa yang sudah siap dan
layak untuk menikah maka segeralah menikah karena dengan menikah
bisa menundukkan mata dan menjaga alat kelamin. Selain itu tujuan dari
menikah antara lain bisa mendapatkan keturunan, menyempurnakan
separuh agama, menghindari dari perbuatan zina, dapat membanhgun
keluarga yang Sakinah mawaddah warahmah dan tentunya menjalankan
perintah Allah SWT..

2. Hadits Anas Ibn Malik r.a

.‫ ًلَ اَذ َصَ َّٗ ُج‬:ٌْ ُٖ ‫ض‬


ُ ‫ً ص قَا َه َت ْع‬ ِّ ‫ب اىَّْ ِث‬ ْ َ ‫َع ِْ اَّ ٍَط ا َ َُّ َّفَ اسا ٍِ ِْ ا‬
ِ ‫ص َحا‬
،‫ص ْ٘ ًُ َٗ ًلَ ا ُ ْف ِط ُس‬ ُ ‫ َٗ قَا َه تَ ْع‬.ًُ ‫ص ِيّى ًَٗلَ اََّا‬
ُ َ ‫ ا‬:ٌْ ُٖ ‫ض‬ َ ُ ‫ ا‬:ٌْ ُٖ ‫ض‬ُ ‫َٗ قَا َه تَ ْع‬
ُ َ ‫ ى ِنّْى ا‬.‫ ٍَا تَا ُه ا َ ْق َ٘ ٍاً قَاىُ ْ٘ا َمرَا َٗ َمرَا‬:‫ً ص فَقَا َه‬
ًُ ْ٘ ‫ص‬ َّ ِ‫فَثَيَ َغ ذ ِى َل اىَّْث‬
‫ظَّْ ِرى‬
ُ ِْ ‫ة َع‬
َ ‫ فَ ََ ِْ َز ِغ‬،‫عا َء‬ َ ّْ‫ص ِيّى َٗ اََّا ًُ َٗ اَذ َصَ َّٗ ُج اى‬ َ ُ ‫َٗ ا ُ ْف ِط ُس َٗ ا‬
َ ٍَ‫فَي‬
‫ْط ٍِّْى‬

8
Artinya:

“ Dari Anas, ada dari Sebagian sahabat Rasulullah Saw. yang berkata:
“aku tidak akan menikah”. Sebagian lagi berkata, “aku akan salat terus-
menerus dan tidak akan tidur”. Dan Sebagian lagi berkat, ”aku akan
berpuasa terus-menerus” kemuadian sampailah hal tersebut kepada
Rasulullah Saw, maka beliau bersabda: “Bagaimana keadaan kaum itu,
mereka mengatakan hal demikian dan demikian?. Padahal aku berpuasa
dan berbuka, salat dan tidur, dan akupun menikahi Wanita. Maka
barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka bukanlah merupakan
dari golonganku”.

Dari hadits diatas menerangkan banhwa menikah ialah salah satu hal
yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan merupaakan sunnah nya. Jadi,
jika seseorang tidak menikah padahal sudah mampu dan layak untuk
menikah, maka mereka bukanlah dari golongan Rasulullah.

3. Hadits Ahmad

‫َّللاِ ْأَي ملسو هيلع هلل ٌَُ ْ ٍُ ُس ِت ْاىثَا َءجِ َ ٌََٗ ْْ َٖى َع ِِ اىرَّثَر ُّ ِو‬
َّ َ ‫ظ٘ ُه‬
ُ ‫ ( َماَُ َز‬: ‫َٗ َع ُْْٔ قَا َه‬
َ ‫َّ ٍْٖاا‬, ‫ ذ َصَ َّٗ ُج٘ا ا َ ْى َ٘دُٗدَ ا َ ْى َ٘ىُ٘دَ إًِِّّ ٍُ َناثِس تِ ُن ٌُ ا َ ْْل َ ّْثٍَِا َء‬: ‫ٌََٗقُ٘ ُه‬
‫شدٌِداا‬
َ َٗ َ ُ‫ٌَ ْ٘ ًَ ا َ ْى ِق ٍَا ٍَ ِح ) َز َٗآُ أ َ ْح ََد‬
َُ‫ص َّح َح ُٖ ِات ُِْ ِحثَّا‬
Artinya :

“Anas Ibn Malik r.a. berkata: (Rasulullah Saw. memerintahkan kami


untuk berkeluarga dan melarang kami untuk membujang. Dan beliau
bersabda: nikahilah Perempuan yang subur dan penyayang, karena

9
dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi
pada hari kiamat.)”. [H.R Ahmad]

4. Hadits Abu Hurairah r.a

ُ ‫ ( ذ ُ ْْ َن ُح ا َ ْى ََ ْسأَج‬: ‫ً ْأَي ملسو هيلع هلل قَا َه‬ِّ ‫َٗ َع ِْ أ َ ِتً ُٕ َسٌ َْسج َ زضً هللا عْٔ َع ِِ اىَّْ ِث‬
ْ َ‫عثِ َٖا َ َٗ ِى َج ََا ِى َٖا َ َٗ ِىدٌِِْ َٖا َ ف‬
ِ ‫اظفَ ْس تِرَا‬
ِ ‫خ اَى ِد‬
ٌِّ َ ‫ِْل َ ْزتٌٍَ ِى ََا ِى َٖا َ َٗ ِى َح‬
َّ ‫اك ) ٍُرَّفَق َعيَ ٍْ ِٔ ٍَ ٌَ َت ِقٍَّ ِحاَى‬
‫ع ْث َع ِح‬ َ َ‫د ٌَد‬ ْ ‫ذ َ ِس َت‬

Artinya:

“Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi Saw. bersabda: (wanita itu
dapat dinikahi karena empat hal, yaitu hartanya, keturunannya,
kecantikannya dan agamanya. Dapatkanlah Perempuan yang taat pada
agamanya, maka engkau akan Bahagia.)”.

Sekali lagi dalam kedua hadits diatas Rasulullah Saw. sangat


memerintahkan untuk menikah atau berkeluarga dan sangat melarang
untuk membujang atau tidak menikah seumur hidup. Dan dalam sabda
beliau juga menjelaskan Wanita yang dianjurkan untuk dinikai yaitu
Wanita yang subur dan penyayang. Dan Wanita yang dinikahi dilihat dari
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya.

5. Hadits At-Tirmidzi

‫ة اىَّرِي‬
ُ َ ‫ َٗاى َُ َناذ‬،ِ‫َّللا‬ َّ ‫ث َ ََلثَح َح ٌّق َعيَى‬
َ ًِ‫ اى َُ َجا ِٕد ُ ف‬:ٌْ ُٖ ُّْ٘ ‫َّللاِ َع‬
َّ ‫ظثٍِ ِو‬
]‫اف " [ظِْ اىرسٍري‬ َ َ‫ َٗاىَّْا ِم ُح اىَّرٌٍُِ ِسٌدُ اى َعف‬،‫ٌُ ِسٌدُ اْلَدَا َء‬

10
Artinya:

“Terdapat tiga golongan yang berhak mendapat pertolongan dari Allah


SWT.: Mujahid di jalan Allah, mukaatib yang ingin melunasi hutangnya,
dan orang yang menikah untuk terjaga dari maksiat.” [H.R Tirmidzi]

C. Prinsip-prinsip Perkawinan Menurut Al-Qur’an dan Hadits


Dalam dalam perkawinan itu disyariatkan untuk terwujudnya keluarga
yang sakinah mawadah dan warahmah bagi istri maupun suami. Agar
tercapainya suatu tujuan dalam pernikahan yang dikehendaki oleh Al-Quran,
di dalam Islam terdapat prinsip prinsip atau suatu pegangan pada setiap
pasangan agar pasangan tersebut mencapai rasa sakinah mawadah dan
warahmah. Diantaranya prinip-prinsip tersebut:

1. Prinsip kebebasan memilih pasangan

Mencari atau memilih pasangan yang pas dengan kita itu merupakan
suatu hak dasar yang diberikan agama Islam bukan hanya bagi laki laki
tetapi juga bagi perempuan keduanya sama sama mempunyai hak dalam
memilih pasangan hidup. Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa
perempuan itu setara dengan lelaki baik dari segi mental ataupun moral
nya. oleh karena itu agama Islam sangat menegaskan bahwa perempuan
juga mempunyai hak mutlak dalam menolak atau menerima suatu
Pinangan. Dan ini juga terdapat pada sebuah Hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah.

Yang memiliki arti “ telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sarri
berkata, telah menceritakan kepada kami Waqi‟ Dari kahmas Bin Al
Hasan Dari Ibnu Buraidah dari bapaknya iya berkata: ” Ada seorang gadis
datang kepada nabi SAW., Dan berkata, ”Sesungguhnya ayahku

11
menikahkan aku dengan keponakannya dengan tujuan agar
mengangkatnya dari kehinaan.” Buraidah berkata, “ Maka beliau
menyerahkan urusan itu kepada gadis tersebut. Lalu ia berkata,” Aku telah
menerima putusan bapakku, hanya saja aku ingin agar kamu wanita
mengetahui, bahwa keputusan bukan ada pada bapak bapak mereka” (HR.
Ibnu Majah).8

2. Prinsip kesetaraan

Menurut M. Qurais Shihab suami dan istri harus memiliki posisi yang
sama ataupun setara bisa dipandang dari segi di mana dari keduanya tidak
memiliki perbedaan sama sekali oleh karenanya Alqur‟an menegaskan
bahwa “ sebagian kamu dari sebagian yang lain(‫ )تعد مٌ ٍِ تعد‬pada lafadz
ini menjelaskan tentang apa itu Kesetaraan atau kebersamaan.”

Dalam konteks Kesetaraan di suatu pe rkawinan Antara suami dan


juga istri bisa dilihat dengan hak atau kewajibannya yang sama sama
harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh masing masing suami dan istri
tersebut, Sesama pasangan suami istri harus bisa saling men support satu
sama lain, saling menghargai, mengasihi dan juga menyayangi, serta
saling menyempurnakan antara satu dan yang lainnya.

3. Prinsip mu‟asyarah bi al-ma‟ruf


Prinsip yang didasarkan pada al-qur‟an suarah an-nisa‟ ayat 19:

َِّ ُٕ ْ٘ ُ‫ضي‬ ُ ‫ع ۤا َء َم ْس إا ۗ َٗ ًَل ذ َ ْع‬


َ ِّْ ‫ٰ ٌٓاٌَُّ َٖا اىَّ ِرٌَِْ ٰا ٍَُْ ْ٘ا ًَل ٌَ ِح ُّو ىَ ُن ٌْ ا َ ُْ ذ َ ِسث ُ٘ا اى‬
ۚ ‫ش ٍح ٍُّ َثٍَِّْ ٍح‬ ِ َ‫ًِل ا َ ُْ ٌَُّ ْ ِذٍَِْ ِتف‬
َ ‫اح‬ ٓ َّ ‫ض ٍَا ٓ ٰاذ َ ٍْر ُ َُ ْ٘ ُٕ َِّ ا‬ ِ ‫ِىر َ ْر َٕثُ ْ٘ا ِت َث ْع‬

8
Mufiammad bin Yazīd Abu Abdillah, Sunan Ibn Mājah, (Bairūt: Dār al-Fikr, tt), hlm 602.

12
ِ ْٗ ‫َٗ َعا ِش ُس ْٗ ُٕ َِّ ِت ْاى ََ ْع ُس‬
َ ‫ف ۚ فَا ُِْ َم ِس ْٕر ُ َُ ْ٘ ُٕ َِّ فَ َععٰ ٓ ى ا َ ُْ ذ َ ْن َس ُٕ ْ٘ا‬
‫شٍْـًٔا‬
‫َّللاُ فِ ٍْ ِٔ َخٍ اْسا َمثٍِ اْسا‬
ّٰ ‫ٌََّٗ ْجعَ َو‬
Artinya : wahai orang – orang yang beriman! Tidak halal untuk kamu
mewarisi perempuan dengan jalan memaksa dan janganlah kamu
menyusah kan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari
apa yang telah kamu berikan kepdanya, kecuali apabila mereka melakukan
perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara
yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal allah menjadikan
kebaikan yang banyak kepadanya.

Menurut kh. Husein Muhammad di definisikan mu’asyarah bi al-


ma’ruf menjadi Suatu kekeluargaan berteman kekerabatan persahabatan
dan dibangun bersama antara suami dan istri dengan cara yang baik dan
juga sesuai dengan tradisi serta kondisi masyarakat di lingkungan nya,
serta tidak bertentangan dengan hukum ajaran agama Islam.

Dalam konteks ini dijelaskan bahwa sebagai seorang suami yang baik
kita harus mempergauli istrinya secara baik juga begitupun dengan Sang
istri harus mempergauli suaminya dengan cara yang baik pula.

Menurut Syeh Nawawi Pergaulan yang baik yaitu perbuatan atau sikap
serta tutur kata. Sebagai suami diperintahkan untuk memiliki sifat yang
baik lemah lembut serta tidak mudah marah dan selalu menyenangkan
istrinya begitupun sebaliknya sebagai seorang istri harus bersikap baik
kepada suaminya.9

9
Muhammad Nawawi Al-Bantani, Murāh Labīdz, (Beirut: Dār Ma‟rifat al-„Ilmiyyah, Tt), hlm

13
4. prinsip musyawarah

Terdapat di riwayat oleh imam bukhori :

“Telah berkata umar bin khattab, di masa Jahiliyah, Kami tidak pernah
mengikutsertakan wanita dalam suatu urusan, sehingga telah tiba
waktunya Allah SWT., Menentukan kedudukan dan peranan mereka, dia
Umar melanjutkan: tatkala saya sedang memikirkan suatu urusan, tiba tiba
istriku berkata: bagaimana kalau kamu buat seperti ini dan seperti itu?
Lalu kukatakan padanya: mana mungkin kamu tahu? Kamu tidak perlu
ikut campur dan susah susah untuk memikirkan urusanku. Maka dia
berkata kepadaku: sungguh aneh kamu hai Ibnul khattab, kamu tidak mau
bertukar pikiran denganku! Padahal putrimu selalu bertukar pikiran
dengan Rasulullah S AW.“10

Di dalam hubungan rumah tangga terdapat suami istri yang memiliki


pemikiran yang berbeda sehingga tidak jarang keluarga tersebut terdapat
perselisihan antara pasangan tersebut dengan adanya prinsip
bermusyawarah ini pasangan suami istri saat memiliki masalah akan bisa
memiliki keputusan yang baik dan benar serta bermusyawarah di sini
suami istri dapat bertukar pendapat dengan cara yang baik, prinsip
bermusyawarah ini banyak mendapatkan manfaat, adanya musyawarah di
dalam berkeluarga jika terjadi pertengkaran akan sedikit meredam emosi
bagi pasangan tersebut Karena cara penyelesaiannya dilakukan dengan
cara yang baik dan keputusan bersama.

5. Prinsip saling menerima

Prinsip ini di dalam al-Qur‟an memgandung makna adanya


penerimaan/kerelaan antar pihak istri dan pihak suami. Dari pasangan

10
Muhammad bin Ismail Abu „Abdillah alBukhari, Al-Jāmi‟ al-Ṣahīh, hlm 4532.

14
suami istri tersebut masing-masing harus menerima baik dari segi
kekurangan maupun kelebihannya. Jadi dengan prinsip ini diantara
pasangan tidak ada sifat sombong dan tidak ada yang merasa sempurna,
dan dalam prinsip ini juga menimbulkan kesadaran tentang kekurangan
yang kita miliki dapat saling menyempurnakan dengan kelebihan yang
dimiliki pasangan kita. Sebagaiman terdapat didalam surat Al-Baqarah
ayat 187:

Yang Artinya “…..mereka (istri kamu) adalah pakaina bagimu, dan


kamu adalah pakaian bagi mereka…” (QS. A-Baqarah/2:187)

Jadi, jika fungsi dari pakaian sebagai penutup aurat dan kekurangan
jasmani pada diri manusia. sama seperti halnya pasangan, pasangan
merupakan suatu pelengkap dalam kekuranagn masing-masing
pasangan.11

11
M. Qurais Shihab, Pengantin al-Qur‟an, hlm 94

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dalam hal perkawinan sudah banyak diatur dalam ayat-ayat al-
Qur‟an dan juga Hadits Nabi Muhammad Saw. Diantaranya didalam surat
An- Nur ayat 32 menjelaskan untuk anjuran segera menikah bagi orang
yang masih membujang dan jika masih tidak mampu maka Allah akan
mencukupi dalam pernikahannya. Dan salah satu hadits juga menjelaskan,
dari Ibn Mas‟ud r.a bahwasanya apabila seseorang tersebut sudah cukup
layak untuk menikah maka segeralah menikah, karena dengan menikah kita
dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa
yang masih belum mampu menikah, maka puasalah karna puasa dapat
menghindarkan kita dari perbuatan zina.
Dalam perkawinan juga terdapat prinsip-prinsip yang diambil
berdasarkan dari Al-Qur‟an dan hadits, diantaranya:
1. Prinsip kebebasan memilih pasangan
2. Prinsip kesetaraan
3. Prinsip mu‟asyarah bi al-ma‟ruf
4. Prinsip musyawarah
5. Prinsip saling menerima
B. Saran

Di zaman yang sekarang ini masih banyak orang yang menganggap


sepele mengenai masalah pernikahan dan banyak pula yang memutuskan
untuk tidak menikah atau memilih membujang. Maka dari itu ayat-ayat al-
qur‟an dan hadits-hadits Nabi Muhammad diatas mengenai perkawinan
dapat lebih di pahami kepada Masyarakat, bagaimana Rasulullah sendiri
sangatmenganjurkan untuk menikah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fahmi, Bazdawi, Skripsi ( Pemahaman Suami dan Istri Terhadap Ayat Keluarga
Sakinah), Jakarta, 2018, hlm 18.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40655/1/A
HMAD%20HAKIMUL%20GHUFRANI%20-%20FUF.pdf
Bagir, Muhammad, Fiqih Praktis: Panduan Lengkap Muamalah Menurut al-Qur‟an,
al-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama, Jakarta: Penerbit Noura, 2016,
hlm 11.
Dwi, Tinuk, Cahyani, hukum perkawinan, UMM Press,malang, desember 2020 hlm
1.
Herlina, Winceh, Muh Muads Hasri, Tafsir QS. An-Nur Ayat 32 tentang Anjuran
Menikah (Al-Dzikri, volume 14, No. 2, September 2020), hlm 213.
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Cet. 3 Jakarta: Bulan
Bintang, 1993, hlm 5.
Mubarok, Husni, “Asal Penciptaan Perempuan Dalam Surat An-Nisa‟ ayat 1 (Studi
Komperatif Tafsir Feminis Nasaruddin Umar dan Faqihuddin Abdul
Qodir). Undergraduate thesis, IAIN KUDUS, 2020, Hlm 4.
Muhammad bin Yazid Abu abdillah, Sunan Ibn Majjah, Baitur: Dar Al-Fikr, Tt, hlm
602.
Thiami dan Sobari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:
PT Raja Grapindo Persada, 2009, hlm.153.
Undang-Undang Muhammad Nawawi Al-Bantani, Murah Labidz, Beirut: Dar
Ma‟rifat Al-Ilmiyah, Tt, hlm 135.

17

Anda mungkin juga menyukai