Anda di halaman 1dari 12

JAWABAN, EKSEPSI, REKONVENSI

Dr. Lintang Yudhantaka, S.H., M.H.


Jawaban
— Jawaban Tergugat, meliputi :
a. Jawaban dalam bentuk Eksepsi/Tangkisan
b. Jawaban yang langsung mengenai pokok perkara terdiri dari:
1.Jawaban dalam konvensi
2.Gugatan dalam rekonvensi (bersifat tentative)
Eksepsi

— Eksepsi disebut juga tangkisan atau bantahan. Merupakan jawaban


Tergugat menyangkut aspek-aspek formalitas acara, dan tidak langsung
menyangkut substansi/pokok perkara. Eksepsi bukan merupakan suatu
keharusan untuk diajukan oleh Tergugat, melainkan bergantung pada
urgensinya;
— Eksepsi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Eksepsi Prosesuil, karena gugatan tidak memenuhi syarat formil
gugatan
a. Exceptio Incompetency
b. Eksepsi diluar masalah Competency
2. Eksepsi Materiel, didasarkan pada ketentuan hukum perdata
materiel.
Dasar Hukum:
ü Pasal 125 (2), 132, 133 HIR
ü 136 HIR
ü Pasal 1917 BW
1. Eksepsi Prosesuil: Exceptio Incompetency
1. Incompetency Absolut
§ Pasal 136 HIR, diperiksa terlebih dahulu sebelum pokok
perkara
§ Putusan :
ditolak Putusan Sela;
diterima Putusan Akhir
2. Incompetency Relatif
§ Pasal 136 HIR, diajukan pada jawaban pertama bersama
bantahan terhadap pokok perkara;
§ Pengajuan diluar ketentuan ini, dianggap gugur
§ Putusan:
ditolak Putusan Sela
diterima Putusan Akhir
1. Eksepsi Prosesuil:
Eksepsi diluar masalah Incompetency
1. Surat kuasa tidak sah
— Surat kuasa bersifat umum, tidak memenuhi 123 HIR jo SEMA
1/74 jo 6/94, terkait: PN tertentu, identitas para pihak,
ringkasan pokok perkara, tanggal dan ttd para pihak, dibuat oleh
orang yang tidak berwenang
2. Error in persona
— Penggugat tidak berhak/persona standi in judicata
— keliru pihak yang ditarik sebagai tergugat
— orang yang ditarik sebagai tergugat tidak lengkap/exceptio
plirium litis consortium
3. Exceptio obscuur libel
Tidak jelas dasar hukum gugatan, tidak jelas obyek sengketa,
petitum tidak jelas/tidak rinci/kontradiksi posita-petitum
Con’t
4. Exceptio res judicata/ne bis in idem
a. Pasal 1917 BW
— putusan berkekuatan hukum tetap
— Gugatan dengan dasar yang sama dengan putusan yang berkekuatan
hukum tetap
b.Melekatnya ne bis in idem dalam putusan apa yang digugat sudah pernah
diperkarakan sebelumnya;
— Perkara terdahulu telah ada putusan berkekuatan hukum tetap;
— Terhadap putusan tertutup upaya hukum biasa (banding/kasasi);
— Tidak dilakukan upaya hukum
c. Putusan bersifat positif
— Pertimbangan dan diktum putusan menentukan dengan pasti status dan
hubungan hukum mengenai hal dan objek sengketa;
d.Subjek/pihak yang berperkara sama
—Titel umum: ahli waris
—Titel khusus: pembeli, penerima hibah, dsb.
2. Eksepsi Materiel
a. Exceptio Dilatoir/Gugatan Prematur;
b. Exceptio Peremtoir/menyingkirkan gugatan
— Exceptio Temporis/daluarsa
— Exceptio non pecunia nemuratae/sangkalan bahwa uang yang
dijanjikan dibayar kembali, tidak pernah diterima
— Exceptio doli mali/penipuan dalam perjanjian
— Exceptio metus causa/adanya paksaan
— Exceptio non ademplati contarctus/Penggugat belum
memenuhi prestasi
— Exceptio dominii/Penggugat bukan pemilik barang
— Exceptio litis pendentis/sengketa diperiksa dalam perkara lain
— Seluruh eksepsi, kecuali eksepsi kompetensi
baik absolut maupun relatif, diputus bersama-sama
dengan pokok perkara. Adapun eksepsi berkaitan
kompetensi absolut dan/atau kompetensi relatif
diputus terlebih dahulu dalam putusan sela.
— Apabila eksepsi kompetensi dinyatakan ditolak,
maka diputus dalam putusan sela dan pemeriksaan
dilanjutkan kepada pokok perkara; sedangkan
apabila eksepsi kompetensi dikabulkan, maka
diputus dalam putusan sela yang sekaligus sebagai
putusan akhir dan pemeriksaan perkara diakhiri.
Jawaban dalam Pokok Perkara
— Jawaban Tergugat dalam pokok perkara, merupakan tanggapan
Tergugat terhadap dalil dan argumentasi Penggugat yang terurai
dalam Gugatannya; berisi Pengakuan atau Bantahan
— Pengakuan: jawaban yang membenarkan isi gugatan, mengikat
tergugat, tidak dapat ditarik kembali
— Bantahan: pernyataan yang membenarkan isi gugatan; atau tidak
mengakui isi gugatan; bantahan harus disertai alasan-alasannya

— Sebaiknya, Tergugat menanggapi setiap dalil gugatan Penggugat.


Karena berlaku anggapan bahwa dalil yang tidak dibantah secara
tegas, dianggap telah diakui kebenarannya.
Pengajuan Gugatan Balik (Gugatan Rekonvensi/reconventie)
Pasal 132 a dan b HIR
— Pasal 132 a (1) HIR, memberi makna:
1. Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugatan
balasan terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya, dan
2. Diajukan tergugat kepada PN, pada saat berlangsung proses
pemeriksaan gugatan yang diajukan penggugat.
— Diajukan oleh Tergugat semula dalam konvensi, yang kemudian
secara simultan bertindak juga sebagai Penggugat dalam rekonvensi.
Contoh : A Penggugat semula dalam konvensi sekaligus sebagai
Tergugat dalam rekonvensi, sedangkan B Tergugat semula dalam
konvensi sekaligus sebagai Penggugat Dlm Rekonvensi;
— Gugatan rekonvensi diajukan bersama sama dengan diajukannya
jawaban pertama oleh Tergugat. Diajukan ke Majelis Hakim PN
yang memeriksa gugatan semula/konvensi; Tidak berlaku
Kompetensi Relatif;
— Bertujuan untuk hemat biaya dan waktu, menegakkan asas
peradilan sederhana, menghindarkan putusan yang saling
bertentangan;
— Pembuktian dipersingkat dan sederhana, dalam hal konvensi dan
rekonvensi dalam perkara yang erat hubungannya
(innerlijke samenhang);
— Gugatan Konvensi dan Rekonvensi, diperiksa dan diputuskan
dalam 1 putusan, kecuali hakim berpendapat salah satu dapat lebih
cepat diselesaikan, maka hakim dapat memisahkan dengan catatan
masih diperiksa oleh hakim yang sama.
THANK YOU!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai