Anda di halaman 1dari 13

ASESSMEN PSIKOLOGI II : OBSERVASI DAN INTERVIEW

PEDOMAN DALAM WAWANCARA

Dosen Pengampu : Nafeesa, S.Psi., M.Psi

Disusun Oleh :

BUNGA FARAMITA 188600232

CUT HUMAIRA HUSIN 188600273

INGETENTA SEMBIRING 188600253

MELLYA NUR FITRI 188600247

YESI LESTARI TARIGAN 188600243

TOMY HARIYANTO 188600281

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

TAHUN AJARAN 2020


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yangg berjudul “Pedoman Wawancara” tepat waktu.
Makalah “Pedoman Wawancara” disusun guna memenuhi tugas Ibu Nafeesa, S.Psi., M.Psi
pada Asessmen Psikologi II : Observasi Dan Interview di Universotas Medan Area. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang wawancara.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nafeesa, S.Psi., M.Psi
selaku Asessmen Psikologi II : Observasi Dan Interview. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan

Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2

BAB I

PENDAHULUAN................................................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5

C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6

A. Pedoman wawancara...............................................................................................................6

B. Pedoman untuk mencapai tujuan wawancara :....................................................................7

C. Proses – proses yang berhubungan dengan wawancara.......................................................7

D. Tahapan Pedoman Wawancara................................................................................................7

E. Hal - hal yang dilaksanakan dalam wawancara....................................................................9

F. Sumber kekeliruan pelaporan hasil wawancara...................................................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................................................11

Kesimpulan......................................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Wawancara sangat berguna untuk mendapatkan cerita di balik pengalaman partisipan.


Pewawancara dapat mengejar informasi mendalam tentang suatu topik. Wawancara dapat
bermanfaat sebagai tindak lanjut terhadap responden tertentu terhadap kuesioner, misalnya
untuk menyelidiki lebih lanjut tanggapan mereka.

Sebelum mulai merancang pertanyaan dan proses wawancara, jelaskan untuk diri sendiri
masalah atau kebutuhan apa yang harus diatasi dengan menggunakan informasi yang akan
dikumpulkan oleh wawancara

Terdapat bermacam-macam jenis wawancara yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Wawancara informal dengan pendekatan percakapan – tidak ada pertanyaan yang


telah ditentukan, perbincangan dibiarkan terbuka tapi tetap disesuaikan dengan sifat
dan prioritas orang yang diwawancarai; selama wawancara, pewawancara “mengikuti
arus”.
2. Wawancara dengan pendekatan panduan umum – pendekatan panduan ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa bidang informasi umum yang sama
dikumpulkan dari setiap orang yang diwawancarai; ini memberikan lebih banyak
fokus daripada pendekatan percakapan, tetapi masih memungkinkan tingkat
kebebasan dan kemampuan beradaptasi dalam mendapatkan informasi dari yang
diwawancarai.
3. Wawancara standar dan terbuka – di sini, pertanyaan terbuka yang sama ditanyakan
kepada semua orang yang diwawancarai (pertanyaan terbuka adalah di mana
responden bebas memilih bagaimana menjawab pertanyaan, yaitu, mereka tidak
memilih “ya” atau “tidak” atau berikan peringkat numerik, dll.); pendekatan ini
memfasilitasi wawancara yang lebih cepat yang dapat lebih mudah dianalisis dan
dibandingkan.
4. Wawancara tertutup dengan respons tetap – di mana semua yang diwawancarai
ditanyai pertanyaan yang sama dan diminta untuk memilih jawaban dari sekumpulan
alternatif yang sama. Format ini bermanfaat bagi mereka yang tidak berlatih dalam
wawancara.

Sedangkan berdasarkan jenis topik yang dapat ditanyakan dalam wawancara, Patton
mencatat enam jenis pertanyaan. Orang dapat bertanya tentang:

1. Perilaku – tentang apa yang telah atau sedang dilakukan seseorang


2. Opini/nilai-tentang apa yang dipikirkan seseorang tentang suatu topik
3. Perasaan- perhatikan bahwa responden terkadang merespons dengan “Saya pikir …”
jadi berhati-hatilah untuk mencatat bahwa Anda mencari perasaan
4. Pengetahuan- untuk mendapatkan fakta tentang suatu topic
5. Sensori- tentang apa yang orang lihat, sentuh, dengar, cicipi atau cium
6. Latar belakang / demografi – pertanyaan latar belakang standar, seperti usia,
pendidikan, dll.

Adapun definisi wawancara menurut para ahli, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Robert Kahn dan Channel, Wawancara ialah pola khusus dari interaksi dimulai secara
lisan untuk tujuan tertentu, dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik, dengan
proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.
2. Koentjaraningrat, Wawancara dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan untuk
tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan
responden, untuk berkomunikasi tatap muka.
3. Denzig, Wawancara dipandu dan rekaman pembicaraan atau tatap muka percakapan
di mana seseorang mendapat informasi dari orang lain.
4. Sutrisno Hadi ( 1989:192), Wawancara ialah proses pembekalan verbal, di mana dua
orang atau lebih untuk menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang
lain dan mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung
alatpemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi (laten) atau
manifest.
5. Lexy J Moleong (1991:135), Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan
tertentu. Dalam metode ini peneliti dan responden berhadapanlangsung (tatap muka)
untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkandata tujuan yang dapat
menjelaskan masalah penelitian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pedoman wawancara?


2. Apa saja tahapan pedoman wawancara?
3. Apa saja hal-hal yang dilaksanakan dalam wawancara?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pengertian pedoman wawancara


2. Mendeskripsikan pedoman untuk mencapai tujuan wawancara
3. Mendeskripsikan proses-proses yang berhubungan dengan wawancara
4. Mendeskrpsikan tahapan pedoman wawancara
5. Mendeskripsikan hal-hal yang dilaksanakan dalam wawancara
6. Mendeskripsikan sumber hasil kekeliruan pelaporan hasil wawancara
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pedoman wawancara

Sebelum melakukan wawancara, kita memerlukan panduan wawancara yang dapat


digunakan untuk membantu mengarahkan pembicaraan ke topik penelitian dan rumusan
masalah. Panduan wawancara bervariasi dari yang ditulis dengan sangat rinci hingga relatif
longgar, tetapi itu semua pada dasarnya adalah untuk membantu mengetahui apa yang harus
ditanyakan, dalam urutan seperti apa, bagaimana mengajukan pertanyaan, dan bagaimana
mengajukan tindak lanjut. Ini memberikan panduan tentang apa yang harus dilakukan atau
dikatakan selanjutnya, setelah orang yang wawancarai menjawab pertanyaan terakhir.

Kesan pertama yaitu dari penampilan pewawancara, yang pertama diucapkan dan
dilakukan pewawancara sangatlah penting untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak
responden. Berdasarkan pengalaman Michigan Survey Research Center, diketahui bahwa
responden lebih mengingat pewawancara dari cara dia melakukan wawancara daripada isi
wawancara.

B. Pedoman untuk mencapai tujuan wawancara :

1. Berpakaian sederhana, rapi, tanpa perhiasan.

2. Sikap rendah hati.

3. Sikap hormat kepada responden.

4. Ramah dalam sikap dan ucapan (tetapi efisien, jangan terlalu banyak basa basi) dan
disertai dengan wajah yang cerah.

5. Sikap yang penuh perngertian terhadap responden dan netral.

6. Bersikap seolah – olah tiap responden yang kita hadapi selalu ramah dan menarik.

7. Sanggup menjadi pendengar yang baik.


C. Proses – proses yang berhubungan dengan wawancara

Proses – proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mengatur


suasana, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal – hal
ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi dan panduan – panduan yang relevan.

D. Tahapan Pedoman Wawancara

Berikut ini tahapan dalam melakukan wawancara:

1. Persiapan untuk Wawancara


Dalam tahapan persiapan untuk memberikan wawancara, dianatarnya adalah sebagai
berikut :
 Pilih pengaturan dengan sedikit gangguan. Hindari lampu terlalu terang atau suara
terlalu keras, pastikan orang yang diwawancarai nyaman (mungkin bisa bertanya
kepada mereka), dan lain-lain. Seringkali, mereka mungkin merasa lebih nyaman di
tempat kerja atau rumah mereka sendiri.
 Jelaskan tujuan wawancara.
 Perhatikan persyaratan kerahasiaan. Perhatikan ketentuan kerahasiaan apa pun.
Jelaskan siapa yang akan mendapatkan akses ke jawaban mereka dan bagaimana
jawaban mereka akan dianalisis. Jika komentar mereka digunakan sebagai kutipan,
dapatkan izin tertulis dari mereka untuk melakukannya.
 Jelaskan format wawancara. Jelaskan jenis wawancara yang dilakukan dan jika ingin
mereka mengajukan pertanyaan, tentukan apakah mereka akan melakukannya sesuai
keinginan mereka atau tunggu sampai akhir wawancara.
 Tunjukkan berapa lama biasanya wawancara berlangsung.
 Beri tahu mereka cara menghubungi jika ingin melakukannya.
 Tanyakan kepada mereka apakah mereka memiliki pertanyaan sebelum dimulainya
wawancara.
 Jangan mengandalkan ingatan untuk mengingat jawaban mereka. Minta izin untuk
merekam wawancara atau bawalah seseorang untuk membuat catatan.
2. Melakukan Wawancara
Untuk tapan pada proses melakukan wawancara, antara lain terdiri atas beragam hal.
Dinataranya :
Þ Kadang-kadang verifikasi melalui perekaman dengan tape recorder (jika digunakan)
dapat berfungsi.
Þ Ajukan satu pertanyaan sekaligus.
Þ Berusahalah untuk senetral mungkin. Artinya, jangan menunjukkan reaksi emosional
yang kuat terhadap respons mereka. Patton menyarankan untuk bertindak seolah-olah
“Anda sudah mendengar semuanya sebelumnya.
Þ Dorong respons dengan anggukan kepala sesekali.
Þ Hati-hati dengan penampilan saat mencatat. Artinya, jika kita melompat untuk
membuat catatan, itu mungkin tampak seolah-olah kita terkejut atau sangat senang
dengan jawaban, yang dapat memengaruhi jawaban untuk pertanyaan di masa depan.
Þ Menyediakan transisi antara topik utama, mis., “Kami telah membicarakan (beberapa
topik) dan sekarang saya ingin beralih ke (topik lain).”
Þ Jangan kehilangan kendali atas wawancara. Hal ini dapat terjadi ketika responden
menyimpang ke topik lain, membutuhkan waktu lama untuk menjawab pertanyaan
sehingga waktu mulai habis, atau bahkan mulai mengajukan pertanyaan kepada
pewawancara.

3. Setelah Wawancara
Sedangkan setelah terjadi proses wawancara, seharusnya melakukan beragam hal.
Antara lain adalah sebagai berikut;
 Pastikan apakah tape recorder, jika digunakan, berfungsi sepanjang wawancara.
 Buat catatan apa pun pada catatan tertulis, misalnya, untuk mengklarifikasi goresan
apa pun, memastikan halaman diberi nomor, mengisi semua catatan yang tidak masuk
akal, dan lain-lain.
 Tuliskan pengamatan yang dilakukan selama wawancara. Misalnya, di mana
wawancara itu terjadi dan kapan, apakah responden sangat gugup setiap saat? Apakah
ada kejutan selama wawancara? Apakah tape recorder rusak?
E. Hal - hal yang dilaksanakan dalam wawancara

1. Memperkenalkan diri dan menyebutkan tujuan wawancara.


2. Menyebutkan nama narasumber dengan benar.
3. Bersikap sopan terhadap narasumber.
4. Pertanyaan harus sesuai dengan tema.
5. Hindari pertanyaan yang berbelitdan membingungkan.
6. Jadilah pendengar yang baik saat wawancara.
7. Jangan berdebat dengan narasumber.

F. Sumber kekeliruan pelaporan hasil wawancara

Perolehan data dengan memanfaatkan manusia, memiliki beberapa kelemahan sehingga


hasil pengukuran yang diperoleh mengandung kekeliruan. Pada konteks wawancara ada
beberapa hal yang menjadi sumber kekeliruan pengukurannya, baik dari pewawancara
maupun dari orang yang diwawancarai, yaitu:
1) Ingatan.
2) Hal yang seharusnya dilaporkan dilewatkan saja dan tidak dilaporkan.
3) Melebih-lebihkan atau telah meramu jawabannya.
4) Mengganti hal yang tidak dapat diingat.
5) Tidak mampu mereproduksi kejadian menurut waktu atau hubungan antarfakta
seperti apa adanya.

Apabila responden menjawab ”tidak tahu”, maka pewawancara perlu berhati-hati.


Sebaiknya pewawancara tidak lekas-lekas meninggalkan pertanyaan itu dan pindah ke
pertanyaan lain. Jawaban ”tidak tahu” perlu mendapat perhatian, sebab jawaban itu dapat
mengandung bermacam-macam arti, diantaranya:

 Responden tidak begitu mengerti pertanyaan pewawancara, sehingga untuk


menghindari menjawab ”tidak mengerti” maka menjawab ”tidak tahu”.
 Responden sebenarnya sedang berpikir, tapi karena merasa kurang tentram kalau
membiarkan pewawancara menunggu lama, maka dia menjawab ”tidak tahu”.
 Sering karena responden tidak ingin diketahui pikiran yang sesungguhnya karena
dianggap terlalu pribadi, maka dia menjawab ”tidak tahu”.
Dapat juga terjadi karena responden ragu ragu atau takut mengutarakan pendapatnya
responden memang benar-benar tidak tahu. Tentu saja itu mencerminkan jawaban
sebenarnya. Namun, adalah tugas pewawancara untuk mengamati responden dengan cermat.
Benarkah responden tidak tahu, atau adakah hal-hal lain di balik pikirannya. Dapat pula
pewawancara mengulang pertanyaan sekali lagi atau menambah pertanyaan agar lebih yakin
akan jawaban responden.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah diketahui diatas, dapat disimpulkan bahwa wawancara
sangat berguna untuk mendapatkan cerita di balik pengalaman partisipan. Pewawancara dapat
mengejar informasi mendalam tentang suatu topik. Wawancara dapat bermanfaat sebagai
tindak lanjut terhadap responden tertentu terhadap kuesioner, misaslnya untuk menyelidiki
lebih lanjut tanggapan mereka. Selain itu ada beberapa pedoman yang harus pewawancara
lakukan ketika ingin melakukan wawancara yaitu berpakaian sederhana, rapi, tanpa
perhiasan, sikap rendah hati, sikap hormat kepada responden, ramah dalam sikap dan ucapan
(tetapi efisien, jangan terlalu banyak basa basi) dan disertai dengan wajah yang cerah, sikap
yang penuh perngertian terhadap responden dan netral, bersikap seolah – olah tiap responden
yang kita hadapi selalu ramah dan menarik, sanggup menjadi pendengar yang baik

Saran

Sebelum Anda mulai merancang pertanyaan dan proses wawancara, jelaskan untuk diri
sendiri masalah atau kebutuhan apa yang harus diatasi dengan menggunakan informasi yang
akan dikumpulkan oleh wawancara. Ini membantu Anda tetap fokus pada maksud dari setiap
pertanyaan.
Daftar Pustaka.

Hartono, dan Boy Soedarmadji. 2015. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana,


Https://books.google.co.id , https://penelitianilmiah.com/pedoman-wawancara.

Anda mungkin juga menyukai