Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEJARAH KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA,


EJAAN YANG DISEMPURNAKAN, KALIMAT EFEKTIF

Dosen Pengampu:

Harmin, S.Pd.,M.Pd

OLEH:

NOVA TRIYANI RAHMA

A1R123082

PROGRAM STUI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu.Bahasa


tersebut digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa
pergaulan, di hampir seluruh wilayah Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis dengan menggunakan
bahasa Melayu.Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada tanggal 28
Oktober 1928 yang bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Peresmian
nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia
dijadikan sebagai alat perjuangan oleh kaum nasionalis yang sekaligus
bertindak sebagai perencana bahasa untuk mencapai negara Indonesia yang
merdekadan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa sebelum
peristiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah ada. Fakta sejarah
menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan kebangsaan yang
menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada mereka telah ada
suatu konsep tentang bahasa Indonesia. Alasan yang kuat sehingga bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa kebangsaan adalah (1) bahasa Indonesia
sudah merupakan lingua franca,yakni bahasa perhubungan antaretnis di
Indonesia, (2) walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak penutur
bahasa Jawa, Sunda, atau bahasa Madura, bahasa Melayu memiliki daerah
penyebaran yang sangat luas danyang melampaui batas-batas wilayah bahasa
lain, (3) Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara
lain sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing lagi, (4) Bahasa
Melayu mempunyai sistem yangsederhana sehingga relatif mudah
dipelajari, (5) faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan dan keinsafan dari
penutur bahasa Jawa dan Sunda, sertapenutur bahasa-bahasa lain, untuk
menerima bahasa Melayu sebagai bahasapersatuan, (6) bahasa Melayu
memiliki sesanggupan untuk dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia


2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia?
3. Bagaimana fungsi bahasa Indonesia?
4. Apa itu ejaan yang disempurnakan?
5. Apa itu kalimat efektif?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia


2. Untuk mengetahui kedudukan bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui fungsi bahasa Indonnesia
4. Untuk mengetahui ejaan yang disempurnakan
5. Untuk mengetahui pengertian kalimat efektif
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia” yang diampuh oleh Bapak Harmin, S.Pd.,
M.Pd. Jenis tugas yang diberikan adalah penyusunan makalah tentang “Sejarah,
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, Kalimat
Efektif”.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dan bantuan dalam penyusunan tugas ini sehingga penyusunan
makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini saya menemui banyak hambatan. Saya menyadari
bahwa karya tulis yang tersusun ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
bermanfaat, demi kesempurnaan makalah ini saya memohon ampun dan rahmat-Nya
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 31 Oktober 2023

Nova Triyani Rahma


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia ...............................................................................3

2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia............................................................................

2.3 Fungsi Bahasa Indonesia.......................................................................................

2.4 Ejaan Yang Disempurnakan...........................................................................

2.5 Kalimat Efektif................................…………........………...............................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan identitas sebuah bangsa yang dipakai untuk berkomunikasi


dengan bangsa lainnya. Tiap-tiap bangsa memiliki bahasa yang berlainan dengan fitur
dan sejarah yang unik. Demikian halnya dengan bahasa Indonesia yang mempunyai
akar dari bahasa Melayu. Sejarah bahasa Indonesia sendiri tak terlepas dari bahasa
Melayu. Bahasa Indonesia menunjukkan sifat yang sangat dinamis, sehingga
menciptakan kata-kata baru melalui adopsi dan asimilasi dari bahasa daerah dan
bahasa asing. Di antara bahasa asing yang masuk, bahasa Inggris menjadi salah satu
yang penting karena menjadi bahasa internasional untuk berkomunikasi antarbangsa.

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan oleh rakyat Indonesia
dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa ini berasal dari bahasa Melayu yang sudah
ada sejak abad ke-7 di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Melayu menjadi bahasa
penghubung antara berbagai suku, pulau, pedagang, dan kerajaan di Nusantara.
Bahasa Melayu juga dipengaruhi oleh agama Budha dan Islam yang masuk ke
wilayah ini. Berikut ini adalah sejarah singkat lahirnya dan perkembangannya bahasa
Indonesia:
- Pada zaman Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-13), bahasa Melayu dipakai sebagai
bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik dengan pedagang yang datang dari luar Nusantara maupun antar
kerajaan di Nusantara.

- Pada zaman kerajaan Islam (abad ke-13 hingga ke-16), bahasa Melayu menyebar ke
pelosok Nusantara bersama dengan penyebaran agama Islam. Bahasa Melayu juga
mengalami perkembangan dan pertumbuhan dari segi kosakata, tata bahasa, dan
sastra. Beberapa karya sastra yang menggunakan bahasa Melayu pada masa ini
adalah Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin,
dan Bustanussalatin.

- Pada zaman kolonial Belanda (abad ke-17 hingga ke-20), bahasa Melayu mendapat
pengakuan sebagai bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda dalam sidang
Dewan Rakyat yang dibentuk pada tahun 1918. Bahasa Melayu juga menjadi alat
perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda. Salah
satu contohnya adalah surat-surat Bung Karno yang ditulis dalam bahasa Melayu.

- Pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda II di Jakarta, para pemuda
dari berbagai daerah di Indonesia mengikrarkan Sumpah Pemuda yang menyatakan
bahwa mereka bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu
bahasa Indonesia. Sejak saat itu, bahasa Melayu resmi disebut sebagai bahasa
Indonesia dan menjadi bahasa persatuan atau bahasa nasional.

- Pada tanggal 18 Agustus 1945, ketika Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, bahasa Indonesia dinyatakan
sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu syarat untuk
menjadi warga negara Indonesia.
- Pada tahun 1954, dalam Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, disepakati bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dan tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara.

Hingga saat ini, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan dan pembaruan
dari segi kosakata, tata bahasa, ejaan, dan penggunaan. Bahasa Indonesia juga terus
menyerap kata-kata dari berbagai sumber, baik dari bahasa daerah maupun dari
bahasa asing. Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu bahasa resmi yang digunakan
dalam organisasi internasional seperti ASEAN.

2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia

Sesuai ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, Bahasa Indonesia,


diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45, BabXv, Pasal
36, Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai Bahasa Negara. Hal ini berarti bahwa
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relati bahasa sebagai sistem
lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya.Kedudukan bahasa
Indonesia dibagi menjadi :

1. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional

Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di


Jakarta pada 25-28 Februari 1975, antara lain, menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Dalam fungsinya sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
'memancarkan' nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga
dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya.
Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus
memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh, Kita harus
bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Dalam fungsinya sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
merupakan 'lambang' bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia
akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangat, dan watak kita sebagai
bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus
menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tecermin di dalamnya.
Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa
Indonesia yang sebenarnya.
Dengan fungsi sebagai alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang
berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, memungkinkan
masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan
berbeda- beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-
cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia
merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan
tidak merasa lagi 'dijajah' oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya
kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan
nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-
masing Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah
sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah
bahasa Indonesia.
Dengan fungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya antardaerah, bahasa
Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang
berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah
kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara
kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak
mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi
semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk
segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada
warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat berarti
akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita
meningkat berarti tujuan pembangunanya akan cepat tercapai.

2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indones berfungsi


sebagai:

a. Bahasa resmi negara,


b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
c. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi.

Dalam fungsinya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia digunakan sebagai


bahasa pengantar dalam komunikasi resmi. Pidato Presiden di hadapan raykat
Indonesia dalam bahasa Indonesia adalah perwujudan kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Komunikasi resmi di sekolah dan
perguruan tinggi dalam bahasa Indonesia adalah perwujudan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar resmi. Penggunaan bahasa Indonesia
dalam Rapat Anggota DPR adalah perwujudan fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar perhubungan tingkat nasional; sedangkan
penggunaan bahasa Indonesia dalam buku-buku di sekolah adalah perwujudan
fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.

2.3 Fungsi Bahasa Indonesia

A. Fungsi Bahasa Secara Umum


1. Sebagai bahasa national
Bahasa Indonesia memiliki fungsi utama, yakni sebagai bahasa
nasional. Sebagai bahasa nasional momen yang tak boleh kita lupakan
adalah sumpah pemuda. Dari peristiwa itulah akhirnya muncul
kesadaraan berbahasa yang satu bahasa Indonesia‖.

2. Sebagai alat komunikasi


Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai
mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu
verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan
menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan
berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media
berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu
lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.


Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan
memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang
dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada
saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar
pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.

4. Sebagai alat kontrol Sosial.


Kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai
alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.

B. Fungsi Bahasa Indonesia Secara Khusus


1. Alat untuk menjalankan administrasi negara
Bahasa Indonesia digunakan dalam surat-surat resmi
kenegaraan dan kegiatan administrasi negara lainnya

2. Alat pemersatu berbagai suku bangsa


Bahasa Indonesia berperan sebagai bahasa persatuan yang
dapat menyatukan perbedaan bahasa dan kebudayaan masyarakat
Indonesia

3. Alat komunikasi antar budaya daerah


Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara
suku bangsa dan daerah yang berbeda-beda

4. Bahasa pengantar pendidikan


Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi
2.4 Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan dalam penulisan kata kata/kalimat


dalam Bahasa Indonesia yang termuat dalam Surat Keputusan Presiden
no. 57 tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
adalah pedoman resmi ejaan bahasa Indonesia yang dapat dipergunakan
oleh instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan
bahasa Indonesia secara baik dan benar. EYD diperkenalkan pada tahun
1972 dan telah mengalami beberapa perubahan hingga edisi kelima yang
berlaku saat ini. Berikut adalah beberapa hal yang diatur dalam EYD:
Ejaan yang disempurnakan atau lebih sering disingkat menjadi EYD
adalah aturan dasar ejaan dalam bahasa Indonesia yang hingga sampai saat
ini masih digunakan. Sebelum menggunakan EYD, bangsa kita sempat
menggunakan yang namanya ejaan Suwandi

Nah, sejak diberlakukannya EYD ada beberapa penulisan huruf dalam


ejaan Suwandi kemudian diubah seperti berikut ini:
- 'j' menjadi 'y'
- 'dj' menjadi 'j'
- 'nj' menjadi 'ny'
- 'ch' menjadi 'kh'
- 'tj' menjadi 'c'
- 'sj' menjadi 'sy'

PENULISAN EJAAN DAN CONTOHNYA


Dilansir dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
yang ditulis oleh Kemendikbud RI, terdapat beberapa aturan dalam
penulisan ejaan yang benar.
A. Huruf Abjad
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 26 huruf abjad yaitu: A, B, C, D, E, F,
G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, dan Z.

B. Huruf Vokal
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 5 huruf vokal yang diantaranya adalah:
a, i, u, e, o.

C. Huruf Konsonan
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 21 huruf konsonan diantaranya: b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat huruf diftong yang
dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi. Contoh
penggunaan pada kata: santai, amboi, pulau, dan survei.

E. Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan. Contoh penggunaannya seperti pada
kata: khusus, akhir, ngarai, siang, banyak, nyata, syarat, dan musyawarah.

F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama di awal kalimat. Contoh:
Aku sedang menulis surat.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam unsur nama orang
termasuk julukan. Contoh: Kartika Dewi, Kim Jennie, Doja Cat. Huruf
kapital tidak digunakan untuk menuliskan suatu satuan ukuran/nama jenis.
Contoh: 5 ampere, 10 kilogram, ikan mujair, ikan paus. Huruf kapital
tidak digunakan untuk menuliskan kata yang memiliki arti 'anak dari',
seperti bin dan binti. Contoh: Kaeya Al-Barikh bin Toyyib.

3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.


Contoh: Ibu berkata, "Kapan kamu pulang?", "Cepatlah kembali ya, nak!"
ucapnya.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Tuhan, Kristen, Islam, Yesus.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar


kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang atau sebagai
sapaan. Contoh: Sultan Hasanuddin, Haji Abdurrahman Wahid.

F. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring. Contoh: Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat
dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab. Contoh: BAB I Pendahuluan
2.5 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis atau pembicara, serta dapat
dipahami dengan mudah oleh pembaca atau pendengar .Beberapa
pengertian lain dari kalimat efektif adalah kalimat yang membawa
pengaruh, terutama berupa kemudahan, bagi pembaca atau pendengar
untuk memahami informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan.
Kalimat efektif juga dapat disebut sebagai kalimat yang singkat, padat,
jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Ciri- ciri
kalimat efektif yaitu:

1. Ciri Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara


pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan
kalimat ini diperhatikan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat memiliki beberapa
ciri, seperti tercantum di jelas di bawah ini:

a. Mempunyai subjek dan predikat dengan predikat suatu kalimat


dapat dilakukan dengan menghadirkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek. Contoh

 Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus


membayar uang kuliah ( salah)
 Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah.( benar)
b. Tidak terpadat subjek ganda. Contoh:
 Pelaksanaan kegiatan itu saya dibantu oleh dosen-dosen.
(Salah)
 Dalam pelaksanaan kegiatan itu, saya dibantu oleh para
dosen. (Benar)
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama. (Salah)
 Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak
dapat mengikuti acara pertama. (Benar)
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh :
 Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (Salah)
 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (Benar)

2. Ciri Keparaleran

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina bentuk kedua dan seterusnya juga harus
menggunakan bentuk nomina. Contoh :
 Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
(Salah)
 Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara
bertahap. (Benar)
3. Ciri Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu


perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat
ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
ketegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat,yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal


kalimat). Contoh :
 Harapan Presiden, rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah : Presiden mengharapkan. Jadi, penekanan kalimat
dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
b. Membuat urutan kata yang logis.
Contoh :
 Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, ia
telah membantu anak-anak terlantar. (Salah)
 Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah ia
telah membantu anak-anak terlantar. (Benar)
c. Melakukan pengulangan kata. Contoh :
 Saya suka akan kecantikan mereka, ya suka akan kelembutan
mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh :
 Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh :
 Saudaralah yang bertanggung jawab.

4. Ciri Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah


hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Ada beberapa criteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Menghilangkan subjek ganda. Contoh :
 Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
(Salah)
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Benar)
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata.
Misalnya, kata merah sudah mencakup kata warna. Contoh :
 Iamemakai baju warna merah. (Salah)
 Ia memakai baju merah. (Benar)
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam suatu kalimat. Contoh :
 Dia hanya membawa badannya saja. (Salah)
 Dia hanya membawa badannya. (Benar)
d. Dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak. Misalnya :
 Para tamu-tamu. (Salah)
 Para tamu. (Benar)

5. Ciri Kecermatan

Kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan
kata. Misalnya :
 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri. (Salah)
 Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri. (Benar)

6. Ciri Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah. Misalnya :
 Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkannya.
(Salah)
 Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
(Benar)

7. Ciri Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat


diterima oleh akal dan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Misalnya :
 Kepada Bapak Menteri waktu dan tempat kami persilahkan.
(Salah)
 Bapak Menteri kami persilahkan. (Benar)
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Anda mungkin juga menyukai