Anda di halaman 1dari 2

Bogor, 08 Februari 2023

Tema : Tafsir Al – Qur’an Surah Abasa (Surah Ke 80) Ayat 1 – 11

Penceramah : Ustadz Abu Ihsan Al Atsary, Lc., M.A

َ‫س‬
َ َ ‫عب‬
َ
‘Abasa: Dia Berwajah Masam

١ ٰٓ‫سٰٓ َوت ََولَّى‬


َ ‫ع َب‬
َ
1. Dia (Nabi Muhammad) berwajah masam dan berpaling
٢ ٰٓ‫أَن َجا َءهٰٓ أ َ ْع َمى‬
2. Karena telah datang seorang buta kepadanya,
٣ ٰٓ‫يكٰٓ لَ َعلَّ ۥهٰٓ َي َّز َّكى‬
َ ‫َو َما يد ِْر‬
3. Tahukah kamu (Nabi Muhammad) boleh jadi dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa)

ِ ‫أ َ ْوٰٓ َيذَّ َّك ٰٓر فَت َنفَ َع ٰٓه‬


ٰٓ ‫ٱلذ ْك َر‬
٤‫ى‬
4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran sehingga pengajaran itu bermanfaat baginya?

٥ ٰٓ‫أ َ َّما َم ِنٰٓ ٱ ْست َ ْغنَى‬


5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (para pembesar Quraisy)
٦ ‫َّى‬
ٰٓ ‫صد‬ َ َ ‫فَأ‬
َ َ ‫نتٰٓ لَهٰٓۥ ت‬
6. Maka kamu melayaninya.
ٰٓ َّ َ ‫علَي َْكٰٓ أ‬
٧ ٰٓ‫ّل يَ َّز َّكى‬ َ ‫َو َما‬
7. Padahal, tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).
ٰٓ ‫َوأ َ َّما َمن َجا َء َكٰٓ يَ ْس َع‬
٨‫ى‬
8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan
pengajaran),
٩ ٰٓ‫َوه َوٰٓ يَ ْخشَى‬
9. Sedangkan dia takut (kepada Allah),
١٠ ٰٓ‫ع ْنهٰٓ تَلَ َّهى‬ َ َ ‫فَأ‬
َ ٰٓ‫نت‬
10. Maka kamu (Nabi Muhammad) mengabaikannya.
١١ ٰٓ‫ّل ِإنَّ َها ت َ ْذ ِك َرة‬
ٰٓ َّ ‫َك‬
11. Sekali-kali jangan (begitu)! Sesungguhnya (ajaran Allah) itu merupakan peringatan.

Sebab Turunnya Surah Abasa

Allah Subhanallahu Wata'ala menurunkan ayat ini untuk menegur Nabi shalallahu
'alaihiwassallam. Seluruh ahli tafsir sepakat bahwasanya sebab turunnya ayat ini adalah
kisah tentang Abdullah bin Ummi Maktum radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat yang buta
ketika datang menemui Nabi shalallahu 'alaihiwassallam.

Pada saat itu Nabi shalallahu 'alaihiwassallam sedang berdakwah kepada orang-orang kafir
dan para pembesar Quraish. Datang berbagai macam riwayat tentang nama-nama para
pembesar Quraisy tersebut. Sebagian riwayat menyebutkan mereka adalah ‘Utbah bin
Robi’ah, Abu Jahl bin Hisyaam, dan al-‘Abbas bin ‘Abdil Muthholib. Sebagian riwayat
menyatakan Nabi sedang mendakwahi Umayyah bin Kholaf.

Tiba-tiba datanglah Abdullah bin Ummi Maktum yang buta dan memotong pembicaraan
Nabi shalallahu 'alaihiwassallam, dia berkata, “Ya Rasulullah, berikanlah petunjuk
kepadaku.” Ini yang membuat Nabi shalallahu 'alaihiwassallam bermuka masam karena
sedang konsentrasi berdakwah tetapi tiba-tiba dipotong oleh Abdullah bin Ummi Maktum.
Akhirnya Allah Subhanallahu Wata'ala menegur Nabi shalallahu 'alaihiwassallam yang
bermuka masam dan berpaling dari Abdullah bin Ummi Maktum lalu sibuk mendakwahi
Ubay bin Khalaf, seorang saudagar kaya raya.

Nabi shalallahu 'alaihiwassallam berharap kalangan pembesar Quraisy akan memberikan


respon baik atas ajakan dan dakwah beliau melalui para pemuka kaum itu, sehingga semakin
bertambah kalangan yang akan memeluk agama Islam.

Kesimpulan :

1. Teguran kepada Nabi SAW karena berpaling dan tidak memerhatikan ‘Abdullah bin
Ummi Maktum, sehingga hati orang-orang fakir (miskin) merasakan sakit. Padahal
orang mukmin yang fakir lebih baik dari pada mukmin yang kaya.
2. Dalam ayat tersebut mempunyai hikmah bahwa kekhawatiran Nabi terhadap tokoh-
tokoh Quraisy tidak masuk Islam menjadi sebab beliau ditegur dan turunnya ayat
tersebut. Dan ‘Abdullah bin Ummi Maktum menginginkan supaya Nabi
mengajarkannya. Dua pristiwa tersebut memiliki dua diskursus yaitu ‘khawatiran’ dan
‘sesuatu yang lebih penting’. Adanya teguran tersebut mengindikasikan bahwa hal
yang penting harus didahulukan dari pada kekhawatiran.
3. Abdullah Ummi Maktum merupakan orang yang awam tentang ilmu maka ia bertanya
kepada Nabi, sedangkan Nabi pada saat itu sibuk mengislamkan tokoh-tokoh Quraisy,
dan berharap mereka masuk Islam. Karena yakin ketika pembesar Quraisy masuk
Islam akan memengaruhi kepada yang lain.
4. Ayat ini sebagai dalil wajib adanya persamaan dalam Islam, baik orang tersebut
mempunyai kekurangan atau dalam hal menyampaikan dakwah, bukan
memprioritaskan keadaan sosial, yang kaya atau fakir.
Bahkan ketika orang tersebut meminta petunjuk dan mempunyai hati bersih,
walaupun status sosialnya rendah, maka bagi para pendakwah diwajibkan
memprioritaskan orang tersebut. Karena pada hakikatnya Islam memberikan perhatian
lebih kepada mereka yang lemah.
5. Merupakan sebuah bukti bahwa Al Qur’an bukan buatan Nabi Muhammad SAW dan
serta bukti bahwa Nabi Muhammad memiliki sifat Amanah.
6. Jangan berpaling dari orang yang meminta pengajaran, karena ada orang yang
dikaruniakan oleh Allah ilmu yang banyak dan ada juga yang Allah karuniakan ilmu
yang sedikit. Sehingga yang mempunyai ilmu yang banyak dapat memberikan ilmunya
kepada yang sedikit.
7. Membuktikan bahwa meskipun Rasulullah memiliki sifat Maksum bukan berarti tidak
pernah salah, dan saat melakukan kesalahan ketika Allah menegurnya maka Nabi
menerimanya meskipun itu pahit serta Nabi mengakui kesalahannya karena sifat
tersebut menunjukan sifat seorang kesatria.
8. Sebagai seorang muslim mempunyai kewajiban untuk saling mengingatkan dan
mengajak dalam ketaatan, tidak perlu mengkhawatirkan akan hasilnya. Karena Allah
menilai usaha yang kita lakukan, bukan dari hasil yang didapatkan. Dan hidayah itu
mutlak milik Allah, siapa saja yang mau Allah berikan hidayah dan siapa saja yang
Allah tidak mau berikan hidayah. Tugas kita hanya menyampaikan dan mengajak
kepada kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai