Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IBADAH , AKHLAK, DAN MUAMALAH


“ HAJI “
Dosen Pengampuh:
Nurhadi, S.Ag, M.A

Disusun oleh:
Ela Puspita Sari (1721130016)
Fefti Puji Lestari (1721130015)
Tris Diana Setia Karti (1721130008)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
Hakikat haji
Ali imran :97

‫ِفيِه َء اَٰي ٌۢت َبِّيَٰن ٌۭت َّم َقاُم ِإْبَٰر ِهيَم ۖ َو َم ن َد َخ َل ۥُه َك اَن َء اِم ًۭن اۗ َو ِهَّلِل َع َلى ٱلَّناِس ِح ُّج ٱْلَبْيِت َمِن ٱْسَتَطا َع‬
‫ِإَلْيِه َس ِبياًۭل ۚ َو َم ن َكَفَر َفِإ َّن ٱَهَّلل َغ ِنٌّى َع ِن ٱْلَٰع َلِم يَن‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
(QS. Ali Imran: 97).

Al-Baqarah ayat 196 – 197

‫َتْح ِلُقوا ُر ُء وَس ُك ْم َح َّتٰى َيْبُلَغ‬ ‫َفَم ا اْس َتْيَسَر ِم َن اْلَهْد ِي ۖ َو اَل‬ ‫َو َأِتُّم وا اْلَح َّج َو اْلُع ْمَر َة ِهَّلِلۚ َفِإْن ُأْح ِص ْر ُتْم‬
ۚ ‫ِص َياٍم َأْو َص َد َقٍة َأْو ُنُس ٍك‬ ‫ِبِه َأًذ ى ِم ْن َر ْأِس ِه َفِفْد َيٌة ِم ْن‬ ‫اْلَهْد ُي َم ِح َّلُهۚ َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َم ِر يًضا َأْو‬
‫َفِإَذ ا َأِم ْنُتْم َفَم ْن َتَم َّتَع ِباْلُع ْمَرِة ِإَلى اْلَح ِّج َفَم ا اْس َتْيَسَر ِم َن اْلَهْد ِي ۚ َفَم ْن َلْم َيِج ْد َفِص َياُم َثاَل َثِة َأَّياٍم ِفي‬
ۚ ‫اْلَح ِّج َو َس ْبَعٍة ِإَذ ا َر َج ْع ُتْم ۗ ِتْلَك َع َش َر ٌة َك اِم َلٌةۗ َٰذ ِلَك ِلَم ْن َلْم َيُك ْن َأْهُلُه َح اِض ِر ي اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم‬
‫َو اَّتُقوا َهَّللا َو اْع َلُم وا َأَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang
oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) kurban yang mudah didapat, dan jangan
kamu mencukur kepalamu sebelum kurban sampai ke tempat penyembelihannya. Jika ada di
antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur), maka wajiblah
atasnya berfidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu telah
(merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam
bulan Haji), (wajiblah dia menyembelih) kurban yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak
menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam
masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari)
yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang
keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk
kota Mekkah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketauhilah bahwa Allah sangat keras
siksa-Nya.” (QS. Al-Baqarah:196)
‫اْلَح ُّج َأْش ُهٌر َم ْع ُلوَم اٌت َفَم ْن َفَرَض ِفيِهَّن اْلَح َّج َفال َر َفَث َو ال ُفُسوَق َو ال ِج َداَل ِفي اْلَح ِّج َو َم ا َتْفَع ُلوا ِم ْن َخْيٍر َيْع َلْم ُه ُهَّللا َو َتَزَّوُدوا‬
‫َفِإَّن َخْيَر الَّز اِد الَّتـْقَو ى َو اَّتُقوِن َيا ُأوِلي األْلَبـاِب‬
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al Baqarah:197).

Al-Hajj : 27

‫َو َأِّذ ْن ِفي الَّنـاِس ِباْلَح ِّج َيْأُتوَك ِر َج ااًل َو َع َلى ُك ِّل َض اِم ٍر َيْأِتيَن ِم ْن ُك ِّل َفٍّج َع ِم يـٍق‬
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj : 27)

“Dari ibnu abbas bahwa nabi shallallahu’alaihi wasallam pernah bertemu dengan suatu
khafilah di rauha’. Lalu beliau bertanya: “siapa rombongan ini?” mereka berkata “ siapa
engkau? Beliau menjawab: “rasulullah.” Kemudian seorang perempuan mengangkat anak
kecil seraya bertanya:” apakah yang ini boleh berhaji?” beliau bersabda: “ia boleh, dan
untukmu pahala.” (HR.muslim)

Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata : adalah al-Fadl ibnu abbas Radliyallahu’anhu duduk
dibelakang Rasulullah saw, lalu seorang perempuan dari Kats’am datang. Kemudian mereka
saling pandang. Lalu Nabi Sallallahu’alaihi wasallam memalingkan muka al-Fadl ini ke arah
lain. Perempuan itu kemudian berkata : wahai Rasulullah, sesungguhnya haji yang
diwajibkan Allah swt atas Hamba-Nya itu turun ketika ayahku sudah tua bangka, tidak
mampu duduk diatas kendaraan.bolehkah aku berhaji untuknya? Beliau menjawab: “iya
boleh.” Ini terjadi pada waktu haji wada’. Muttafaq Alaihi dan lafaznya menurut Bukhari.

Dari Ibnu Abbas radliyallahu’anhu bahwa ada seorang perempuan dari juhaina datang kepada
Nabi saw, lalu berkata: sesungguhnya ibuku telah bernazar untuk menunaikan haji, dia belum
berhaji lalu meninggal, apakah aku harus berhaji untuknya? Beliau bersabda: “ iya, berhajilah
untuknya.bagaimana pendapatmu seandainya ibumu menanggung hutang, tidakkah engkau
yang membayarnya? Bayarlah pada Allah swt karena Allah swt lebih berhak untuk ditepati.”
(HR. Bukhari)
Dari beberapa ayat al-quran dan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa haji
merupakan salah satu ibadah yang wajib dikerjakan bila sudah mampu dengan tujuan untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) dan tempat-tempat di Arab Saudi untuk
melaksanakan amalan ibadah(tawaf, wukuf, sa’i, mazbit, melempar jumrah,mabit).

Alasan haji
Karena haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib untuk dikerjakan bila
mampu dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.
Seperti pada hadits dibawah ini:
“islam dibangun atas lima perkara; bersaksi tiada Tuhan selain Allah swt dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah swt, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa di bulan
Ramadan, dan melakukan haji ke baitullah bagi orang yang mampu melakukan perjalanan ke
sana” (HR. Imam bukhari dan muslim dari abu hurairah)

Riwayat Ahmad dengan redaksi lain yaitu:

‫َتَع َّج ُلوا ِإَلى اْلَح ِّج َيْع ِني اْلَفِر يَض َة َفِإَّن َأَح َد ُك ْم اَل َيْد ِر ي َم ا َيْع ِر ُض َلُه‬

"Segeralah kalian melaksanakan hajji yakni kewajiban hajji, karena salah seorang dari kalian
tidak mengetahui apa yang akan terjadi padanya." (HR Ahmad 2721, shahih).

Tujuan haji
1. Melanggengkan Zikir Kepada Allah
Semua ibadah tujuannya mengingat Allah (zikir). Contohnya shalat, dalam al-Qur’an
dinyatakan:

‫ِإَّنِني َأَنا ُهَّللا اَل ِإلَه ِإَّال َأَنا َفاْع ُبْد ِني َو َأِقِم الَّصالَة ِلِذ ْك ِر ي‬
Artinya:
“Yakinlah bahwa Aku adalah Allah yang tiada Tuhan selain-Ku. Maka sembahlah aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku”(QS Thaha: 14).

2. Menegaskan Keesaan Tuhan atau Memantapkan Tauhid

‫َلَّبْيَك الَّلُهَّم َلَّبْيَك َلَّبْيَك َال َش ِر يَك َلَك َلَّبْيَك ِإَّن اْلَحْم َد َو الِّنْع َم َة َلَك َو اْلُم ْلَك َال َش ِر يَك َلَك‬
Artinya:
“Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu,
aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak
ada sekutu bagi-Mu.”
3. Mendidik akhlak dan membersihkan manusia dari sifat-sifat buruk dan tercela

‫ َر َج َع َك َم ا َو َلَد ْتُه ُأُّم ُه‬، ‫ َو َلْم َيْفُس ْق‬، ‫ َفَلْم َيْر ُفْث‬، ‫َم ْن َح َّج َهَذ ا اْلَبْيَت‬
Artinya:
“Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji, dan ia tidak berkata kotor, dan tidak
melakukan kefasikan, maka ia akan kembali suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan
ibunya” (HR Ibnu Majah).

4. Meningkatkan Ketakwaan
Dalam firman-Nya, Allah SWT menyebutkan:

‫اْلَح ُّج َأْش ُهٌر َم ْع ُلوَم اٌت َفَم ْن َفَر َض ِفيِهَّن اْلَح َّج َفاَل َر َفَث َو اَل ُفُسوَق َو اَل ِج َداَل ِفي اْلَح ِّج َو َم ا‬
‫َتْفَع ُلوا ِم ْن َخْيٍر َيْع َلْم ُه ُهَّللا َو َتَز َّو ُد وا َفِإَّن َخْيَر الَّز اِد الَّتْقَو ى َو اَّتُقوِن َيا ُأوِلي اَأْلْلَباِب‬
Artinya:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui. Barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh berkata kotor (keji), berbuat fasik
dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal”
(QS al-Baqarah: 197).

Hukum haji
Mengerjakan ibadah haji hukumnya wajib ‘ain, sekali seumur hidup bagi setiap
muslim dan mampu melaksanankannya. Namun hukum ibadah haji tersebut bisa jadi
hukumnya sunah, makruh,bahkan haram. Ibadah haji hukumnya bisa sunah yakni apabila
seseorang sudah pernah melaksanakannya sebelumnya, sedangkan ibadah haji bisa makruh
apabila seseorang sudah pergi haji sementara masyarakat yang sekelilingnya serbah
kekurangan dan butuh bantuan-bantuan untuk kelangsungan hidupnya, maka jika ia
berangkat haji lagi hukumnya makruh. Sedangakan ibadah haji yang haram adalah jika pergi
berangkat haji dengan maksud untuk membuat kerusakan di Negeri Mekkah.
Dalam hadirs Rasulullah saw bersabda yang artinya:
“hai manusia, sesungguhnya Allah awt telah mewajibkan kalian untuk menunaikan haji,
maka kerjakanlah haji”. Salah seorang sahabat bertanya: “apakah kewajiban haji setiap yahun
ya Rasulullah? Maka beliau diaum sampai sahabat tersebut bertanya tiga kali, lalu Rasulullah
saw bersabda:”kalau aku mengatakan iya maka haji akan diwajibkan setiap tahun, dan kalian
tidak sanggup”.(HR.Bukhari Muslim)

Rukun Haji

1. Ihram
2. Thawaf
3. Sa’i
4. Wukuf di Arafah

Jika salah satu dari rukun ini tidak ada, maka haji yang dilakukan tidak sah.

1. Ihram

Yang dimaksud dengan ihram adalah niatan untuk masuk dalam manasik haji. Siapa yang
meninggalkan niat ini, hajinya tidak sah. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

‫ َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى‬، ‫ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Wajib ihram mencakup:

1. Ihram dari miqot.


2. Tidak memakai pakaian berjahit (yang menunjukkan lekuk badan atau anggota
tubuh). Laki-laki tidak diperkenankan memakai baju, jubah, mantel, imamah, penutup
kepala, khuf atau sepatu (kecuali jika tidak mendapati khuf). Wanita tidak
diperkenankan memakai niqob (penutup wajah) dan sarung tangan.
3. Bertalbiyah.
Sunnah ihram:

1. Mandi.
2. Memakai wewangian di badan.
3. Memotong bulu kemaluan, bulu ketiak, memendekkan kumis, memotong kuku
sehingga dalam keadaan ihram tidak perlu membersihkan hal-hal tadi, apalagi itu
terlarang saat ihram.
4. Memakai izar (sarung) dan rida’ (kain atasan) yang berwarna putih bersih dan
memakai sandal. Sedangkan wanita memakai pakaian apa saja yang ia sukai, tidak
mesti warna tertentu, asalkan tidak menyerupai pakaian pria dan tidak menimbulkan
fitnah.
5. Berniat ihram setelah shalat.
6. Memperbanyak bacaan talbiyah .

Mengucapkan niat haji atau umroh atau kedua-duanya, sebaiknya dilakukan setelah shalat,
setelah berniat untuk manasik. Namun jika berniat ketika telah naik kendaraan, maka itu
juga boleh sebelum sampai di miqot. Jika telah sampai miqot namun belum berniat, berarti
dianggap telah melewati miqot tanpa berihram.

Lafazh talbiyah:

‫َال َش ِر ْيَك َلَك‬. ‫ِإَّن الَح ْم َد َو الِّنْع َم َة َلَك َو الُم ْلُك‬. ‫َلَّبْيَك اَل َش ِر ْيَك َلَك َلَّبْيَك‬. ‫َلَّبْيَك الَّلُهَّم َلَّبْيَك‬
“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan ni’mata,
laka wal mulk, laa syariika lak”. (Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab
panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab
panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu,
tiada sekutu bagi-Mu). Ketika bertalbiyah, laki-laki disunnahkan mengeraskan suara.

Larangan ihram

1. Mencukur rambut dari seluruh badan (seperti rambut kepala, bulu ketiak, bulu
kemaluan, kumis dan jenggot).
2. Menggunting kuku.
3. Menutup kepala dan menutup wajah bagi perempuan kecuali jika lewat laki-laki yang
bukan mahrom di hadapannya.
4. Mengenakan pakaian berjahit yang menampakkan bentuk lekuk tubuh bagi laki-laki
seperti baju, celana dan sepatu.
5. Menggunakan harum-haruman.
6. Memburu hewan darat yang halal dimakan. Yang tidak termasuk dalam larangan
adalah: (1) hewan ternak (seperti kambing, sapi, unta, dan ayam), (2) hasil tangkapan
di air, (3) hewan yang haram dimakan (seperti hewan buas, hewan yang bertaring dan
burung yang bercakar), (4) hewan yang diperintahkan untuk dibunuh (seperti
kalajengking, tikus dan anjing), (5) hewan yang mengamuk (Shahih Fiqh Sunnah, 2:
210-211)
7. Melakukan khitbah dan akad nikah.
8. Jima’ (hubungan intim). Jika dilakukan sebelum tahallul awwal (sebelum melempar
jumroh Aqobah), maka ibadah hajinya batal. Hanya saja ibadah tersebut wajib
disempurnakan dan pelakunya wajib menyembelih seekor unta untuk dibagikan kepada
orang miskin di tanah suci. Apabila tidak mampu, maka ia wajib berpuasa selama
sepuluh hari, tiga hari pada masa haji dan tujuh hari ketika telah kembali ke negerinya.
Jika dilakukan setelah tahallul awwal, maka ibadah hajinya tidak batal. Hanya saja ia
wajib keluar ke tanah halal dan berihram kembali lalu melakukan thowaf ifadhoh lagi
karena ia telah membatalkan ihramnya dan wajib memperbaharuinya. Dan ia wajib
menyembelih seekor kambing.
9. Mencumbu istri di selain kemaluan. Jika keluar mani, maka wajib menyembelih seekor
unta. Jika tidak keluar mani, maka wajib menyembelih seekor kambing. Hajinya
tidaklah batal dalam dua keadaan tersebut (Taisirul Fiqh, 358-359).

2. Thawaf

Thawaf adalah mengitari Ka’bah sebanyak tujuh kali. Dalilnya adalah firman Allah
Ta’ala.

‫َو ْلَيَّطَّو ُفوا ِباْلَبْيِت اْلَعِتيِق‬


“Dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).” (QS. Al Hajj: 29)

Syarat-syarat thawaf:

1. Berniat ketika melakukan thawaf.


2. Suci dari hadats (menurut pendapat mayoritas ulama).
3. Menutup aurat karena thawaf itu seperti shalat.
4. Thawaf dilakukan di dalam masjid walau jauh dari Ka’bah.
5. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang berthawaf.
6. Thawaf dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
7. Thawaf dilakukan berturut-turut tanpa ada selang jika tidak ada hajat.
8. Memulai thawaf dari Hajar Aswad.

Sunnah-sunnah ketika thawaf, yaitu:

1. Ketika memulai putaran pertama mengucapkan, “Bismillah, wallahu akbar. Allahumma


iimaanan bika, wa tashdiiqon bi kitaabika, wa wafaa-an bi’ahdika, wat tibaa’an li
sunnati nabiyyika Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Dan setiap putaran
bertakbir ketika bertemu Hajar Aswad bertakbir “Allahu akbar”.
2. Menghadap Hajar Aswad ketika memulai thowaf dan mengangkat tangan sambil
bertakbir ketika menghadap Hajar Aswad.
3. Memulai thowaf dari dekat dengan Hajar Aswad dari arah rukun Yamani. Memulai
thowaf dari Hajar Aswad itu wajib. Namun memulainya dengan seluruh badan dari
Hajar Aswad tidaklah wajib.
4. Istilam (mengusap) dan mencium Hajar Aswad ketika memulai thowaf dan pada setiap
putaran. Cara istilam adalah meletakkan tangan pada Hajar Aswad dan menempelkan
mulut pada tangannya dan menciumnya.
5. Roml, yaitu berjalan cepat dengan langkah kaki yang pendek. Roml ini disunnahkan
bagi laki-laki, tidak bagi perempuan. Roml dilakukan ketika thowaf qudum
(kedatangan) atau thowaf umroh pada tiga putaran pertama.
6. Idh-tibaa’, yaitu membuka pundak sebelah kanan. Hal ini dilakukan pada thowaf
qudum (kedatangan) atau thowaf umroh dan dilakukan oleh laki-laki saja, tidak pada
perempuan.
7. Istilam (mengusap) rukun Yamani. Rukun Yamani tidak perlu dicium dan tidak perlu
sujud di hadapannya. Adapun selain Hajar Aswad dan Rukun Yamani, maka tidak
disunnahkan untuk diusap.
8. Berdo’a di antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani. Dari ‘Abdullah bin As Saaib, ia
berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di
antara dua rukun: Robbanaa aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirooti hasanah, wa
qinaa ‘adzaban naar (Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia
dan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari adzab neraka).” (HR. Abu Daud no.
1892. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
9. Berjalan mendekati Ka’bah bagi laki-laki dan menjauh dari Ka’bah bagi perempuan.
10. Menjaga pandangan dari berbagai hal yang melalaikan.
11. Berdzikir dan berdo’a secara siir (lirih).
12. Membaca Al Qur’an ketika thowaf tanpa mengeraskan suara.
13. Beriltizam pada Multazam. Ini dilakukan dalam rangka mencontoh Nabi shallalahu
‘alaihi wa sallam di mana beliau beriltizam dengan cara menempelkan dadanya dan
pipinya yang kanan, kemudian pula kedua tangan dan telapak tangan membentang pada
dinding tersebut. Ini semua dalam rangka merendahkan diri pada pemilik rumah
tersebut yaitu Allah Ta’ala. Multazam juga di antara tempat terkabulnya do’a
berdasarkan hadits yang derajatnya hasan. Kata Syaikh As Sadlan (Taisirul Fiqih, 347-
348), “Berdo’a di multazam disunnahkan setelah selesai thowaf dan multazam terletak
antara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad.”
14. Melaksanakan shalat dua raka’at setelah thowaf di belakang maqom Ibrahim. Ketika
itu setelah membaca Al Fatihah pada raka’at pertama, disunnahkan membaca surat Al
Kafirun dan rakaat kedua, disunnahkan membaca surat Al Ikhlas. Ketika melaksanakan
shalat ini, pundak tidak lagi dalam keadaan idh-tibaa’.
15. Minum air zam-zam dan menuangkannya di atas kepala setelah melaksanakan shalat
dua raka’at sesudah thowaf.
16. Kembali mengusap Hajar Aswad sebelum menuju ke tempat sa’i.

3. Sa’i

Sa’i adalah berjalan antara Shofa dan Marwah dalam rangka ibadah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اْس َع ْو ا ِإَّن الَّلَه َكَتَب َع َلْيُك ُم الَّسْع َى‬


“Lakukanlah sa’i karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk melakukannya.” (HR.
Ahmad 6: 421. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).

Syarat sa’i:

1. Niat.
2. Berurutan antara thowaf, lalu sa’i.
3. Dilakukan berturut-turut antara setiap putaran. Namun jika ada sela waktu sebentar
antara putaran, maka tidak mengapa, apalagi jika benar-benar butuh.
4. Menyempurnakan hingga tujuh kali putaran.
5. Dilakukan setelah melakukan thowaf yang shahih.

Sunnah-sunnah sa’i:

1. Ketika mendekati Shofa, mengucapkan, “Innash shofaa wal marwata min sya’airillah.
Abda-u bimaa badaa-allahu bih.”
2. Berhenti sejenak di antara Shafa untuk berdo’a. Menghadap kiblat lalu mengucapkan,
“Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah,
lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir. Laa ilaha illallahu
wahdah, shodaqo wa’dah wa nashoro ‘abdah wa hazamal ahzaaba wahdah.” Ketika
di Marwah melakukan hal yang sama.
3. Berlari kencang antara dua lampu hijau bagi laki-laki yang mampu.
4. Berdo’a dengan do’a apa saja di setiap putaran, tanpa dikhususkan dengan do’a, dzikir
atau bacaan tertentu.
5. Berturut-turut sa’i dilakukan setelah thowaf, tidak dilakukan dengan selang waktu yang
lama kecuali jika ada uzur yang dibenarkan.

4. Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling penting. Siapa yang luput dari wukuf di
Arafah, hajinya tidak sah. Ibnu Rusyd berkata, “Para ulama sepakat bahwa wukuf di Arafah
adalah bagian dari rukun haji dan siapa yang luput, maka harus ada haji pengganti (di tahun
yang lain).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اْل َح ُّج َع َر َفُة‬


“Haji adalah wukuf di Arafah.” (HR. An Nasai no. 3016, Tirmidzi no. 889, Ibnu Majah no.
3015. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Yang dimaksud wukuf adalah hadir dan berada di daerah mana saja di Arafah, walaupun
dalam keadaan tidur, sadar, berkendaraan, duduk, berbaring atau berjalan, baik pula dalam
keadaan suci atau tidak suci (seperti haidh, nifas atau junub) (Fiqih Sunnah, 1: 494). Waktu
dikatakan wukuf di Arafah adalah waktu mulai dari matahari tergelincir (waktu zawal) pada
hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu terbit fajar Shubuh (masuk waktu Shubuh) pada
hari nahr (10 Dzulhijjah). Jika seseorang wukuf di Arafah selain waktu tersebut, wukufnya
tidak sah berdasarkan kesepakatan para ulama (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 17: 49-50).

Jika seseorang wukuf di waktu mana saja dari waktu tadi, baik di sebagian siang atau
malam, maka itu sudah cukup. Namun jika ia wukuf di siang hari, maka ia wajib wukuf
hingga matahari telah tenggelam. Jika ia wukuf di malam hari, ia tidak punya keharusan
apa-apa. Madzab Imam Syafi’i berpendapat bahwa wukuf di Arafah hingga malam adalah
sunnah (Fiqih Sunnah, 1: 494).
Sayid Sabiq mengatakan, “Naik ke Jabal Rahmah dan meyakini wukuf di situ afdhol (lebih
utama), itu keliru, itu bukan termasuk ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Fiqih
Sunnah, 1: 495)

Hikmah dan Makna Spiritual Haji


“Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji
ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.....”
(QS. Ali Imran 3:79).
Di antara hikmah-hikmah dan manfaat haji adalah sebagai berikut:

Pertama, menjadi tamu kehormatan Allah


Ka’bah atau disebut juga Baitullah merupakan simbol atau tanda ‘Rumah Allah’. Ia
dikatakan sebagai rumah Allah karena mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim as.
Orang yang mengerjakan haji adalah tamu istimewa Allah yang memenuhi undangan-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw sebagai berikut: “Orang yang mengerjakan haji dan orang
yang mengerjakan umrah adalah tamu Allah ‘Azza wa jalla dan bagi para pengunjung-Nya.
Jika mereka meminta ampun niscaya diterima-Nya do’a mereka. Dan jika mereka meminta
syafaat niscaya mereka diberi syafaat.” (HR. Ibnu Majah)

Kedua, Mendapat Tarbiah Langsung sari Allah


Dikalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahwa ibadah
haji adalah puncak ujian dari Allah swt dalam melakukan kesabaran dan kebaikan serta dapat
tolong menolong, menahan marah dan menjaga mulut dalam menghadapi ibadah fisik. Ini
tiap-tiap disebabkan jumlah orang yang sama-sama mengerjakan ibadah haji sangat ramai
sekali, hingga menjangkau angka jutaan orang.
Dalam keramaian ini Rasulullah saw bersabda: “Bahwa Allah ‘Azza wa jalla telah
menjanjikan bahwa ‘rumah’ (baitullah) ini, yang berhaji kepadanya tiap-tiap tahun sebanyak
enam ratus ribu. Jika kurang, niscaya dicukupkan oleh Allah dari para malaikat”.
Sabda Rasulullah lagi, “Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa
yang terjadi diantara keduanya, sedangkan haji yang mabrur (haji yang diterima) itu tidak ada
balasannya kecuali syurga.”

Ketiga, membersihkan dosa


Mengerjakan ibadah haji merupakam kesempatan untuk bertaubat dan meminta
ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat mustazab dalam mengerjakan ibadah haji
untuk berdoa dan bertaubat, sebenarnya, ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan
sempurna, tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji, maka Allah akan
mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini.
Rasulullah saw bersabda: ”barang siapa yang melakukan ibadah haji ke Baitullah dengan
tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke Negerinya
dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir dari perut ibunya.”
(HR. Bukhari muslim).

Keempat, memperteguhkan iman


Ibadah haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari seluruh
pelosok dunia yang melakukan ibadah haji. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, warna kulit,
dan bahasa. Hal ini membuka pandangan dan pikiran tentang ajaran Allah dalam Al-Quran
tentang faedah dan fungsi positif serta membangun arti daripada berkumpulnya sesama
manusia.

Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah swt: “Wahai manusia! sungguh, Kami
telah menciptakan kamu dari seseorang lelaki dan seorang perempuan, kemudian Kami
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal
(ta’aruf) selanjutnya menjadi memahami (tafahum) dan saling bekerja sama (ta’awun)
kemudian saling membela dan tidak bertengkar (itsar).” (QS. Al-Hujurat 49:13)

Kelima, Pengajaran dari peristiwa orang-orang sholeh

Tanah suci Mekkah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan peristiwa
bersejarah. Diantaranya sejarah Nabi-nabi dan Rasul, para sahabat Rasulullah saw, para
tabi’in, tabi’ut, tabi’in, dan salafus sholeh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa
tersebut boleh diambil sebagai pengajaran (i’tibar) untuk membangun jiwa seseorang,
Rasulullah saw bersabda: ”sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang dilangit, jika kamu
mengikuti sahabat-sahabatku niscaya kamu akan mendapat petunjuk.”

Keenam, merasa bayangan padang Mahsyar


Bagi orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan
mengikuti berhimpunnya ratusan ribu manusia yang berkeadaan dan berpakaian sama tiada
beda(boleh jadi hanya melihat dari TV, gambar, dan video youtube). Berhimpunan manusia
di padang(luas) Arafah yang diterjang oleh garang dari teriknya cahaya panas matahari,
kering dan berdebu, layaknya seperti di padang Mahsyar tempat manusia berkumpul di
yaumil akhir. Mereka semua sama dengan memakai pakaian ikhram dari kain putih tanpa
jahit.

Firman Allah SWT menyebutkan:

“sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa.”(QS.
Al-Hujurat 49:13)

Ketujuh, syiar persatupaduan umat Islam

Ibadah haji merupakan syiar persatupaduan umat Islam. Ini karena mereka yang pergi
ke Tanah Suci Mekah itu hanya mempunyai satu tujuan dan satu sasaran yaitu menunaikan
perintah Allah dalam kewajiban rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut
merekan melakukan perbuatan yang sama, memakai pakaian yang sama, mengikuti tata tertib
yang sama, malah boleh dikatakan semuanya sama. Ini menggambarkan perlambang daripada
persatupaduan dan persaudaraan seiman dan sehati umat yang diikat dan dipersatukan oleh
Islam.

Macam-macam Kifarat

1. Apabila engkau ketinggalan (tidak dapat menjalankan) wuquf di Arafah maka tahalullah
dengan dijadikan umrah dan sembelihlah kambing. Kemudian engkau masih
berkewajiban mengqadla (mengganti) hajimu.
2. Apabila engkau terhalang akan menyelesaikan haji atau umrahmu sebab sakit atau karena
musuh maka sembelihlah kambingmu di tempat engkau terhalang dan janganlah engkau
tahallul dengan mencukur atau memotong rambut, kecuali sesudah menyembelih dan
engkau masih berkewajiban mengulangi haji dan umrahmu.
3. Apabila engkau menjalankan haji tamattu' (menjalankan umrah di bulan-bulan haji) maka
sembelihlah kambing atau berpuasa 10 hari.
4. Apabila engkau menghilangkan rambut di dalam ihram disebabkan sakit atau lainnya,
maka wajiblah engkau membayar fidyah dengan puasa 3 hari atau memberi makan 6
orang miskin, tiap orangnya 1/2 sha' (1 1/4 kg) atau menyembelih kambing.
5. Apabila engkau membunuh binatang yang ada persamaannya selain burung gagak, ular,
kala, tikus, anjing buas, maka sembelihlah binatang persamaannya atau bersedekahlah
kepada orang-orang miskin di Makkah dengan memberi makan seharga binatang tersebut
atau berpuasalah untuk gantinya, tiap-tiap satu mud (0,8 kg) makanan (diganti puasa)
sehari.
6. Apabila engkau bersetubuh sebelum tahallul awwal, maka batallah ibadah hajimu dan
mestilah engkau menyembelih unta atau lembu tetapi teruskanlah amalan-amalan haji dan
mengqadla (mengulangi) hajimu.
7. Adapun aqad nikah di waktu ihram tidaklah sah dan tidak usah kifarat.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Terjemah

Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah.1997. Cetakan ke 3. Jogjakarta

Hadits Bukhari Muslim

Fikih Imam Syafi’i

Anda mungkin juga menyukai