Anda di halaman 1dari 3

Nama : hayattina rinda

Nim : 22087131
Prodi : pendidikan kepelatihan olahraga

Ketidakaktifan fisik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, dan menduduki


peringkat keempat sebagai faktor risiko perilaku yang menyebabkan kematian global
[ 1 ]. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan orang dewasa
melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang atau 75 menit
aktivitas fisik (PA) intensitas tinggi per minggu [2] , melakukan aktivitas penguatan
otot dua kali seminggu, dan meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk tidak
banyak bergerak, dengan pedoman serupa untuk di bawah 18 tahun dan orang dewasa
yang lebih tua. PA teratur dapat mengurangi risiko lebih dari 20 kondisi kronis
termasuk penyakit jantung koroner, stroke, diabetes tipe 2, beberapa jenis kanker,
obesitas, masalah kesehatan mental seperti depresi, dan kondisi neurologis tertentu
termasuk demensia. Yang penting, selain mengurangi risiko penyakit, hal ini juga
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup [3 ]. Oleh karena itu,
memanfaatkan kekuatan PA dapat memberikan dampak pencegahan yang luas
terhadap kesehatan masyarakat. Namun, melakukan hal ini menjadi rumit karena fakta
bahwa PA bukanlah perilaku tunggal melainkan serangkaian tindakan yang kompleks
dan heterogen. Hal ini dapat diklasifikasikan berdasarkan domain (pekerjaan, waktu
senggang, perjalanan, rumah), dimensi (frekuensi, intensitas, durasi), konteks (akses
terhadap ruang hijau, fasilitas, dan sumber daya seperti uang dan dukungan sosial),
motivasi (alasan melakukan PA ) dan jenisnya (yang dapat berkisar dari latihan
treadmill aerobik hingga yoga hingga pekerjaan rumah tangga dan berkebun) [ 4 ].

Seperti halnya banyak bidang kesehatan masyarakat, hubungan antara risiko (PA
rendah) dan kesehatan telah terdokumentasi dengan baik namun mekanisme yang
terlibat dan interaksi kompleksnya belum sepenuhnya dijelaskan [ 5 ]. Meskipun
semakin banyak bukti epidemiologis mengenai hubungan tersebut, bagaimana
perbedaan dimensi dan jenis PA, serta domain dan konteks pelaksanaannya,
berdampak terhadap kesehatan individu dan populasi dengan cara yang berbeda-beda,
masih belum dipahami dengan baik. Demikian pula, alasan dan mekanisme yang
menjelaskan mengapa perilaku PA yang sama tampaknya mempunyai dampak yang
berbeda dalam suatu populasi masih sulit dipahami. Genetika dan lingkungan
kemungkinan besar memainkan peran penting namun penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk memahami kontribusi relatif keduanya dan bagaimana hal tersebut
dapat dimediasi [ 6]. Metabolomik menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk
mengeksplorasi hubungan ini.
2. Metabolomik

Metabolomik adalah studi sistematis terhadap semua

metabolit (yaitu molekul kecil <10 kDa, termasuk karbohidrat,

asam amino, asam organik, nukleotida, dan lipid) dalam

sampel biologis dengan menggunakan Spektrometri Massa

(MS) atau Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR)

[ 7 ]. Ini memberikan cara untuk mengkarakterisasi

perbedaan metabolisme antara kelompok dan individu,

sekaligus memberikan pemahaman tentang biologi dan

mekanisme biologis yang mendasari perbedaan-perbedaan

ini. Metabolom mencerminkan genom, transkriptom dan

proteom serta interaksinya dengan lingkungan. Dengan cara

ini, ini merupakan sarana mempelajari pengalaman hidup

seseorang [ 8]. Metabolisme dapat menangkap paparan

masa lalu (baik jangka pendek maupun jangka panjang),

menunjukkan kemungkinan fenotipe di masa depan dan

mencerminkan status dan respons saat ini [ 7 ]. Dengan

demikian, metabolomik cocok untuk mempelajari PA. Peran

potensialnya dalam bidang ini dibuktikan, baik dengan

meningkatnya literatur maupun inisiatif seperti MoTrPAC [ 9 ]

(The Molecular Transducers of Physical Activity


Consortium, Ini adalah konsorsium penelitian nasional AS

yang didanai oleh Institut Kesehatan Nasional AS, yang

bertujuan untuk mempelajari perubahan molekuler, termasuk

metabolomik, yang berkaitan dengan PA untuk meningkatkan

pemahaman tentang bagaimana PA memengaruhi kesehatan

[10 ] .

Anda mungkin juga menyukai