Rhinitis Fkui
Rhinitis Fkui
RINITIS ALERGI
Nina lrawati, Elise KaSakeyan dan Nikmah Rusmono
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang Th 2 akan menghasilkan berbagai sitokin
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien seperti lL 3, lL 4, lL 5 dan lL 13. lL 4 dan lL'13
atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi de- dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel
ngan alergen yang sama serta dilepaskannya limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan dan akan memproduksi lmunoglobulin E (lgE).
ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von lgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
Pirquet, 1986). dan diikat oleh reseptor lg E di permukaan sel
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga
Rhinitis and its lmpact on Asthma) tahun 2001 ke dua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut
adalah kelainan pada hidung dengan gejala sensitisasi yang menghasilkan sel mediator
bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah
setelah rnukosa hidung terpapar alergen yang tersensitisasi terpapar dengan alergen yang
diperantarai oleh lg E. sama, maka kedua rantai lgE akan mengikat
alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecah-
nya dinding sel) mastosit dan basofil dengan
P atofi siolog i Ri n itis Ale rg i akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah
terbentuk (P reformed Med i ators) terutama his-
tamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit
Formed Mediators antara lain prostaglandin D2
inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi
(PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4
dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi
(LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor
alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu (PAF) dan berbagai sitokin. (113, lL4, lL5, lL6,
lmmediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi
GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony
Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung
Stimulating Facto) dll. lnilah yang disebut
sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam sebagai ReaksiAlergi Fase Cepat (RAFC).
setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction Histamin akan merangsang reseptor H1
atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang pada ujung saraf vidianus sehingga menim-
berlangsung 24 jam dengan puncak 6-8 jam bulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-
(fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan bersin. Histamin juga akan menyebabkan ke-
dapat berlangsung sampai 2448 jam. lenjar mukosa dan sel goblet mengalami hiper-
Pada kontak pertama dengan alergen sekresi dan permeabilitas kapiler meningkat
atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah
yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.
Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen Selain histamin merangsang ujung saraf
yang menempel di permukaan mukosa hidung. Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada
Setelah diproses, antigen akan membentuk mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran
fragmen pendek peptida dan bergabung de- lnter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).
ngan molekul HLA kelas ll membentuk kom- Pada RAFC, sel mastosit juga akan me-
plek peptida MHC kelas ll (Major Histo- lepaskan molekul kemotaktik yang menye-
compatibility Complex'1 yang kemudian dipre- babkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di
sentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian jaringan target. Respons ini tidak berhenti
sel penyaji akan melepas sitokin seperti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut
interleukin 1 (lL 1) yang akan
mengaktifkan dan mencapai puncak 6 - 8 jam setelah
ThO untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th 2. pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan
129
penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi 4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui
seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan kontak kulit atau jaringan mukosa, misal-
mastosit di mukosa hidung serta peningkatan nya bahan kosmetik, perhiasan.
sitokin seperti lL3, lL4, lL5 dan Granulocyte
Magrophag Colony Stimulating Factor (GM- Satu macam alergen dapat merangsang lebih
dari safu organ sasaran, sehingga memberi gejala
CSF) dan ICAM 1 pada sekret hidung. Timbul-
campuran, misalnya tungau debu rumah yang
nya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung
memberi
adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator
Den
inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic
tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar
Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived
terdiri dari :
Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP) dan
Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, 1. Respons primer :
selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor Terjadi proses eliminasi dan fagositosis
non spesifik dapat memperberat gejala seperti antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spe-
asap rokok, bau yang merangsang, perubahan sifik_dan dapat berakhir sampai disini. Bila
cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.
Gambaran histologik
2. Respons sekunder:
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang
Secara mikroskopik tampak adanya di- mempunyai 3 kemungkinan iatah jfglgm _
latasi pembuluh darah (vascular bad) dengan imunitas selular atau-:humqqrl alau kedua-
pembesaran sel goblet dan sel pembentuk
mukus. Terdapat juga pembesaran ruang inter-
seluler dan penebalan membran basal, serta
ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan
mukosa dan submukosa hidung. l"_ltllglj? d i q9s qon 9 le{ie1
Gambaran yang demikian terdapat pada 3. Respons tertier :
Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi ber- Pada rinoskopi anterior tampak mukosa
dasarkan rekomendasi dari WHO lnitiative edema, basah, benltrama pucat atau livid di-
ARIA (Allergic Rhinitis and its lmpact on Asthma) sertai adanya sekret encer yang banyak. Bila
tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlang- gejala persisten, mukosa inferior tampak hiper-
sungnya dibagi menjadi : trofi Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilaku-
1. lntermlten (kadang-kadang) : bila gejala kan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain
kurang dari4 hari/minggu atau'.kurang dari pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap
4 minggu. di daerah bawah mata yang terjadi karena
2. Perslsten/menetap bila gejala lebih dari 4 stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.
harilminggu dan lebih dari4 minggu. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain dari itu
sering juga tampak anak menggosok-gosok
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, hidung, karena gatal, dengan punggung tangan.
rinitis alergidibagi menjadi :
Keadaan ini disebut sebagai allergic salute.
1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan
tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, akan mengakibatkan timbulnya garis melintang
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang
lain yang mengganggu disebut alleryic crease. Mulut sering terbuka
2. Sedang-berat bila terdapat satu atau lebih dengan lengkung langitlangit yang tinggi, se-
dari gangguan tersebut diatas. hingga akan menyebabkan gangguan pertum-
buhan gigi-geligi (facies adenoiQ. Dinding
pqsterior faring tampak granuler dan edema
Diagnosis (cobbl e ston e a p pe a ra n ce), serta d nd ing lateral
i
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan ber- faring menebal. Lidah tampak seperti gam-
dasarkan: baran peta (geographic tongue)
131
<l
Ldilb
ltt
80t
r.rtc
dr!
.d
Algoritma Penatalaksanaan Rinitis Alergi menurut WHO lnitiative ARIA 2001 (dewasa)
lntermiten
ringan sedang / b
I
KS topikal + lpratropium
dekongestan(3-5hari) AH bromida
atau KS oral (angka pendek)
+
Gagal
+
Kaustik konka / konkotomi