Anda di halaman 1dari 7

128

RINITIS ALERGI
Nina lrawati, Elise KaSakeyan dan Nikmah Rusmono

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang Th 2 akan menghasilkan berbagai sitokin
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien seperti lL 3, lL 4, lL 5 dan lL 13. lL 4 dan lL'13
atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi de- dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel
ngan alergen yang sama serta dilepaskannya limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan dan akan memproduksi lmunoglobulin E (lgE).
ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von lgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
Pirquet, 1986). dan diikat oleh reseptor lg E di permukaan sel
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga
Rhinitis and its lmpact on Asthma) tahun 2001 ke dua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut
adalah kelainan pada hidung dengan gejala sensitisasi yang menghasilkan sel mediator
bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah
setelah rnukosa hidung terpapar alergen yang tersensitisasi terpapar dengan alergen yang
diperantarai oleh lg E. sama, maka kedua rantai lgE akan mengikat
alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecah-
nya dinding sel) mastosit dan basofil dengan
P atofi siolog i Ri n itis Ale rg i akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah
terbentuk (P reformed Med i ators) terutama his-
tamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit
Formed Mediators antara lain prostaglandin D2
inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi
(PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4
dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi
(LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor
alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu (PAF) dan berbagai sitokin. (113, lL4, lL5, lL6,
lmmediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi
GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony
Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung
Stimulating Facto) dll. lnilah yang disebut
sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam sebagai ReaksiAlergi Fase Cepat (RAFC).
setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction Histamin akan merangsang reseptor H1
atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang pada ujung saraf vidianus sehingga menim-
berlangsung 24 jam dengan puncak 6-8 jam bulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-
(fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan bersin. Histamin juga akan menyebabkan ke-
dapat berlangsung sampai 2448 jam. lenjar mukosa dan sel goblet mengalami hiper-
Pada kontak pertama dengan alergen sekresi dan permeabilitas kapiler meningkat
atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah
yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.
Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen Selain histamin merangsang ujung saraf
yang menempel di permukaan mukosa hidung. Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada
Setelah diproses, antigen akan membentuk mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran
fragmen pendek peptida dan bergabung de- lnter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).
ngan molekul HLA kelas ll membentuk kom- Pada RAFC, sel mastosit juga akan me-
plek peptida MHC kelas ll (Major Histo- lepaskan molekul kemotaktik yang menye-
compatibility Complex'1 yang kemudian dipre- babkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di
sentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian jaringan target. Respons ini tidak berhenti
sel penyaji akan melepas sitokin seperti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut
interleukin 1 (lL 1) yang akan
mengaktifkan dan mencapai puncak 6 - 8 jam setelah
ThO untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th 2. pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan
129

penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi 4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui
seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan kontak kulit atau jaringan mukosa, misal-
mastosit di mukosa hidung serta peningkatan nya bahan kosmetik, perhiasan.
sitokin seperti lL3, lL4, lL5 dan Granulocyte
Magrophag Colony Stimulating Factor (GM- Satu macam alergen dapat merangsang lebih
dari safu organ sasaran, sehingga memberi gejala
CSF) dan ICAM 1 pada sekret hidung. Timbul-
campuran, misalnya tungau debu rumah yang
nya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung
memberi
adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator
Den
inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic
tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar
Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived
terdiri dari :
Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP) dan
Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, 1. Respons primer :

selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor Terjadi proses eliminasi dan fagositosis
non spesifik dapat memperberat gejala seperti antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spe-
asap rokok, bau yang merangsang, perubahan sifik_dan dapat berakhir sampai disini. Bila
cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.

Gambaran histologik
2. Respons sekunder:
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang
Secara mikroskopik tampak adanya di- mempunyai 3 kemungkinan iatah jfglgm _

latasi pembuluh darah (vascular bad) dengan imunitas selular atau-:humqqrl alau kedua-
pembesaran sel goblet dan sel pembentuk
mukus. Terdapat juga pembesaran ruang inter-
seluler dan penebalan membran basal, serta
ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan
mukosa dan submukosa hidung. l"_ltllglj? d i q9s qon 9 le{ie1
Gambaran yang demikian terdapat pada 3. Respons tertier :

saat serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa

gry qq'1-d_Cyq pllminali4g g! q}' tu bu h.

a, sehingga Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini


atas 4 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis
ergen dibagi (immediate hypersentitivity), tipe 2 atau reaksi
atas : sitotoksiUsitolitik, tipe 3 atau reaksi kompleks
1. Alergen inhalan, yang masuk bersama de- imun dan tipe 4 atau reaksi tuberkulin (delayed
ngan udara penapasan, misalnya tungau hypersensitivity).
debu rumah (D. pteronyssinus, D.farinae, Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang
B.tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit banyak dijumpai dibidang THT adalah !pl_l_
binatang (kucing, anjing), rerumputan yaitu rinitis alergi.
-
(Bermuda grass ) serta jamur (Aspergillus,
Alternaria).
2. Alergen ingestan yang masuk ke saluran Klasifikasi Rinitis Alergi
cerna, berupa makanan, misalnya susu,
sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepting Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2
dan kacang-kacangan. macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :
3. Alergen injektan, yang masuk melalui sun- 1. Rinitis alergi musiman (seasona/, hay fever,
tikan atau tusukan, misalnya penisilin dan polrnosis). Di lndonesia tidak dikenal rinitis
sengatan iebah. alergi musiman, hanya ada di negara yang
130

mempunyai 4 musim, Alergen penyebab- 1. Anamnesis


nya spesifik, yaitu tepungsari (pollen) dan Anamnesis sangat penting, karena sering-
spora jamur. Oleh karena itu nama yang kali serangan tidak terjadi dihadapan peme-
tepat ialah pglinostg atau rino konjungtivitis riksa. Hampi 50o/o diagnosis dapat ditegakkan
dad anamnesis saja Gejala rinitis alergi yang
khas ialah terdapatnya serangan bersin ber-
gala s
I
i
rqlcrlg!4lreqlL ulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala
2. Rinitis alergi sepanjang lahun (perennial). yang normal, terutama pada pagi hari atau bila
Gejala pada penyakit ini timbul intermiten terdapat kontak dengan sejumlah besar debu.
atau terus-menerus, tanpa variasi musim, Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu
jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. proses membersihkan sendiri (self cleaning
Penyebab yang paling sering ialah aletgeQ process). Bersin initerutama merupakan gejala
inhalq1,,!91_u_tg11q1q!g orang qg' ,qqq, d{_ - pada MFC dan kadang-kadang pada RAFL
alergen-ingestan. Alergen iifialan ulama sebagai akibat dilepaskannya histamin. Gejala
iOaAfi alergen dalam rumah (indoor) dan lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
alergen diluar rumah (outdoor). Alergen banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata
ingestan sering merupakan penyebab pada gatal, yang kadang-kadang disertai dengan
anak-anak dan biasanya disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Sering kali
gejala alergi yang lain, 'seperti urtikaria, gejala yang timbul tidak lengkap, terutama
gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada anak. Kadang-kadang keluhan hidung ter-
pada golongan perenial lebih rtngan diban- sumbat merupakan keluhan utama atau satu-
dingkan dengan golongan musiman tetapi satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.
karena lebih persisten maka komplikasinya
lebih sering ditemukan. 2. Pemeriksaan fisik

Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi ber- Pada rinoskopi anterior tampak mukosa
dasarkan rekomendasi dari WHO lnitiative edema, basah, benltrama pucat atau livid di-
ARIA (Allergic Rhinitis and its lmpact on Asthma) sertai adanya sekret encer yang banyak. Bila
tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlang- gejala persisten, mukosa inferior tampak hiper-
sungnya dibagi menjadi : trofi Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilaku-
1. lntermlten (kadang-kadang) : bila gejala kan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain
kurang dari4 hari/minggu atau'.kurang dari pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap
4 minggu. di daerah bawah mata yang terjadi karena
2. Perslsten/menetap bila gejala lebih dari 4 stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.
harilminggu dan lebih dari4 minggu. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain dari itu
sering juga tampak anak menggosok-gosok
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, hidung, karena gatal, dengan punggung tangan.
rinitis alergidibagi menjadi :
Keadaan ini disebut sebagai allergic salute.
1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan
tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, akan mengakibatkan timbulnya garis melintang
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang
lain yang mengganggu disebut alleryic crease. Mulut sering terbuka
2. Sedang-berat bila terdapat satu atau lebih dengan lengkung langitlangit yang tinggi, se-
dari gangguan tersebut diatas. hingga akan menyebabkan gangguan pertum-
buhan gigi-geligi (facies adenoiQ. Dinding
pqsterior faring tampak granuler dan edema
Diagnosis (cobbl e ston e a p pe a ra n ce), serta d nd ing lateral
i

Diagnosis rinitis alergi ditegakkan ber- faring menebal. Lidah tampak seperti gam-
dasarkan: baran peta (geographic tongue)
131

3. Pemeriksaan penunjang : Penatalaksanaan


ln vitro :
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat menghindari kontak dengan alergen pe-
normal atau meningkat. Demikian pula peme- nyebabnya (avoid ance) dan eliminasi
riksaan lgE total (prist-paper radio immuno-
sorbent test) beringkali menunjukkan nilai
2. Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah anta-
normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien
gonis histamin H-1, yang bekerja secara
lebih dari satu macam penyakit, misalnya se-
lain rinitis alergi juga menderita asma bronkial inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel
target, dan merupakan preparat farmakologik
atau urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk
prediksi kemungkinan alergi pada. bayi atau
yang paling sering dipakai sebagai lini
pertama pengobatan rinitis alergi. Pem-
anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat
berian dapat dalam kombinasi atau tanpa
alergi yang tinggi. Lebih bermakna adalah
pemeriksaan lgE spesifik dengan RASI fiadio
kombinasi dengan dekongestan secara
peroral.
lmmuno Sorbenf lesf) atau ELISA (Enzyme
Antihistamin dibagi dalam 2 golongan
Linked lmmuno Sorbent Assay lest). Peme-
riksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat
yaitu golongan antihistamin generasi-1
memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai (klasik) dan generasi-2 (non sedatif). Anti-
pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil histamin generasi-1 bersifat lipofilik, se-
dalam jumlah banyak menunjukkan kemung- hingga dapat menembus sawar darah otak
kinan alergi inhalan. Jika basofil (> 5sel/lap) (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta
mungkin disebabkan alergi makanan, sedang- serta mempunyai efek kolinergik. Yangler-
kan jika ditemukan sel PMN menunjukkan masuk kelompok ini antara lain adalah
adanya infeksi bakteri difenhidramin, klorfeniramin, prometasin,
siproheptadin sedangkan yang dapat di-
ln vivo :
berikan secara topikal adalah azelastin.
Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik,
Alergen penyebab dapat dicari dengan sehingga sulit menembus sawar darah
cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-
atau intradermal yang tunggal atau berseri 1 perifer dan tidak nrempunyai efek anti-
(Skin End-point Titration/SEl), SET dilakukan kolinergik, antiadrenergik dan efek pada
untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan SSP minimal (non-sedatif). Antihistamin di-
alergen dalam berbagai konsentrasi yang ver-
absorpsi secara oral dengan cepat dan
tingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain
mudah serta efektif untukimengatasi ge.iala
alergen penyebab juga derajat alergi serta pada respons fase cepat seperti rinore,
dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.
bersin, gatal, tetapi tidak efektif untuk me-
Untuk alergi makanan, uji kulit yang akhir-
ngatasi gejala obstruksi hidung pada fase
akhir ini banyak dilakukan adalah lntracutaneus
Provocative Dilutional Food Test (\PDFI), namun
lambat. Antihistamin non sedatif dapat
sebagai baku emas dapat dilakukan dengan dibagi menjadi 2 golongan menurut ke-
diet eliminasi dan provokasi ("Challenge Test"). amanannya. Kelompok pertama adalah
Alergen ingestan secara tuntas lenyap astemisol dan terfenadin yang mempunyai
dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu efek kardiotoksik. Toksisitas terhadap jan-
pada "Challenge Test", makanan yang dicurigai tung tersebut disebabkan repolarisasi jan-
diberikan pada pasien setelah berpantang tung yang tertunda dan dapat menye-
selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. babkan aritmia ventrikel, henti jantung dan
Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali bahkan kematian mendadak (sudah dilarik
dihilangkan dari menu makanan sampai suatu dari peredaran). Kelompok kedua adalah
ketika gejala menghilang dengan meniadakan loratadin, setirisin, fexofenadin, deslora-
suatu jenis makanan. tadin dan levosetirisin.
132

Preparat simpatomimetik golongan agonis 4. lmunoterapi


adrenergik alfa dipakai sebagai dekonges. Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi
tan hidung oral dengan atau tanpa kom- inhalan dengan gejala yang berat dan
binasi dengan antihistamin atau topikal. sudah berlangsung lama serta dengan
Namun pemakaian secara topikal hanya pengobatan cara lain tidak memberikan
boleh untuk beberapa hari saja untuk hasil yang memuaskan. Tujuan dari imuno-
menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. terapi adalah pembentukkan /gG blocking
Preparat kortikosteroid dipilih bila antibody dan penurunan lgE. Ada 2 metode
gejala terutama sumbatan hidung akibat imunoterapi yang umum dilakukan yaitu
respons fase lambat tidak berhasil diatasi intradermal dan sub-lingual.
dengan obat lain. Yang sering dipakai
adalah kortikosteroid topikal (beklometa-
son, budesonid, flunisolid, flutikason, mg- Komplikasi ,

metason furoat dan triamsinolon). Kortiko.


Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah :
steroid topikal bekerja untuk mengurangi.
jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, 1, Polip hidung ,

mencegah pengeluaran protein sitotoksik 'p Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa


alergi hidung merupakan salah satu faktor
dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, i;
penyebab terbentuknya polip hidung dan
mencegah bocornya plasma.,.Hal ini me-
polip kekambuhan hidung
nyebabkan epitel hidung tidak tiiperresponsif
terhadap rangsangan alergen (bekerja pada 2. Otitis media efusi yang sering residif, ter-
respon fase cepat dan lambat). Preparat utama pada anak-anak
sodium kromoglikat topikallbekerja men- 3. Sinusitis paranasal
stabilkan mastosil (mungkin menghambat
ion kalsium) sehingga penglepasan mediator ',

dihambat. Pada respons fase lambat, obat Daftar Pustaka


ini juga menghambat proses inflamasi,'
dengan menghambat aktifasi sel netrofil, 1. King HC An Otolaryngologist's Guide to Allergy
Thieme red. Pub lnc. New York, 1990
eosinofil dan {monosit. Hasil terbaik dapat 2. Krause HF. Otolaryngologic Allergy and lmmunology.
dicapai bila diberikan sebagai profilaksisr WB Saunders Co Philadelphia, 1989
Preparat antikolinergik: topikal adalah 3. Mygind N, Dahl R, Pederson S. Pathogenesis of
ipratropium bromida,t' bermanfaat untuk me- Allergic Rhinitis. ln : Mygind N (ed). Essential
Rhinitis. Blackwell Science Ltd, 1995 : p.202.
ngatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor
4.
,

Bosquel J, Cauwenberge P, Khaltaev N, Bachert


kolinergik pada permukaan sel efektor. ,;
C, Durham SR, Lund V, Mygind N. Management of
Pengobatan baru lainnya untuk rinitis' Allergic Rhinitis and its lmpact on Asthma (ARIA).
alergiradalah anti leukotrien (zafirlukast / ARIA Workshop Report. J All Clin lmmunol (Suppl)
montelukast), anti lgE, DNA rekombinan. 108;5:2001
5. Cauwenberge P, Bachert C, Passalaqua G,
Operatif Durham SR, Mygind N, Scadding GK. Consensus
Statement on the Treatment of Allergic Rhinitis.
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan Allergy, 2000; 55 : 116-34
sebagian konka inferior), konkoplasti atau 6. Holgate ST, Church MK. Allergens. ln: Holgate ST,
e o u tf ract u re d, i nfe ri or t u rb i n o pl a sty
m u lt i pl Church MK (Ed). Allergy. Gower Med Pub London,
perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi New York 1993:p.1 .1-1 14
berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan 7. krouse JH, Chadwick SJ, Gordon BR, Dergbery
cara kauterisasi memakai AgNO3 25% MJ. Allergy and lmmunology. An Otolaryngic
Approach. Lippincott Williams & Wilkins Co
atau triklor asetat. Philadelphia, Baltimore, Newyork 2002
133

<l

Ldilb
ltt
80t
r.rtc
dr!

.d

Gambar l. Mekanlsme lmunologlk pada Rlnl$s Alergl..


134

Algoritma Penatalaksanaan Rinitis Alergi menurut WHO lnitiative ARIA 2001 (dewasa)

lntermiten

ringan sedang / b
I

- AH oral / topikal - AH oral / topikal atau


atau - AH + dekongestan oral atau
- AH + dekongestan oral - KS topikal atau eva ggu
- (Na kromoglikat)
+
gejala persisten membaik tidak ada
+
evaluasi setelah th/
t
mundur 1 langkah
2 - 4 minoou dan th/ diteruskan
+ untuk 1 bulan
bila gagal : maju 1 langkah - salah diagnosis
bila th/ berhasil : lanjutkan - nilai kepatuhan
1 bulan pasien
- komplikasi/
infeksi
- faktor kelainan
anatomis

pertimbangkan sumbatan hidung KS topikal gatal hidung


imunoterapi menetap ditingkatkan
menetap
I

KS topikal + lpratropium
dekongestan(3-5hari) AH bromida
atau KS oral (angka pendek)

+
Gagal

+
Kaustik konka / konkotomi

Anda mungkin juga menyukai