Anda di halaman 1dari 100
1102 6). Pekerja’buruh dengan HIV/AIDS tidak diharuskan menginformasikan status HIV/AIDS -nya kepada perusehaan, kecuali atas keinginan sendiri, ¢, Ditanda tangani oleh pengusaha/pengurus, PENDIDIKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS BAGI PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA. 1 Strategi Pendidikan a. Menyusun program pendidikan EIW/AIDS b, Melaksanakan pendidikan pekerja/buruh secara berkesinambungan; ¢. Memanfaatkan Panitta Pembina Keselamatan dan Keachatan Kerja dan atau Pelayanan Kesehatan Kerja dalam pelaksanaan program pendidikan penoegahan dan penanggulangan HIW/AIDS di tempat kerja Cakupan Pendidikan a. Penjelusan tentang HIV/AIDS, cara penularan dn cara pencegaharnya. b. Penjelasan tentang Infeksi Menular Scksual (IMS) sebagai salah satu faktor risiko tenmfeksi HIV/AIDS, ¢. Pemberian informasi tentang layanan pengobatan IMS, testing dan konseling sukarela HIV/AIDS melalui Dinas Kesehatan dan HIV/AIDS melalui rajukan rumah sakit setempat dd. Penjelasan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan program HIV! AIDS di tempat kerja dan kaidah [LOtentang HIV/AIDS di dunia kerja. ©. Metode pendidikan yang digunakan bersifat interaktif dan partisipatif, Pelaksanaan Pendidikan a. Pengussha‘pengurus dapat membentuk subkomite dalam kepengurusan: Panitia Pembina Kesclamatan dan Keschatan Kerja atau Pelayanan Kesehatan Kerja yang ada di perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap pelaksanasn pendidikan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja bagi pekerja/buruh. b. Pengusaha/pengurus mempersiapkan dan membekali anggota Panitia Pembina Keselamaten dun Kesehatan Kerja dan otau personil Pelayanan Kesehatan Kerja serta pekerja/buruh yang dipilih sebagai penyuluh sesuai dengan pendidikan yang dibutuhkan. Anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan atan personil Pelayanan Kesehatan Kerja serta pekerja/buruh yang dipilih dan sudah mendapatkan pendidikan wajib menyelenggorakan pendidikan bagi seluruh pekerja/buruh, Pekerjaburuh yang dipilik dan sudah mendapatican pendidikan ditugasken untuk menyebarluaskan informasi, mempengaruhi dan memantau perilaku pekerja/buruh yang beresike terhadap penularan HIV/AIDS, 4. Peserta, Materi, Metode dan Kualifikasi Instruktur Pendidikan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/ALDS di Tempat Kerja Peserta + 1) 3 3) 4) 3) 6) Manajer Supervisor Pengurus dan Anggota F2K3 Dokter penssahaan Parumedis Perusahaan Pengurus dan anggota Seriket Pekerja‘Buruh Materi : Mater yang dipersyaratkan minimal : 1). Materi pendidikan bagi Manajer, Supervisor, Pengurus dan Anggota P2K3, Paramedis, Dokter Perusahaan, Pengurus Serikat Pekerja/Bunuh adalah sebagai berilut : No, Mater Jan Pelajara (@ 45 Menis) 1. | Peogetabuan deser HIV/AIDS dam dampakeya terhedap z atunia kerja [2 | Peramutaa perundiagin keselamtan dan kesehaten kerja 1 dan kebijakan pemerinteh dalam pencegahan dan pesangeviaegan HIVIAIDS di tampa Recia 3. | HIVAIDS as bak azasi mania (HAM) 1 4. | Beran pongusaha dolam pencegahan daa penusggclangen ' HIVAIDS i tempat kerja 1103 5. | Peran serikat pekerja/beruh dan pekesja/buruh dalam 2 pencegahan dan peooggulangan HIV/AIDS oi tempat kecia. 6. | Dimensi jondor di tompee kerja dalam kniranmya dengan 1 HIV/AIDS - 7. | Program - program. pescegahess HIEW/AIDS ai tempat keri, 2 @. [Prosedur kesefomatas dan Kesehatan kerja dalam pebergihes dan peninggulangan HIV/AIDS di tempol a kerja 9. | Testing dan konseling sukarala (Voluntary Counselling 3 aad Testing} Diskusi kelompote 2 va luangs 2). Materi pendidikan bagi Pekerja/Buruh adalah sebagai berikut | ‘No ‘Materi Jam Pelajaran (45 Meaity Peajeles pengobatan EITW/AIDS seta sisters raj 3, | Kebgaian perusahaan, peran dan ianggung jawab pekerjal ‘ burs dalam ponsegahan dan penanggulangan TV/AIDS di tempat ker 4. | Proxedor keselamaten dan kesehata kerja dalam 1 pencogahan daa penanggulangan HIV/AIDS i tempat kerja p Junalah 6 Materi pendidikan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuban tempat kerja. e. Metode : 1). Ceramah 2). Diskusi m 3). Simulasi 4). Studi kasus 11d d. Kualifikasi Instruktur : Sudah mengikuti pendidikan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. C. PERLINDUNCAN HAK PEKERJA/BURUH BERKAITAN DENGAN HIV/AIDS: 1, Perjanjian Kerja Bersama a. Dalam menyusun dan menetapkan kebijakan tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja, peagusaha/pengurus harus berkonsultasi dengan wakil pelerja/burub dan atau serikat pekerja/buruh, b. Wakil pekerja/buruh dan ata serikat pekerja/buruh dengan pengusaha! pengurus bersama-cama memasukkan prinsip-prinsip tentang perlindungan dan pencegahan HIV/AIDS dalam Peraturan Perusshaan atau Perjanjian Kerja Bersama. Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counselling and Testing) a, Pengusaha/pengurus dilarang melakuken tes HIV untuk digunakan sebagai prusyarat suatu proses rekrutment atau kelanjutan status pekerja‘buruh, atau kewajiban pemerikssan kesehatan tenaga kerja serta untuk tyjtan asuransi. b. Tes HIV hanya dapat dilskuken terhadap pekerja/buruh atas dasar kesukarelaan dengan persetujuan tertulis dari pekerja/burwh yang bersangkutan, dengan ketentuan buken untuk digunakan sebageimana dimalsud dalam butir, a, ¢. Testing dapat dilakukan bagi pekerja yang akan dipekerjakan pada lingkungan kerja yang mungkin menimbulkan pajanan terhadap HIV seperts; laboratorium, fasilitas kesehatan dan terhadap pasien yang akan dilakukan tindakan medis oleh tenaga medis dan yang dicurigai ada indikasi terinfeksi HIV. d. Testing dapat dilakukan untuk tujuan survei pemantauan epidemiologi dengan memenuhi berbagai syarat yaity anonim, mematubi prinsip-prinsip etika riset, ilmiah serta profesi, dan tetap melindungi kerahasiaan dan hak- hak seseorang. ¢. Dalamhal tes schagaimana dimaksud butir.a. b. dan. diatasdilaksanakan, maka pekerja harus diberikan ; 1) Pra konseling (konseling sebetum test dilakukan) 2) Persetujuan secara tertulis (informed conser) 3) Pemberitahuan hasil tes langsung kepada si pekerja 1105 106 4) Pasca konseling (konscling setelah hasil test diberikan kepada yang bersangkutan) f. Bantuan konseling dapat diberikan oleh pelayanan kesehatan keyja yang ada di perusahaan dan atau pelayanan kesebatan lainnya. g. Tes HIV hanya boleh dilakukan oleh dekter yang mempunyai keahlian khusus sesuai peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku. Diskriminasi dan Stigmatisasi a. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh tidak dibolehkan melakukan tindak dan sikap diskriminasi tethedap pekerja/buruh dengan HIV/AIDS, b, Pengusaha/pengurus dan pekerjo/buruh harus melakukan upays-upaya untuk meniadakan stigma terhadap pekerja/buruh dengan HIV/AIDS. ¢. Pengusaba'penguras dan pekerja/buruh harus menghormati hak azasi dan menjaga martabat pekerja/buruh dengan HIV/AIDS. d. Fengusaha/pengurus dapat memberikan tindakan disiplin bagi pengusaha! pengunis lein dan pekerja’buruh yang mendiskriminasikan dan menstigma pekerjw/buruh dengan HIV/ADDS atau diduga sebagai pekerja”burah dengan HIV/AIDS, ¢. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS berhak untuk torus bekerja selama mereka mampu bekerja dan tidak menimbulkan bahaya terhadap diri sendiri, pekerja/buruh lainnya dan drang lain di tempat kerja. f Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS hendaknye bertindak secara bertanggung jawal dengan mengambil langkah-langkah sewajarnya unk mencegah penularan HIV kepada rekan sekerjanya. g. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS hendaknya didorong untuk menginformasikan kepada pengusaha/pengurus terhadap status HIV mereka jika pekerjaan yang akan dilakukan menimbulkan potensi resiko terhadap penularan HIV, Pelayanan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja/Buroh Dengan HIV/AIDS. a. Pekerja‘buruh dengan HIV/AIDS berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja sama dengan pekerja/buruh lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan ketentuan - 1) Pekerja/buruh yang telah tertular HIV tetapi belum masuk pada sta- dium AIDS yang mempunyai gejala penyakit umum berhuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik di sarana kesehetan petusabaan maupun jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja Jamsostek. 2) Pekerjaburuh dengan HIV/AIDS yang dikateporikan sebagai penyakit akibat kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja sesusi persturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Pekerja/burah yang telah tertular HIV pada stadium AIDS dan bukan termasuk kategori penyakit akibat kerja, tidak berhak mend.apatkan jaminan pemelibaraan kesehatan tenaga kerja maupun jaminan ‘kecelakaan kerja sesuai perwturan perundang-undangan yang beclaku.. 4) Pelayanan kesehatan kerja terhadap pekerja’burah dengan HIV/AIDS tidak wajib menyediakan obat-obatan anti virus HIV Penetapan stadium HIV/AIDS dilakukan oleh dokter yang mempunyai keablian khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan stan- dard yang herlakw. D. PROSEDURK3 KHUSUS UNTUK PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS. 1. Langkah-langkah Peocegahan Dan Pengendalian Pengusaha/pengurus berkewajiban untuk merastikan keselematan dian kesehatan lingkungan kerja, termasuk penerapan persyaratan dan ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja seperti ketentuan penyediaan dan penggunaan alai pelindung diri dan perlengkapan pelindung lainnya serta dan pertolongan pertama pada kecelakaan, Pengusaha/pengurus harus meounjukkan pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas ‘kerja di tempat kerjanya yang menempatkan pekerja‘buruh pads tempat kerja yang berisiko terhadap penularan HIV, Jika terdapat risiko penularan HIV, peagusah/pengurus hares menctapkan program-program untuk pencegahan dan penanggulangan dalam mengurengi risiko peaularan. Program-program tersebut bersifat selektif dari beberapa metode sebagai berikut : 1) Meniadakan pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimivulkan risiko penuilaran 2) Mengurangi risiko dengan mengganti, desain ulang proses atau memperbaiki metode kerja misalnya; sistem intravena bebas jarum. 3) Pemisahan proses untuk mengurangi jumlah pekerja‘burah yang tertlar, contohnya; penanganan darah, sistem pembuangan limbah tal 1107 1108 4) Penerapan cara-cara kerja yang aman 5) Pendidikan, pelatihan dan penyebarluasan informasi kepada pekerja/ buruh, 6) Ketatarumahtanggaan tempat kerja yang baik (good housekeeping). 7) Manajemenpembuangan limbah 8) Alatpelindungan dici_ Setiap pekerjaburuh harus mematuhi semua instruksi dan prosedur pencegzhan dan penanggulangan HIV/AIDS yang ditctapkan olch wipengurus termasuk pemakaian dan pengeunaan APD untuk tujuan pencegahan penularan HIV, Pada pekerjann atau uktivitas kerja dimana terdapat risiko penularan HIV! AIDS, pengusaha/pengurus harus menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang bersifat khusus disamping menyediakan perlengkapan yang diperlukan untuk manerapkan prosedur penanggulangan penularen dan menjamin penerapannya. Secara lebih rinci pengendalian tersebut dapat dijelaskan sebagai benikut: 1) Identifikasi bahaya a) Tujuan adalah untuk mengenal dan menentukan semua aktivitas kerja dan tugas pekerja/buruh di tempat kerja yang kemungkinan dapat tertular HI'W/ALDS. ‘b) [dentifikasi bahaya dapat dilakukan melalui ; i, konsuttasi dengan pekerjafburuh ii pengamatan secara langsung di tempat kerja ii, Analisa laporan pemajanan ¢) «© Proses identifikesi bahaya merupakan upaya pengenalan dan penyusunan prioritas terchadap kegiatan kerja dan tugas yang, memerlukan tindakan untuk mengurangi risiko penularan, Jka terdapat risiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja! buruh teridentifikasi, selanjutnya dilakukan penilaian risiko, 2) Penillaian risiko a) Tujuannya adalah untuk mengevaluasi risiko kesclamatan dan kesehatan pekerja/buruh sebagai akibat dari peroajanan darah di tempat kerja dan untuk menentukan kebutuhan pengukuran untuk meminimalkan risike penularan, b) Penilaian resiko harus meliputi pertimbangan sebagai berikut il ii. iL iv. ¥ s vii Sumber risiko dimana harus mempertimbangkan cara- cara penularan HIV/AIDS yang terdapat di tempat kena Frekwensi pajanan terhadap darah Bagaimana pekesja/buruh dapat terpajan Risiko pajanan terkait dengun tata letak dan kegiatan kerja. Potensi efek kesehatan dari tiap risiko Penilaian terhadap pengetahuan dan pelatihan untuk pekerja /buruh tentang HIV/AIDS Pemeriksaan kesebatan vill, Kecukupan dan keperluan persyaratan pengendalian. ix. Penilaian kesesuaian terhadap tugas yang akan dilakukan, apakah penggunaan peralatan dapat menyebabkan pemajenan darah. Penilaian diperlukan untuk persyaratan pengendalian. 3) Pengendalian risiko ‘Tujuan pengendalian risike adalah untuk mencegsh perularan HIV/AIDS di tempat kerja. Pengendulian risike dapat dicapai dengan hirarki pengendalian risiko yang meliputi beberapa hal sebagai berikut : ay b) Elimi Pelaksanan kegiatan yang berpotensi menyebabkan pajanan terhadap risiko penularan terhadap HIV/AIDS yang telah dilakukan penilaian harus dihilangkan, misabaya larangan penggunaan jarum suntik bekas. Substitusi maka pengurus/pengusaha hendaklah menggantikan pelaksanaan kerja dengan yang berisiko lebih rendah terhadap penularan HIV/AIDS, misalnya pemberian obat- obatan melalui suntik diganti dengan obat-obatan yang ae Pengendalian teknis (engineering control) Pengendatian teknis dapat berupa isolasi proses, proses tertutup, penggumaan peralatan mekenis atau otomatisasi serta modifikasi alat kerja den perlengkapan kerja, 109 io iv. Penerapan cara-cara kerja yang aman Pengusaha/pengurus harus menjamin penerapan cara- cara kerja yang aman di tempat kerja untuk meminimumkan pajanan terhadap darah, misalnya higiene perorangan, tindakan steril (urriversal precaution} dan program pengendalian infeksi. Jika kecelaknan terjadi di tempat kerja pengurus/pengusaha harus menetapkan prosedur Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja (P3K). v. Pendidiken, pelatihan dan penyebarluason informasi kepada pekerja‘buruh. vi. AlatPelindung Diri Alat Pelindung Diri yang sesuai wajib disediakan untuk melincungi pekerja/burnh dari pajanan HIV/AIDS pada pekerjaan yang berisiko terpajan HIV/AID, misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan darah atau pada pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (F3K), 4) Monitoring dan cvaheasi b) ec} a) 3 Pengusaha secara reguler harus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap upaya pengendalian yang telah dilakukan dan mengambil tindakan penyempurnaan apabila dipertukan, Dalam melakukan monitoring dan evaluasi perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : i Efektivitas kebijakan dan prosedur di tempat kerja, i Tingkat pemenuhan persyaratan dan keventuan-ketentuan yang berlaku. iii Efektivitus program penyebarluasan informasi dan pro- iv. Sebab-scbab pemajanan terhadap risiko HIV/AIDS. v. Evaluasi terhadap kasus kejadian yang berpotensi penularan HIV/AIDS. vi. Efektivitas penanganan tindsk lanjut seteiah pemajanan. Harus ada seorang/sekelompok orang ditempat kerja yang ditunjuk untuk melakukan monitoring dan evaluasi, Identitas orang atau kelompok orang yang ditunjuk harus diberitahukan kepada semua pekerja/buruh. Pengawasan Terhadap Infeksi di Tempat Kerja Kewaspadaan Universal Terhadap Darah dan Cairan Tabuh. Kewnspadaan Universal terhadap darah atau cairan tubuh dikenal jugasebagai Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Baku. Pendekatan ini mvuncul sebagai reaksi terhadap merchaknya wabah HIV/AIDS dan kesadaran akan pentingnya strategi baru untuk melindungi pegawai rumah sakit dan berbagai infeksi melalui darah. Wink pertamsa kalinya, pendekatan ini menekankan penerapan kewaspodaan terhadap darah dan cairan tubuh dan dilaksanakan secara universal terhadap semua orang tanpa memandang, status infeksi. Kewaspadaan Universal merupakan prakiek pengawasa baku dan sederhana terhadap infeksi yang diterapkan dalam perawatan semua pasien, setiap saat, untuk mengurangi risiko terhadap berbagai penyakit yang dibawa atau berkaitan dengan darah. Kewaspadsan ini mencaiup: 1) Penanganan hati-hati terhadap pengumpulan dan pembuangan berbagai benda tajam (jarum suntik atau bends tajam lainnya), sesuni dengan peraturan perundangan yang berlaku. 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap prosedur kegiatan di air mengalir dengan memakai detergen atau sabun atau alkohol 70%, 3) Penggunaan berbagai pelindung seperti sarung tangan, jubah, masker, setiap kali komtak langsung dengan daral atau berbagai cairan tubub. 4) Membuang sisa darah atau sisa cairan tubuh yang tercemar secara aman, 5) Semua peralatan yang tercemar dilakukan sterilisasi dengan menggunakan disinfektan yang tepat secara khusus. 6) Kain-kain kotor dilakukan pencucian dengan detergen dan bahan disinfektan dengan temperamr 80°C, Penularan HIV/AIDS Pada Pekerja/burab. 1) Risiko penularan Selurub penularan melibatkan daruh, cairan tubuh yang disertai dara, dan didapatkan kasus penularan melalui laultur virus (pada 3 petugas Jab.). Pajanan dapat melalui perkutancus (terbanyak), macecutancas, dan bisa keduanya. mi 112 Risike penularan dipengaruhi oleh i Dalanmya Iuka ii Darah teslihat pada jarum di Penempatan jarum paela vena’arteri pasien iv. Sumber pajanan terinfeksi HIV fase lanjut (berhubungan dengan tingginya kadar virus pada sumber tersebut) 2) Profilakeis HIV Pasea Pajanan/Posrexposure Prophylaxis (PEP) Profilaksis Pasea Pajanan Untuk Luka Perkutaneus Sipakat peda arterifvena pasien Status Sumber Pajenan 1 Fajanen Sumber HIV | Sumber HEV =) Status HIV Tidak dan Hisikeo dim Risiko Dilcetwhui Readab* Tinggi* Ringan : jarem kecil, Binuanya tidak: distan; superfisiat Y obat PEP | 4 obat PEP | pertimbsngkan 7 obst Fer Brad : jarum berdicaran Dbesar, Iuka dalam, dara : ‘cabal pada jaram, jarum | 3 obar PER | 3 obar FER | Howes IMGh dinbeli ‘pertinwbangkan 2 ebat PEP Profilaksis Pasca Pajanan Untuk Pajanan Melalui Membran Mukosa Dan Kulit Yang Tidak Utuh (Dermatitis, Abrasi, Luka) une Suber Pajama Bijan Sumber HIV+ | Sumber HIV+] Status HEV Tidak dan Risiko | din Risiko Diketabui Rendah* Tamgg!* _| . Biasamys titsk iobati; Volume kecil (tewetan} | 2 obs PEP | 3 obat PEP | peisivengkan 2 ubut PEF Volume besar (percékan | § obat PEP | Sobat PEP | Biasanye tidak dioksti: dara dalam jumlah pertimbangkan 2 obut banyak) PEF Keterangan * : Risiko rendah : HIV asimtomatik atau kadar vires <1_500/ml Risiko tinggi : HIV/AIDS simtomatik, serokonversi akut, dan atau kadar virus tinggi. 3) Bila sumber/pasien tidak diketahui stares HTV-nya dapat dilakcukan ws cepat yang dalam waktu <1jam dapat diketabui hasilnya, Tes ini dapat dipercaya hasilnya dan sangat efektif untuk mencegah penggunasn obat profilaksis yang tidak dipertuken. ‘Monitoring Dan Konseling Tes serologi HIV harus dilakukan pada saat kejadian, dan diulang pada minggu ke-6, 3 bulan, dan 6 bulan. Hal ini penting kurena dari penelitian. didapatkan ada sebagian pekerja yang baru terdeteksi positif setelah 6 bulan pasca pajanan. Tes ini harus diwlang pada bulan 12 untuk pekerja yang menderita hepatitis C karena dapat memperiambat pembentukan serokonversi HIV, Pekerja positif HIV biasanya ukan mengalami syndrome simtomatik akut HIV dalam 2 ~ 6 minggu pasca pajanan. Pekerja harus mendapatkan konseling untuk melakuken hubungan sex dengan aman atau tidak melakukan hubungan sex sampai basil tes serologi negative setelah 6 bulan pasea pajanan. Risiko terbesar adalah pada 6 sampai 12 minggu pertama_ Pemberinn PEP harus dimulai secepat mungkin, bila dapat dalam | - 2 jum pajanan sampai 34 jam pasca pajanan. Pekerja/buruh bidang kesehatan dengan HIV positif berdasarkan United State Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) dapat tetap menangani pasicn dengan prosedur operasi selama : i, pasien mengetahui status HIV pekerja tersebut ii ada persetujuan tindak medis tertulis dari pasien 3. Program Gawat Darurat dan Pertolongan Pertama Seorang pengusaha/pengurus, berkonsultansi dengan tenaga medis yang profesional yang abli dalam HIV/AIDS, hendaknya mengembangkan pro- gram untuk menangani pekerja‘buruh yang kemungkinan terpajan oleh darah atau cairan tubuh yang lain selama bekerja. Program ini meliputi prosedur untuk : 1) Melaporkan kepada orang yang diberi tanggungjawab untuk melaksanakan investigasi dan orang yang diberi tanggungjawab untuk menyimpan data kecelakean yang disebabkan karena terpajan oleh darah atau cairan tubuh, wi3 2) Segera merujuk kepada dokter bagi pekerja/burub yang terpojan HIV supaya dapat dilakuken penilaian terhadap risike penularan dan membahas pilihan untuk melakukan konseling dan testing sukarela serta pengobatan, b. Pengussha/pengurus hendaklah menjamin prosedur Gawat Derurat dan Pertolongan Pertama veria memasukkan persyarutan pencegahan untuk menghindarkan risiko penularan HIV dalam monangani korban kecelakean di tompat kerja yang menimbulkan perdarahan dan atan memerlukan cardio pulmonary resuscitation (CPR). DITETAPKANDI : JAKARTA PADATANGGAL =: 16 Juni 2005 DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN td, MSM. Simanihuruk, SH, MM. NIP. 130353033 4 Menimbang Mengingat Menetapkan PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTURJENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NO. : KEP. 37/DJPPR/XU/2004 TENTANG KELENGKAPAN DAN IDENTITAS AHLIKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 4 bahwa dalam upaya penertiban dan peningkatan citra Abli Keselamatan dan Kesehatan Kerja scbagai tenaga teknis berkeablian khusus dari luar Departmen Tenaga Kerja dan ‘Transmigrasi yang ditunjuk Menteri, dalam melaksanakan tugas, ‘kewenangan dan kewajibannys, diperlukan perlengkapan khusus (identitas); bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dalam huruf a, fersebut di atas perlu ditctapkan dengan Keputusan Dircktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. ‘Undang-undang No. 1 ‘Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.1No, Per-02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjuken, Kewajiban dan Kewenangan Abli Keselamatan dan Kesehatan Kerja MEMUTUSKAN: Kelengkapan dan identitas Abli Keselamatan dant Kesehatan Kerja (AbIi 3) terdiri dari : 1. Kartu Tanda Kewenangan Ahli K3 111s KETIGA KEEMPAT 1116 2, LencanaAhli K3 3. Lencana Penegak Ketentuan K3. Kelengkapan dan identitas Abli K3 sebagaimana dimaksud pada amar pertama wajib dipakai dan dibawa olch setiap Abli K3 baik umum mulupun spesialis pada saat memasuki dan atau berada di tempat kerja dalam menjalankan kewajihan, tugas dan fungsinya. Kartu tanda kewenangan Abli K3 scbagaimana dimaksud pada amar pertama dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI ‘Contoh kartu tanda kewenangan Abli K3 sebagaimana dimakeud pada amar pertama tercantum pada lampiran | Keputusan Direktur Jenderal ini, ‘Bentk lencana Aili K3 pada gambar 1 dan bentuk lencana penegak ketentuan K3 pada gambar 2, sebagaimana tercantum pada Lampiran Tl Keputusan Direktur Jenderal ini. Makna leneuna Abli K3 sebagaimuna dimaksud pada amar pertama adalah ; 1, Lima penjuru angin memberi arti panca karsa Ahli K3, 2. Rantai memberi arti sebagai pengikat panca karsa Abli K3 sebagai satu kesatuan yang utuh. 3. Roda gigi dan palang tengah merupakan simbul K3. Makna lencana penegak ketentuan K3 sebagaimana dimaksud pada amar pertarma adalah : 1, Lima penjuru angin memberi arti panca karsa Abli K3, 2, Rantai memberi arti sebagai pengikat panca karsa Ahli K3 sebagai satu kesatuan yang utwh. 3, Roda gigi dam palang tengah merupakan simbul K3, 4. Jari-jari pada dasar lencana penegak keterituan K3, berjumilah 18 ‘buah memberi arti jumlah pasal IU No. | tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, KEDELAPAN = Pemakaian lencana Abii K3 scbagaimana dimaksud pada amar perlama dipasang di atas saku kiri. KESEMBILAN ; Kartu tanda kewenangan dan lencana penegak ketentuan K3 wajib ditunjuickan kepada yang berwenang bilamana diperlukan khususnya pada saat melaksanakan kevrajiban, tagas dan fungsinya. KESEPULUH =: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila terjadi kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkandi : Jakarta Pada tanggal : 26 November 2004 Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan MSM, Simanihuruk, SH.MIM_ NIP. 130.353.033 WAT Lampiran il : Keputusan Direktur Jenderal Pennbinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep. 37 /DIPPK/XL/2004 Tanggal ; 26 November 2004 Gambar 1: Lencana Abii K3 Gambar 2 = Lencana Penegak Ketentuan K3 Ditetapkandi ; Jakarta Padatanggal =: 26 November 2004 Dircktur Jonderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan MSM. Simanihuruk, SH.MM_ NIP. 130.353.033 1S Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pernbinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. : Kep. 37/DIPPR/XT 2004 Tanggal : 26 Novernber 2004 1. Kartu tanda kewenangan Abli K3 Umum ee PERMATIAN 1) Naru Tanca Kewesangan.litak bartahy apatiia scans na eeagong Rasta gzan ve Peeusataar Lan ws ee angundettan dee 7. SK RerurpkanAK3 dat satel ih Miriam apatia anggep iteh rane atau melanggir Kelantan Taran yg Dea KEWENANGaN ipa ete tates aise ue periiuran gerutcueguecargan KD sea 2. Kartu tanda kewenangan Abli K3 Spesialis EPOCETIANS RL PERHATIAM aT TANDEM 1. Karts Tardy Mawenangie Hak Derby apatila NL OE SELAMAT MEST VERA eager Ravterya pivsat ke Poseuafunt lan as We AEE, ampuneirhan 3, 2 SHC Persajshas AMI dapat eh slo Mrteel apts Marpgae Game mamgu cau Rewsga keleote ‘erfuran yng batanat REWENANGAN Ditetapkandi : Jakarta Padatanggal =: 26 November 2004 Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan NIP. 130,353.033 119 . DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RD DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PFENGAWASAN KETENAGAKERJAAN JL Jend. Gatot Subroto Kav, $1 —JAKARTA Kotak Pos 4872 Jak, 12048 Telp. 5255733 Pes. 600 — Fax (021) 3253913 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGARERJAAN NO. KEP, 113/DIPPKITX/2006 TENTANG PEDOMAN DAN PEMBINAAN TEKNIS PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUANG TERBATAS (CONFINED SPACES) DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN Menimbang: behwa kegistan industri yang dilakukan di dalam ruang terhatas semakin meningkat dan berpotensi meaimbulkanbahaya bagi tenaga kerja maupun aset perusshaan lainnya. b. bahwa untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibatkerja ‘yang ditimbulkan oleh bahaya bakean-beban kimia yang mengandung tacun dan mudah terbakar yang terdapat di delam ruang terbatas, maka diperlukan pengendalian dan pengawasan secara berjenjang ‘yang dilakukan oleh personilyang kompeten di bideng keselamatan dan kesehatan kerja ruang terbatas. c. bahwa untuk itu periu adanya pedoman yang mengatur ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ruang terbatas/confined ‘spaces dan petugas keselamatan dan kesehatan kerja ruang terbatas! confined spaces dalam beotuk surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasna Ketenagakerjaun. Mengingat: 1. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persctuyuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam Pemiagaan dan Kantor-Kantor ‘Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; ‘Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjean, Keputusan Menteti Tenaga Kerja No. KEP 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahn Kimia Berbohaya di Tempat Kerja MEMUTUSKAN YR Menetapkan : PERTAMA : » Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rung Terbates adalah ftenaga tehnis keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1121 KEDUA: KETIGA: KEEMPAT : 22 No. SE.117/MEN/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Keschatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-Tempat Publik Lainnya yang memiliki kompetensi khusus dibidang keselametan dan kesehatan kerja di ruang terbatas/tertutup dibuktikan dengan sertifikat pembinaan, b. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas scbagaimana dimaksud huraf a yang sclanjutnya dischut Petugas K3 Confined Spaces terdiri dari 2 (dua) jenjang meliputi Petugas Madya dan Petugas Utama a, Sertifikat pembinaan sebagaimana dimaksud amar pertansa hurof a dan b diperoleh melalui proses pembinaan tehnis yang terdiri dari seleksi, diklat, dan ujian serta dinyatakan lulus ujian, b, Seleksi dan diklat dapat diselenggarakan oleh Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang diklat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kegja RI No.PER.(4/MEN/1995 atau oleh internal perusahaan (in house training) atas persetujuan Depariemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. c. Ujian disclenggarakan oleh tim yong dibentuk olch Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atau Lembaga Uji lain sesuai peraturan perundang-undangan. Peserta yang dinyatakan lulus ujian scbagsimana dimaksud pada amar kedus huruf'c diberikan sertifikat oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Rineian kompetensi, kurikulum den persyeratan ihuosus peserta pembinaan tehnis Petages K3 confined spaces tertera pada lampiran keputusan ini. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya, Ditetapkan di: Jakarta Pada Tanggal — : 29 September 2006 Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan A ated fC MSM. Simanihurak, SH, MM NIP. 130353033 ae ee Lampiran Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (confined spaces) Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja September 2006 Daftar Isi Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukuns 1.3, Tujuan 14. Ruang Lingkup 1,5. Dattar Ietilah Petsyaratan K3 di Ruang Terbatas 2.1. Persyaratan Umum. 2.2. Persyaratan untulc ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus 2.3. Persyarstan Kesehatan Orang yang Bekerja di Ruang Terbatas Program Memasuki Ruang Terbatas Sistem Perijinan Ijin Kerja Pelatihan ‘Tanggungjawab 9.1. Kontraktor 92, Petugas Utama (Entrant) 9,3, Petugas Madya (Attendant) 9.4, Abli K3 (Safety supervisor) ‘Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat Lampiran moon Persyaratan Perijinan Untuk Metmasuki Ruang Tertump Prosedur Pemeriksaan dan Pengujian Gas Atmosfer Formulir Perijinan Masuk Ruang Terbatas Sistem Saluran Pembuangan Tim Penyelatnat dan Tanggap Darurat 1123 LAMPIRAN 1; Kepatusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjean. Nomor : Kep. /DUPPK/DU2006 Tanggal : September 2006 Pedoman Kesclamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (Confined Spaces) 1. Pendabuluan 1.1, Latar Belakang Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces) mempunyai resike terhadap keselamatan dan keschatan pekerja di dalumnya. Oleh karenunys diperiukan eturan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset lainnya, ‘baik melalui peraturan perundang-undangan, program memasuki ruang terbatas dan persyaratan ataupun prosedur untuk memasuki dan bekerja di dalam ruang terbatas. Seperti diketahui bersama, ruang terbatas (confined spaces) mengandung beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang mengendung racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas, wap, asap, debu dan sebagainya. Selain it masih terdapat bahaya lain berupa tejadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, subu yang ekstrem, terpebak atau terliput (engulfment), maupun resiko fisik lainnya yang tinvbul seperti kebisingan, permukaan yang basah/ licin dan kejatuhan benda keras yang terdapat di dalam ruang terbatas tersebut yang dapat mengakibathan kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, Di sisi lain, Peraturan Khusus |. yang mengatur tentang pekerjaan di dalam tangki apung dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi dan kompleksitas pekerjaan di ruang terbatas sekarang ini, schingge perlu dikeluarkan peraturan/pedomen yang dapat mengatur dengan Ichih jelas dan lengkap. 1.2, Dasar Hukum + Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No, 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor + Undang Undang No. I tahun 1970 tentang Keselamaten Kerja + Undang Undang No, 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjean + Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/Men'1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Termpat Kerja * Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja 124 13. + Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No, SE.117/Men! PPKPKE/ M2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Keschatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat- ‘Tempat Publik Lainnya, Tujuan Memberikan pedoman’peninjuk Keselamatan dan kesehatan kerja kepada pengurus, pegawai pengawas dan ahli K3 mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada pekerjaan di dalam ruang terbatas (confined speces) guna mencegah teqjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit okibat kerja serta menekan kerugian karena peledakan, kebakaran dan klaim kesehatan lainnya. . Ruang Lingkup 1.4.1, Pedoman ini memuat syarat-syarat, prosedur dan kegiatan yang haras dilakukan dalam upaya melindungi pekerja dari bahay saat memasuki dan bekerja di dalam ruang terbatas yang membutubkun ijin khusus. Pedoman ini berlaku untuk semua orang yang meagurus, yang memasuki dan bekerja dalam ruang terbatas, 1.4.2. Pedoman ini mengatur bahwa yang dimaksud memasuki ruang terbatas adalah apabila sescorang bekerja dengan sebagian maupun seluruh anggota tubuhnya berada di dalam ruang terbatas, antara Tangki penyimpanan, bojana transpor, boiler, dapur'tanur, silo dan jenis tangki lainnya yang mempanyai lubang lalu orang: Ruang terbuka di bagian atas yang meiebihi kedalaran | ,5 meter seperti Tubang [alu orang yang tidak mendapat aliran udara yang cukup; + Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah dan struktur lainnya yang serupa; + Ruangan lainnys di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang yang keil seperti tangki kargo, tangki minyak dan sebagainya 1.4.3, Berbagai jemis pekerjaan yang menyebabkan orang memasuki ruang terbatas, antara Lain: + Pemeliharaan (pencucian atau pembersihan) + Pemeriksaan + Pengelasan, pelapisan dan pelindungan karat + Perbaikan + Penyelamatan dan memberikan pertolongan kepada pekerja yang cidera atau pingsan dari ruang terbstas; dan 1125 15. 1126 + Jenis pekerjaan lainnya yang mengharuskan masuk ke dalam ruang terbatas. Daftar [stilah 1.5.1. Kondisi yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan berarti keadaan dalam ruang terbatas yang membutuhkan ijin khusus dimana pekerja dapat masuk dan bekerja dengan aman di dalamnya. 1.5.2. Petugas madya berarti pekerja yang berjaga di luar satu atau lebih ruang terbatas yang membutubkan ijin khusus, yang bertugas mengawas! petugas utama, dan melakukan seluruh tugas petugas madya sesuai dengan program pengawasan ruang terbatas. 1.5.3. Petugas utama berarti pekerja yang telah diberi wewenang oleh pengurus untuk memasuki dan melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas yang memerlukan ijim khusus, 1.5.4, Pemampatan (blanking/blinding) berarti penutupan total jaringan, pipa atsu saluran dengan cara memasang lempengan padat/sorokan (seperti spectacle blind atam skillet blind) yang dapat menwtupi seeara total dan dapat menshan tekanan maksimum dalam jaringan, pipa atau saluran tersebut tanpa menimbulkan kebocoran pada lempengan padat/sorokan. 1.5.5. Ruang terbatas (confined spaces) berarti ruangan yang: 1.5.5.1, cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa schingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya; 1.5.5.2. mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tank, kapal, silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses yang terbatas). 1.5.5.3. tidak dirancang untuk tempat kerja secara bericelanjutan atau terus- menerus di dalamnya. 1.5.6, Penutupan dan pengurasan berarti penutupan jaringan, pipe atau seluran dengan cara menutup dan mengunci atau mengkaitkan 2 katup yang berhubungan dengan membuka dan mengunci atau mengkaitkan katup pengurasan atau pembuangan pada jaringan diantara 2 katup yang tertutup tersebut, 1.5.7. Gawat darurat berarti setiap keadaan (termasuk terjadinya kegagalan pengendalian bahaya atau monitoring peralatan) atau kejadian baik yang berlangsung di dalam atau di luar mang terbatas yang dapat membahayakan pekerja di dalamnys. 1.3.8. Terliputi atav Engulfment berarti keadaan dimana seseorang terperangkap olch cairan atau substansi padat yang dapat terhirup sehingga dapat menyebabkan gangguan berupa penyumbatan sistem pemmapasan sehingga dapat menimbulkan kematian melalui strangulasi, konstriksi atau penckanan, 1.5.9, Kegiatem berarti kegiatan dimana scscorang melalui jalur masuk ruang teebatas yang memerlukan ijin khusus, Masuk kedalam ruangan tersebut meliputi kegiatun yang dilangsungkan dalam ruang tersebut. 1.5.10.0jin masuk (ijin) berarti dekumen tertulis yang diberikan oleh pengurue untuk memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin Khusus dan mengandung informasi seperti diatur dalam bagian 4 pada pedoman in, 1.5.11 Abli K3 berarti orang (seperti pengurus, pengawas pekerja atau supervisor) yang bertanggung jawab untuk menentukan apekah terdapat kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dalam ruang terbatas tersebut sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat, untuk meagesahkan dao mengawasi proses terscbut dan untuk menghentikan kegiatan seperti diatur Catatan: Ahli K3 juga dapet bertugas sebagai petugas madya atau sebagai petugas utama yang berwenang, selama individu tersebut mendapat pelatihan dan terampil menggunakan peralatan kerja yang sesuai seperti diatur dalam pedoman ini. 1,5.12.Lingkungen berbahaya berarti lingkungan yang dapat menyebabkan pekerja menghadapi risiko kematian, hendaya atau ketidakmampuan menyelamatkan diri secara mandiri, kecelakaan, terluka, atau penyakit akut akibat satu atau ‘beberapa sebab berilcut ini: 1.5.12.1. Gas, uap atau kabut uap yang modah terbaker dengan konsentrasi melebihi 10% dari BRDM nya. 1.5.12.2, Debu di udara yang mudah meledak dengan konsentrasi setars atau melebihi BRDM. Catatan: konsentrasi ini dapat diperkirakan jika debu dapat terlihat secara visual pada jarak 5 kaki (1,52 m) atau Kurang. L.5.12.3, Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi 23,3 % 15.124. Konsentrasi substansi yang konsentrasinya atau nilai ambang batasnya dirnuat dalam Surat Edaran Menaker No. SE. O1/Men/1997 15,125, Setiap keadaan lingkungan yang langsung berbahaya bagi keschatan atau dapat mengakibatkan kematian. Catatan; untuk kontaminan udara yang belum ditentukan dosis atau nilsi ambang batasnya dalam SE Menaker No, SE. 01/Men/1997, dapat digunakan sumber informasi lain seperti LDKB. 1127 1128 1.5.13. 13.14, 1.5.15. 1.5.16, 15.17. 1.3.18, 15.19, Ujin untuk melakukan pekerjaan paras berarti ijin tertulis dari atasan pekerja tersebut untuk melakuksn pekerjaan yang menghasilkan sumber panas (seperti riveting, pengelasan, pemotongan, pembakuran atau petmatrasan) kesakitan atau kematian dengan segera berarti setiap komdisi yang dapat mengakibatkan kematian segera atau dapat menimbulkan efek samping permanen terhadap kesehatan atau dapat menimbulkan hendaya bagi pekerja untuk menyelamatkan diri secara dari ruang torbatas tersebut. Catatan: beberapa zat tertentu, seperti gas HF atau wap cadmium, dapat menimbulkan reaksi tanpa gejala yang jelas, namun segera diikuti dengan kolaps yang mendadak dan mungkin fatal dalam 12-72 jam setelah pemaparan. Pengisian’Pembilasan dengan gas inert (purging) berarti pengisian udara dalam ruang terbatas dengan menggumakan gas yang tidak mudah meledak {seperti nitrogen) sedemikian rupa schingga udara di rang terscbut menjadi tidak mudah meledak. Catatan: kegiatan prosedur ini menyebabkan kadar oksigen dalam menjadi berkurang sehingga dapat mengakibatkan kesakitan, sesak atau kematian dengan segera. Isolasi berarti proses dimana raang terbatas tersebut di-nonfungsikan dan tertutup sepenuhnya dari pelepasan energi atau material ke lingkungan terbuka melalui cara seperti: pemasangan sorokan (blanking/blinding}, pemindahan jaringan pipa atau saluran, penutupan dan pengurasan, penutupan seluruh sumber energi, dan pemutusan seluruh jaringan, Penusiusan jaringan berarti pembukaan pips, jaringan atau saluran yang tmengandung bahan beracun, mudah terbakar, korosif, gas inert, atau cairan lainnya yang pada volume atau tekanan dan subu tertentu dapat mengakibatkan kerusakan berupa ledakan dan Jain-lain Ruang terbatas tanpa ijin khusus berarti ruang terbatus yang tidak berpotensi mengandung gas atmosfer yang berbahaya atau mengandung babaya lainnya yang dapat menyebabkan kematian atau behaya terhadap fisik lainya, ‘Rung terbatas dengan ijin khusus berarti ruang terbatas yang mempunyai satu atau lebih ciri-cini berikeut ini: 1,5,19.1. mengandung gas atmosfer udara yang berbahaya 1.5.19.2. mengandung material yang berpotensi memerangkip pekerja di dalamnya 1.5.19.3. mempunyai kontigurasi atau struktur sedemikian rupa schingga petugas utama dapat terperangkap atau mengalami asfiksia akibat dinding yang melengkung ke dalam atau lantai yang curam dan mengarah ke lorong atau Tuangan yang lebih kecil, atau 1.5.19.4, mengandung bahaya lainnya, 1.5.20, Udara rendab oksigen berarti udara yang mengandung oksigen kurang dari L521, 15.22. 1.5.23. 1.5.24, 1.5.25. 1.5.26. 1.5.27, 19, $4 Udara kaya oksigen berarti udara yang mengandung oksigen lebih dari 23,504 Program ruang terbatas berarti program yang dibuat untuk mengendalikan dan melindungi pekerja dalam ruang terbatas untuk mengatur kegistan pekezja di dalamaya. Sistem perijinan berarti prosedur tertulis dari pengurus untuk mempersiapkan dan mengeluarkan ijin untuk melaksanakan kegiaten dan menghentikan kegiatun dalam ruang terbatas dengan ijin khusus. ‘Kondisi teriarang berarti setiap kondisi dimana pekerja tidak dapat melakukan kegiatan di dalam ruang terbatas dengan ijin khusus. Petugas penyelamat berarti orang yang bertugas menyelamatkan pelcerja dari ruang terbatas, Sistem penyelamatan berarti peralatan (termasuk tali penyelamat; sabuk pengaman, baik yang sebatas dada ataupun digunakan di seluruh tubuh; wristlct; atau alat pengangkut) yang digunakan untuk mengeluarkan pekerja dari ruang terbatas. Pengujian berarti proses identifikasi dan evaluasi bahaya berbahaya yang mungkin dihadapi petugas utama dalam ruang terbatas dengan ijin kbusus Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas Pane 21 . Persyaratan Umum Ppengurus wajib melakukan identifikesi dan evaluasi terhadap tempat kerja untuk menentukan apakah terdapat ruang terbatas dengan ijin kivusus. . jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib menginformasikannya kepada pekerja dengan memasang tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus tergebut. Catatan: tanda bertuliskan - BAHAYA- RUANG TERBATAS DENGAN LIN KHUSUS, DILARANG MASUK atau menggunakan kalimst lain dengan maksud yang sama. . jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkam memasuki Tuang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib melakukan langkahlangksh untuk mencegah dan melarang pekerja memasuki ruang terbatas tersebut. 1128 2.2. Persyaratan untuk ruang terbatas dengan ijin khusus 2.2.1, jike pengurus memperbolehkan pekerja memasuki runng terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib mengembangkan dan mengimplementasikan program tertulis seperti diatur dalam pedoman ini, Program tertulis tersebut harug dketehui oleh pekerja dan perwakilannya. Peryarstan yang wajib dilakuken untuk memasuki ruang terbatas dengan ijin 1130 2.2.2, khusus 22.2.1 22.22. 22.23, 2224. Jika penutup akses/pintu masuk dibuka, pada jalur tersebut harus dipasang selusur, penutup sementara atau penghalang sementara Isinnya untuk mencegah masukaya pekerja tanpa disengaja dan untuk melindungi pekerja di dalam ruang terbatas tersebut dari masuknya benda asing ke dalam ruangan, Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan harus dinji terlebih dabulu, berturut- turut untuk kadar eksigen, gas dan uap yang tudah terbakar dan kentaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan peralatan yang telah dikalibrasi. Setiap pekerja yang Memasuki ruangan atau perwakilan pekerja terscbut, wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian tersebut. Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika terdapat pekerja di dalamaya ‘Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan ketentuan sebagai berikut: 2.2.2.4.1, Pekerja tidak boleh memasuki ruangan schelum udars berbahaya di dalamnya dibersihkan terlebih dahulu 2.2.2.4.2. Aliran udara tersebut diarabkan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai area dimana pekerja akan berada dan harus berlangsung terus menerus selama pekerja berada ci dalam, 2.2.2.4.3. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh dari sumber yang bersih dan tidak boleh meningkatkan bahaya dalam ruangan. 2.2.2.5. Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin untuk memastikan bahwa pengeturan aliran udara dapat mencegah akurnulasi udara yang berbahaya dalam mangan. Sctiap pekerja yang memasuki ruangan, atau perwokilan pekerja tersebul, wajib diberi kesempatan untuk mengamati proses pengujian tersebut, 22.2.6, 2.2.2.7. Jika terdeteksi udara berhahaya selama kegiatan berlangsung: 2.2.2.6.1, Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas tersebut secepatnya. 2.2.2.6.2. Ruangan haris dievaluasi untuk menentukan bagaimana udara berbabaya terscbut dapat terjadi, dan 2.2.2.6.3. Harus dilakuken pemeriksaan untuk melindungi pekerja dari udara berbahaya tersebut sebelum kegiatan berikutnya berlangaune Pengurus wajib memastikan bahwa ruang tersebut telah aman dan telah dilakukan pemerikeaan scbelum kegiatan beriangsung, seperti diatur dalam paragrap 2.2.3, melalui pernyataan tertulis, yang memuat tangeal, lokasi ruang dan tandatengan petugas pemeriksa, Pernyataan tertulis tersebut harus dibuat sebelum kegiatan berlangsung dan dapat dilihat oleh pekerja yang akan melakukan kegiatan dalam ruang tersebut, atau perwakilan pekerja tersebut. 2.2.3. Jiks terdapat perubahan pada penggunaan atau konfigurasi ruang terbatas tanpe ijin khusus yang mungkin meningketkan bahaya pada pekerja di dalamoya, pengurus wajib melakukan evaluasi ulang terhadap ruang tersebut, dan bila perlu mengklasifikasikannya sebagai ruang terbatas dengan ijin Khusus, * 2.2.4. Ruang yang diklasifikasikan sebagai reang terbatas dengan ijim khusus olch pengurus, dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin Khusus dengan persyarutan berikut: 2241, 2.2.4.2, 22.4.3, Jika ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut tidak mengandung udara berbahaya, dan jike bahaye di dalamnys telah dicliminasi tanpa perlu masuk ke dalam noangan tersebut, ruang tersebut dapat diklasifikusikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin Khusus selama tetap tidak terdapat udara berbehaya di dalamnya. Jika dirasakan perlu untuk memasuki ruang tersebut untuk menghilangkan bahaya di dalamnya, kegiatan tersebut harus dilakukan sesuai persyaratan pada paragraph 2.2. jika pengujian dan pemeriksaan sclama kegiatan membuktikan behwa bahaya dalam Tuang tersebut telah dihilangkan, ruang tersebut dapat diklasifikasikan kembali sebagai mang terbatas tanpa ijin khusus selama tetap tidak terdapat bahaya di dalamnya. Pengurus wajib mendokumentasikan dasar penentuan bahwa selurah bahaya dalam mang terbatas dengan ijin khusus telah dihilangkan, melalui sertifikasi yang memuat tanggal, lokasi ruang dan 1131 3.2. 132 tandatamgan petugas yang membual penentuan tersebut. Sertifikasi tersebut dapat dibaca oleh seluruh pekerja yang memasuki rang tersebut atau oleh perwakilan pekerja 2.2.44, Jika bahaye timbul dalam ruang terbatas dengan ijin khusus yang telah diklasifikasikan sebagai mang terbatas tanpa ijin khusus, seluruh pekerja wajib meninggalkan ruangan. Pengurus wajib mengevaluasi kembalj ruang tersebut dan menentukan apakah ruang teracbut harus diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus, seperti diatur dalam pedomen ini, 2.3. Persyaratan Kesehatan Untuk Orang yang Bekerja di Ruang Terhatas 2.3.1, Bekerja di ruang terbatas dapat memberikan tekanan fisik dan psikologis, Hal ini dikarcoakan kualitas penerangan yang buruk dan ruangan yang semapit, dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan keseimbangan karena menurunaya fungsi koordinasi dan peredaran darah yang tidak normal, 2.3.2. Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa keschatan kerja bahwa petugas tersebut tidak mempunyai riwayat 23.2.1, Sakit sowan atau epilepsi (2.3.2.2, Penyakit jantung atau gangguan jantung 2.3.2.3. Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan 2.3.2.4, Gangguan pendengaran 23.2.5. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat monyebabkan disorientast 2.3.2.6, Klaustropobia, atau gangguan mental lainoya 2.3.2.7, Gangguan atau sakit tulang belakang 2.3.2.8. Kecacatan penglihatan permanen 2.3.2.9. Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama bekerja di ruang terbatas Program Mcmasuki Ruang Terbatas dengan Ijin Khusus . Pengurus yang memilikd ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus berkewajiban membuat program mang terbatas, Program tersebut sekurang-kurangnya terkandung bal-hal berikut: 3.2.1. Langkah-langkah khusus untuk mencegah masuknya pihak yang tidak berwenang. 3.2.2. Identifikasi dan evaluasi bebaya dalam cuang tersebut scbelum dimasuki oleh pekerja 3.2.3. Pengembangan dan penggunaan peralatan, prosedur dan praktik yang diperlukan untuk menjamin keamanan kegistan dalam ruang tersebut, ‘termasuk, namun tidak terbatas kepada, hal-hal berikut: 3.2.3.1, 3.2.3.2, 323.3, 4.23.4. 3235. 3.2.3.6. menentukan kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan memberikan kesempatan kepada petugas ulama yang berwenang atau kepada perwakilan pekerja tersebut untuk ikut mengamati setiap pengawasin dan pengujian ruang teracbut ‘Melakukan isolasi pada ruang tersebut Melakukan pembersihan, pengisian gas inert, pembilasan ato pengaliran udara ke dalam muang tersebut jika diperiukan, untuk menghilangkun atau mengendalikan udara berbahaye di dalamnya. ‘Menyediaken jalur untuk pejalan kaki, kendaraan atau penghalang lain yang dipetuken untuk melindungi petugas utama dari bahaya dari luar Memastikan bahwa kondisi dalam ruang tersebut aman untuk dilakukan kegiatan di dalaronya. 3.2.4, Penyedinan peralatan berikut seperti dibawah ini, menjaga kondisi peralatan tersebut agar dapat bekerja baik, dan memastikan bahwa pekerja menggunakan. peralatan tersebut dengan baik: 3.24.L. 3.2.4.2. 3.2.43, 3.2.4.4, 3.24.5. 3.24.6 3.247. Peralatan pengujian dan pemantauan harus sesuai seperti yang distur dalam paragrap 3.25 Peralatan pengaliran wdara (ventilasi) harus mampu mermpertahankan. kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan Peralatan komunikasi yang diperlukan haras sesuai seperti yang diatur dalam paragrap 7.2.3. dan 7.3.5 pedoman ini Alat pelindung diri dipertukan karena pengendalian telnik dam tata kerja saja tidak cukup untuk melindungi pekerja. Peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar pekerja dapat melibat dengan jelas dalam bekerja dan untuk keluar secepatnya dari ruangan, dalam keadaan gawat darurat Alst perlindungan diperlukan sebagaimana diatur dalam paragraph 3.2.3, pedoman ini Peralatan lain, seperti tangga diperlukan agar petugas utama dapat keluar masuk ruang dengan aman 1133

Anda mungkin juga menyukai