Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sistem Peradilan Indonesia


Sebagai negara hukum, Indonesia menjamin warga negaranya untuk
mendapatkan keadilan sesuai dengan hukum yang berlaku melalui kekuasaan
kehakiman dengan perantara peradilan. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.1 Semangat Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini kemudian diturunkan ke dalam
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.

Mahkamah Agung diatur dalam Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia


Nomor 14 Tahun 1985 jo. Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 5
Tahun 2004 jo. Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009
tentang Mahkamah Agung. Dalam undang-undang ini Mahkamah Agung adalah
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2 Adapun untuk Mahkamah
Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 24
Tahun 2003 jo. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011
tentang Mahkamah Konstitusi. Dalam undangundang ini Mahkamah Konstitusi
adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.3

1
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Pasal 1 Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung
3
Pasal 1 Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah
Konstitusi.

1
Lembaga Peradilan adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman tempat
mencari keadilan hukum bagi masyarakat.Menurut UU No. 14 Tahun 1970, tugas
pokok badan-badan peradilan adalah menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya. Menurut UUD 1945
Pasal 24 ayat 2, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah Agung
dan badan-badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan militer dan lingkungan peradilan
tata usaha Negara dan sebuah mahkamah konstitusi. Pengadilan umum terdiri dari
Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi diatur dalam UU Darurat No. 1 Tahun
1951 dan UU No. 13 Tahun 1965 tentang peradilan umum dan mahkamah agung.
Sedangkan Mahkamah Agung diatur pula dalam UU No.14 Tahun 1970 tentang
ketentuan ketentuan pokok kekuasaan kehakiman.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

1.1 Mahkamah Agung

Di dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Selanjutnya dalam ayat (2) dinyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.4

Dengan demikian bahwa landasan yuridis terbentuknya Mahkamah Agung


adalah berdasarkan pada pasal 24 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun mengenai susunan, kekuasaan, dan hukum acara Mahkamah Agung


dan badan peradilan yang berada dibawahnya diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.5

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Mahkamah Agung dan


badan peradilan yang berada di bawahnya adalah sebagai berikut:

1. UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dirubah menjadi UU


No.5 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang

4
UUD 1945 Pasal 24 Ayat (1) dan (2).
5
Baca Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
3
Mahkamah Agung UU No.3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

2. UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dirubah menjadi UU No.8


Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum dan UU No.49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No.2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.

3. UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dirubah


menjadi UU No.9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No.5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara dirubah menjadi UU No.51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara.

4. UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dirubah menjadi UU No.3


Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama dan UU No.50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU No.7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

5. UU No.31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.

1.1.1 Sejarah Mahkamah Agung6

Pada saat berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 di Indonesia tidak ada


badan Kehakiman yang tertinggi. Satu-satunya ketentuan yang menunjuk kearah
badan Kehakiman yang tertinggi adalah pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Dasar
1945. Maka dengan keluarnya Penetapan Pemerintah No. 9/S.D. tahun 1946
ditunjuk kota Jakarta Raya sebagai kedudukan Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Peraturan tersebut hanya penunjukan tempatnya saja. Penetapan
Pemerintah tersebut pada alinea II berbunyi sebagai berikut: Menunjukkan sebagai
tempat kedudukan Mahkamah Agung tersebut ibu-kota DJAKARTA-RAJA.

6
Buku Profil Mahkamah Agung Republik Indoneisa

4
Baru dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1947 ditetapkan tentang susunan
kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaaan Agung yang mulai berlaku pada
tanggal 3 Maret 1947. Pada, tahun 1948, Undang-Undang No. 7 tahun 1947
digandengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam pasal 50 ayat 1
menyatakan Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan federal tertinggi.

1.1.1.1 Masa Republik Indonesia

Di jaman pendudukan Jepang pernah Badan Kehakiman tertinggi dihapuskan


(Saikoo Hooin) pada tahun 1944 dengan Undang-Undang (Osamu Seirei) No. 2
tah1944, yang melimpahkan segala tugasnya yaitu kekuasaan melakukan
pengawasatertinggi atas jalannya peradilan kepada Kooto Hooin (Pengadilan
Tinggi). Meskipun demikian kekuasaan kehakiman tidak pernah mengalami
kekosongan. Namun, sejak Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1945 dari sejak diundangkannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
tanggal 18 Agustus 1945, semakin mantaplah kedudukan Mahkamah Agung
sebagai badan tertinggi bidang Yudikatif (peradilan) dengan kewenangan yang
diberikan oleh pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, di mana Mahkamah Agung
diberi kepercayaan sebagai pemegang kekuasaan Kehakiman tertinggi.

Mahkamah Agung pernah berkedudukan di luar Jakarta yaitu pada bulan Juli 1946
di Jogyakarta dan kembali ke Jakarta pada tanggal 1 Januari 1950, setelah
selesainya Konferensi Meja Bundar dan pemulihan Kedaulatan. Dengan demikian
Mahkamah Agung berada dalam pengungsian selama tiga setengah tahun.

5
Gambar 1. Departemen Van Justitie (Mahkamah Agung
Sumber : Buku Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
Pada tahun 1809 Pemerintah Belanda membangunsebuah Istana yang menghadap
lapangan parade Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Selesai pada masa Gubernur Jenderal Du Bus pada tahun 1825. Pelaksananya
adalah Ir. Tramp.
Istana Weltvreden ini digunakan untuk tugas sehari-hari para Gubernur Jendral.
Pada tanggal I Mei 1848 sebagian bangunan digunakan untuk Departemen Van
Justitie (Mahkamah Agung).

1.1.1.2 Masa Menjelang Pengakuan Kedaulatan (12 Desember 1947)

Pemerintah Belanda Federal yang mengusai daerah-daerah yang dibentukoleh


Belanda sebagai negara-negara Bagian seperti Pasundan, Jawa Timur, Sumatera
Timur, Indonesia Timur, mendirikan Pengadilan Tertinggi yang dinamakan
Hooggerechtshof yang beralamat di Jl. Lapangan Banteng Tim ur 1 Jakarta, di

6
samping Istana Gubernur Jenderal yang sekarang adalah Gedung Departemen
Keuangan.

Susunan Hooggerechtshof terdiri atas:


Ketua
Mr. G.Wijers
Anggota Orang Indonesia
Mr. Notosubagio
Mr. Oenoen
Anggota Orang Belanda
Mr. Peter
Procureur General (Jaksa Agung) Mr. Bruyns
Procureur General (Jakm Agung) Mr. Oerip Kartodirdjo

1.1.1.3 Masa Republik Indonesia Serikat (RIS) 27 Desember 1949 sampai


dengan 17 Agustus 1950

SILAHKAN TEMEN TEMEN BACA

1.1.2 Kedudukan dan Susunan Mahkamah Agung

Susunan Mahkamah Agung terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitera,


dan seorang sekretaris. Pimpinan dan hakim anggota Mahkamah Agung adalah
hakim agung. Jumlah hakim agung paling banyak 60 (enam puluh) orang.

Beriut daftar Katua Mahkamah Agung Pertama samapai sekarang mernjabat :

7
8
9
10
1.1.3 Fungsi dan Peran Mahkamah Agung

Fungis dari Mahkamah Agung yaitu

1. Fungsi Peradilan
2. Fungsi Pengawasan
3. Fungsi Pengaturan
4. Fungsi Memberi Nasehat
5. Fungsi Administrasi
Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-
undang. Kewenangan Mahkamah Agung adalah:

a) Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:


▪ Permohonan Kasasi
▪ Sengketa tentang kewenangan mengadili
▪ Permohonan peninjauan kembali
b) Mahkamah Agung menguji peraturan perundang-undangan yang dibawah
undang-undang terhadap undang-undang.

c) Kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Terdapat


pengecualian dalam pengajuan permohonan kasasi, ada perkaraperkara
tertentu yang tidak dapat diajukan permohonan kasasi, perkara tersebut
adalah:

▪ Putusan praperadilan
▪ perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (Satu)
tahun dan/ atau diancam pidana denda.
▪ Perkara tata usaha Negara yang objek gugatannya berupa keputusan
pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah
yang bersangkutan.
Mahkamah Agung berwenang juga :

a) Mahkamah Agung memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua


sengketa tentang kewenangan mengadili :
11
▪ Antara Pengadilan di lingkungan Peradilan yang satu dengan
Pengadilan di lingkungan Peradilan yang lain.
▪ Antara dua Pengadilan yang ada dalam daerah hukum Pengadilan
Tingkat Banding yang berlainan dari lingkungan Peradilan yang
sama.
▪ Antara dua Pengadilan Tingkat Banding di lingkungan Peradilan
yang sama atau antara lingkungan Peradilan yang berlainan.

b) Mahkamah Agung berwenang memutus dalam tingkat pertama dan terakhir,


semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku.
Mahkamah agung berwenang juga:

▪ Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan


peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawahnya
dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.
▪ Melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan peradilan
yang ada di bawahnya.
▪ Meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis
peradilan dari semua badan yang berada di bawahnya.
▪ Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di
semua badan yang berada di bawahnya.
▪ Memberikan pertimbangan hukum kepda presiden dalam
permohonan grasi dan rehabilitasi.
▪ Dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah
hukum kepada lembaga Negara dan lembaga pemerintahan.

12
Gambar 3. Bagan Lembaga Peradilan Nasional
Sumber : Buku Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia

13
Peradilan umum diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum jo. UndangUndang Negara
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2004 jo. UndangUndang Negara Republik
Indonesia Nomor 49 Tahun 2009. Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan
pengadilan adalah pengadilan negeri dan pengadilan tinggi di lingkungan peradilan
umum.7 Kemudian di dalam Pasal 8 menyebutkan bahwa di lingkungan peradilan
umum dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang.8

Peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia


Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2006 jo. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009
tentang Peradilan Agama. Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan
pengadilan adalah pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama di lingkungan
peradilan agama. 9 Peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang
beragama Islam. 10 Kemudian di Pasal 3A menyatakan bahwa di lingkungan
peradilan agama dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-
undang.11

Peradilan militer diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia


Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Dalam undang-undang ini yang
dimaksud dengan pengadilan adalah badan yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman di lingkungan peradilan militer yang meliputi Pengadilan Militer,

7
Pasal 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan
Umum.
8
Pasal 8 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan
Umum.
9
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama
10
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama
11
Pasal 3A Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan
Agama
14
Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Militer Utama, dan Pengadilan
Militer Pertempuran.12

Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam Undang-Undang Negara Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dalam undang-undang ini yang
dimaksud dengan pengadilan adalah pengadilan tata usaha negara dan pengadilan
tinggi tata usaha negara di lingkungan peradilan tata usaha negara. 13 Kemudian di
dalam Pasal 9A menyebutkan bahwa di lingkungan peradilan tata usaha negara
dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang.14

1.2 Mahkamah Konstitusi

Mahkamah konstitusi merupakan lembaga Negara baru sebagai pelaksana


kekuasaan kehakiman di Indonesia.Wacana pembentukan Mahkamah Konstitusi
sebenarnya sudah ada pada saat pembahasan Undang-undang Dasar di Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Prof Moh.
Yamin sebagai salah satu anggota BPUPKI telah mengemukakan pendapat bahwa
Mahkamah Agung perlu diberi kewenangan untuk membandingkan Undang-
undang, namun ide ini ditolak anggota lain yaitu Prof. R. Soepomo berdasarkan dua
alasan, yaitu Undang-undang Dasar yang disusun pada waktu itu tidak menganut
Trias Politica dan pada saat itu jumlah sarjana hukum belum banyak dan belum
memiliki pengalaman mengenai hal itu.

Pada saat pembahasan perubahan Undang-undang Dasar 1945 muncul lagi


pendapat pentingnya Mahkamah Konstitusi karena adanya perubahan mendasar

12
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 tentang
Peradilan Militer.
13
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara
14
Pasal 9A Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara
15
dengan beralihnya supremasi hukum maka perlu disediakan sebuah mekanisme
istitusional dan konstitusional serta hadirnya lembaga negara yang mengatasi
kemungkinan sengketa antar lembaga Negara yang mempunyai derajat yang sama
serta saling mengimbangi dan saling mengendalikan ( checks and balances ).
Seiring dengan itu muncul desakan agar tradisi pengujian peraturan perundang-
undangan perlu ditingkatkan tidak hanya sebatas pada peraturan dibawah Undang-
undang melainkan juga atas Undang-undang terhadap Undang-undang
Dasar.Kewenangan pengujian Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar
diberikan kepada sebuah mahkamah tersendiri diluar Mahkamah Agung.

Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi mendapat respon positif dan menjadi salah
satu materi perubahan Undang-undang Dasar, akhirnya pembentukan Mahkamah
Konstitusi menjadi kenyataan dengan disahkannya Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C dan
Pasal III Aturan Peralihan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan :24 Pasal 24 ayat (2)

Pelaksana kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan


badan peradilan yang berada dibwahnya dalam lingkungan Peradilan umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara, da oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Pasal 24C

a. Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang


putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
UndangUndang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

b. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan


Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut Undang-Undang Dasar.

c. Mahkamah Konstitusi mempunyai Sembilan orang anggota hakim konstitusi


yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh

16
Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga oorang
oleh Presiden.

d. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi.

e. Hakim Konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak
merangkap sebagai pejabat negara.

f. Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta


ketentuan lainnya terhadap Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-
undang.

17

Anda mungkin juga menyukai