SUMMARY
SUMMARY
PENDAHULUAN
1
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Pasal 1 Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung
3
Pasal 1 Undang-Undang Negara Rebulik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah
Konstitusi.
1
Lembaga Peradilan adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman tempat
mencari keadilan hukum bagi masyarakat.Menurut UU No. 14 Tahun 1970, tugas
pokok badan-badan peradilan adalah menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya. Menurut UUD 1945
Pasal 24 ayat 2, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah Agung
dan badan-badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan militer dan lingkungan peradilan
tata usaha Negara dan sebuah mahkamah konstitusi. Pengadilan umum terdiri dari
Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi diatur dalam UU Darurat No. 1 Tahun
1951 dan UU No. 13 Tahun 1965 tentang peradilan umum dan mahkamah agung.
Sedangkan Mahkamah Agung diatur pula dalam UU No.14 Tahun 1970 tentang
ketentuan ketentuan pokok kekuasaan kehakiman.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
4
UUD 1945 Pasal 24 Ayat (1) dan (2).
5
Baca Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
3
Mahkamah Agung UU No.3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
6
Buku Profil Mahkamah Agung Republik Indoneisa
4
Baru dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1947 ditetapkan tentang susunan
kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaaan Agung yang mulai berlaku pada
tanggal 3 Maret 1947. Pada, tahun 1948, Undang-Undang No. 7 tahun 1947
digandengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam pasal 50 ayat 1
menyatakan Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan federal tertinggi.
Mahkamah Agung pernah berkedudukan di luar Jakarta yaitu pada bulan Juli 1946
di Jogyakarta dan kembali ke Jakarta pada tanggal 1 Januari 1950, setelah
selesainya Konferensi Meja Bundar dan pemulihan Kedaulatan. Dengan demikian
Mahkamah Agung berada dalam pengungsian selama tiga setengah tahun.
5
Gambar 1. Departemen Van Justitie (Mahkamah Agung
Sumber : Buku Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
Pada tahun 1809 Pemerintah Belanda membangunsebuah Istana yang menghadap
lapangan parade Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Selesai pada masa Gubernur Jenderal Du Bus pada tahun 1825. Pelaksananya
adalah Ir. Tramp.
Istana Weltvreden ini digunakan untuk tugas sehari-hari para Gubernur Jendral.
Pada tanggal I Mei 1848 sebagian bangunan digunakan untuk Departemen Van
Justitie (Mahkamah Agung).
6
samping Istana Gubernur Jenderal yang sekarang adalah Gedung Departemen
Keuangan.
7
8
9
10
1.1.3 Fungsi dan Peran Mahkamah Agung
1. Fungsi Peradilan
2. Fungsi Pengawasan
3. Fungsi Pengaturan
4. Fungsi Memberi Nasehat
5. Fungsi Administrasi
Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-
undang. Kewenangan Mahkamah Agung adalah:
▪ Putusan praperadilan
▪ perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (Satu)
tahun dan/ atau diancam pidana denda.
▪ Perkara tata usaha Negara yang objek gugatannya berupa keputusan
pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah
yang bersangkutan.
Mahkamah Agung berwenang juga :
12
Gambar 3. Bagan Lembaga Peradilan Nasional
Sumber : Buku Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
13
Peradilan umum diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum jo. UndangUndang Negara
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2004 jo. UndangUndang Negara Republik
Indonesia Nomor 49 Tahun 2009. Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan
pengadilan adalah pengadilan negeri dan pengadilan tinggi di lingkungan peradilan
umum.7 Kemudian di dalam Pasal 8 menyebutkan bahwa di lingkungan peradilan
umum dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang.8
7
Pasal 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan
Umum.
8
Pasal 8 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan
Umum.
9
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama
10
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama
11
Pasal 3A Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan
Agama
14
Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Militer Utama, dan Pengadilan
Militer Pertempuran.12
12
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 tentang
Peradilan Militer.
13
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara
14
Pasal 9A Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara
15
dengan beralihnya supremasi hukum maka perlu disediakan sebuah mekanisme
istitusional dan konstitusional serta hadirnya lembaga negara yang mengatasi
kemungkinan sengketa antar lembaga Negara yang mempunyai derajat yang sama
serta saling mengimbangi dan saling mengendalikan ( checks and balances ).
Seiring dengan itu muncul desakan agar tradisi pengujian peraturan perundang-
undangan perlu ditingkatkan tidak hanya sebatas pada peraturan dibawah Undang-
undang melainkan juga atas Undang-undang terhadap Undang-undang
Dasar.Kewenangan pengujian Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar
diberikan kepada sebuah mahkamah tersendiri diluar Mahkamah Agung.
Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi mendapat respon positif dan menjadi salah
satu materi perubahan Undang-undang Dasar, akhirnya pembentukan Mahkamah
Konstitusi menjadi kenyataan dengan disahkannya Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C dan
Pasal III Aturan Peralihan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan :24 Pasal 24 ayat (2)
16
Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga oorang
oleh Presiden.
d. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi.
e. Hakim Konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak
merangkap sebagai pejabat negara.
17