Anda di halaman 1dari 45

MODUL 7

PRANIKAH

TRAINING OF TRAINER (ToT)


PELATIHAN TEKNIS
PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
2023
Hak Cipta @ 2023

PERANGKAT

TOT PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA

Edisi Tahun 2023

Modul 7

Pranikah

Pengarah :
Prof. drh. Muhammad Rizal Damanik, MrepSc, PhD

Penanggung Jawab :
Dr. Lalu Makripuddin, M.Si

Koordinator Pelaksana :
Afif Miftahul Majid, S.Sos., MM

Tim Penyusun :
Aldiar Lailifah Kurniavip, S.KM
Afif Mifthahul Majid, S.Sos., MM
Dewi Andayani, S.Pd, M.Si

Tim Teknis :
Sri Atun Yatinah, SE

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata Nol1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

KATA SAMBUTAN

Alhamdulillah dengan mengucap Puji dan


Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat
dan anugerah yang sudah diberikan kepada kita
semua sehingga kita dapat menyelesaikan
perangkat pelatihan Training of Trainer (ToT)
Pelatihan Teknis Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera Bagi Fasilitator Tingkat Provinsi Tahun
2023.
Dengan semakin banyaknya permasalahan
di keluarga yang muncul ke permukaan, tidak bisa
kita anggap sebagai hal yang sederhana karena
kondisi keluarga yang rentan atau tidak berkualitas akan berdampak pada setiap sendi
kehidupan manusia. Pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga merupakan salah
satu upaya untuk dapat mewujudkan penduduk yang berkualitas. Keluarga yang memiliki
ketahanan yang kuat merupakan landasan terciptanya kualitas hidup keluarga. Secara
umum, ketahanan keluarga adalah terpenuhinya segala kebutuhan keluarga baik
kebutuhan materiil maupun kebutuhan moril dan spiritual.
BKKBN telah melakukan berbagai upaya untuk menciptakan keluarga yang
berkualitas melalui berbagai macam program yang mengikuti siklus hidup manusia.
Namun, ternyata hal ini masih dianggap kurang karena belum adanya suatu layanan
secara terpadu yang dapat membantu keluarga mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Untuk itu maka dibentuk Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera yang hadir ditengah
keluarga untuk pelayanan keluarga. Keberadaan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
untuk mengatasi banyaknya permasalahan di lingkungan sosial yang disebabkan oleh
ketidaktahuan keluarga dalam menjalankan fungsinya
Secara umum, Ketahanan Keluarga adalah terpenuhinya segala kebutuhan
keluarga baik kebutuhan materiil maupun kebutuhan moril dan spiritual. Karena belum
adanya suatu layanan terpadu yang dapat membantu keluarga mengatasi permasalahan
yang dihadapi, untuk itu BKKBN membentuk Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS)
yang hadir ditengah keluarga untuk pelayanan keluarga dalam rangka menciptakan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga di Indonesia.

i
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

PPKS merupakan wadah berbasis institusi dengan kegiatan dan/atau rangkaian


kegiatan pelayanan keluarga yang dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE), konsultasi dan konseling, pembinaan serta rujukan. Keberadaan PPKS ini
untuk mengatasi banyaknya permasalahan di lingkungan sosial yang disebabkan oleh
ketidaktahuan keluarga dalam menjalankan fungsinya.
Kami berharap perangkat pelatihan Training of Trainer (ToT) Pelatihan Teknis
Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera Bagi Fasilitator Tingkat Provinsi Tahun 2023 ini
menjadi bahan belajar dan referensi untuk menambah wawasan, pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta belajar dalam memaksimalkan pengelolaan PPKS dan juga dapat
memberikan kontribusi terhadap penurunan angka stunting di wilayah kerja masing-
masing.
Tidak ada gading yang tak retak, kami sangat bersyukur dan mengucap terima
kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan tentu kepada semua
pihak yang sudah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pelatihan ini, tentu ini
adalah hasil karya bersama, berkat kerjasama dan kolaborasi yang baik sehingga
perangkat pelatihan ini dapat tersusun dengan baik dan siap untuk digunakan, semoga
apa yang sudah kita lakukan dapat menjadi kontribusi positif dalam peningkatan
keberhasil program Bangga Kencana dan penurunan stunting.

Jakarta, Mei 2023

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan

Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD

ii
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur tentu hanya milik Tuhan Yang Maha


Esa, kita bersyukur atas tersusunnya perangkat pelatihan
Training of Trainer (ToT) Pelatihan Teknis Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera Bagi Fasilitator Tingkat
Provinsi Tahun 2023.

Pemberian pelayanan konsultasi dan konseling


langsung pada keluarga merupakan salah satu bentuk
implementasi nyata membangun kualitas penduduk karena
penduduk sebagai modal dasar pembangunan harus
menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Diharapkan melalui PPKS,
pemerintah dapat membenahi kondisi-kondisi tidak ideal yang terjadi di keluarga Indonesia,
untuk mewujudkan keluarga-keluarga yang sehat dan berkualitas dan dapat meminimalisir
terjadinya dampak negatif akibat adanya permasalahan di dalam keluarga di Indonesia.
Melalui PPKS diharapkan dapat langsung mengacu kepada sasaran yaitu keluarga
dengan pendekatan konsultasi dan konseling bagi keluarga dan anggota keluarganya. Guna
mencapai tujuan tersebut, BKKBN menyelenggarakan kegiatan Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera (PPKS) yang memberikan minimal delapan jenis pelayanan, meliputi:
1. Pelayanan data dan informasi Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga,
2. Konsultasi dan Konseling Keluarga Balita dan Anak,
3. Konsultasi dan Konseling Keluarga Remaja dan Remaja,
4. Konsultasi dan Konseling Pra Nikah,
5. Konsultasi dan Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,
6. Konsultasi dan Konseling Keluarga Harmonis,
7. Konsultasi dan Konseling Keluarga Lansia dan Lansia,
8. Pembinaan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
PPKS hadir sampai tingkatan kecamatan dengan tujuan untuk mempermudah
keluarga mengakses layanan. PPKS di tingkatan kecamatan menggunakan Balai
Penyuluhan (BP) Keluarga Berencana sebagai tempat pelaksanaan pelayanan terhadap
keluarga yang tugas utamanya adalah melakukan identifikasi permasalahan yang ada di
lingkungan sekitarnya dan membuat sistem rujukan agar keluarga tersebut bisa
mendapatkan bantuan tenaga profesional.

iii
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) merupakan salah satu wadah pelayanan
kepada masyarakat, yang bisa berada di berbagai tingkatan wilayah. Tingkatan wilayah yang
paling dekat dengan masyarakat adalah di tingkat kecamatan. PPKS yang berada di Balai
Penyuluhan adalah PPKS yang dikelola oleh Perangkat Daerah yang menangani Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana, dengan menggunakan Balai Penyuluhan beserta sarana
di dalamnya untuk melaksanakan pelayanan terhadap keluarga di lapangan. Apabila di daerah
tersebut tidak memiliki Balai Penyuluhan bisa menggunakan fasilitas gedung yang dimiliki
oleh Pemerintah Daerah atau menyewa gedung tersendiri maupun menggunakan tempat
swadaya masyarakat sendiri.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan para pengelola dan
pelaksana pada Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS), Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Pusdiklat KKB) bekerja sama dengan Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan (Dithanlan) serta komponen terkait yang berada di
Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) menyusun perangkat
pelatihan sebagai acuan dalam pelaksanaan Pelatihan Teknis Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera.

Kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan perangkat pelatihan ini sangat
kami harapkan, semoga perangkat pelatihan ini dapat memenuhi kebutuhan peserta dalam
pelaksanaan pelatihan teknis Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera, tentu kami sangat terbuka
untuk saran dan masukan untuk perbaikan dan pengembangan materi kedepan, akhirnya kami
mengucapkan terima kasih dan apresisasi yang setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan
kepada semua pihak yang sudah berkontribusi sehingga perangkat pelatihan ini bisa tersusun
dengan baik, semoga apa yang sudah kita karyakan ini mendapat balasan terbaik dari Tuhan
Yang Maha Esa.

Jakarta, Mei 2023


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si

iv
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat .......................................................................................................2
C. Manfaat Modul Bagi Peserta ....................................................................................2
D. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................2
E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok ........................................................................3
F. Petunjuk Belajar .........................................................................................................3
BAB II PERSIAPAN PERNIKAHAN ............................................................................... 4
A. Konsep Perkawinan ....................................................................................................4
B. 10 Dimensi Kesiapan Berkeluarga ............................................................................5
C. Manajemen Konflik ................................................................................................. 16
D. Kekerasan Dalam Rumah Tangga .......................................................................... 18
E. Rangkuman .............................................................................................................. 19
F. Latihan ...................................................................................................................... 19
G. Tes Formatif ............................................................................................................ 20
H. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ............................................................................. 21
BAB III PERENCANAAN KEHAMILAN......................................................................... 22
A. Penundaan Kehamilan ............................................................................................ 22
B. Perencanaan Kehamilan ......................................................................................... 22
C. KB Dan Kontrasepsi................................................................................................. 23
D. Persiapan 1000 Hari Pertama Kehidupan ............................................................. 26
E. Rangkuman .............................................................................................................. 28
F. Latihan ...................................................................................................................... 28
G. Tes Formatif ............................................................................................................ 28
H. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ............................................................................. 29
BAB IV PENUTUP...................................................................................................... 30
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 30
B. Evaluasi Sumatif ...................................................................................................... 30
C. Kunci Jawaban ........................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34

v
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

MODUL 7:
PRANIKAH

vi
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan
stimulasi psikososial yang tidak memadai, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK). Stunting memiliki dampak jangka panjang yang sangat terkait dengan rendahnya
kualitas sumber daya manusia, yaitu: rendahnya kecerdasan, meningkatnya risiko penyakit
tidak menular, stunting pada usia dewasa.
Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting yang tinggi, yaitu 27,67 persen dan
masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Kondisi ini
menjadi tantangan karena pada tahun 2030 – 2040 mendatang Indonesia memasuki
periode Bonus Demografi. Periode ini hanya akan benar-benar menjadi keuntungan jika
penduduk usia produktifnya berkualitas. Oleh karena itu, percepatan penurunan stunting
menjadi salah satu prioritas pembangunan. Angka prevalensinya ditargetkan dapat
diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024.
Salah satu intervensi yang dilakukan dalam upaya percepatan penurunan stunting
adalah dengan memastikan setiap Calon Pengantin/calon PUS berada dalam kondisi ideal
untuk menikah dan hamil. Berbagai hasil kajian dan penelitian menunjukan bahwa kondisi
ibu saat hamil dan melahirkan merupakan salah satu determinan pada kejadian stunting.
Usia ibu saat hamil dan melahirkan, anemia, indeks massa tubuh rendah, serta perilaku
merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan janin yang mengakibatkan bayi lahir stunting.
Intervensi pada Calon Pengantin/Calon PUS merupakan upaya preventif untuk
mencegah terjadinya bayi stunting dengan menghilangkan/ menurunkan faktor
risiko/penyulit pada setiap Calon Pengantin/Calon PUS. Upaya tersebut dilakukan dengan
melakukan skrining yang ditindaklanjuti dengan pendampingan kesiapan menikah dan
hamil kepada calon pengantin.
Upaya skrining kesehatan terhadap Calon Pengantin/Calon PUS sebenarnya bukan hal
yang baru. Namun yang membedakan skrining yang sedang dibangun dengan yang
sebelumnya adalah: (1) fokus pada variabel-variabel yang menjadi determinan stunting, (2)
hasil skrining (berupa Sertifikat/Kartu yang menyatakan berisiko atau tidak berisiko

1
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

melahirkan bayi stunting) menjadi syarat dalam Pendaftaran Pernikahan di KUA/Dinas


Kependudukan dan Catatan Sipil, dan (3) hasil skrining menjadi input bagi Petugas
Pendamping untuk ditindaklanjuti dalam proses Pendampingan. Tugas Pendamping
adalah memastikan Calon Pengantin/Calon PUS mengetahui dan memahami kondisi
kesehatannya (sesuai dengan hasil skrining), memberikan edukasi tentang upaya
(treatment) yang harus dilakukan oleh Calon Pengantin/Calon PUS untuk memperbaiki
kondisi kesehatannya, menghubungkan Calon Pengantin/Calon PUS dengan petugas dan
tempat/fasilitas kesehatan dalam upaya memperbaiki kondisi kesehatannya, dan jika
terpaksa harus menikah dalam kondisi yang tidak ideal, Petugas Pendamping dapat
memastikan Calon Pengantin/Calon PUS untuk menunda kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul pranikah ini membahas konsep perkawinan, sepuluh dimensi kesiapan
berkeluarga, manajemen konflik, kekerasan dalam Rumah tangga, penundaan kehamilan,
perencanaan kehamilan, KB dan kontrasepsi dan persiapan seribu hari pertama kehidupan

C. MANFAAT MODUL BAGI PESERTA


Modul ini dapat menjadi bahan bacaan bagi peserta pelatihan untuk lebih
memahami mata pelatihan pranikah baik dalam memfasilitasi pelatihan maupun dalam
pengelolaan PPKS

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan persiapan
pernikahan dan perencanaan kehamilan
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan tentang persiapan pernikahan
b. Menjelaskan tentang perencanaan kehamilan

2
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


1. Menjelaskan tentang persiapan pernikahan
● Konsep perkawinan
● Sepuluh dimensi kesiapan berkeluaga
● Manajemen konflik
● Kekerasan dalam Rumah tangga
2. Menjelaskan tentang perencanaan kehamilan
● Penundaan kehamilan
● Perencanaan kehamilan
● KB dan kontrasepsi
● Persiapan 1000 hari pertama kehidupan

F. PETUNJUK BELAJAR
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti beberapa petunjuk
antara lain sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan
seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi pada tahap awal,
jangan membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan pada
halaman tersebut sampai Anda benar-benar memahaminya.
2. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub
bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang sekiranya
dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya Anda
mengerjakan latihan dengan menjawab soal-soal yang sudah disediakan.
4. Jika Anda masih belum bisa menjawab, lakukan pengulangan hingga Anda benar-
benar bisa mengerjakan latihan.

3
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

BAB II
PERSIAPAN PERNIKAHAN

Kualitas sebuah pernikahan sangat ditentukan oleh kesiapan


dan kematangan kedua calon pasangan nikah dalam
menyongsong kehidupan berumah tangga. Pernikahan
adalah peristiwa sakral dalam perjalanan hidup dua
individu. Banyak sekali harapan untuk kelanggengan
suatu pernikahan, namun di tengah perjalanan terkadang
kandas yang berujung dengan perceraian karena
kurangnya kesiapan kedua belah pihak suami istri dalam
mengarungi rumah tangga. Untuk mewujudkan keluarga
bahagia/sakinah maka sepasang calon pengantin perlu
diberi informasi singkat tentang kemungkinan yang
akan terjadi dalam rumah tangga, sehingga pada
saatnya nanti dapat mengantisipasi dengan baik paling
tidak berusaha mengingatkan jauh-jauh hari agar
masalah yang timbul kemudian dapat diminimalisir
dengan baik.

A. KONSEP PERKAWINAN
1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Hukum Perkawinan di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (1), perkawinan
adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu. Serta Pasal 2 ayat (2) menyatakan tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga setiap perkawinan
harus tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA).
3. Hak dan Kewajiban Suami dan Istri
Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 terdapat bab tersendiri yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban suami dan istri, salah satu hak dan kewajiban suami istri

4
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

adalah Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia, dan
memberikan bantuan lahir batin yang satu pada yang lain.

B. 10 DIMENSI KESIAPAN BERKELUARGA


1. Pengertian Kesiapan Berkeluarga
Calon pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan dan menjalani tahapan
perkembangan keluarga pasti memerlukan kesiapan. Persiapan sebelum menikah
merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan dalam berkeluarga.
Ketika memasuki jenjang pernikahan itu artinya calon pasangan harus siap dengan
tugas dan peran baru dalam rumah tangga. Setelah menikah seseorang harus
menyesuaikan diri dengan pasangan tidak hanya karena harus berada di tempat tinggal
yang sama, namun juga menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan karakter satu sama
lain. Siap menikah berarti siap dengan segala perubahan yang hadir dalam perjalanan
kehidupan pernikahan. Perubahan-perubahan baik fisik maupun non-fisik akan selalu
mengiringi pasangan suami istri untuk mewujudkan tujuannya dalam kehidupan
berkeluarga. Penyesuaian terhadap peran dan tugas bagi pasangan khususnya di awal
pernikahan tentu berpotensi menimbulkan masalah dan konflik pada pasangan. Salah
satu penyebab sulitnya menjalankan tugas baru adalah kurangnya kesiapan diri untuk
menjalankan tugas tersebut.
Kesiapan berkeluarga merupakan kesediaan individu untuk mempersiapkan diri
membentuk suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga dan rumah tangga yang kekal dan diakui secara
agama, hukum dan masyarakat. Seorang laki-laki harus siap menjalani peran sebagai
suami yang akan menjadi seorang ayah dan seorang perempuan harus siap menjadi
istri yang tentunya akan menjadi seorang ibu.
Salah satu bentuk penyesuaian fungsi dan peran dari sepasang suami istri yang
tidak mudah adalah dalam hal mengasuh anak. Kehadiran buah hati seringkali
menimbulkan masalah tersendiri dalam sebuah keluarga yang baru menikah terlebih
ketika pasangan tersebut belum memiliki kesiapan menikah yang baik. Pasangan harus
memiliki cara yang disepakati bersama mengenai segala hal yang berhubungan dengan
perencanaan yang berkaitan dengan cara pengasuhan anak. Kesiapan menikah sangat
penting untuk dipelajari karena hal ini merupakan dasar dalam membuat keputusan
dengan siapa akan menikah, kapan harus menikah, kenapa harus menikah, perilaku
penundaan pernikahan serta upaya meneruskan generasi.

5
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

2. Faktor Penting dalam Kesiapan Berkeluarga


Ketika seseorang memiliki maksud untuk menikah namun tidak mempersiapkan
diri dengan baik maka ia telah bersiap untuk gagal dalam pernikahannya. Beberapa
bentuk kesiapan menikah yang patut diperhatikan oleh remaja maupun dewasa awal
dalam mempersiapkan pernikahan. Hal tersebut juga dikenal sebagai 10 dimensi
kesiapan berkeluarga, yang terdiri dari:
a. Kesiapan Usia
Kesiapan usia adalah kesiapan umur untuk menikah. Usia ideal menikah adalah 21
tahun, sedangkan laki-laki adalah 25 tahun. Usia ideal erat kaitannya dengan siap
atau tidaknya catin dari segi fisik, mental, hingga finansial untuk menikah. Pentingnya
kesiapan usia bertujuan untuk mempersiapkan pola pemikiran yang matang dalam
mempersepsikan sebuah pernikahan. Kesiapan ini juga dibutuhkan supaya individu
sudah mengetahui dan memiliki pengetahuan tentang melahirkan dan merawat anak
serta kehidupan berkeluarga. Dampak positif jika usia menikah lebih matang adalah
berhubungan dengan kematangan secara emosi dan kedewasaan dalam menyikapi
kehidupan pernikahan. Kematangan usia ini juga akan berkaitan dengan kematangan
alat reproduksi dalam melakukan hubungan seksual dalam pernikahan, yang
nantinya akan sangat berpengaruh di proses kehamilan. Kematangan alat reproduksi
ini tidak hanya dibutuhkan pada catin wanita, melainkan juga catin laki-laki. Dampak
apabila menikah di usia yang belum matang akan menyebabkan pengetahuan
tentang pernikahan masih minimal, emosi yang belum stabil sehingga menyebabkan
stress dan tertekan, angka kematian ibu-anak semakin tinggi, dan tekanan ekonomi
pasangan suami istri semakin tinggi. Selain itu, kemandirian pasangan yang masih
rendah, rawan dan belum stabil dalam menghadapi permasalahan sehingga rawan
terjadi perceraian.

b. Kesiapan Finansial
Kesiapan finansial merupakan bagian dari kemandirian keuangan sehingga kriteria
ini sangat penting untuk kesiapan menikah. Dalam hal ini kesiapan finansial dapat
dilihat dari ketercukupan uang yang dimiliki, kemandirian finansial (tidak merepotkan
orang tua dan keluarga besar), memiliki jenjang karier yang tetap dalam jangka
panjang, termasuk cara mengelola keuangan dan sumber daya keluarga serta
memiliki tabungan keluarga. Kesiapan ini penting dikarenakan untuk mengelola
sumberdaya dan mencapai kesejahteraan keluarga. Dampak positif apabila kesiapan
finansial sudah optimal maka keluarga akan dapat mengelola sumber daya dengan

6
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

baik, mampu mencukupi kebutuhan keluarga, serta dapat meningkatkan


kesejahteraan keluarga sehingga hubungan pasangan suami istri menjadi harmonis.
Dampak negatif apabila kesiapan finansial tidak optimal maka keluarga tidak dapat
mengelola sumber daya dengan baik dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
sehingga rawan terjadinya pertengkaran dan perselisihan serta berujung perceraian.

c. Kesiapan Fisik
Kesiapan fisik adalah kesiapan secara biologis untuk melakukan hubungan seksual
dan kemampuan untuk melakukan pengasuhan serta melakukan pekerjaan rumah
tangga. Catin harus memiliki kondisi fisik yang prima untuk menjalani kehidupan baru
sebagai suami dan istri. Kesiapan fisik dianggap penting supaya individu dapat
mempersiapkan organ-organ biologis dan menjaga serta merawat kesehatannya
untuk mencapai tubuh yang sehat. Meskipun fungsi dan organ fisik catin wanita dan
pria berbeda, tapi masing-masing catin harus mengetahui kondisi dan kesehatan
pasangan, termasuk bagaimana menjaganya. Catin perlu melakukan pemeriksaan
antropometri seperti berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui kondisi badan
apakah ideal atau tidak. Catin dapat menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).
Klasifikasi IMT adalah sebagai berikut:
a. Normal (18,5-25,0)
b. Kurus (≤18,4)
c. Berlebih (>25,0)
Pengetahuan catin wanita tentang organ reproduksinya menjadi sangat penting.
Selain untuk aktivitas seksual, kualitas kesehatan organ reproduksi catin akan sangat
berpengaruh pada kondisi kehamilan. Oleh karena itu, penting bagi catin baik wanita
dan laki-laki untuk mengenal kondisi organ reproduksinya dan menjaganya dari
penyakit seperti infeksi menular seksual. Hal ini bisa dicegah yakni dengan menjaga
kebersihan alat kelamin catin. Beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:
a. Organ kelamin diusahakan selalu dalam keadaan kering, karena bakteri dan
kuman betah hidup dalam keadaan yang lembab.
b. Membersihkan organ kelamin secara teratur, termasuk setelah buang air besar/
kecil dengan cara membasuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang.
c. Bagi catin wanita, tidak perlu memakai sabun khusus kewanitaan, yang penting
adalah membersihkan dengan air bersih dan menyeluruh.
d. Mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan organ kelamin
e. Mengganti celana dalam 2 (dua) kali sehari.

7
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

f. Untuk catin wanita, saat menstruasi ganti pembalut setiap 4 jam sekali
Dampak positif apabila seseorang memiliki kesiapan fisik yang baik adalah individu
dapat merawat dan membersihkan diri dengan baik sehingga dapat melakukan
hubungan seksual dengan baik. Selain itu, individu yang sehat akan dapat mengasuh
dan merawat anak dengan baik. Dampak apabila kesehatan reproduksi tidak
dipersiapkan dengan baik maka individu kurang optimal dalam melakukan hubungan
seksual dan merawat anak serta tidak dapat menjaga kesehatannya dengan baik.
Catin wanita yang merupakan calon seorang ibu yang nantinya akan hamil dan
mempunyai bayi tentunya harus memperhatikan gizi seimbang. Apabila ibunya
kekurangan gizi pada saat hamil, maka bayi dalam kandungannya tidak dapat
berkembang dengan optimal dan akan berpengaruh pada perkembangan organ-
organ pentingnya. Hal ini juga yang bisa mengakibatkan bayi menjadi stunting.
Selain memberikan efek negatif pada diri sendiri seperti meningkatkan risiko
penyakit jantung dan kanker, hingga menurunnya fungsi seksual, merokok juga dapat
mengganggu kesehatan orang disekelilingnya. Apalagi catin akan mulai hidup
bersama dengan pasangan, sehingga harus menjaga kesehatan diri dan pasangan,
dengan berhenti merokok.
Selain itu, untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan kondisi fisik yang prima, catin
juga harus rutin berolahraga. Olahraga yang dianjurkan minimal dilakukan selama 30
menit setiap harinya. Catin bisa memilih olahraga yang ringan seperti jalan kaki,
jogging, atau senam peregangan di rumah aau olahraga bersama pasangan, seperti
badminton atau bersepeda bersama.

d. Kesiapan Mental
Kesiapan mental adalah kemampuan individu dalam mempersiapkan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi, siap dalam mengantisipasi resiko yang ada, dan
menyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Penting melakukan kesiapan ini
untuk mempersiapkan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi dalam
kehidupan berkeluarga. Kesiapan mental juga sangat diperlukan dalam membina
keluarga karena ternyata, usia yang matang juga biasanya memiliki kondisi mental
yang matang juga. Tentunya dalam berkeluarga pasti akan ada tantangan dan
permasalahan yang harus dihadapi catin dan pasangannya. Disinilah kesiapan
mental akan diuji. Catin dituntut untuk tangguh, tidak mudah putus asa, dan dapat
saling menguatkan dan memberi semangat pada pasangan untuk bersama-sama
menghadapi permasalahan. Dampak positif dari kesiapan mental yang baik adalah

8
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

dapat mempersiapkan rencana dengan baik dikarenakan sudah memiliki cara untuk
mengantisipasi permasalahan keluarga. Selain itu individu yang memiliki kesiapan
ini dapat merencanakan kehidupan pernikahan. Dampak jika tidak memiliki kesiapan
mental maka individu akan tertekan dan stress ketika menghadapi permasalahan
pernikahan.

e. Kesiapan Emosi
Dalam beberapa kamus atau glosarium emosi sering diartikan sebagai sebagai
berbagai perasaan yang kuat berupa perasaan benci, takut, marah, cinta, senang dan
juga kesedihan. Pengertian secara leksikal lainnya mengenai emosi dapat diartikan
sebagai perasaan yang ada dalam diri, dapat berupa perasaan senang atau tidak
senang, perasaan baik atau buruk. Sementara itu, secara etimologis sendiri, emosi
berasal dari kata prancis emotion, yang berasal dari emouvoier, ‘excite’, yang
berdasarkan kata latin emovere, yang terdiri dari kata-kata e-(variant atau ex-), yang
artinya ‘keluar’ dan movere, artinya ‘bergerak’ (istilah “motivasi” juga berasal dari kata
movere) (Asrori, 2020). Dengan demikian, secara etimologi emosi adalah bergerak
keluar. Bergerak keluar itu sendiri dapat berimplikasi pada ada sesuatu semacam
perasaan yang dikeluarkan atau dilepaskan.
Jenis-jenis emosi atau afeksi terdiri atas dua payung utama, yaitu afeksi positif
dan afeksi negatif. Afeksi positif adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif
pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang, senang, gembira,
kagum dan sebagainya. Sementara itu afeksi atau emosi negatif atau yang tidak
menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang
mengalaminya, yang di antaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya
(Warsah & Daheri, 2021).
Emosi merupakan perasaan kuat yang dapat meluap-luap dan membuat kita
kehilangan kendali atas semua gejala jiwa atau proses mental kita apabila tak
dikendalikan. Oleh karena itu, mengendalikan emosi merupakan kemampuan yang
harus terus diasah dalam menjalankan kehidupan yang ideal. Sehubungan dengan
hal tersebut, menurut Sobur (2016) ada beberapa peraturan untuk mengendalikan
emosi, yakni sebagai berikut.

1. Menghadapi emosi yang dirasakan


Sumber emosi dapat dihindarkan dengan menghadapi kenyataan yang
ditakutkan atau kenyataan yang menyebabkan timbulnya perasaan marah.

9
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

2. Menafsirkan kembali situasinya


Emosi adalah bentuk dari suatu interpretasi. Bukan stimulasi sendiri yang
mengakibatkan reaksi emosional, tetapi stimulus yang salah ditafsirkan.
Misalnya, anak biasanya menunjukan perasaan takut jika diayun-ayunkan, tetapi
kalau tindakan mengayun-ayunkan itu disertai dengan senda gurau, anak bahkan
menanggapinya dengan perasaan senang.

3. Mengembangkan rasa humor dan sikap realistis


Dalam hal seperti ini, humor dan sikap realistis dapat menolong. Tertawa bisa
meringankan ketegangan emosi. Energi ekstra yang disediakan oleh perubahan-
perubahan internal harus disalurkan. Karena itu, untuk bisa kembali santai,
seseorang perlu melakukan suatu kegiatan.

4. Mengatasi secara langsung problem sumber emosi


Memecahkan problem atau masalah, pada dasarnya jauh lebih baik ketimbang
mengendalikan emosi yang terkait dalam problem-problem tersebut. Misalnya,
daripada berusaha mengendalikan perasaan takut kehilangan suatu posisi, lebih
baik berusaha membina diri dan menjadi ahli dalam suatu pekerjaan yang
berkaitan dengan posisi tersebut.

5. Menyadari bahwa emosi memang mempunyai daya gerak yang besar


Kita perlu menyadari bahwa emosi memang memiliki daya gerak yang besar,
oleh karena itu kita dapat mengatur dan mengarahkannya sedemikian rupa,
sehingga emosi tersebut menggerakkan kita ke arah hidup yang lebih
menyenangkan dan lebih efisien.
Kesiapan emosi adalah kemampuan individu dalam mengontrol emosi yang baik
untuk menghindari perilaku yang tidak baik dan kekerasan serta untuk
mengungkapkan perasaannya kepada orang-orang disekitarnya. Individu yang
memiliki kesiapan emosi yang baik dapat mengatur dan mengelola perasaannya
dengan baik sehingga dalam menghadapi permasalahan dapat memposisikan diri
dengan baik. Catin harus belajar menjadi seseorang yang pengertian dan memahami
pasangan. Penting bagi catin untuk belajar mengelola emosi dan memiliki emosi
yang matang.
Dampak positif dari kesiapan emosi adalah dapat memiliki kemampuan memahami
perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat mengelola perasaan dan mengungkapkan
perasaan sesuai dengan porsinya, dan dapat mengungkapkan serta menjalin

10
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

keterbukaan dengan orang di sekitar. Jika tidak memiliki kesiapan emosi yang baik
maka individu akan mengalami permasalahan dengan orang sekitar karena
terjadinya kesalahpahaman, tidak dapat mengungkapkan keinginan dan harapannya,
dan memungkinkan terjadinya pertengkaran atau perselisihan.

f. Kesiapan Sosial
Kesiapan sosial adalah kemampuan untuk mengembangkan berbagai kapasitas
untuk mempertahankan pernikahan. Selain itu terdapat interaksi antara individu dan
masyarakat luas seperti hubungan untuk diterima lingkungan sekitar dan dapat
menyediakan karir untuk masa depan keluarganya. Kesiapan sosial dibutuhkan untuk
individu supaya mampu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sekitar. Selain
itu dapat menjalin hubungan dengan lingkungan luas sehingga dapat memungkinkan
mendapatkan manfaat untuk jenjang karier atau sebagainya. Apabila individu
memiliki kesiapan sosial yang baik maka dapat berhubungan dengan lingkungan
sekitar dengan baik, sehingga hubungan dengan keluarga besar dan tetangga
menjadi harmonis. Selain itu juga dapat melakukan penyesuaian dan kerjasama
dengan masyarakat luas. Jika individu tidak memiliki kesiapan sosial maka individu
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga menyebabkan
terjadinya kesalahpahaman.

g. Kesiapan Moral
Kesiapan moral adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai
kehidupan yang baik seperti komitmen, kepatuhan, kesabaran, dan memaafkan.
Pentingnya kesiapan ini sebagai pedoman dan prinsip dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari dan dapat digunakan untuk membentuk kepribadian dalam berhubungan
dengan pasangan dan keluarga besar. Individu yang mempersiapkan moral dengan
baik maka dapat membedakan mana yang benar dan salah dalam mengaplikasikan
ke nilai-nilai kehidupan pernikahan dan menjadikan individu yang berkualitas
sehingga dapat mendidik generasi selanjutnya untuk memiliki moral yang baik.
Selain itu, apabila pasangan suami istri memiliki moral yang baik maka dapat
menjadikan keluarga harmonis dikarenakan pasangan suami istri selalu menjaga
komitmen, saling menghargai dan mematuhi.
Apabila individu tidak memiliki kesiapan moral yang baik maka dikhawatirkan tidak
memiliki prinsip dan pegangan nilai-nilai kehidupan yang baik sehingga dapat
memutuskan sesuatu tergesa-gesa tanpa memikirkan akibatnya. Individu juga

11
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

dikhawatirkan tidak menjaga komitmen sehingga akan tergoda dengan orang lain
yang menyebabkan pernikahan menjadi berantakan. Saat catin akan membangun
keluarga, catin harus punya pondasi yang kuat akan nilai-nilai moral yang baik, seperti
kejujuran, integritas, etika, juga dalam agama. Apalagi, nantinya catin akan menjadi
calon orang tua yang dituntut untuk mendidik anak. Anak yang tumbuh dalam
keluarga dengan pondasi moral yang kuat, akan mudah beradaptasi menjadi pribadi
dengan moral yang kuat juga.

h. Kesiapan Interpersonal
Kesiapan Interpersonal adalah kemampuan individu dalam melakukan kompetensi
dalam berhubungan seperti pasangan suami istri harus saling mendengarkan,
membahas permasalahan pribadi dengan pasangan, dan menghargai apabila
terdapat perbedaan. Individu membutuhkan kesiapan ini untuk memahami individu
yang lainnya, dapat menghargai dan tenggang rasa dengan orang lain serta dapat
peduli dengan lingkungan sekitar. Jika individu memiliki kesiapan interpersonal yang
baik maka dapat saling memahami dan peduli sehingga mencapai kepuasan
pernikahan dan tercapai kesejahteraan keluarga. Catin harus memiliki kemampuan
untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan
interpersonal yang baik adalah individu akan lebih sering mengalami perselisihan
dikarenakan tidak mau saling memahami dan peduli dengan orang lain.

i. Keterampilan Hidup
Keterampilan Hidup adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam
mengembangkan berbagai kapasitas untuk memenuhi peran di dalam keluarga
seperti menjaga kebersihan rumah tangga, merawat dan mengasuh anak, melayani
suami, dan sebagainya. Apabila individu dapat mempersiapkan keterampilan hidup
dengan baik maka dapat saling bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah
tangga. Dalam hal ini dapat mewujudkan kepuasan dan kesejahteraan keluarga.
Dampak positif jika individu memiliki kesiapan keterampilan hidup maka dapat
menjalankan peran suami istri dengan optimal sehingga dapat mewujudkan keluarga
yang tahan.
Dampak negatif apabila tidak memiliki keterampilan hidup akan bergantung pada
orang lain, sehingga dapat menyebabkan keluarga mengalami perselisihan.
Keterampilan dasar dalam berumah tangga, seperti pekerjaan rumah, membersihkan

12
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

dan merapikan rumah, memasak, kemampuan ini harus dimiliki oleh pasangan, baik
wanita maupun pria.

j. Kesiapan Intelektual
Kesiapan Intelektual adalah kesiapan yang berhubungan dengan kemampuan
individu dalam berfikir, menangkap informasi dan berhubungan dengan kemampuan
mengingat. Digunakan sebagai penunjang dan pendukung dalam mencari informasi
dan pengetahuan tentang pernikahan dan cara-cara merawat anak atau mengelola
keuangan. Dampak positif jika memiliki kesiapan intelektual adalah individu dapat
semakin memiliki pengetahuan dan informasi tentang pernikahan, pengetahuan
pengasuhan yang banyak sehingga dapat mengatasi apabila terdapat permasalahan
atau hambatan.
Dampak negatif apabila tidak memiliki kesiapan intelektual adalah dapat
menyebabkan adanya pertengkaran dan adanya kesalahan dalam memecahkan atau
menangani suatu permasalahan. Kesiapan intelektual bisa diwujudkan dari
kemampuan mencari informasi seputar pernikahan dan keluarga yang benar (bukan
hoax). Apalagi di era digital ini, banyak kan informasi tentang kesehatan, pengasuhan
anak, hingga tips-tips seputar keluarga yang beredar. Catin harus dapat memilih dan
memilah, sumber informasi yang valid dan tidak menjerumuskan.

3. Persiapan Pernikahan
a. Persiapan Kesehatan
1) Usia
Usia ideal untuk menikah adalah minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25
tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap menghadapi
kehidupan keluarga yang dipandang dari sisi kesehatan dan perkembangan
emosional. Apabila terjadi perkawinan sebelum usia yang dianjurkan usahakan
agar kehamilan pertama terjadi pada usia minimal 21 tahun.

2) Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan
yang dimiliki calon pasangan, baik yang umum maupun yang berkaitan dengan
penyakit yang dapat diturunkan. Pemeriksaan ini mencakup: Pemeriksaan
umum, Pemeriksaan fisik lengkap, Pemeriksaan darah rutin, Pemeriksaan

13
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

beberapa penyakit yang diturunkan (Alergi, asma, Thalasemia); Pemeriksaan


penyakit menular (TORCH, Hepatitis B dan C, HIV dan AIDS).
Bagi catin wanita ada pemeriksaan kesehatan yang sebaiknya dilakukan
secara rutin setelah aktif secara seksual. Beberapa diantaranya adalah adalah
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan pap smear, yaitu pemeriksaan untuk
mengetahui adanya risiko kanker serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
secara gratis di Puskesmas. Pemeriksaan rutin adalah salah satu cara untuk
catin mencegah penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi catin.
Selain itu, pemeriksaan kesehatan dasar yang wajib dilakukan oleh catin
sebelum menikah yaitu pemeriksaan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB),
Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Lengan Atas (LiLA) dan Kadar
Haemoglobin (Hb).
Berikut adalah variabel dan indikator skrining Catin perempuan yang ada
di dalam Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil):

No Variabel Indikator Kategori

1. Usia Usia catin/calon PUS a. Ideal 21-35 tahun


saat menikah dan b. Terlalu muda (<21
hamil tahun) dan Terlalu tua
(>35 tahun)

2. Badan ideal Indeks Massa Tubuh a. Normal (18,5-25,0)


(IMT) catin/calon PUS b. Kurus (≤18,4) dan
berlebih (>25,0)

3. Status gizi Lingkar Lengan Atas a. Normal (≥ 23,5 cm)


(LiLA) catin/calon PUS b. KEK (<23,5 cm)

Kadar Haemoglobin a. Normal (12 - 16 gram


(Hb) catin/calon PUS per desiliter)
b. Anemia (<12 gram
per desiliter)

4. Perilaku Catin/calon PUS yang a. Merokok/terpapar


merokok dan merokok dan terpapar asap rokok
keterpaparan asap rokok b. Tidak merokok/tidak
asap rokok terpapar asap rokok

Hasil akhir skrining terhadap Catin/Calon PUS perempuan dapat


dikategorikan “Ideal” jika seluruh variabel berada dalam kondisi ideal/normal
serta tidak merokok/tidak terpapar asap rokok. Sebaliknya, dikategorikan

14
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

“Berisiko” jika ada salah satu variabel yang tidak ideal/tidak normal serta
merokok/terpapar asap rokok.
Sementara variabel dan indikator skrining Catin laki-laki adalah sebagai
berikut:

No. Variabel Indikator Kategori

1. Usia Usia catin/calon PUS a. Ideal ≥ 25 tahun


saat menikah b. Terlalu muda (<25
tahun)

2. Perilaku merokok Catin/calon PUS yang a. Merokok/terpapar


dan keterpaparan merokok dan terpapar asap rokok
asap rokok asap rokok b. Tidak
merokok/tidak
terpapar asap
rokok

Hasil akhir skrining terhadap Catin/Calon PUS laki-laki dapat


dikategorikan “Ideal” jika seluruh variabel berada dalam kondisi ideal serta
tidak merokok/tidak terpapar asap rokok. Sebaliknya, dikategorikan “Berisiko”
jika ada salah satu variabel yang tidak ideal serta merokok/terpapar asap
rokok.
Selain itu, Catin juga dapat meminta pemeriksaan kesehatan lanjutan.
Pemeriksaan kesehatan lanjutan bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan
genetik yang dapat berpengaruh pada kesehatan catin kedepannya. Ada
beberapa penyakit atau kelainan yang berisiko mengganggu kesehatan
reproduksi catin dan proses kehamilan nantinya. Catin harus memahami
bahwa kualitas kehamilan akan sangat berpengaruh pada kesehatan ibu dan
anak, termasuk risiko melahirkan bayi stunting.
Beberapa pemeriksaan kesehatan lanjutan yang bisa dilakukan Catin
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan TORCH (toksoplasma, rubella, citomegalovirus, herpes
simplex).
b. Bagi catin wanita, imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Imunisasi ini penting dilakukan karena pada saat catin pertama kali
berhubungan seksual, umumnya organ kelamin mengalami luka akibat
selaput darah robek. Luka ini dapat menjadi jalan masuk bakteri tetanus
c. Imunisasi Human Papilloma Virus (HPV)

15
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

d. Imunisasi Hepatitis B
e. Imunisasi MMR (Mumps Measles Rubella)
f. Imunisasi Varicella (Cacar Air)
Catin dapat berkonsultasi lebih lanjut ke tenaga kesehatan terkait waktu
terbaik melakukan pemeriksaan dan imunisasi-imunisasi tersebut.

b. Persiapan Psikologi
Kesiapan psikologis untuk menikah diartikan sebagai: 1) kesiapan individu dalam
menjalankan peran sebagai suami atau istri; meliputi pengetahuan akan tugasnya
masing-masing dalam rumah tangga; 2) kemampuan berkomunikasi dan
bernegosiasi; 3) mampu melakukan manajemen konflik yang sehat.

c. Persiapan Keuangan
Penyebab perceraian tertinggi adalah masalah keuangan. Keluarga perlu memiliki
penghasilan secara mandiri dan mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Yang perlu dipersiapkan dari sisi keuangan adalah: 1) Cara pengaturan
pemasukan dan pengeluaran yang baik, 2) Mengetahui dan menetapkan tujuan
keuangan bersama, meliputi dana darurat, dana rumah, dana persiapan
kehamilan, dana pendidikan anak, dan dana pension.

C. MANAJEMEN KONFLIK
1. Konflik Keluarga
Konflik dalam keluarga biasa terjadi dalam kehidupan
sehari hari. Akan tetapi, apabila dibiarkan tanpa ada
penanganan yang baik maka akan menjadi bibit bibit
perpecahan dalam keluarga lebih jauh lagi akan
berujung pada perceraian. Konflik adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan dan dapat
menekan perasaan individu karena adanya dua hal
atau obyek, kebutuhan, keinginan, kekuatan,
kecenderungan ataupun tujuan yang berbeda atau bertentangan yang timbul pada saat
yang sama. Manajemen konflik adalah kemampuan individu untuk mengelola konflik-
konflik yang dialaminya dengan cara yang tepat, sehingga tidak menimbulkan

16
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

komplikasi negatif pada kesehatan jiwanya maupun keharmonisan keluarga. Konflik


suami-istri biasanya disebabkan oleh kurangnya rasa ”saling” antara keduanya, yaitu:
kurangnya saling pengertian, kurangnya saling percaya, kurangnya saling terbuka,
kurang komunikasi yang efektif.

2. Sumber Konflik
Sumber konflik dapat berasal dari beberapa hal yaitu
a. Penghasilan
Dengan kondisi penghasilan sekarang apakah calon pengantin sudah siap untuk
membina rumah tangga?
b. Anak
▪ Diskusikan nilai kehadiran anak.
▪ Pola asuh seperti apa yang akan diterapkan untuk anak?
▪ Harapan apa yang diinginkan dari anak?
c. Kehadiran Keluarga besar.
d. Hubungan Seksual.
e. Keyakinan/Agama.
f. Komunikasi.

3. Tahapan Manajemen Konflik


a. Tahap primer
Ini merupakan tahap pencegahan terhadap terjadinya konflik keluarga. Calon
pengantin harus mengetahui sumber konflik yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika
sumber konfliknya adalah penghasilan, maka pasangan harus berusaha mencari
pekerjaan. Namun jika tetap tidak mendapatkan pekerjaan, pasangan harus
berkomitmen untuk tidak menjadikan masalah itu sebagai sumber konflik. Komitmen
ini harus disepakati sebelum menikah.

4. Tahap sekunder
Tahap ini sudah terjadi konflik dan bagaimana cara mengatasinya. Upaya-upaya yang
dilakukan antara lain:
1. Mencari alternatif pemecahan masalah berdasarkan sumber masalahnya.
2. Berkomunikasi secara asertif (menghargai diri sendiri dan pasangan).
3. Mencari bantuan pihak ketiga yang kompeten, seperti psikolog atau konselor
perkawinan.

17
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

4. Memilih cara yang terbaik (salah satu).


5. Melaksanakan cara yang sudah dipilih dari kompromi di atas.
6. Evaluasi penyelesaian konflik.

5. Tahap tersier
Setelah konflik teratasi, pasangan tetap berusaha mempertahankan komunikasi
yang efektif, mencegah dampak negatif atau trauma psikologis akibat konflik yang
pernah dialami, dan perlunya kesepakatan baru agar tidak terjadi konflik yang sama
di masa yang akan datang.
1) Mengerti terhadap pekerjaan pasangan masing-masing; berusaha membuat
suami/istri merasa senang; saling menyatakan perasaan secara terbuka;
menghargai pendapat/ide pasangan; menggunakan waktu luang bersama;
saling memuaskan dalam kehidupan seksual.
2) Adanya komunikasi yang efektif dan dapat menjadi pendengar yang baik bagi
pasangannya.
3) Jika ada masalah, komunikasikan dengan pasangan agar tidak berlarut-larut.
4) Menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran (rasional). Tidak berpikir yang
aneh-aneh kalau sesuatu hal belum terjadi. Hadapi masalah dengan wajar.

D. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004,
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Dalam pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004
diatur bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan secara fisik, seksual, psikologis,
terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara: a. kekerasan fisik; b.
kekerasan psikis; c. kekerasan seksual; atau d. penelantaran rumah tangga.

18
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan seksual meliputi: a. pemaksaan
hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut; b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi
dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

E. RANGKUMAN
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesiapan berkeluarga merupakan kesediaan individu untuk mempersiapkan diri
membentuk suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga dan rumah tangga yang kekal dan diakui secara
agama, hukum dan masyarakat
Konflik dalam keluarga biasa terjadi dalam kehidupan sehari hari. Akan tetapi, apabila
dibiarkan tanpa ada penanganan yang baik maka akan menjadi bibit bibit perpecahan
dalam keluarga lebih jauh lagi akan berujung pada perceraian.

F. LATIHAN
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan definisi perkawinan ?
2. Sebutkan 10 dimensi kesiapan berkeluarga ?
3. Jelaskan apa yang di maksud dengan kesiapan fisik sebelum menikah ?
4. Sebutkan sumber-sumber konflik dalam keluarga ?
5. Sebutkan tahapan manajemen konflik ?

19
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

G. TES FORMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu, pernyataan tersebut ada pada salah satu pasal dalam
Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 yaitu
a. pasal 2 ayat 1
b. pasal 2 ayat 2
c. pasal 3 ayat 1
d. pasal 3 ayat 2
e. semua salah

2. kesediaan individu untuk mempersiapkan diri membentuk suatu ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga dan rumah tangga yang kekal dan diakui secara agama, hukum dan
masyarakat. Pernyataan tersebut adalah definisi dari
a. kesiapan bermasyarakat
b. kesiapan sosial
c. kesiapan berkeluarga
d. kesiapan intelektual
e. kesiapan spiritual

3. kemampuan individu dalam mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat


terjadi, siap dalam mengantisipasi resiko yang ada, dan menyeimbangkan antara
harapan dan kenyataan. Definisi tersebut adalah salah satu dari 10 dimensi kesiapan
berkeluarga, yaitu dimensi
a. kesiapan finansial
b. kesiapan mental
c. kesiapan fisik
d. keterampilan hidup
e. kesiapan emosi

20
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

4. kemampuan individu dalam melakukan kompetensi dalam berhubungan seperti


pasangan suami istri harus saling mendengarkan, membahas permasalahan pribadi
dengan pasangan, dan menghargai apabila terdapat perbedaan. Definisi tersebut
adalah salah satu dari dimensi kesiapan berkeluarga, yaitu dimensi
a. kesiapan interpersonal
b. kesiapan sosial
c. kesiapan fisik
d. kesiapan finansial
e. kesiapan intelektual

5. undang-undang kekerasan dalam rumah tangga adalah


a. UU nomor 23 tahun 2004
b. UU nomor 24 tahun 2003
c. UU nomor 23 tahun 2003
d. UU nomor 24 tahun 2004
e. Salah semua

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB II ini, coba Bapak/Ibu nilai tes tersebut dan
cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini, berapa nilai yang
diperoleh. Jika Bapak/Ibu dapat menjawab 5 soal dengan benar maka Bapak/Ibu dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan Bapak/Ibu dapat melanjutkan ke BAB berikutnya akan
tetapi jika jawaban benar Bapak/Ibu belum mencapai 4 soal, berarti Bapak/Ibu perlu
mengulang mempelajari Pokok Bahasan ini kembali dengan lebih baik

21
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

BAB III
PERENCANAAN KEHAMILAN

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di
dalam rahim. Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau sembilan bulan, dihitung dari
hari pertama menstruasi terakhir sampai melahirkan.Kehamilan ideal adalah kehamilan yang
direncanakan, diinginkan, dan dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya
berbagai faktor yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak
diinginkan. Dalam modul ini akan dibahas mengenai perencanaan kehamilan bagi calon
pengantin.

A. PENUNDAAN KEHAMILAN
Salah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan secara fisik. Yang sangat
menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan. Secara biologis, fisik manusia
tumbuh berangsur-angsur sesuai dengan pertambahan usia. Dalam masa reproduksi, usia
21 tahun ke bawah adalah usia yang dianjurkan untuk menunda perkawinan dan
kehamilan. Dalam usia ini seorang remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik
secara fisik maupun psikis.
Maka dari itu, perempuan yang menikah
pada usia kurang dari 21 tahun
dianjurkan untuk menunda
kehamilannya sampai usianya
minimal 21 tahun dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
Kontrasepsi yang dianjurkan adalah
Kondom, Pil, IUD, Implant, dan
Suntikan.

B. PERENCANAAN KEHAMILAN
Usia perempuan antara 21-35 tahun merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan
melahirkan karena mempunyai risiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak antara anak
pertama dan kedua kehamilan yang ideal adalah minimal tiga tahun.
Ternyata proses kehamilan bisa langsung terjadi bahkan setelah catin melakukan
hubungan seksual untuk pertama kalinya. Beberapa hal yang harus catin siapkan dan
pahami agar benar-benar siap hamil yaitu sebagai berikut:

22
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

1. Mengenali Siklus Menstruasi


Salah satu hal yang perlu dicari tahu dan dimengerti oleh Catin tentang proses
reproduksi wanita dalam perencanaan kehamilan adalah mengenali siklus menstruasi.
Berikut adalah proses siklus menstruasi terjadi:
a. Haid yang terjadi kurang lebih hari ke-1 sampai hari ke-7
b. Pra ovulasi (masa subur) yang terjadi kurang lebih pada hari ke-8 sampai hari ke-11
c. Ovulasi (masa subur) yang terjadi kurang lebih hari ke-12 sampai hari ke-15
d. Fase menstruasi atau luruhnya dinding rahim menjadi darah menstruasi ketika tidak
terjadi pembuahan antara sel telur dan sel sperma.
e. Pre haid yang terjadi kurang lebih hari ke-16 sampai hari ke-28
f. Di saat bersamaan, sel telur sudah matang dan kemudian dilepaskan ke dalam rahim
melalui saluran bernama tuba falopi
g. Pembuahan
Pada masa ini, apabila ada sel sperma yang masuk maka sperma akan dapat
melewati dinding rahim dengan mudah dan bertahan hidup hingga 3-5 hari.
Pada dua fase inilah ada peluang sel telur bertemu dengan sel sperma dan terjadi
pembuahan. Namun, masa hidupnya di dalam rahim hanya 24 jam. Setelah itu,
bersamaan dengan dinding rahim yang terus menebal, akhirnya tiba masanya untuk
rusak dan luruh bersama dinding rahim, atau yang dinamakan fase menstruasi.

C. KB DAN KONTRASEPSI
a. Manfaat Kontrasepsi
Beberapa manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi antara lain:
a. Mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Dengan ber-KB, keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran anak-
anaknya, dengan menghindar kehamilan “4 Terlalu” (Terlalu muda, Terlalu tua,
Terlalu dekat, Terlalu banyak).
b. Meningkatkan keharmonisan keluarga
Dengan ber-KB, mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup luang dalam
memperhatikan kebutuhan seluruh anggota keluarga
c. Mencegah kurang darah (anemia)
Dengan meminum pil KB dapat mencegah risiko anemia berat, karena pil KB dapat
mengurangi pendarahan menstruasi sehingga ibu dapat menjaga kesehatan fisik
dan kesehatan reproduksinya dengan lebih optimal.

23
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

d. Memiliki peluang yang besar untuk aktualisasi pasangan suami istri


Contohnya mengembangkan karier, meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga,
ataupun melakukan hobinya.
e. Tumbuh kembang anak terjamin
Orangtua akan lebih fokus dalam pola asuh tumbuh kembang anaknya. Dalam arti,
setiap anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari
orangtuanya. Selain itu, terpenuhinya juga kebutuhan ASI Eksklusif enam bulan dan
menyusui sampai dua tahun. Dengan menggunakan alat kontrasepsi, ibu dapat
menyusui bayinya dengan baik.
f. Membantu pengendalian jumlah penduduk berkontribusi pada pelestarian lingkungan
dan pencapaian tujuan pembangunan bangsa
Setiap manusia yang lahir membutuhkan dukungan alam (udara bersih, air bersih,
dan bahan pangan) dan fasilitas negara (pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan
tempat tinggal).

b. Jenis Kontrasepsi
Beberapa jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut:
a. Metode Modern Jangka Pendek
1) Pil Kombinasi
Pil kombinasi adalah metode kontrasepsi hormon estrogen (etinil estradiol)
dan progesterone (levonorgestrel) yang harus diminum satu pil setiap hari di
jam yang sama.
2) Pil Progestin / mini pil
Pil progestin adalah metode kontrasepsi hormonal progestin yang harus
diminum satu pil setiap hari di tiap jam yang sama. Pil progestin cocok untuk
digunakan oleh ibu menyusui.
3) Kondom
Kondom merupakan sarung berbentuk silinder yang tipis terbuat dari lateks
(karet) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
4) Suntik Kombinasi (1 bulanan)
Suntik bulanan adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon
progestin dan estrogen yang disuntikkan setiap bulan.
5) Suntik Kombinasi (3 bulanan)
Suntik progestin atau suntik 3 bulanan adalah metode pencegahan kehamilan
yang mengandung hormon progestin yang disuntikkan setiap 3 bulan.

24
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

b. Metode Modern Jangka Panjang


1) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implan / Susuk
Implan adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon yang diletakkan di
bawah kulit lengan atas dan terdiri dari satu atau dua batang plastik kecil yang
elastis dan aman. Implan bersifat tidak permanen dan dapat mencegah
terjadinya kehamilan yaitu dalam jangka waktu 3-5 tahun.

2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intrauterine Device (IUD)


IUD (Intrauterine Device) adalah alat kontrasepsi berbentuk huruf T yang
dimasukkan ke dalam rahim. Terbuat dari plastik yang kecil dan fleksibel, dililit
oleh tembaga halus, yang memiliki satu atau dua benang yang tergantung.
Dulunya IUD dikenal dengan nama spiral karena berbentuk spiral. IUD sangat
efektif untuk mencegah kehamilan sampai dengan 10 tahun. Pemasangannya
sangat cepat.
c. Metode Modern Permanen
1) MOP (Vasektomi)
Vasektomi atau disebut juga dengan Sterilisasi Pria adalah metode kontrasepsi
untuk pria berupa tindakan medis pemotongan dan pengikatan saluran sperma
kanan dan kiri.
2) MOW (Tubektomi)
Tubektomi atau disebut juga dengan Sterilisasi Wanita adalah metode
kontrasepsi bagi seorang wanita yang tidak ingin hamil lagi dengan mengikat
atau memotong atau memasang cincin dari bahan lunak yang aman pada
saluran telur kanan dan kiri.

25
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

Gambar 1. Pemilihan Kontrasepsi Rasional

Berikut adalah jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk pengantin baru
yang berada dalam kondisi status gizi kurang atau belum ideal untuk hamil:
a. Kondom
Metode kontrasepsi ini paling umum digunakan oleh sebagian besar pasangan untuk
menerapkan seks yang aman dan sehat. Tidak hanya bisa membantu mencegah
kehamilan, kondom juga bisa melindungi dari IMS.
b. Pil KB
Pil KB atau yang disebut dengan kontrasepsi oral, merupakan metode kontrasepsi
berbentuk pil yang cara mengonsumsinya harus diminum sehari sekali pada jam
yang sama setiap hari. Ada banyak jenis pil yang beredar di pasaran, yang sebagian
besar bekerja dengan melepaskan hormon yang membuat ovarium melepaskan telur,
dan menebalkan dinding rahim serta membantu menghalangi sperma agar tidak
sampai ke sel telur.

D. PERSIAPAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN


Sebagai calon ayah dan ibu nantinya, Catin juga perlu memahami tentang periode
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 1000 HPK merupakan suatu periode emas
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai semenjak terbentuknya janin hingga anak
berusia 2 tahun. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko melahirkan anak stunting, Catin
perlu memastikan bahwa kehamilan nanti terjadi di usia yang ideal, yaitu usia 21 – 35

26
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

tahun. Sepanjang periode 1000 HPK nanti, Catin harus memperhatikan gizi janin dalam
kandungan sampai anak berusia 2 tahun.
Sebagai ibu hamil dan ibu menyusui, mengonsumsi makanan bergizi seimbang
sangat penting. Selain itu, ibu hamil juga perlu memeriksakan kehamilan setidaknya 4 kali
ke bidan atau posyandu atau Puskesmas, serta meminum tablet tambah darah sehari
sekali. Hal ini perlu diperhatikan, karena ibu menyusui juga membutuhkan asupan gizi yang
baik supaya bisa memproduksi ASI yang berkualitas. Ketika ibu menyusui, ayah juga harus
memberikan dukungan, baik dukungan fisik maupun psikis. Dukungan fisik bisa dilakukan
dengan cara membantu pekerjaan domestik atau menemani ibu ketika harus terjaga di
malam hari, sedangkan dukungan psikis bisa berupa memastikan kondisi ibu tenang dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang muncul sehingga pemberian ASI eksklusif bisa
tercapai.
Ketika pasangan suami istri memiliki bayi, perlu diingat bahwa bayi dapat mengalami
penurunan berat dan tinggi badan apabila tidak mendapatkan ASI yang optimal serta
makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat baik dari jumlah, jenis, frekuensi dan
kualitas berdasarkan usianya. Oleh karena itu, informasi dasar terkait pengasuhan dan
tumbuh kembang anak oleh Catin laki-laki dan perempuan sehingga kelak ketika menjadi
orang tua dapat memperhatikan tumbuh kembang anak secara optimal. Tumbuh kembang
bayi dipantau dengan menggunakan panduan grafik pertumbuhan standar yang disusun
oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan digunakan untuk menilai pertambahan berat
badan bayi ideal berdasarkan jenis kelamin, usia dan panjang badan. Hasil pengukuran
berat badan bayi dicantumkan pada grafik tersebut untuk menilai apakah berat badannya
sesuai dengan berat badan bayi rata-rata. Di Indonesia, grafik ini dituangkan ke dalam
bentuk Kartu Menuju Sehat (KMS), yang dapat diperoleh dari posyandu/
puskesmas/bidan/dokter.
Ketika menjadi orang tua nanti, orang tua perlu waspada apabila hasil pengukuran
berat badan bayi ada di atas atau di bawah grafik pertumbuhan. Apabila itu terjadi, catin
perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan tenaga kesehatan untuk memastikan tumbuh
kembang bayi tidak terganggu. Apabila terjadi hal-hal berikut, orang tua harus segera
membawa bayi ke pusat kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hal yang
perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri yang memiliki bayi adalah memantau
kenaikan berat badan bayi menurut KMS untuk mengawasi tumbuh kembangnya untuk
terhindar dari stunting.

27
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

E. RANGKUMAN
Usia perempuan antara 21-35 tahun merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan
melahirkan karena mempunyai risiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak antara anak
pertama dan kedua kehamilan yang ideal adalah minimal tiga tahun.
1000 HPK merupakan suatu periode emas pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
semenjak terbentuknya janin hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, untuk
menghindari risiko melahirkan anak stunting, pastikan kehamilan di usia yang ideal, yaitu
usia 21 – 35 tahun. Sepanjang periode 1000 HPK nanti, pasangan suami istri harus
perhatikan kesehatan diri dan asupan gizi janin sejak dalam kandungan hingga minimal
sampai anak berusia 2 tahun.

F. LATIHAN
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan alasan seorang Wanita menunda kehamilan meskipun sudah menikah
namun masih berusia kurang dari 21 tahun?
2. Pada rentang usia berapa periode terbaik untuk hamil dan melahirkan?
3. Uraikan apa manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi?
4. Sebutkan macam-macam alat kontrasepsi metode modern jangka pendek?
5. Jelaskan pentingnya menyiapkan 1000 HPK?

G. TES FORMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berapa minggu rata-rata kehamilan pada manusia?
a. 25 minggu
b. 30 minggu
c. 40 minggu
d. 50 minggu
e. 60 minggu
2. Berapa usia yang dianjurkan bagi perempuan untuk menikah siap hamil?
a. 17 tahun
b. 18 tahun
c. 19 tahun
d. 20 tahun
e. 21 tahun

28
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

3. Berapa rentang usia perempuan yang merupakan periode paling baik untuk hamil
dan melahirkan?
a. Usia 18 – 38 tahun
b. Usia 19 – 36 tahun
c. Usia 20 – 25 tahun
d. Usia 21 - 35 tahun
e. Usia 25 – 45 tahun
4. Meningkatkan keharmonisan keluarga, adalah salah satu manfaat dari…
a. Penggunaan alat kontrasepsi
b. Mengkonsumsi vitamin A
c. Olah raga
d. Imunisasi
e. Salah semua
5. MPASI adalah singkatan dari …
a. Mengkonsumsi pendamping ASI
b. Makanan pendamping ASI
c. Minuman pendamping ASI
d. Makanan penghasil ASI
e. Minuman penghasil ASI

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB III ini, coba Bapak/Ibu nilai tes tersebut dan
cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini, berapa nilai yang
diperoleh. Jika Bapak/Ibu dapat menjawab 5 soal dengan benar maka Bapak/Ibu dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan Bapak/Ibu dapat melanjutkan ke BAB berikutnya akan
tetapi jika jawaban benar Bapak/Ibu belum mencapai 4 soal, berarti Bapak/Ibu perlu
mengulang mempelajari Pokok Bahasan ini kembali dengan lebih baik

29
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu intervensi yang dilakukan dalam upaya percepatan penurunan stunting adalah
dengan memastikan setiap Calon Pengantin/calon PUS berada dalam kondisi ideal untuk
menikah dan hamil. Berbagai hasil kajian dan penelitian menunjukkan bahwa kondisi ibu
saat hamil dan melahirkan merupakan salah satu determinan pada kejadian stunting. Usia
ibu saat hamil dan melahirkan, anemia, indeks massa tubuh rendah, serta perilaku merokok
dan keterpaparan terhadap asap rokok dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan janin yang mengakibatkan bayi lahir stunting.

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di
dalam rahim. Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau sembilan bulan, dihitung
dari hari pertama menstruasi terakhir sampai melahirkan.Kehamilan ideal adalah
kehamilan yang direncanakan, diinginkan, dan dijaga perkembangannya secara baik.
Namun ada kalanya berbagai faktor yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau
bahkan tidak diinginkan

Semoga modul ini bisa memberikan gambaran awal untuk menyiapkan pasangan yang
akan menikah dengan persiapan yang baik dan maksimal dengan berbagai kesiapannya
sebelum berkeluarga sehingga mampu melahirkan generasi lebih baik lagi kedepan

B. EVALUASI SUMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu, pernyataan tersebut ada pada salah satu pasal dalam
Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 yaitu
a. pasal 2 ayat 1
b. pasal 2 ayat 2
c. pasal 3 ayat 1
d. pasal 3 ayat 2
e. semua salah

30
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

2. kesediaan individu untuk mempersiapkan diri membentuk suatu ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga dan rumah tangga yang kekal dan diakui secara agama, hukum dan
masyarakat. Pernyataan tersebut adalah definisi dari
a. kesiapan bermasyarakat
b. kesiapan sosial
c. kesiapan berkeluarga
d. kesiapan intelektual
e. kesiapan spiritual

3. kemampuan individu dalam mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat


terjadi, siap dalam mengantisipasi resiko yang ada, dan menyeimbangkan antara
harapan dan kenyataan. Definisi tersebut adalah salah satu dari 10 dimensi
kesiapan berkeluarga, yaitu dimensi
a. kesiapan finansial
b. kesiapan mental
c. kesiapan fisik
d. keterampilan hidup
e. kesiapan emosi

4. kemampuan individu dalam melakukan kompetensi dalam berhubungan seperti


pasangan suami istri harus saling mendengarkan, membahas permasalahan pribadi
dengan pasangan, dan menghargai apabila terdapat perbedaan. Definisi tersebut
adalah salah satu dari dimensi kesiapan berkeluarga, yaitu dimensi
a. kesiapan interpersonal
b. kesiapan sosial
c. kesiapan fisik
d. kesiapan finansial
e. kesiapan intelektual
5. undang-undang kekerasan dalam rumah tangga adalah
a. UU nomor 23 tahun 2004
b. UU nomor 24 tahun 2003
c. UU nomor 23 tahun 2003
d. UU nomor 24 tahun 2004
e. Salah semua

31
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

6. Berapa minggu rata-rata kehamilan pada manusia


a. 25 minggu
b. 30 minggu
c. 40 minggu
d. 50 minggu
e. 60 minggu
7. Berapa usia yang dianjurkan bagi perempuan untuk menikah siap hamil
a. 17 tahun
b. 18 tahun
c. 19 tahun
d. 20 tahun
e. 21 tahun
8. Usia perempuan yang merupakan periode paling baik untuk hamil dan melahirkan
a. Usia 18 – 38 tahun
b. Usia 19 – 36 tahun
c. Usia 20 – 25 tahun
d. Usia 21 - 35 tahun
e. Usia 25 – 45 tahun
9. Meningkatkan keharmonisan keluarga, adalah salah satu manfaat dari
a. Penggunaan alat kontrasepsi
b. Mengkonsumsi vitamin A
c. Olah raga
d. Imunisasi
e. Salah semua
10. MPASI adalah singkatan dari
a. Mengkonsumsi pendamping ASI
b. Makanan pendamping ASI
c. Minuman pendamping ASI
d. Makanan penghasil ASI
e. Minuman penghasil ASI

32
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

C. KUNCI JAWABAN
Kunci jawaban tes formatif Bab II
1. A
2. C
3. B
4. A
5. A

Kunci jawaban tes formatif Bab IIi


1. C
2. E
3. D
4. A
5. B

Kunci jawaban tes Sumatif


1. A
2. C
3. B
4. A
5. A
6. C
7. E
8. D
9. A
10. B

33
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

DAFTAR PUSTAKA

Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.


BKKBN. 2021 Panduan Mempersiapkan Pernikahan dan Kehamilan bagi Calon Pengantin untuk
Mencegah Stunting. Jakarta.
BKKBN. 2014. Buku Saku untuk Calon Pengantin. Seri Genre. Jakarta
BKKBN. (2021). Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional No. 12
Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting
Indonesia Tahun 2021 – 2024. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional No. 12 Tahun 2021
tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun
2021 – 2024.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat.
Sobur, Alex. (2016). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

34
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

35
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN TEKNIS PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

36

Anda mungkin juga menyukai