Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI DAN KONSEP AGAMA SEBAGAI FENOMENA SOSIAL

Pengertian Agama Sebagai Fenomena Sosial


Agama merupakan fenomena universal manusia. Meskipun perubahan sosial telah mengubah
orientasi dan makna agama, namun hal itu tidak sampai pada meniadakan eksistensi agama.
Karena sifat universalitas agama dalam masyarakat, maka kajian tentang masyarakat tidak
akan lengkap tanpa melihat agama sebagai salah satu faktornya
Unsur-Unsur Agama Sebagai Fenomena Sosial
Light, Killer, dan Calhoun (1989), memusatkan perhatian pada unsur-unsur dasar suatu
agama, yaitu sebagai berikut :
 Kepercayaan, Setiap agama pasti memiliki kepecayaan seperti percaya kepada
Tuhan, nabi-nabi, dan kitab.
 Simbol, Setiap agama mengenal berbagai lambang atau simbol, baik itu berupa
pakaian, ucapan, tulisan maupun tindakan.
 Praktik, Setiap ajaran agama yang ada memiliki praktek keagamaan seperti sholat,
kebaktian, puasa, semedi, dan lain sebagainya.
 Pemeluk, Agama memiliki sejumlah pemeluk/ pengikut. Pemeluk agama memiliki
religious emotion yang membuatnya menjadi patuh dan taat kepada apa yang
disembah.
 Pengalaman keagamaan, Setiap pemeluk agama memiliki beberapa bentuk
pengalaman keagamaan.

DEFINISI DAN KONSEP AGAMA DALAM PERSPEKTIF FUNGSIONALISME


Pengertian Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah salah satu perspektif utama dalam kajian Sosiologi. Perspektif ini
berusaha menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan utuh yang terdiri atas
bagian-bagian yang berhubungan dan saling bekerja sama satu sama lain. Dengan kata lain,
masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah bagian dari struktur yang membentuk
keseluruhan struktur sosial itu sendiri.
Agama dalam Pandangan Fungsionalisme
Agama dalam perspektif ini diposisikan sebagai bagian dari unsur sosial yang ada di dalam
masyarakat. Secara spesifik, agama dalam perspektif ini dapat dimaknai sebagai suatu sistem
makna. Artinya, agama dapat memengaruhi struktur sosial lain dalam masyarakat, seperti
sistem pendidikan, politik, budaya, dan sebagainya
Pandangan Para Tokoh Fungsionalisme Mengenai Agama
Auguste Comte
 Auguste Comte mendefinisikan agama sebagai "sikap hormat dan tunduk terhadap
kekuatan yang lebih tinggi daripada diri kita sendiri." Ia juga berpendapat bahwa
agama adalah fenomena sosial yang berkembang dari kebutuhan manusia untuk
mencari makna dan tujuan dalam hidup.
 Comte percaya bahwa agama akan terus berkembang ke arah tahap positivisme, di
mana akan didasarkan pada ilmu pengetahuan dan rasionalitas. Beberapa fungsi
agama menurut Comte adalah sebagai pemersatu Masyarakat, pembimbing moral,
serta penyedia makna hidup.
 Konsep agama menurut Comte telah menjadi salah satu konsep yang paling
berpengaruh dalam sosiologi agama. Konsep ini telah digunakan untuk memahami
berbagai agama dan kepercayaan di seluruh dunia.
Emile Durkheim
 Durkehim mendefinisikan agama sebagai seperangkat kepercayaan dan praktik-
praktik bersangsi yang mendasari perkembangan moral komunitas. Durkheim melihat
agama sebagai suatu kreasi sosial “nyata” yang memperkuat solidaritas melalui
kesamaan pandangan masyarakat mengenai moral.
 Durkheim meracik definisinya tentang agama sebagai sebuah sistem terpadu dari
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral (sacred
things), yakni hal-hal yang terpisah dan terlarang. Dan yang profan (profane), yakni
hal-hal yang dapat dipahami sebagai relitas social.
 Menurut pengamatan Emile Durkheim, yang benar-benar merupakan karakteristik
kepercayaan dari ritual agama bukanlah unsur supernatural, tetapi konsep tentang
yang sakral (the sacred).
Karl Marx
 Karl Marx mendefinisikan agama sebagai “candu masyarakat” dan adanya agama
itu terbentuk dari situasi yang tidak baik yang dirasakan oleh manusia.
 Bagi Marx, agama merupakan suatu bentuk kenyamanan atau kepastian yang
digunakan oleh kelas penguasa (kapitalis) untuk menindas kelas pekerja
(proletariat)
 Marx tidak memandang agama sebagai kebenaran spiritual namun sebagai produk
kondisi ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat kapitalis.
 Menurut Marx, agama berfungsi sebagai alat ideologi yang mendukung struktur
sosial yang ada dan ia berpendapat bahwa masyarakat yang terjebak dalam agama
tidak akan mengupayakan perubahan sosial yang lebih besar.
DEFINISI DAN KONSEP AGAMA DALAM PERSPEKTIF MODERNISME
Pengertian Modernisme
Menurut Soerjono Sukanto, modernisme merupakan perubahan-perubahan dalam masyarakat
terkait dengan norma, nilai, pola perilaku masyarakat, dan berbagai aspek lain dalam
kehidupan sosial. Modernisme biasa dikenal sebagai istilah umum dalam sejarah kultural, yang
dapat diartikan sebagai suatu paham sekaligus sikap nilai estetika yang kaya dan sangat berbeda
dengan tradisi realis Eropa dari pertengahan abad ke 10.
Agama dalam Pandangan Modernisme
Agama dalam pandangan modernism terbagi menjadi dua konsep, diantaranya:
 Pluralisme Agama: Agama di zaman sekarang sangat memperhatikan pluralisme agama, di
mana ada berbagai keyakinan, praktik, dan tradisi agama yang beragam dalam satu
masyarakat.
 Sekularisasi: Perhatian besar diberikan pada proses sekularisasi, di mana pengaruh agama
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat semakin berkurang, dan masyarakat menjadi
lebih sekuler.
Pandangan Para Tokoh Modernisme Mengenai Agama

Talcott Parson
 Parsons mengembangkan teori “agama cinta” (the religion of love) berdasarkan
pengamatannya terhadap masyarakat Amerika pada dekade 1970-an terutama fenomena
munculnya gerakan keagamaan baru.
 Salah satu kontribusi penting Parsons dalam sosiologi ialah teorinya tentang sistem sosial.
Kerangka teori Parsons yang terkenal dalam hal ini ialah AGIL yang merupakan kepanjangan
dari: A (adaptation), G (goal attainment), I (integration), dan L (latent pattern maintenance).
 Dalam kerangka teori AGIL tersebut, agama mempunyai fungsi ganda, yakni fungsi
integration dan sebagai latent pattern maintenance. Agama memberikan arahan (guideline)
berupa nilai-nilai dasar baik kepada individu maupun kepada masyarakat serta
mengintegrasikan seseorang ke dalam komunitas dan memberikan jawaban rasional terhadap
problem kehidupan.

Robert N. Bellah
 Fokus analisis Bellah ialah evolusi sosial agama yang ditulisnya dalam sebuah esai yang
berjudul Religious Evolution (1964). Dalam artikelnya tersebut ia berpendapat bahwa
evolusi dalam agama meningkatkan diferensiasi dan kompleksitas sistem simbol.
 Tahapan Evolusi Sosial Agama Bellah
 Teori agama Bellah berdasarkan asumsi bahwa masyarakat didasarkan pada pemahaman
moral agama. Ia melihat masyarakat sebagai totalitas dan fungsi agama dalam hal ini
ialah memberikan makna dan motivasi bagi sistem keseluruhan masyarakat.

Clifford Geertz
 Karya Geertz mengenai analisisnya terhadap agama yang berjudul The Religion of Java
merupakan yang paling terkenal dan mendapat perhatian luas di kalangan ilmuwan sosial
Indonesia. Karya tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Abangan,
Santri, dan Priyayi.
 Dalam karyanya ini, Geertz membagi masyarakat Jawa ke dalam tiga kategori, yakni
kaum abangan, santri, dan priyayi. Kaum abangan dalam kehidupan sehari-hari lebih
berorientasi pada nilai-nilai kejawen. Kaum santri adalah kelompok sosial yang menunjuk
pada orang Jawa yang berorientasi pada nilai-nilai Islam. Sementara kaum priyayi
merupakan golongan bangsawan kerajaan.
 Geertz sangat terpengaruh pendekatan verstehen-nya Weber dalam menginterpretasi suatu
fenomena. Sebagaimana Weber, manusia terperangkap dalam “jaring makna” sehingga
antropolog harus mendeskripsikan secara mendalam.
 Agama sebagaimana budaya, bagi Geertz (dalam Segal, 2003: 23) adalah produk
masyarakat (sosial) bukan individual. Agama tidak hanya tumbuh secara sosial, tetapi
juga lebih beroperasi secara sosial ketimbang individual.

José Casanova
 Jose Casanova merupakan sosiolog agama berkebangsaan Spanyol. Ia dikenal dengan
tesis dimensi publik agama dalam dunia kontemporer. Tesisnya tersebut berkaitan
dengan kecenderungan sekulerisasi di berbagai belahan dunia.
 Tesisnya tersebut ditulis dalam bukunya yang terkenal berjudul Public Religions in
the Modern World. Ia melihat kecenderungan menurunnya peran agama dalam ranah
publik di berbagai negara. Ia menggunakan istilah untuk merujuk kecenderungan
tersebut dengan domestifikasi atau privatisasi agama.
 Tesis Casanova dibangun berdasarkan lima studi kasus, yakni masing-masing dua di
negara di Eropa (Polandia dan Spanyol), dua di Amerika Serikat, dan satu kasus di
Amerika Latin (Brazil).
 Dalam bukunya Public Religion (1994), Casanova menjelaskan bahwa untuk
memahami peran penting agama dalam kehidupan masyarakat modern, harus melihat
dampak sistem ekonomi pada abad ke-19 dan ke-20. Dalam masyarakat modern,
kekuatan sistem ekonomi kapitalis menstrukturisasi identitas agama kolektif dan
membatasi hubungan langsung antara individu dan Tuhan. Inilah yang disebut
sebagai privatisasi agama.

Referensi:
Dr. Sindung Haryanto, M. (2015). Sosiologi Agama dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Drs. H. Gunawan, M. P. (2019). Sosiologi Agama Teori & Pendekatan. Banda Aceh: Ar-raniry Press.
Muljafi, I. M. (2018, Januari 7). Agama dalam Perspektif Fungsionalisme. Retrieved from Sosiologi
Magis: https://sosiomagis.wordpress.com/2018/01/07/agama-dalam-perspektif-
fungsionalisme/
Bellah, R. N. (1964). Religious Evolution. American Sociological Association.

Nasution, R. D. (2020). ARISTO 8 (1). Mengakar Kembali Perdebatan Konsep Civil Religion Robert
N.Bellah Dan Jean Jacques Rousseau, 205-215.

Anda mungkin juga menyukai