Soal GG Respiratori

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

Penyakit Infeksi

Otitis Media

1. Seorang apoteker di bagian R & D industri farmasi sedang mengembangkan formula obat
tetes telinga kemasan botol 10 mL untuk pengobatan otitis eksterna. Formula tersebut terdiri
dari kloramfenikol 5%, Polimiksin B sulfat 10.000 IU, Hidrokortison 0,5%, Benzocaine 1%
dan Nipagin 1%. Apakah khasiat benzocaine dalam formula tetes telinga tersebut?
a. Antibiotik d. Antiseptik
b. Antiinflamasi e. Penghilang rasa sakit
c. Antihistamin

2. Seorang dokter di suatu rumah sakit meminta rekomendasi antibiotik untuk pengobatan
pasiennya (laki-laki, usia 50 tahun, penderita otitis media). Dokter mengatakan bahwa bakteri
penyebab otitis pada pasien telah resisten terhadap antibiotic beta lactam. Apakah antibiotik
yang tepat direkomendasikan?
a. Ciprofloxacine d. Clindamycin
b. Cotrimoksazole e. Ceftriaxone
c. Co-Amoxiclave

3. Seorang pasien, laki-laki, usia 26 tahun, penderita otitis media. Pasien sudah pernah
menggunakan amoksisilin atas resep dokter, akan tetapi nyeri tidak mereda dan saat ini dari
telinganya mengeluarkan sekret telinga. Dokter berdiskusi dengan apoteker terkait pemberian
antibiotik yang tepat untuk pasien tersebut. Apakah antibiotic yang tepat disarankan kepada
dokter untuk pengobatan pasien tersebut?
a. Amoksiklav d. Metronidazol
b. Cefadroksil e. Ofloxacin
c. Eritromisin

4. Seorang pasien laki-laki, usia 24 tahun, didiagnosa dokter mengalami otitis media dengan
gejala sakit pada telinga, dan sedikit mengalami penurunan fungsi indera pendengaran.
Dokter akan meresepkan antibiotik untuk pasien tersebut. Apakah antibiotik lini pertama
yang tepat direkomendasikan untuk pasien tersebut?
a. Amoksisilin d. Cefadroksil
b. Gentamicin e. Doksisiklin
c. Ciprofloxacin
5. Seorang pasien, perempuan, usia, 27 tahun, mengalami infeksi saluran kemih. Saat ini pasien
sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 18 minggu. Dokter memutuskan akan
meresepkan antibiotik untuk pasien tersebut dan meminta apoteker untuk memilihkan
antiobiotik yang tepat untuk pengobatan pasien. Apakah antibiotik yang tepat
direkomendasikan?
a. Cefixim d. Ciprofloxacin
b. Tetracyclin e. Chloramphenicol
c. Amoksiklav
Otitis Media – Dosis
6. Seorang ibu datang ke apotek menebus resep untuk anaknya (usia 3 tahun, BB 15 kg,
penderita otitis media) yang beirisi amoksisilin. Dosis yang tertulis dalam resep adalah 20
mg/Kg BB/hari dengan aturan pakai 3 kali sehari. Sediaan yang tersedia di apotek adalah
amoksilin dry syrup 125 mg/5 mL. Apoteker menyerahkan obat kepada ibu pasien.
Berapakah volume pemberian obat yang tepat disampaikan kepada ibu pasien untuk sekali
minum?
a. 1 mL d. 5 mL
b. 3 mL e. 10 mL
c. 4 mL
Otitis Media – KIE
7. Seorang dokter di suatu rumah sakit meminta informasi kepada apoteker mengenai lama
penggunaan amoksisillin 500 mg untuk pengobatan otitis media pada pasien (laki-laki, usia
35 tahun, BB 65 kg). Apakah informasi yang tepat diberikan?
a. Minimal 3 hari d. Minimal 10 hari
b. Minimal 5 hari e. Minimal 14 hari
c. Minimal 7 hari
8. Seorang dokter umum di puskesmas meminta informasi kepada apoteker mengenai aturan
pakai amoksisillin 500 mg untuk pengobatan otitis media yang dialami pasien anak (laki-laki,
usia 9 tahun, BB 25 kg). Apoteker menemukan aturan pakai obat tersebut dari sebuah
literatur, yaitu 40 mg/Kg BW/day divided twice daily. Sediaan yang ada di puskesmas adalah
amoksisillin kapsul 500 mg. Bagaimanakah aturan pakai yang tepat disampaikan kepada
dokter tersebut?
a. 1 kali sehari 1 kapsul d. 1 kali sehari 2 kapsul
b. 2 kali sehari 1 kapsul e. 2 kali sehari 2 kapsul
c. 3 kali sehari 1 kapsul
Pneumonia

HAP – PemilihanObat yang Tepat


1. Seorang pasien, laki-laki, usia 40 tahun, penderita DM tipe-2, mengalami pneumonia akibat
infeksi nosokomial setelah menjalani perawatan selama 7 hari di rumah sakit. Hasil uji
kultur bakteri menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi Methicillin resistent
Staphylococcus aureus. Dokter dan apoteker berdiskusi untuk menentukan terapi antibiotik
yang akan diberikan kepada pasien. Apakah antibiotik yang tepat direkomendasikan kepada
dokter tersebut?
a. Cefepime dan Vancomysin
b. Penisilin G dan Cefepime
c. Seftriakson dan Vancomysin
d. Amoksisilin dan Azythromysin
e. Levofloksasin dan Azythromysin

HAP – Dosis
2. Seorang apoteker akan melarutkan sebuk kering untuk injeksi Ceftadizime 1 gram menjadi
konsentrasi 40 mg/mL dalam NaCl 0,9% untuk pengobatan pasien bayi (Laki-laki, usia 1,5
bulan, penderita bronkopneumonia yang diakibatkan karena infeksi bakteri). Berapakah
jumlah volume NaCl 0,9% yang dibutuhkan untuk membuat larutan injeksi ceftadizime
tersebut?
a. 15,0 mL d. 22,5 mL
b. 17,5 mL e. 25,0 mL
c. 20,0 mL

HAP – Interaksi Obat


3. Seorang pasien, laki-laki, usia 52 tahun, didiagnosa dokter mengalami HAP (hospital
acquired pneumonia). Selanjutnya dokter meresepkan antibiotik eritromisin. Apoteker
menyampaikan informasi obat kepada pasien, bahwa obat ini harus diminum dengan segelas
air putih, 1 jam sebelum makan (pada saat perut kosong). Apakah alasan yang mendasari
informasi obat tersebut?
a. Absorpsi obat menurun bila diminum bersamaan makanan
b. Absorpsi obat meningkat bila diminum bersamaan makanan
c. Kelarutan obat menurun bila diminum bersama makanan
d. Obat sulit terdisintegrasi bila diminum bersama makanan
e. Obat sulit terdisintegrasi bila diminum dengan susu atau teh

CAP – Pemilihan Obat yang Tepat


4. Seorang dokter berdiskusi dengan apoteker untuk menentukan antibiotik yang tepat untuk
pasiennya yang tengah dirawat di suatu rumah sakit. Pasien adalah seorang laki-laki, usia 23
tahun yang didiagnosa mengalami Community Acquired Pneumonia (CAP) dengan gejala
sesak nafas, nyeri dada, demam dan batuk berdahak. Apakah golongan antibiotik yang tepat
disarankan kepada dokter untuk pasien tersebut?
a. Fluoroquinolon d. Aminoglikosida
b. Makrolida e. Penisilin
c. Beta laktam

5. Seorang pasien, perempuan, usia 54 tahun, pasien rawat jalan, didiagnosa dokter di suatu
rumah sakit mengalami pneumonia komunitas. Pasien tidak memiliki penyakit penyerta
lainnya. Dokter berdiskusi kepada apoteker terkait golongan obat antibiotika lini pertama
yang tepat diresepkan untuk pasien tersebut. Apakah golongan antibiotik yang tepat
direkomendasikan?
a. Makrolida d. Penisilin
b. Fluorokuinolon e. Doksisiklin
c. Sefalosporin

6. Seorang pasien anak, laki-laki, usia 9 tahun, mengalami batuk berdahak, sesak nafas dan
demam datang memeriksakan diri ke dokter praktek di apotek. Dokter mendiagnosa pasien
mengalami infeksi pneumonia dan meminta saran kepada apoteker mengenai pemilihan
antibiotik lini pertama untuk diresepkan kepada pasien. Apakah antibiotik yang tepat
disarankan kepada dokter?
a. Amoksisillin d. Kloramfenikol
b. Amikasin e. Ampisillin
c. Ceftriaxone

7. Dokter akan memberikan terapi antibiotik empiris kepada seorang pasien (laki-laki, usia 35
tahun, penderita community-acquired pneumonia (CAP)) yang dirawat di bangsal penyakit
dalam. Pasien memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik golongan beta-laktam. Apoteker
melakukan visite bersama dengan dokter memantau kondisi pasien. Apakah antibiotik yang
tepat direkomendasikan?
a. Amosiklav d. Azithromisin
b. Siprofloksasin e. Tetrasiklin
c. Claritromisin

8. Seorang pasien, laki-laki, usia 27 tahun, pasien rawat jalan, didiagnosa dokter di suatu rumah
sakit mengalami pneumonia dengan penyebab Penisilin sensitive streptococcus pneumonia.
Pasien juga diketahui memiliki riwayat alergi terhadap Eritromisin dan kodein. Dokter
meminta informasi kepada apoteker mengenai antibiotik yang tepat untuk pengobatan pasien
tersebut. Apakah antibiotik yang tepat disarankan?
a. Azitromisin d. Sefazolin tablet
b. Amoksisilin e. Trimethoprim tablet
c. Sefadroksil

9. Seorang pasien, perempuan, usia 55 tahun, pasien rawat jalan, didiagnosis dokter mengalami
pneumonia dengan hasil kultur C. pneumoniae. Pasien memiliki riwayat gagal ginjal
sehingga dokter meminta informasi dari apoteker mengenai antibiotik yang aman diresepkan
untuk pasien tersebut. Apakah antibiotik yang tepat disarankan kepada dokter tersebut?
a. Meropenem d. Siprofloksasin
b. Vankomisin e. Tetrasiklin
c. Amikasin

10. Seorang pasien, perempuan, usia 34 tahun, hamil usia 7 bulan, baru saja terdiagnosa dokter
mengalami Community Acquired Pneumonia (CAP). Hasil uji kultur bakteri menyimpulkan
bahwa pasien terinfeksi Mycoplasma pneumonia. Dokter meresepkan antibiotik dan
memperbolehkan pasien untuk menjalani rawat jalan. Apakah antibiotik lini pertama yang
tepat untuk pengobatan pasien tersebut?
a. Levofloksasin d. Kotrimoksazol
b. Doksisiklin e. Eritromisin
c. Siprofloksasin

TBC
TBC – Mekanisme Aksi
1. Seorang pasien, perempuan, usia 40 tahun, penderita penyakit TBC datang ke apotek untuk
menebus resep dokter. Salah satu obat yang ditebus adalah antibiotik isoniazid untuk
membunuh bakteri penyebab penyakit. Bagaimana mekanisme aksi obat tersebut?
a. Menghambat sintesis protein d. Menghambat fungsi enzim pensintesa RNA
b. Menghambat sintesis peptidoglikan e. Menghambat sintesis asam mikolat
c. Menghambat masuknya bahan sel

TBC – Pemilihan Obat yang Tepat


2. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, didiagnosa dokter mengalami kekambuhan
penyakit TB paru oleh dokter di sebuah puskesmas. Sputum pasien telah dinyatakan negatif
pada 3 bulan yang lalu. Pada saat monitoring hari ini, sputum pasien kembali menunjukkan
BTA positif. Dokter meminta saran pengobatan yang tepat kepada apoteker untuk tahap
intensif (56 hari). Apakah antibiotik yang tepat direkomendasikan?
a. INH dan Rifampisin
b. INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Ethambuthol
c. INH, Rifampisin, Pirazinamid + Sterptomisin injeksi
d. INH, Rifampisin, Ethambuthol + Sterptomisin injeksi
e. INH, Rifampisin, Pirazinamid, Ethambuthol + Sterptomisin injeksi

3. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, didiagnosa dokter mengalami TB paru. Saat ini
pasien sedang hamil usia 10 minggu. Dokter berencana akan meresepkan antibiotik dan
meminta rekomendasi pada apoteker mengenai antibiotik yang aman diberikan pada pasien
tersebut. Apakah obat antibiotik yang tepat direkomendasikan?
a. INH dan Rifampisin
b. Rifampisin, Pirazinamid dan Ethambuthol
c. INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Ethambuthol
d. INH, Rifampisin, Ethambuthol dan Ethionamid
e. INH, Rifampisin, Pirazinamid dan sikloserin
4. Seorang pasien, laki-laki, usia 35 tahun, penderita tuberkulosis kategori 2, mendapatkan
terapi Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, Ethambutol dan Streptomisin. Setelah 1 bulan
terapi, pasien mengalami peningkatan serum kreatinin yang menandakan pasien mengalami
penurunan fungsi ginjal karena efek samping obat. Apakah obat yang merupakan yang
menyebabkan efek samping tersebut?
a. Isoniazid d. Ethambutol
b. Rifampicin e. Steptomicin
c. Pirazinamid

TBC – Efek Samping Obat/MESO


5. Seorang apoteker di rumah sakit melakukan MESO pada seorang pasien (perempuan, usia 38
tahun, penderita TBC) setelah menjalani pengobatan dengan obat isoniazid, pyrazinamid,
rifampisin, dan etambutol selama 1 bulan. Pasien mengeluhkan bahwa dia mengalami
gangguan penglihatan pada 3 hari terakhir. Apoteker menyimpulkan bahwa keluhan tersebut
merupakan efek samping dari antituberkulosis yang sedang digunakan. Apakah obat yang
dimaksud oleh apoteker tersebut?
a. Isoniazid d. Streptomisin
b. Rifampisin e. Etambuthol
c. Pirazinamid
6. Seorang pasien, laki-laki, berusia 20 tahun, penderita TBC dan sedang menjalani pengobatan
dengan obat TBC, datang ke apotek dengan keluhan mual dan sakit perut setelah minum
obat. Apakah informasi yang tepat disampaikan kepada pasien terkait dengan penanganan
ESO tersebut?
a. “Pasien tidak perlu khawatir, ini efek samping biasa”
b. “Pasien tidak perlu khawatir, minum obat diteruskan saja”
c. “Pasien bisa minum obat di malam hari sebelum tidur”
d. “Pasien harus segera berkonsultasi ke dokter”
e. “Pasien harus menghentikan minum obat tersebut”

7. Setelah melakukan monitoring efek samping obat, seorang apoteker menyimpulkan bahwa
seorang pasien (perempuan, usia 29 tahun, penderita TBC) mengalami efek samping neuritis
perifer setelah menjalani terapi OAT 4-FDC. Dokter memutuskan akan memberikan obat
untuk mengatasi neuritis perifer pasien tersebut. Apakah obat yang tepat disarankan kepada
dokter yang menangani pasien tersebut?
a. Vitamin B6 d. Vitamin C
b. Vitamin B12 e. Vitamin D
c. Vitamin A

8. Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun mempunyai keluhan kesemutan pada kaki dan
tangannya. Pasien adalah penderita Tuberkulosis dan menerima terapi kombinasi anti TB
sejak 5 bulan yang lalu. Apoteker memperkirakan pasien mengalami neuropati perifer karena
efek samping obat yang dikonsumsi pasien. Apakah vitamin yang disarankan untuk
mengatasi efek samping tersebut?
a. Thiamin d. Asam askorbat
b. Riboflavin e. Niasin
c. Piridoksin

9. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, penderita TBC, mendapatkan resep dokter dengan
obat kombinasi antibiotik INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol, streptomisin. Pasien juga
mendapatkan vitamin B6 untuk meminimalisir ESO. Efek samping obat apakah yang diatasi
dengan pemberian vitamin tersebut?
a. INH d. Pirazinamid
b. Rifampisin e. Streptomisin
c. Etambutol

10. Seorang pasien, laki-laki, usia 45 tahun, didiagnosa dokter mengalami TB Paru kasus baru.
Pasien mendapatkan resep dokter dengan obat kombinasi izoniazid, rifampisin, pyrazinamid,
dan etambutol selama 2 bulan dan dilanjutkan kombinasi isoniazid dan rifampisin selama 4
bulan. Dokter meminta apoteker juga menyiapkan obat untuk mencegah terjadinya efek
samping neuritis perifer akibat pemberian isoniazid pada pasien. Apakah obat yang dimaksud
dokter tersebut?
a. Aspirin d. Pyridoxin
b. Klorpromazin e. Vitamin D
c. Parasetamol

11. Seorang pasien, perempuan, usia 37 tahun, penderita TB Paru, mendapat terapi dengan
regimen 2HRZE/4H3R3. Setelah sebulan menjalani pengobatan, pasien mengalami gangguan
penglihatan berupa pandangan kabur karena efek samping obat. Apakah rekomendasi tindak
lanjut yang tepat disampaikan pada dokter yang menangani pasien terkait dengan ESO
tersebut?
a. Menambahkan suplemen vitamin A d. Menghentikan penggunaan Etambutol
b. Menurunkan dosis Etambutol e. Etambutol diminum sebelum tidur
c. Menghentikan sementara Etambutol

12. Seorang apoteker sedang mengadakan monitoring efek samping obat pada seorang pasien
rawat jalan (laki-laki, usia 38 tahun, penderita TBC) dengan mengamati hasil pemeriksaan
laboratorium pasien terakhir. Pasien telah menjalani pengobatan dengan INH, rifampisin,
ethambutol, dan pyrazinamide selama 2 bulan. Apoteker menilai adanya efek samping
hepatotoksisitas obat TB. Apakah parameter laboratorium yang tepat dimonitoring untuk
mengamati efek samping tersebut?
a. AST d. kadar Na
b. RBC e. Kadar K
c. WBC

13. Seorang apoteker di puskesmas sedang melakukan monitoring efek samping obat pada
seorang penderita TBC (laki-laki, usia 30 tahun). Pasien memiliki keluhan berupa gangguan
pendengaran dan gangguan keseimbangan setelah 1 bulan menggunakan antituberkulosis
fase intensif. Apakah antituberkulosis yang harus dievaluasi terkait dengan keluhan pasien
tersebut?
a. Etambutol d. Streptomisin
b. Isoniazid e. Pirazinamid
c. Rifampisin
14. Seorang pasien, laki-laki, usia 29 tahun, penderita tuberculosis, sedang menggunakan
antituberkulosis kombinasi dosis tetap, mengalami hiperurisemia setelah menjalankan
pengobatan selama 2 bulan. Apoteker memberikan informasi kepada dokter bahwa hal
tersebut adalah karena efek samping obat OAT yang digunakan pasien. Apakah OAT yang
mengakibatkan efek samping obat tersebut?
a. INH d. Streptomisin
b. Rifampisin e. Pirazinamid
c. Ethambuthol
15. Seorang pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke instalasi farmasi rawat jalan suatu rumah
sakit ingin berkonsultasi dengan apoteker mengenai keluhan efek samping obat yang
dialaminya Setelah meminum obat. Pasien mengeluhkan sering mengalami kesemutan dan
lemas otot. Pasien adalah penderita TB dan sedang menjalani terapi obat kombinasi
antituberkulosis pada fase intensif. Apakah antituberkulosis yang mengakibatkan keluhan
pasien tersebut?
a. Etambutol d. Streptomisin
b. Isoniazid e. Pirazinamid
c. Rifampisin

16. Seorang pasien, perempuan, usia 16 tahun,penderita TBC, mendapatkan terapi antibiotik
kombipak. Apoteker memberikan informasi bahwa salah satu komponen dari paket obat yang
diterima dapat menyebabkan neuritis perifer. Apakah antibiotik dalam paket obat pasien yang
menyebabkan efek samping tersebut?
a. Etambutol d. Rifampisin
b. INH e. Streptomisin
c. Pirazinamid

17. Seorang pasien, perempuan, usia 22 tahun, penderita TBC, mendapatkan terapi antibiotik
kombipak. Apoteker memberikan informasi bahwa salah satu antibiotik dari paket obat yang
diterima dapat menyebabkan efek samping kencing pasien berwarna merah. Apakah
antibiotik dalam paket obat pasien yang menyebabkan efek samping tersebut?
a. Etambutol d. Pirazinamid
b. Eritromisin e. Rifampisin
c. INH

18. Seorang pasien, laki-laki, usia 54 tahun, penderita TB dan sedang mengonsumsi OAT
semenjak 1 bulan yang lalu. Pada saat kontrol rutin, pasien mengeluhkan matanya yang
terlihat kekuningan semenjak 1 minggu yang lalu. Apoteker menyimpulkan bahwa pasien
mengalami efek samping obat karena hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan AST:
772, ALT: 1002, bilirubin total: 7.1, dan bilirubin direk: 3.9. Apakah obat TB yang harus
segera dihentikan pada pasien ini?
a. Rifampicin d. Streptomisin
b. Pirazinamid e. Isoniazid
c. Etambutol

19. Seorang apoteker di puskesmas sedang melakukan monitoring efek samping obat pada pasien
TB (laki-laki, usia 52 tahun, penderita TB). Selama pengobatan, pasien mengeluh sering
jatuh karena kehilangan keseimbangan. Pasien tidak memiliki riwayat vertigo maupun
migraine, tekanan darah dan Hb juga normal. Apoteker menyimpulkan bahwa pasien
mengalami efek samping penggunaan Streptomisin. Apakah rekomendasi pengobatan yang
tepat direkomendasikan kepada dokter yang menangani pasien tersebut?
a. Memberikan Betahistin sebagai terapi tambahan
b. Menurunkan dosis Streptomisin
c. Menghentikan penggunaan Streptomisin
d. Mengganti Streptomisin dengan ethambuthol
e. Streptomisin diminum sebelum tidur

TBC – Kontraindikasi
20. Seorang pasien perempuan 30 tahun mengalami TBC. Pasien memiliki riwayat Diabetes
Mellitus sejak 5 tahun yang lalu dengan komplikasi retinopati diabetika. Pasien di berikan
obat Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, Etambutol dan Streptomicin serta penambahan
piridoksin. Apakah obat TB yang dikontraindikasikan untuk pasien tersebut?
a. Rifampicin d. Etambuthol
b. Isoniazid e. Streptomicin
c. Pirazinamid

TBC – Interaksi Obat


21. Seorang pasien, perempuan, usia 36 tahun, penderita TBC datang ke apotik untuk menebus
resep yang berisi antibiotik INH dan Rifampisin untuk penggunaan selama 1 bulan. Pasien
juga ingin membeli pil KB untuk kontrasepsi. Apakah Interaksi obat yang potensial terjadi
pada pasien?
a. Rifampisin mengurangi efek pil KB d. Pil KB meningkatkan toksisitas INH
b. INH mengurangi efek pil KB e. Rifampisin meningkatkan toksisitas Pil KB
c. Pil KB meningkatkan toksisitas rifampisin

22. Seorang pasien, wanita, usia 30 tahun, mengalami TB paru, dan mendapatkan terapi
kombinasi dosis tetap OAT selama 6 bulan. Pasien juga mengkonsumsi pil KB untuk
kontrasepsi, tetapi mengalami kegagalan karena didiagnosa hamil. Hal ini disebabkan karena
terjadinya interaksi obat OAT dengan pil KB. Apakah OAT yang menyebabkan kegagalan
pil KB tersebut?
a. Etambutol d. Rifampisin
b. Isoniazid e. Streptomisin
c. Pirazinamid

23. Seorang pasien, perempuan, usia 30 tahun datang ke rumah sakit karena mengalami kejang
berulang akibat penyakit epilepsi. Pasien rutin menggunakan fenitoin 100 mg per hari.
Apoteker menyimpulkan bahwa terjadinya penurunan efek fenitoin karena adanya interaksi
obat. Penyebabnya adalah pasien juga sedang mengkonsumsi obat TB pada fase intensif
untuk mengobati penyakit TBC yang dideritanya. Apakah obat TB yang dimaksud?
a. Etambutol d. Streptomisin
b. Isoniazid e. Pirazinamid
c. Rifampisin
24. Seorang pasien, perempuan, usia 35 tahun, baru didiagnosa dokter mengalami TB, datang ke
instalasi farmasi rawat jalan suatu rumah sakit untuk menebus resep OAT. Pada saat ditanya
apoteker, pasien mengaku juga sedang menggunakan pil KB untuk mencegah kehamilan.
Apakah saran yang tepat untuk disampaikan untuk meningkatkan efektifitas OAT yang harus
diminum pasien?
a. Mengganti pil KB dengan Implan d. Meminum OAT sesuai aturan pakai
b. Mengkonsumsi pil KB 1 x 2 hari e. Menggunakan KB non hormonal
c. Mengkonsumsi pil KB 2 x 1 hari
25. Seorang pasien, laki-laki, usia 50 tahun, penderita DM tipe-2, mengalami penyakit TB dan
mendapatkan pengobatan dengan Anti-Tuberkulosis kategori 1 yang terdiri dari regimen
2HRZE/4(HR)3. Setelah menggunakan obat tersebut, kadar glukosa darah pasien menjadi
tidak terkontrol, meskipun pasien menggunakan dlibenklamid 5 mg per hari. Apoteker
menyimpulkan bahwa keadaan yang dialami pasien ini disebabkan karena efek dari interaksi
obat. Apakah obat-obatan yang mengalami interaksi dalam pengobatan pasien tersebut?
a. Glibenklamid dengan Isoniazid d. Glibenklamid dan Ethambutol
b. Glibenklamid dengan Rifampisisn e. Glibenklamid dan streptomisisin
c. Glibenklamid dan Pirazinamid

TBC – KIE
26. Seorang pasien, laki-laki, usia 40 tahun, penderita tuberkulosis paru, sudah menjalani terapi
dengan OAT selama 4 bulan. Namun, 2 minggu terakhir pasien tidak melanjutkan minum
obatnya. . Hasil pemeriksaan menunjukkan hasil BTA positif, gejala klinik positif dan hasil
radiologi positif. dokter dan apoteker berdiskusi untuk menentukan pengobatan pasien.
Apakah rekomendasi pengobatan yang tepat untuk pasien tersebut?
a. Pengobatan antituberkulosis dihentikan
b. Pengobatan diulang dari awal dan diberikan regimen yang lebih kuat
c. Pengobatan diulang dari awal dan diberikan panduan yang sama
d. Pengobatan antituberkulosis dilanjutkan dengan obat yang lama
e. Pengobatan antituberkulosis dilanjutkan dengan dosis 2 kali lipat

27. Seorang dokter di puskesmas berdiskusi dengan apoteker untuk menentukan regiment terapi
untuk pasien TB aktif anak (laki-laki, usia 9 tahun). Apoteker menganjurkan penggunaan
INH, rifampisin, pirazinamid dan ethambuthol pada fase intensif dan INH, rifampisin pada
fase lanjutan. Berapa lamakah fase intensif dan fase lanjutan yang tepat direkomendasikan?
a. 1 bulan untuk fase intensif dan 5 bulan untuk fase lanjutan
b. 2 bulan untuk fase intensif dan 4 bulan untuk fase lanjutan
c. 3 bulan untuk fase intensif dan 3 bulan untuk fase lanjutan
d. 4 bulan untuk fase intensif dan 2 bulan untuk fase lanjutan
e. 5 bulan untuk fase intensif dan 1 bulan untuk fase lanjutan

28. Seorang pasien, perempuan, usia 42 tahun, penderita TB paru, mendapatkan terapi lanjutan
OAT dengan obat INH dan Rifampisin yang diresepkan oleh seorang dokter puskesmas.
Berapa lamakah durasi pengobatan pasien pada terapi lanjutan tersebut?
a. 4 minggu d. 3 bulan
b. 6 minggu e. 4 bulan
c. 2 bulan

29. Seorang apoteker di puskesmas memberikan penyuluhan pada calon pemantau minum obat
(PMO) bagi pasien TB paru. Apoteker meminta para calon PMO tersebut untuk segera
melakukan vaksinasi untuk pencegahan tertular oleh bakteri penginfeksi TB. Apakah vaksin
yang tepat diberikan pada calon PMO tersebut?
a. DPaT d. DPT
b. OVP e. BCG
c. MMR
30. Seorang apoteker sedang melakukan evaluasi penggunaan obat pada seorang pasien penderita
TB (laki-laki, usia 40 tahun) yang putus obat karena merasa bosan minum obat TB. Saat ini
pasien ingin minum obat lagi karena gejala TB yang dialami memburuk kembali. Apakah
informasi yang penting ditanyakan kepada pasien untuk menentukan rekomendasi
pengobatan selanjutnya?
a. Hasil uji BTA pasien d. Jumlah obat sisa pasien
b. Durasi tidak minum obat e. Lama menderita batuk
c. Hasil pemeriksaan rontgen
31. Seorang pasien, laki-laki, usia 30 tahun didiagnosis dokter menderita penyakit TBC. Ketika
datang ke apotik untuk menebus obat, pasien mendapatkan KIE dari apoteker mengenai tata
cara untuk mencegah penularan TBC pada orang lain. Bagaimanakah cara penularan bakteri
penyebab penyakit tersebut?
a. Melalui makanan d. Melalui hubungan seksual
b. Melalui udara e. Melalui vector serangga
c. Melalui sentuhan kulit
TBC- Compounding
32. Seorang ibu datang ke apotek dengan membawa resep dokter untuk anakanya yang
mengalami TBC dengan obat obat racikan yang tiap bungkusnya berisi isoniasid 150 mg,
rifampisin 300 mg, PZA 50 mg. Resep tersebut dibuat sebanyak 30 bungkus. Rifampisin
tablet yang tersedia di apotek adalah sediaan 600 mg/tablet. Berapakah jumlah rifampisin
yang diperlukan untuk membuat resep tersebut?
a. 5 tablet d. 20 tablet
b. 10 tablet e. 25 tablet
c. 15 tablet

TB-Monitoring
33. Seorang apoteker di rumah sakit sedang melakukan monitoring penggunaan obat pasien TB
(perempuan, usia 35 tahun). Pasien telah menjalani terapi TB selama 6 bulan dengan 1
periode sisipan dan patuh menjalani terapi. Pada minggu terakhir bulan ketujuh, pasien
mengaku tidak meminum obatnya lagi karena merasa bosan. Hasil pemeriksaan
mikrobiologis pada dahak pasien, diperoleh hasil BTA (-). Apakah rekomendasi pengobatan
yang tepat untuk pasien tersebut?
a. Pasien melanjutkan minum obat hingga akhir fase lanjutan
b. Pasien harus mengulangi minum obat dari fase intensif
c. Pasien harus mengulangi minum obat fase lanjutan
d. Pasien dapat menghentikan penggunaan obat
e. Pasien harus meminum antibiotik golongan Fluoroquinolon
PPOK

PPOK – Mekanisme Aksi


1. Seorang pasien, laki-laki, usia 35 tahun didiagnosa dokter mengalami PPOK dengan keluhan
sesak nafas dan batuk berdahak. Dokter meresepkan obat inhaler yang berisi budesonide
untuk terapi pemeliharaan. Apakah kelas efek farmakologi dari obat dari obat yang
diresepkan dokter tersebut?
a. Antibakteri pada saluran nafas d. Meningkatkan sekresi mukus di saluran
nafas
b. Bronkodilatasi pada saluran nafas e. Antiinflamasi pada saluran nafas
c. Mengencerkan dahak pasien
PPOK – Pemilihan Obat yangTepat
2. Seorang apoteker melakukan visite bersama dokter ke ruang rawat inap untuk memonitor
perkembangan terapi seorang pasien PPOK tanpa exaserbasi (laki-laki, usia 45 tahun). Pasien
telah menggunakan salbutamol inhaler untuk mengatasi gejala pada terjadi serangan. Akan
tetapi, pasien mengeluhkan perburukan gejala pada malam hari. Apakah obat yang tepat
diberikan kepada pasien untuk mencegah keluhan tersebut?
a. Terbutalin inhaler d. Fenoterol inhaler
b. Salmoterol inhaler e. Ipatropium bromide inhaler
c. Beklometason inhaler
3. Seorang dokter akan meresepkan bronkodilator sebagai terapi pemeliharaan untuk pasiennya
(laki-laki, usia 65 tahun, penderita PPOK tingkatan sedang) dan meminta saran apoteker
untuk pemilihan obatnya. Sebelumnya, pasien tidak patuh minum obat dan dokter
menginginkan bronkodilator durasi yang panjang sehingga dapat diberikan satu kali sehari.
Apakah bronkodilator yang tepat disarankan kepada dokter tersebut?
a. Budesonide d. Salmeterol
b. Ipratropium bromide e. Tiotropium bromide
c. Flutikason
PPOK – Efek Samping Obat/MESO
4. Seorang pasien, laki-laki, usia 60 tahun, memiliki penyakit eksaserbasi akut PPOK dan
mendapatkan resep dengan obat inhalasi bronkodilator (ipratropium dan
salbuterol/salbutamol, inhalasi fixotide) dan codein. Pasien juga menderita infeksi dan
diobati dengan eritromisin. Setelah beberapa hari dirawat inap, apoteker menerima informasi
dari pasien bahwa dia mengalami konstipasi. Apakah obat yang perlu dievaluasi untuk
memimalkan ESO tersebut?
a. Ipratropium d. Eritromisin
b. Salbutamol/salbuterol e. Flixotid
c. Codein
PPOK – Interaksi Obat
5. Seorang pasien, laki-laki, usia 55 tahun, memiliki riwayat PPOK, mengalami eksaserbasi
akut karena infeksi saluran nafas dan dibawa keluarganya ke IGD. Dokter memberikan
injeksi teofilin. Saat ini, pasien juga sedang menggunakan obat obatan lain, yaitu salbutamol,
prednison, eritromisin dan ambroksol. Apoteker mengidentifikasi adanya resiko terjadinya
interaksi obat. Apakah obat-obatan yang digunakan pasien yang berpotensi berinteraksi?
a. Eritromisin dan ambroksol d. Teofilin dan eritromisin
b. Eritromisin dan salbutamol e. Teofilin dan Ambroksol
c. Salbutamol dan prednison
PPOK – Pelayanan Kefarmasian
6. Seorang pasien, laki-laki, usia 65 tahun, dirawat di Puskesmas dengan diagnosis PPOK dan
mendapat obat asetilsistein kapsul, parasetamol tablet, siprofloksasin kapsul. Karena
kondisinya memburuk kemudian dirujuk ke RSUD. Pada saat masuk di RSUD, apoteker
membandingkan instruksi pengobatan di RSUD dengan obat yang telah diperoleh pasien
selama di Puskesmas. Apakah layanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker tersebut?
a. Skrining resep d. Monitoring penggunaan obat
b. Rekonstitusi obat e. Evaluasi penggunaan obat
c. Rekonsiliasi obat
Rhinitis alergi

Rhinitis alergi – Mekanisme Aksi


1. Seseorang pasien anak, laki-laki, usia 6 tahun, didiagnosa dokter di suatu rumah sakit
mengalami rhinitis alergi. Salah satu obat yang diresepkan dokter adalah tablet loratadine
syrup 5 mg/5 mL (S.1. dd). Bagaimanakah mekanisme aksi obat tersebut?
a. Antagonis reseptor H-1 d. antagonis reseptor α1-adrenergik
b. Antagonis reseptor H-2 e. Antagonis enzim phospolipase A-2
c. Agonis reseptor α1-adrenergik

2. Seorang apoteker di apotek menyerahkan cetirizin atas resep dokter kepada seorang pasien
(laki-laki, usia 30 tahun, penderita rhinitis alergi). Obat tersebut berinteraksi dengan reseptor
histamine yang dapat mengurangi gejala alergi yang dialami pasien. Berdasarkan teori
reseptor, bagaimanakah mekanisme aksi obat tersebut?
a. Antagonis kompetitif d. Antagonis fungsional
b. Antagonis non-kompetitif e. Antagonis fisiologi
c. Antagonis kimiawi

3. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, penderita rhinitis alergi, datang ke apotik untuk
menebus resep dokter. Salah satu obat yang terdapat dalam resep adalah oksimetazolin HCl
nasal spray. Bagaimanakah mekanisme aksi obat yang diserahkan apoteker tersebut?
a. Antagonis reseptor H1 d. Antagonis reseptor α1
b. Antagonis reseptor β1 e. Agonis reseptor α1
c. Agonis reseptor α2

Rhinitis alergi – Pemilihan Obat yang Tepat


4. Seorang pasien, laki-laki, usia 28 tahun, penderita rhinitis alergi, datang ke apotek untuk
membeli obat tanpa resep untuk mengurangi gejala gatal pada tenggorokan dan bersin-bersin.
Pasien menginginkan obat alergi yang tidak bikin ngantuk dan jantung berdebar-debar. Obat
apakah yang tepat dipilihkan untuk pasien tersebut?
a. Difenhidramin d. Cetirizine
b. Klorfeniramin maleat e. Prometazine
c. Siproheptadin

Rhinitis alergi – Dosis


5. Seorang apoteker di apotek menerima resep yang berisi sirup Loratadine 5 mg/5mL untuk
seorang pasien laki-laki, usia 25 tahun yang sedang menderita rhinitis alergi. Aturan pakai
obat dalam resep tertulis dalam resep adalah “S. Semel. dd. cth 2“. Berapakan dosis
Loratadin yang masuk ke dalam tubuh pasien dalam 1 hari?
a. 5,0 mg d. 12,5 mg
b. 7,5 mg e. 15,0 mg
c. 10,0 mg

Rhinitis alergi – KIE


6. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, penderita rhinitis alergi, datang ke apotik untuk
menebus resep dokter. Salah satu obat yang terdapat dalam resep adalah oksimetazolin HCl
nasal spray (S.2. dd. tiap nostril. 2 gtt. prn). Apoteker tidak menganjurkan pasien untuk
menggunakan obat tersebut dalam jangka panjang karena berpotensi menimbulkan efek
rebond. Berapakah batasan waktu durasi penggunaan obat yang tepat disampaikan kepada
pasien?
a. Tidak lebih dari 2 hari d. Tidak lebih dari 6 hari
b. Tidak lebih dari 3 hari e. Tidak lebih dari 7 hari
c. Tidak lebih dari 5 hari

7. Seorang pasien, perempuan, usia 28 tahun, penderita rhinitis alergi, datang ke apotik untuk
menebus resep dokter yang berisi oksimetazolin HCl nasal spray. Apoteker menjelaskan
prosedur penggunaan obat, dimana pasien harus menyemprotkan obat pada lubang hidung
sambil menghirup nafas secara perlahan. Ujung sediaan obat dicabut dari lubang hidung.
Apakah prosedur selanjutnya yang tepat disampaikan kepada pasien tersebut?
a. Menyemprotkan obat pada lubang hidung lainnya
b. Menutup lubang hidung yang telah disemprot obat
c. Menegadahkan kepala ke arah atas selama 10 detik
d. Posisi kepala dimajukan ke depan hingga berada diantara dua lutut
e. Membersihkan ujung tube obat dan memasang tutup obat

Rhinitis alergi – Compounding


8. Seorang apoteker menerima resep dokter untuk pasien anak (usia, 8 tahun) untuk mengatasi
gejala rhinitis alergi. Resep tersebut adalah sediaan puyer sebanyak 10 bungkus yang
masing-masing obat berisi 0,25 mg deksametason dan 2 mg CTM. Obat yang tersedia di
apotek adalah deksametason 0,5 mg dan CTM 4 mg. Berapakah jumlah tablet CTM yang
diambil untuk mempersiapkan resep tersebut?
a. 2 tablet d. 5 tablet
b. 3 tablet e. 6 tablet
c. 4 tablet
9. Seorang apoteker menerima resep dokter untuk pasien anak (usia, 8 tahun) untuk mengatasi
gejala rhinitis alergi. Resep tersebut adalah sediaan puyer sebanyak 12 bungkus yang
masing-masing obat berisi 0,25 mg deksametason dan 2 mg CTM. Obat yang tersedia di
apotek adalah deksametason 0,5 mg dan CTM 4 mg. Berapakah jumlah tablet CTM yang
diambil untuk mempersiapkan resep tersebut?
a. 2 tablet d. 5 tablet
b. 3 tablet e. 6 tablet
c. 4 tablet

Anda mungkin juga menyukai