Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL “MUSIK BIOLA BIMA “

DOSEN PENGAMPU:

DI SUSUN OLEH:

Nama : Nofriana Lero

NIM : c793202201103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) YAPIS DOMPU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Dompu, 29 Juni 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

1.1 Definisi Uma Haju...................................................................................................5

2.1 Sejarah Uma Haju Bima..........................................................................................6

3.1 Jenis Jenis Uma Haju Bima.....................................................................................7

4.1 Eksistensi Uma Haju Bima di era Serbuan Modernitas...........................................8

5.1 Cara Mempertahankan Eksistensi Uma Haju di Era Teknologi..............................9

BAB III.....................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan lokal merupakan aset berharga dari warisan budaya suatu masyarakat. Salah satu
contoh kearifan lokal yang menonjol adalah uma haju khas Bima, rumah tradisional suku
Bima yang memiliki ciri khas atap berbentuk perahu terbalik atau atap kerbau. Uma haju
bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan identitas, kearifan, dan
keunikan budaya suku Bima.

Namun, dalam era globalisasi dan modernisasi yang cepat, uma haju khas Bima menghadapi
berbagai tantangan. Perkembangan teknologi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup telah
mengubah pola pemukiman dan arsitektur. Uma haju semakin jarang ditemui, bahkan di
daerah asalnya sendiri.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan kajian yang mendalam tentang kearifan lokal uma
haju khas Bima. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian uma haju,
menggambarkan karakteristiknya, serta menjelaskan pentingnya dalam pelestarian budaya
suku Bima.

Makalah ini akan memberikan gambaran tentang uma haju sebagai rumah tradisional suku
Bima, meliputi bentuk atap, material konstruksi, tatanan ruangan, dan sentuhan dekoratif
yang khas. Selain itu, akan dibahas juga tentang peran uma haju dalam menjaga kesejukan
alami, ventilasi yang efektif, dan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Pelestarian uma haju khas Bima juga akan menjadi fokus dalam makalah ini. Diskusi akan
meliputi upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan uma haju di tengah serbuan
teknologi dan modernisasi, seperti pendidikan budaya, dokumentasi, pelatihan, pemeliharaan,
dan pemanfaatan dalam pariwisata budaya.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Uma Haju
2. Sejarah Uma Haju
3. Jenis Jenis Uma Haju
4. Ekasistensi Uma Haju
5. Cara Mempertahankan Ekistensi Uma Haju di Era Teknologi

BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Definisi Uma Haju
Uma haju adalah jenis rumah tradisional suku Bima yang memiliki atap berbentuk seperti
perahu terbalik atau yang juga dikenal sebagai "atap kerbau". Uma haju umumnya terbuat
dari kayu, bambu, dan daun lontar sebagai penutup atapnya. Rumah ini dirancang dengan
cermat untuk menjaga suhu di dalamnya tetap sejuk, meskipun terkena sinar matahari yang
terik.

Uma haju biasanya memiliki beberapa ruangan di dalamnya, seperti ruang tamu, dapur, dan
kamar tidur. Struktur bangunan uma haju mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan
material alami dan memperhatikan aspek iklim setempat.

Rumah uma haju menjadi simbol budaya dan identitas suku Bima. Meskipun seiring dengan
perkembangan zaman, beberapa orang mungkin beralih ke rumah modern dengan gaya
arsitektur yang lebih kontemporer, namun uma haju tetap dihargai sebagai bagian penting
dari warisan budaya Indonesia.

Selao itu Uma haju adalah rumah tradisional suku Bima yang memiliki ciri khas atap
berbentuk seperti perahu terbalik atau juga disebut "atap kerbau." Bentuk atapnya yang khas
memberikan keunikannya sendiri dan menjadi salah satu ikon budaya suku Bima.

Uma haju biasanya dibangun dari kayu, bambu, dan daun lontar sebagai atapnya. Struktur
bangunan ini didesain dengan cermat untuk menjaga kesejukan di dalamnya, meskipun
berada di bawah sinar matahari yang terik. Uma haju juga memiliki beberapa ruangan di
dalamnya, biasanya terdiri dari ruang utama, dapur, dan ruang tidur.

Rumah tradisional uma haju telah menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat
suku Bima dan merupakan salah satu warisan budaya yang berharga di Indonesia. Namun,
karena perubahan zaman dan gaya hidup, beberapa orang mungkin beralih ke rumah modern
dengan material bangunan yang lebih modern juga.

2.1 Sejarah Uma Haju Bima


Tidak ada catatan yang pasti mengenai tanggal atau periode spesifik ketika uma haju pertama
kali ada di daerah Bima. Uma haju diyakini telah ada sejak zaman dahulu kala dan telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku Bima selama berabad-abad.

Sejarah uma haju khas Bima memiliki akar yang dalam dan terkait erat dengan
perkembangan suku Bima serta budaya dan lingkungan di sekitarnya. Meskipun tidak ada
catatan tertulis yang jelas tentang sejarahnya, cerita rakyat dan tradisi turun temurun telah
menjadi sumber informasi penting dalam memahami asal usul uma haju khas Bima.
Pada dasarnya, uma haju khas Bima berasal dari tradisi pembangunan rumah di daerah Bima
yang didasarkan pada kearifan lokal dalam mengadaptasi kondisi geografis dan iklim tropis
yang khas. Uma haju dipercaya telah ada sejak zaman dahulu kala dan terus berkembang
seiring dengan perubahan sosial dan kebutuhan masyarakat suku Bima.

Uma haju dibangun dengan menggunakan material alami seperti kayu, bambu, dan daun
lontar yang tersedia melimpah di sekitar daerah Bima. Material-material ini dipilih karena
sifatnya yang ramah lingkungan, kuat, dan tahan terhadap kondisi alam yang keras.

Desain atap perahu terbalik atau atap kerbau menjadi ciri khas yang menonjol pada uma haju
khas Bima. Bentuk atap ini diduga terinspirasi oleh kehidupan masyarakat suku Bima yang
erat dengan peternakan kerbau sebagai salah satu mata pencaharian utama mereka. Bentuk
atap perahu terbalik menggambarkan simbolisasi kerbau yang kuat dan berkekuatan.

Uma haju juga memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Desainnya
memungkinkan sirkulasi udara yang baik dan memanfaatkan cahaya alami dengan baik.
Selain itu, material alami yang digunakan dalam pembangunan uma haju meminimalkan
dampak negatif terhadap lingkungan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan dalam gaya hidup, uma haju khas Bima
menghadapi tantangan dalam mempertahankan eksistensinya. Namun, berkat upaya
masyarakat suku Bima yang berkomitmen untuk melestarikan budaya dan warisan nenek
moyang mereka, uma haju khas Bima tetap dapat ditemui hingga saat ini.

Sejarah uma haju khas Bima adalah cermin dari perjalanan sejarah suku Bima dan kearifan
lokal mereka dalam membangun rumah yang sesuai dengan lingkungan dan budaya mereka.
Melalui penelitian lebih lanjut dan upaya pelestarian yang berkelanjutan, sejarah dan nilai-
nilai uma haju khas Bima dapat terus dihormati dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Seiring dengan perkembangan suku Bima dan budaya mereka, uma haju terus berkembang
dan mengalami modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Oleh karena itu,
sulit untuk menetapkan tanggal pasti ketika uma haju pertama kali muncul di daerah Bima.

Namun, uma haju khas Bima telah menjadi ciri khas yang melekat dalam kehidupan
masyarakat Bima selama berabad-abad. Uma haju menjadi ikon budaya yang melambangkan
identitas dan kearifan lokal suku Bima.
Meskipun tanggal pasti munculnya uma haju tidak diketahui, kehadiran dan eksistensi uma
haju khas Bima hingga saat ini adalah bukti kuat dari warisan budaya yang berharga dan
penghargaan masyarakat terhadap tradisi nenek moyang mereka.

3.1 Jenis Jenis Uma Haju Bima


Berikut adalah beberapa jenis uma haju khas Bima:

1. Uma Haju Pakandangan: Uma haju jenis ini memiliki atap berbentuk perahu terbalik yang
tinggi dan lancip. Bentuk atapnya menyerupai tanduk kerbau. Uma haju Pakandangan
biasanya lebih besar dan digunakan untuk acara-acara adat, seperti perkawinan atau upacara
adat lainnya.

2. Uma Haju Kampung: Uma haju Kampung adalah versi lebih kecil dari uma haju
Pakandangan. Atapnya juga memiliki bentuk perahu terbalik, tetapi lebih rendah dan lebih
lebar. Uma haju Kampung umumnya digunakan sebagai rumah tinggal sehari-hari.

3. Uma Haju Lantik: Uma haju Lantik adalah jenis uma haju yang memiliki dua lantai.
Atapnya masih memiliki bentuk perahu terbalik, tetapi dengan tingkat yang lebih rendah.
Lantai atas uma haju Lantik digunakan sebagai ruang tidur, sementara lantai bawah
digunakan untuk ruang tamu dan dapur.

4. Uma Haju Gendang Lima: Uma haju Gendang Lima memiliki atap yang lebihrendah dan
lebih panjang dibandingkan dengan jenis uma haju lainnya. Atapnya memiliki lima
lengkungan, yang mengingatkan pada bentuk gendang.

5. Uma Haju Baruga: Uma haju Baruga adalah jenis uma haju yang digunakan sebagai
tempat pertemuan atau tempat berkumpul masyarakat. Uma haju Baruga umumnya memiliki
atap yang lebih tinggi dan lebih luas. Biasanya terdapat area terbuka di bagian tengah untuk
kegiatan sosial dan budaya.

Setiap jenis uma haju memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda, tetapi semuanya tetap
mengusung keindahan dan nilai budaya yang kaya dari suku Bima.

4.1 Eksistensi Uma Haju Bima di era Serbuan Modernitas


Eksistensi uma haju khas Bima masih terlihat meskipun dalam era rumah tembok yang lebih
modern. Meskipun beberapa orang beralih ke rumah dengan gaya arsitektur modern, masih
ada orang-orang yang mempertahankan dan merawat uma haju sebagai bagian dari warisan
budaya dan identitas suku Bima.
Dalam era rumah tembok, uma haju khas Bima sering kali dibangun dengan material modern
seperti batu bata dan semen, namun tetap mempertahankan ciri khas atap perahu terbalik atau
atap kerbau. Hal ini menunjukkan adaptasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan
gaya hidup yang berubah, sambil tetap memelihara elemen tradisional yang kuat.

Beberapa orang juga membangun uma haju khas Bima sebagai rumah tradisional di tengah
rumah tembok mereka. Hal ini dapat menjadi cara untuk menghormati dan melestarikan
warisan budaya suku Bima serta menjaga identitas budaya mereka.

Selain itu, uma haju khas Bima juga masih digunakan dalam acara-acara adat dan kegiatan
budaya. Contohnya, dalam perayaan perkawinan adat suku Bima, uma haju khas Bima sering
menjadi tempat berlangsungnya upacara dan acara-acara penting.

Eksistensi uma haju khas Bima dalam era rumah tembok menunjukkan bahwa meskipun ada
perubahan dalam gaya hidup dan perkembangan arsitektur modern, budaya dan tradisi lokal
tetap dihargai dan dijaga. Uma haju tetap menjadi simbol kekayaan budaya suku Bima dan
menjadi bagian penting dari identitas mereka.

Ya, masih ada uma haju khas Bima yang dapat ditemui di daerah Bima, Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Uma haju masih merupakan bagian dari lanskap budaya dan arsitektur
tradisional di daerah tersebut.

Meskipun ada pengaruh modernisasi dan perubahan gaya hidup, beberapa masyarakat suku
Bima masih mempertahankan dan merawat uma haju sebagai rumah tinggal mereka. Uma
haju dapat ditemukan di desa-desa atau pemukiman tradisional di sekitar daerah Bima.

Selain itu, uma haju khas Bima juga tetap digunakan dalam berbagai acara adat dan kegiatan
budaya suku Bima. Upacara perkawinan, acara adat, dan perayaan budaya masih sering
menggunakan uma haju sebagai tempat berlangsungnya acara tersebut.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dengan adanya perkembangan zaman, beberapa orang
mungkin beralih ke rumah dengan gaya arsitektur modern. Meskipun demikian, eksistensi
uma haju di daerah Bima tetap menunjukkan kekayaan budaya dan upaya untuk menjaga
warisan budaya yang berharga.

Jadi, meskipun tidak semua rumah di daerah Bima adalah uma haju, tetapi uma haju khas
Bima masih ada dan merupakan bagian penting dari identitas budaya suku Bima.
5.1 Cara Mempertahankan Eksistensi Uma Haju di Era Teknologi
Untuk mempertahankan uma haju khas Bima di era serbuan teknologi, berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Pendidikan dan Kesadaran Budaya: Penting untuk meningkatkan pendidikan dan


kesadaran budaya di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya
menjaga dan mempertahankan uma haju sebagai bagian dari warisan budaya suku Bima. Hal
ini dapat dilakukan melalui program pendidikan di sekolah-sekolah, kegiatan budaya, dan
kampanye publik.

2. Dokumentasi dan Penelitian: Melakukan dokumentasi dan penelitian lebih lanjut tentang
uma haju khas Bima. Hal ini dapat melibatkan pengumpulan informasi, gambar, dan catatan
mengenai desain, konstruksi, dan makna budaya dari uma haju. Dokumentasi ini akan
menjadi sumber berharga untuk mempelajari dan memahami lebih lanjut tentang rumah
tradisional ini.

3. Pelatihan dan Pemeliharaan: Mengadakan pelatihan bagi masyarakat setempat tentang


teknik membangun dan merawat uma haju. Hal ini dapat melibatkan pengajaran keterampilan
tradisional seperti penggunaan kayu, bambu, dan daun lontar dalam konstruksi, serta
perawatan dan perbaikan rutin pada uma haju yang ada.

4. Pelestarian Arsitektur: Mendorong pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk


memperhatikan dan melestarikan uma haju sebagai bagian dari kekayaan budaya. Ini dapat
dilakukan melalui penetapan zona konservasi budaya, regulasi yang mendukung pelestarian
uma haju, dan pengembangan program pemeliharaan rumah tradisional.

5. Pemanfaatan dalam Pariwisata Budaya: Mengembangkan pariwisata budaya yang berfokus


pada uma haju khas Bima. Ini dapat melibatkan promosi dan pengenalan uma haju kepada
wisatawan lokal maupun mancanegara sebagai destinasi yang unik dan menarik. Dengan
menggalakkan pariwisata yang bertanggung jawab, uma haju dapat menjadi sumber
pendapatan dan juga meningkatkan kesadaran akan keberadaannya.

Melalui upaya ini, diharapkan uma haju khas Bima dapat terus dipertahankan dan dihargai
sebagai bagian tak ternilai dari identitas budaya suku Bima, meskipun di era serbuan
teknologi yang terus berkembang.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa uma haju khas Bima merupakan rumah
tradisional yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal yang tinggi. Uma haju
menggambarkan identitas suku Bima serta adaptasi mereka terhadap lingkungan dan iklim
tropis yang khas. Desain atap perahu terbalik atau atap kerbau menjadi ciri khas yang
membedakan uma haju ini dari rumah tradisional lainnya. Uma haju juga memiliki peran
penting dalam menjaga kesejukan alami, sirkulasi udara yang baik, dan pemanfaatan cahaya
alami. Meskipun dihadapkan pada tantangan dalam era modern dan perkembangan teknologi,
upaya pelestarian dan kesadaran budaya masyarakat suku Bima tetap mempertahankan
eksistensi uma haju hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia. (2021). Inventarisasi dan Pemetaan Rumah Adat di Nusa
Tenggara Barat. Jakarta.

Mardiana, N., & Wulandari, D. (2018). Kearifan Lokal Rumah Tradisional Bima. Jurnal
DIMENSI, 44(2), 144-152.

Siswantara, H. (2015). Arsitektur Tradisional Rumah Bima. Jurnal Dimensi Arsitektur, 42(1),
13-20.

Sudarmadji, S., & Pranoto, Y. (2019). Arsitektur Tradisional Nusantara. Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

Suparman, S. (2016). Eksistensi Arsitektur Tradisional Bima dalam Lingkungan Perkotaan


Era Modern. Jurnal Arsitektur Lansekap, 2(2), 88-100

Anda mungkin juga menyukai