Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SANAD, MATAN, DAN MUKHARRIJ'

DOSEN PENGAMPU :
MUHAMMAD SAIFUL AMIN, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
1. ERNA NOVITA (2386230056)
2. ILHAM PADILUL MAJID (2386230057)
3. GILANG SETIAWAN (-)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr., Wb.,


Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tanpa
suatu kendala apapun.
Tidak lupa jugakami mengucapkan Terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah “Ulumuh Hadist”, Bpk. MUHAMMAD SAIFUL AMIN, M.Pd.I. yang telah
membimbing dan memberi arahan dalam penyelesaian tugas makalah “Sanad, Matan, dan
Mukhorij”. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi masukan dan
arahan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Karenanya kami sangat menerima kritik serta saran yang membangun dari para
pembaca agar kami dapat menulis makalah lebih baik lagi pada kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi
Mahasiswa/i Universitas Nurul Huda Fakultas Agama Islam. Sekian dari kami, kami
ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr., Wb.,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.


MAKALAH ............................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................... 11
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 11
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................... 11
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 11
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................................ 11
BAB II................................................................................................................................................... 12
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 12
A. Pengertian Sanad, Matan, dan Mukhorij‟ .................................................................................... 12
B. Kedudukan Sanad dan Matan Hadist ........................................................................................... 16
C. Contoh Sanad, Matan, dan Mukhorij Dalam Sebuah Hadist........................................................ 17
BAB III ................................................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur‟an sebagai petunjuk hidup manusia bagi orang-orang yang bertaqwa sifat
nya mujmal (global) atau masih „am (umum), maka untuk menerapkannya secara praktis
sangatlah membutuhkan penjelasan-penjelasan yang lebih jelas terutama dari nabi
Muhammad SAW yang menerima wahyu. Penjelasan-penjelasan dari nabi tersebut bisa
berupa ucapan atau perbuatan maupun pernyataan atau pengakuan, yang dalam tradisi
keilmuan islam disebut hadits. Dengan demikian, hadits nabi merupakan sumber ajaran
Islam setelah AL-Qur‟an.
Dari sisi periwayatannya hadits memang berbeda dengan Al-Qur‟an. Semua
periwayatan ayat-ayat Al-Qur‟an dipastikan berlangsung secara mutawatir, sedang hadits
ada yang mutawatir dan ada juga yang ahad. Oleh karena itu, Al-Quran bila dilihat dari
segi periwayatannya mempunyai kedudukan sebagai qot‟i al-wurud, sedang hadits nabi
dalam hal ini yang berkategori ahad, berkedudukan sebagai dzoni al-wurud.
Untuk mengetahui otentisitas dan orisinalitas hadits semacam ini diperlukan
penelitian Matan maupun Sanad. Dari sini dapat dilihat bahwa selain Mukhorij, Matan dan
Sanad merupakan 3 unsur terpenting dalam hadits nabi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sanad, Matan, dan Mukhorij?
2. Macam-macam Sanad?
3. Contoh-contoh Sanad, Matan, dan Mukhorij?

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu memaparkan 3 unsur-unsur hadist (Sanad, Matan, dan Mukhorij).
2. Mahasiswa mampu mengetahui contoh-contoh Sanad, Matan, dan Mukhorij.

11
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanad, Matan, dan Mukhorij’


Hadits Nabi merupakan sumber ajaran kedua yang dimiliki oleh umat Muslim
setelah Alquran. Hadits Nabi diriwayatkan melalui dua cara, yakni mutawatir dan ahad.
Mengutip buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi (2014), hadits memiliki tiga
unsur penting yang terdiri dari sanad, matan, dan Mukhorij. Ketiganya memiliki
keterkaitan satu sama lain yang dapat menentukan status serta kualitas sebuah hadits.
Kabar atau berita yang tidak memiliki Sanad tidak bisa disebut sebagai hadits, begitu
pula dengan Matan dan Mukhorij. Terkadang, orang awam masih kesulitan membedakan
pengertian sanad, matan, dan Mukhorij. Agar tidak salah memahami, berikut penjelasan
tentang sanad, matan, dan Mukhorij yang bisa kalian simak.
1. Sanad Hadist
a. Pengertian
Secara harfiah kata sanad berarti sandaran, pegangan (mu‟tamad). Secara
bahasa, sanad berarti sandaran, sesuatu yang dapat dipercayai, atau kaki bukit.
Sedangkan secara istilah, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan
hadits kepada Nabi Muhammad SAW. Contohnya bisa dilihat dalam hadits Imam
Bukhari berikut ini:
“Telah memberitakan kepadaku Muhammad bin Al-Mutsanna, ia berkata, "Abdul
Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, "Telah berbicara
kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dari Anas dari Nabi Muhammad SAW
bersabda „Tiga perkara yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh
kelezatan iman, yakni: (1) Allah dan Rasul-Nya kepada yang dicintai lebih dari yang
selainnya (2) Kecintaan kepada seseorang, tidak lain karena Allah semata dan (3)
Keengganan kembali kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan ke neraka."
Hadits tersebut diterima oleh Imam Bukhari melalui sanad pertama
Muhammad bin al-Musanna, sanad kedua Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy, sanad ketiga
Ayyub, sanad keempat Abi Qilabah dan seterusnya sampai sanad yang terakhir Anas
ra. Beliau merupakan seorang sahabat yang langsung menerima hadits dari Nabi
Muhammad SAW.
Dalam bidang ilmu hadits, sanad dijadikan sebagai neraca untuk menimbang
sahih atau dhaifnya suatu hadits. Jika salah seorang dalam sanad tersebut ada yang
tertuduh fasiq atau dusta, maka hadits tersebut menjadi dhaif atau lemah. Sedangkan
definisi terminologisnya ada dua sebagai berikut:
 Mata rantai orang-orang yang menyampaikan matan.
 Jalan penghubung matan, (yang) nama-nama perawinya tersusun.
Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah yang
dinamakan sanad, atau dengan sebutan lain sanad hadist.Sanad ialah rantai
penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari
orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga men-
capai Rasulullah SAW. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.

12
Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh
Syu‟bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Tidak
sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa
yang ia cinta untuk dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari).
Maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari >Musaddad > Yahya >
Syu‟bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW.
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/
perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan
thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan
menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi
hadits. Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan
sanadnya ialah : keutuhan sanadnya, jumlahnya, dan perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya
Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan
lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip
hadits-hadits nabawi.
Contoh Sanad:
Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari), ia berkata : Al-
Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair,dari
Abdullah bin „Amr radhiyallaahu „anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya padaNabi
shallallaahu „alaihi wasallam :“Manakah islam yang paling baik?”Beliau menjawab :
“Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yange engkau kenal dan yang
tidak engkau kenal.”(HR. Bukhari)Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah : Abul
Khair, Umar bin Khalid, Al-Laits, Yazid, Abul Khair, dan Abdullah bin 'Amr.

1. Isnad
Dari segi bahasa, isnad berarti mengangkat hadist hingga pada orang yang
mengucapkannya. Isnad merupakan bentuk atau proses. Sedangkan sanad adalah
keadaannya. Namun demikian, sebagian dari ahli hadits menyatakan bahwa kata
isnad bermakna sama dengan kata sanad, yakni merupakan jaring periwayatan
hadits. Menurut Ibn al-Mubarak, isnad termasuk bagian dari agama, seandainya
tidak ada isnad niscaya orang akan berbicara sembarang, menurut apa maunya.
2. Musnid
Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik
mempunyai ilmunya maupun tidak kecuali ia mengisnadkan hadits seorang
diri.
3. Musnad
Adapun musnad adalah materi hadits yang diisnadkan. Dalam pengertian istilah,
kata musnad mempunyai tiga makna, yaitu:

13
1. Kitab yang menghimpun hadits sistem periwayatan masing-masing shahabat,
misalnya Musnad Imam Ahmad;
2. Hadits marfu‟ yang muttashil sanadnya, maka hadits yang demikian
dinamakan hadits musnad;
3. Bermakna sanad tetapi dalam bentuk Mashdar Mim.
b. Macam-macam Sanad
1. Al-'Aliy
Secara bahasa, kata Al-'Aliy berarti 'Sesuatu yang tinggi diatas yang
lainnya'.Secara istilah, Sanad Aliy adalah Hadist yang jumlah perawinya sedikit
dan bebas dari kedha'ifan. Kriteria Sanad ini adalah Rijal sanadnya atau perawi
dekat dengan Rasulullah SAW., atau dekat dengan salah satu imam hadist, serta
kualitas sifat Rawinya.
2. Nazil
Secara bahasa, kata an-Nazil berarti 'Sesuatu yang rendah dan dibawah yang lain'.
Secara istilah, Sanad Nazil adalah Hadist yang jumlahRijal sanadnya banyak jika
dibandingkan dengan yang lainnya. Definisi Sanad Nazil adalah Sanad dengan
sejumlah besar perawi antara Muhaddist (Ahli hadist) dan nabi, atau antara
seorang Muhaddist dan salah satu imam hadist. Sanad semacam ini dikenal juga
dengan sebutan sanad safil'.
2. Matan Hadits
a. Pengertian
Secara bahasa, matan berarti punggung jalan atau tanah yang keras dan tinggi.
Secara harfiyah matan berasal dari bahasa Arab matn yang berarti apa saja yang
menonjol dari (permukaan) bumi, berarti juga sesuatu yang tampak jelas, menonjol,
punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas, matnul-ard
berarti lapisan luar/kulit bumi, dan yang berarti kuat/kokoh.
Menurut Dr. Ahmad Fudhaili dalam buku Perempuan di Lembaran Suci “Kriti
katas Hadis-Hadis Sahih", pengaplikasian matan dalam hadits adalah sebagai bentuk
proses untuk membedakan mana hadits yang baik dan buruk. Selain itu juga
digunakan untuk memperoleh kebenaran akan otentisitas dan interpretasi sebuah
matan hadits. Sedangkan menurut peristilahan Ilmu Hadits, al-Badr bin Jama‟ah
memberikan batasan pengertian Matan yakni:
- Matan adalah redaksi (kalam) yang berada pada ujung sanad.
- Matan adalah kata-kata (redaksi) hadits yang dapat dipahami maknanya.
Dengan kata lain, matan adalah isi dari hadits itu sendiri. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa matan adalah redaksi atau teks bagi hadist. Dari contoh
sebelumnya makamatan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk
saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam
mamahami hadist ialah ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada
Nabi Muhammad atau bukan, matan hadist itu sendiri dalam hubungannya
dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau

14
menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang
bertolak belakang atau tidak).
Selama sejarah kehaditsan, konsep ajaran yang dibawa oleh Rasul hampir
semuanya dinarasikan/dibahasakan kembali oleh para sahabat dengan Faqahah dan
skill kebahasaan mereka masing-masing, tak terkecuali hadits qauli yang selanjutnya
diteruskan oleh generasi sesudahnya dengan kapasitas yang beragam dan sangat
personal. Sehingga dapat dimaklumi jika lafadz yang merumuskan konsep ajaran
tersebut banyak memiliki redaksi yang berbeda-beda sebagaimana terdokumen-
tasikan dalam berbagai kitab koleksi dan kadang lafazhnya tidak fasih (rakikul-
lafdh), seperti itulah riwayah bil-ma‟na. Sehingga merupakan kesalahan yang fatal
jika seseorang mengkulturkan lafadz matan dan menganggapnya sakral. Karena
hadits sangatlah berbeda dengan al-Qur‟an yang qath‟iyyuts-tsubut sebagaimana
telah dijanjikan oleh Allah dalam surat al-Hijr ayat 9 tentang keterjaminan
otentisitas al-Qur‟an baik dari segi teks maupun substansi doktrinalnya.
Tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits senantiasa berada pada
ujung terakhir setelah penyebutan sanad. Kebijakan peletakan itu menunjuk fungsi
sanad sebagai pengantar data mengenai proses sejarah transfer informasi hadits dari
nara sumbernya. Dengan kata lain, fungsi sanad merupakan media pertanggung
jawaban ilmiah bagi asal-usul fakta kesejarahan teks hadits.
b. Kaidah Kesahihan
Ibn al-Qayim al-Jawziyyah merumuskan cara menentukan kesahihan matan
hadits dalam kitabnya yang berjudul al-Manar al-Munif fi al-Sahih wa al-Da‟if:
 Mengetahui sejarah hidup Nabi Muhammad;
 Mengetahui petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad;
 Mengetahui segala yang diperintah dan dilarang oleh Rasulullah;
 Mengetahui segala yang disenangi dan dibenci oleh Nabi SAW;
 Mengetahui segala yang disyariatkan Nabi SAW seolah-olah telah lama
bercampur baur bersama para sahabatnya.
Sedangkan menurut Dr. Shalahuddin al-Adlabi dalam kitab Manhaj Naqd al-
Matn „Ind „Ulama‟ al-Hadith al-Nabawi, standarisasi dari kesahihan suatu matan
adalah:
 Tidak bertentangan dengan Alquran;
 Tidak bertentangan dengan hadits sahih;
 Tidak bertentangan dengan al-sirah al-nabawiyah;
 Tidak bertentangan dengan akal;
 Tidak bertentangan dengan indra (sistem fisiologi dalam tubuh manusia untuk
mengenali, merasakan, dan merespon terhadap serangkaian stimulus secara fisik);
 Tidak bertentangan dengan sejarah;
 Hadits yang tidak menyerupai perkataan Nabi Muhammad SAW;
 Hadits yang mengandung keserampangan;
 Hadits yang mengandung makna yang rendah;
 Hadits yang menyerupai pernyataan ulama khalaf.
3. Mukhorij

15
Makna harfiah kata mukharrij yang berasal dari kata kharraja adalah orang yang
mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa didatangkan dari kata akhraja dengan isin
fa‟ilnya mukhrij. Menurut para ahli hadits, yang dimaksud dengan mukharrij adalah
sebagai berikut: (Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan
hadits). Dapat juga didefinisikan Mukharrijul Hadits adalah orang yang menyebutkan
perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan al-muhdits/al-muhaddits yang memiliki
keahlian tentang proses perjalanan hadits serta banyak mengetahui nama-nama perawi,
matan-matan dengan jalur-jalur periwayatannya, dan kelemahan hadits.
Siapapun dapat disebut sebagai mukharrij ketika ia menginformasikan sebuah
hadits baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan menyertakan sanadnya secara
lengkap sebagai bukti yang dapat dipertanggnung jawabkan tentang kesejarahan
transmisi hadits. Yang pasti, mukharrij merupakan perawi terakhir (orang yang terakhir
kali menginformasikan ) dalam silsilah mata rantai sanad.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud denganmukharrij
atau mukhrij adalah perawi hadits (rawi), atau orang-orang yang telah berhasil
menyusun kitab berupa kumpulan hadits, seperti al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad,
dsb. Dalam contoh hadits di atas al-Bukhari adalah seorang mukharrij / mukhrij / rawi
bagi sebuah hadits.
Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan menjadi
beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut:
1. Al-Talib; adalah orang yang sedang belajar hadits.
2. Al-Muhadditsun; adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi
riwayah dan dirayah.
3. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits.
4. Al-Hujjah; adalah orang yang hafal minimal 300.000 hadits.
5. Al-Hakim; adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits
secara keseluruhan baik ilmu maupun mushthalahul hadits.
6. Amirul Mu‟minin fil hadits; ini adalah tingkatan yang paling tinngi.
Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid al-Naas, al-muhaddits pada zaman
sekarang adalah orang yang bergelut/sibuk mempelajari hadits baik riwayat maupun
dirayah, mengkombinasikan perawinya dengan mempelajari para perawi yang semasa
dengan perawi lain sampai mendalam, sehingga ia mampu mengetahui guru dan
gurunya guru perawi sampai seterusnya.

B. Kedudukan Sanad dan Matan Hadist


Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu
periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits
yang shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum Islam. Para ahli hadits sangat berhati-hati dalm menerima
suatu hadits, kecuali apabila mengenal dari siapa perawi hadits tersebut menerima hadits
tersebut dan sumber yang disebutkan benar-benar dapat dipercaya.
Pada masa Abu Bakar R.A. dan Umar R.A., periwayatan hadits diawasi secara hati-
hati dan suatu hadits tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh orang

16
lain. Ali tidak menerima hadits sebelum orang itu disumpah. Perhatian sanad di masa
sahabat, yaitu dengan menghapal sanad-sanad itu dan mereka mempunyai daya ingat yang
luar biasa. Maka terpeliharalah sunnah Rasul dari tangan-tangan ahli bid‟ah dan para
pendusta. Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang
dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW dengan bersambung-sambung para perawinya
adalah suatu keistimewaan dari Allah, khususnya orang islam.

C. Contoh Sanad, Matan, dan Mukhorij Dalam Sebuah Hadist


1. Contoh Sanad dalam Sebuah Hadist
Secara bahasa sanad (‫ )السنذ‬artinya sandaran, yakni dengan kata lain rangkaian
orang-orang yang meriwayatkan hadits dari tingkatan sahabat, hingga hadits itu sampai
kepada umat. Berikut ini contoh haditsnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam
bersabda:
‫اَّللاُرا َح ْمنيُر َح اأَح َّدنا َحرج اُرًلا‬
‫ض َحي َّد‬‫اَّللاِلا ْم ِل ا َح ْم ٍدًا َحر ِل‬‫ْمث ا َح ْم ايَح ِلزي َحذ ا َح ْم اأَح ِلياال َحخ ْمي ِل ا َح ْم ا َح ْمب ِلذ َّد‬
‫ا َح َّدذ َحنَح االلَّدي ُر‬:‫ا‬ ‫َح َّدذ َحنَح ا َح ْم ُرًا ْم ُر ا َح لِل ٍدذ ا َح َحا‬
‫َح‬ ‫ْم‬ ‫َح‬ ‫ُر‬ ‫ْم‬ ‫َّد‬ ‫ْم‬
‫اتط ِلع ُر االط َحع َح ا َحًتَحق َح أاال َّدسًلَح َح ا َح ل ا َحم ْم ا َح َح فتَح ا َحً َحم ْم ال ْم اتَح ْمع ِلف‬:‫ا‬ ‫ُر‬ ‫َح‬ ‫َح‬
‫اأ ُّي اا ِلا ْم ًلَح ِل ا َح ْمي ٌر ا َحا‬:‫يا َح لَّد اَّللاُرا َح ل ْمي ِلوا َحً َح ل َحا‬
‫َّد‬ ‫َح‬ ‫َح َح َحااالنَّدبِل َّد‬
Artinya: "Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (Imam Bukhari), ia
berkata: Al-Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari
Abu Al-Khair, dari Abdullah bin 'Amr radhiyallaahu „anhuma, bahwa seorang
lelaki bertanya pada Nabi Shallallahu „alaihi wasallam. Beliau: “Manakah Islam
yang paling baik?”. Ia menjawab: “Yang paling baik adalah dengan memberikan
makanan dan membaca salam pada orang yang engkau kenal maupun yang engkau
tidak kenal”.
Penjelasannya yaitu bahwa Abdullah bin 'Amr mendapat hadits dari Nabi
Shallallahu alaihi wassallam. Lalu hadits tersebut disampaikan kepada Abul Khair,
kemudian kepada Yazid, lalu kepada Al-Laits lalu kepada Umar bin Khalid, lalu
kepada penulis hadits yakni Imam Al-Bukhari.
2. Contoh Matan dalam Sebuah Hadist
Secara bahasa, matan berarti punggung jalan atau tanah yang keras dan tinggi.
Sedangkan secara istilah, matan adalah pengujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad
SAW yang disebutkan setelah sanad. Dengan kata lain, matan adalah isi dari hadits itu
sendiri. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Alquran Hadits MA Kelas X
susunan Prof. Dr. H. Matsna (2014), berikut contohnya yang bisa kita simak:
‫ا‬:‫ا‬ ‫ا َح َّدذ َحنَح ا ُر ْمعبَح ُر ا َح ْم ا َحًا ِل ِلذا ْم ِل ا ُرم َح َّد ٍدذ ا َح َحا‬:‫ا‬ ‫ا َح َّدذ َحنَح اأَح ُرٌا َحرًْم ٍداال َح َح ِلم ُّييا ْم ُر ا ُر َح َحر َح ا َح َحا‬:‫ا‬ ‫َح َّدذ َحنَح ا َح ْمبذ َّد‬
‫ُراَّللاِلا ْم ُر ا ُرم َح َّد ٍدذاال ُر ْمسنَح ِلذ ُّي ا َح َحا‬
‫سا َح تَّد ايَح ْمشيَحذُرًااأَح ْمناالَحاإِللَحوَحا‬ ‫تاأَح ْمناأُر َح تِل َحلاالنَّد َح‬
‫اأُر ِلم ْم ُر‬:‫ا‬ ‫ْمتاأَح ِليايُر َح ِّدذ ُر ا َح ِل اا ْم ِل ا ُر َح َح اأَح َّدنا َحر ُرٌ َحا َّد‬
‫اَّللاِلا َح لَّد اَّللاُرا َح لَح ْمي ِلوا َحً َح لَّد َح ا َح َحا‬ ‫َح ِل ع ُر‬
‫ص ُر ٌاا ِلمنِّديا ِلد َحم َحءىُر ْم ا َحًأَح ْمم َحٌالَحيُر ْم اإِل َّدالا ِل َح قِّدا‬ ‫صًلَح َح ا َحًي ْمُرؤتُرٌااال َّدز َحك َح افَحئ ِل َحراافَح َحعلُرٌاا َحرلِلكَحا َح َح‬ ‫اَّللاُر ا َحًأَح َّدنا ُرم َح َّد ذااا َحر ُرٌا َّد‬
‫ُراَّللاِل ا َحًيُرقِلي ُر ٌااال َّد‬ ‫إِل َّدال َّد‬
‫اَّللاِلَّد‬ ‫َح‬
‫ا ِلا ْم ًلَح ِل ا َحً ِل َحس ُريُر ْم ا َح ل ا‬
"Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Musnadi dia
berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Rauh Al Harami bin Umarah
berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Waqid bin Muhammad
berkata; aku mendengar bapakku menceritakan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah
SAW telah bersabda: “Aku diperintahkan untuk menerangi manusia hingga mereka
tidak ada. Aku bersaksi; Tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah”. Jika mereka lakukan yang demikian, maka
mreka telah menegakkan shalat, menaikkan zakat, memelihara darah dan harta

17
mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada
Allah.(HR. Bukhari).
Dalam hadist tersebut, kata “haddatsanaa „Abdullah bin Muhammad” sampai
“Ibnu Umar” adalah sanad. Sedangkan kalimat mulai dari “umirtu” sampai “wa
hisabuhum „alallah” adalah matan.
3. Contoh Mukhorij dalamSebuah Hadist
Kata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa‟il (bentuk pelaku) dari kata takhrij
atau istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan
dan menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan,
menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan
diterimanya dari seseorang (gurunya). Salah satu contoh Mukhorij terdapat dalam
hadist berikut ini:
“Barangsiapa yang mengadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan
agamaku (Rasulullah SAW), maka ia tertolak”. (HR. Muslim).
Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang
yang telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal mukharrij terakhir yang termaksud
dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam
Muslim dan begitu seterusnya.
Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut
disebutkan nama Al-Bukhari (‫ )البخ ر رًاه‬yang menunjukkan bahwa beliaulah yang
telah mengeluarkan hadist tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-
Bukhari. Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis
tersebut ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh
penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadist)
hingga mencapai Rasulullah SAW. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Ada 2 macam Sanad, yaitu Al-'Aliy dan an-Nazil. Matan adalah isi dari hadits itu sendiri.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matan adalah redaksi atau teks bagi hadist.
Mukharrij‟ atau Mukhrij‟ adalah perawi hadits (rawi), atau orang-orang yang telah
berhasil menyusun kitab berupa kumpulan hadist, seperti al-Bukhari, Muslim, Malik,
Ahmad, dan sebagainya. Dalam contoh hadits diatas al-Bukhari adalah seorang
mukharrij/mukhrij/rawi bagi sebuah hadist.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari mungkin masih banyak
kekurangan dari segi materi, pemaparan, dan penjelasan nya yang perlu dicantumkan pada
makalah ini. Untuk itu kami sangat menerima kritikan dan saran dari para pembaca untuk
pengetahuan makalah ini pada kesempatan selanjutnya. Kami harap para pembaca dapat
memahami dan dapat mengaplikasikan isi makalah ini pada kegiatan sehari-hari.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kumparan.com.”Pengertian Sanad, Matan Dan Rawi Hadits Beserta Contohnya Yang Mudah
Dipahami”.(2023).https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-sanad-
matan-dan-rawi-hadits-beserta-contohnya-yang-bisa-dipahami-1ynzY2Ynjzj
(Diakses pada 30 September 2023, pukul 18:45)
Solahudin, M.dkk, 2009, Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia
Mudasir, H.dkk, 2008, Ilmu Hadits. Bandung: Pustaka Setia
Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadits. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
http://www.linkpdf.com/download/dl/struktur-hadits-.pdf
Dayanti, Hilmi. 2020. Sanad, Matan, dan Rawi Hadits. Semarang. Universitas Dalam Negeri
Walisongo. Semarang (Diakses pada 04 Oktober 2023)

20

Anda mungkin juga menyukai