Kelompok Satu
Kelompok Satu
USAHA MARTABAK
Disusun Oleh
KELOMPOK I
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia- Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Ekonomi Produksi Pertanian dengan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada dosen mata kuliah Ekonomi Produksi Pertanian yang telah
memberikan tugas terhadap kami.
Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki. oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada
umumnya, sebagai salah satu sumber informasi dan bahan pembelajaran.
Penulis
(Kelompok
1)
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1 Teori Produksi...........................................................................................................4
2.1.1Fungsi Produksi..............................................................................................11
2.2.3Pendapatan.......................................................................................................17
2.3Produktifitas...............................................................................................................18
2.4 Efisiensi.....................................................................................................................19
2.5 Pengukuran efisiensi.................................................................................................21
2.6 Hipotesis Penelitian..................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................24
3.1 Waktu dan Lokasi Pratikum......................................................................................24
3.2 Metode Penentuan Sempel........................................................................................24
3.3 Metode Analisis........................................................................................................24
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
TINJUAN PUSTAKA
Marginal and Average Physical Product yaitu Produk fisik marjinal (MPP)
mengacu pada perubahan output yang terkait dengan suatu perubahan
inkremental dalam penggunaan input. Peningkatan inkremental dalam
penggunaan input biasanya diambil menjadi 1 satuan. Jadi MPP adalah
perubahan output yang terkait dengan peningkatan 1 unit dalam
memasukkan. MPP masukan x1 mungkin disebut sebagai MPP x1 perhatikan
bahwa MPP mewakili perubahan inkremental dalam TPP dapat berupa ositif
atau negatif. Produk fisik rata-rata (APP) didefinisikan sebagai rasio output
terhadap input. Yaitu = y/x. Untuk setiap tingkat penggunaan input (x), APP
mewakili jumlah rata-rata output per unit x digunakan. Misalkan fungsi
produksi adalah y = f(x).
MPP and the Marginal Product Function dimana Prosedur yang dijelaskan
untuk menghitung MPP membutuhkan waktu. Adapun cara yang lebih cepat
dan lebih akurat untuk menghitung MPP dan APP MPP (𝜟)y/(𝜟)x) mewakili
kemiringan atau tingkat perubahan fungsi produksi. fungsi produksi itu
sendiri terkadang disebut sebagai fungsi produk fisik total (atau TPP).
Fungsi MPP mengacu pada fungsi yang mewakili laju perubahan dalam
fungsi TPP. Jika kemiringan fungsi TPP dibuat grafik, hasilnya adalah
fungsi MPP, mewakili tingkat perubahan TPP atau fungsi produksi yang
mendasarinya sebagai penggunaan dari variabel input x bervariasi.
Ekspresi p°y adalah pendapatan total yang diperoleh dari penjualan output y.
Ekspresi p°TPP kadang-kadang disebut sebagai nilai total dari produk
(TVP). Bagi seorang penjual itu merupakan pendapatan yang diperoleh dari
penjualan satu komoditas, seperti tepung dan mentega. Jika harga output
konstan, fungsi TVP sama seperti fungsi TPP, dan hanya unit pada sumbu
vertikal yang berubah. (Edition, n.d.)
Jika input produksi ditambah dua kali lipat, dan berdampak pada output menjadi
dua kali lipat, maka terjadi skala hasil yang konstan (constant return to scale). Pada
skala hasil yang konstan ini, kapasitas operasi perusahaan tidak berpengaruh
terhadap produktivitas inputnya. Pada constant return to scale, sebuah pabrik akan
dengan mudah direplikasi, menjadi dua pabrik yang memproduksi output dua kali
lebih banyak. Maka, pada constant return to scale persentase perubahan output
sebagaimana persentase perubahan inputnya. (Syahidin et al., 2022)
Ketika terjadi peningkatan output lebih dari dua kali lipat ketika seluruh
input ditambahkan dua kali lipat, maka dikatakan terjadi peningkatan skala hasil
(increasing return to scale) (Pindyck & Rubinfeld, 2015). Biasanya situasi ini
dimungkinkan karena skala usaha yang besar dan menggunakan teknologi yang
canggih. Peluang increasing return to scale merupakan isu penting dari sudut
pandang kebijakan publik. Secara ekonomi lebih menguntungkan untuk
mengoperasikan sebuah perusahaan besar dengan biaya produksi relatif rendah,
dibandingkan memiliki banyak perusahaan kecil namun biayanya relatif tinggi.
Secara sederhana, pada increasing return to scale persentase perubahan output
lebih tinggi daripada persentase perubahan input. (Syahidin et al., 2022)
Peningkatan output yang dihasilkan mungkin saja kurang dari dua kali lipat
walaupun input sudah ditingkatkan dua kali lipat. Skala hasil yang menurun
(decreasing return to scale) ini dapat terjadi pada perusahaanperusahaan dengan
skala usaha besar yang kesusahan dalam mengatur dan menjalankan usahanya
dapat menyebabkan penurunan produktivitas tenaga kerja dan moda. Dapat
disimpulkan, pada decreasing return to scale persentase perubahan output lebih
kecil dari persentase perubahan input.(Syahidin et al., 2022)
2.2 FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi yang diciptakan
terdiri 16 dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Dalam
teori ekonomi, menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga
faktor produksi (tanah, modal, keahlian keusahawan) adalah tetap jumlahnya.
Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-
ubah jumlahnya. Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat
output yang dihasilkan apabila input yang digunakan adalah tenaga kerja,
modal dan kekayaan alam dapat
dirumuskan melalui persamaan berikut : Q = f (K, L)
Dimana:
Q adalah Output
K adalah Input capital
L adalah Input tenaga kerja
2.3FAKTOR PRODUKSI
Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan “korbanan produksi,”
karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi.
Dalam bahasa inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam
faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui
oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk,
maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan
produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan
“factor relationship” (FR). Dalam rumus matematis, FR ini dapat dituliskan
dengan:
Y = f (X1, . X2 . . . X1, . . . Xn)
Dimana:
Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan
X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y.
Dalam proses produksi pertanian, maka Y dapat berupa produksi pertanian
dan X dapat berupa lahan pertanian, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi
produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen
dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law of Diminishing
Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah
penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit yang ditambahkan tadi mulamula menaik
tetapi kemudian setelah mencapai suatu titik tertentu akan semakin menurun
seiring dengan pertambahan input. Dengan demikian, pada hakikatnya The Law of
Diminishing Returns dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu:
Hubungan fisik antara faktor produksi dengan produksi disebut dengan fungsi
produksi.
Dengan kata lain, hubungan antara variabel input sebagai variabel bebas (variabel
yang mempengaruhi; independent variable) dengan variabel output sebagai
variabel tak bebas (variabel yang dipengaruhi; dependent variable). Hubungan
variabel tersebut dapat ditulis dalam bentuk model matematika secara umum:
Dimana Y adalah produksi (variabel tak bebas) yang dipengaruhi oleh faktor
produksi (variabel bebas, X) dan X adalah variabel bebas yang dipengaruhi Y.
Macam faktor produksi secara teori dibagi menjadi empat yaitu lahan, tenaga
kerja, modal dan manajemen. Faktor produksi lahan dan tenaga kerja sering
disebut dengan input utama (mather is input). Sedangkan modal dan manajemen
adalah hasil modifikasi dari input utama dan sering dikatakan sebagai kedua (father
is input).
Dalam suatu kegiatan produksi apapun, peran tenaga kerja sangat diperlukan
sebagai suatu alat penggerak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan harus
disesuaikan dengan pendapatan dari usaha kegiatan produksi tersebut. Semakin
tinggi hasil produksinya, maka akan semakin besar pula tenaga kerja yang
dibutuhkan agar kegiatan produksi terus bekerja secara efektif. Angkatan Kerja
(LabourForce) adalah penduduk yang sudah bekerja dan belum bekerja, namun
siap untuk bekerja ataupun mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.
Kemudian penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh
ataupun tidak bekerja penuh. Peranan tenaga kerja sebagai salah satu factor
produksi sangat besar terhadap perkembangan ekonomi, demikian pula pada sector
industry yang banyak berorientasi kepada sector padat yang mampu menyerap
banyak tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan suatu sumber daya manusia (human
resources) yang berperan dalam kegiatan pembangunan masyarakat. Dalam analisa
ketenaga kerjaan sering dikaitkan dengan tahapan perkerjaan dalam perusahaan.
Hal ini sangat penting untuk melihat alokasi sebaran pengguna tenaga kerja selama
proses produksi sehingga demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan
tertentuxdapat dihindarkan. Kemajuan tenaga kerja diukur dengan tingginya
produktivitas tenaga kerja, semuaxdiarahkan untuk meningkatkan produktivitas.
Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih ditentukan
oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta
harga output-nya. Pengusaha cenderung menambahxtenaga kerja selama produk
marginal (nilai tambah output yang diakibatan oleh bertambahnya satu unit tenaga
kerja) lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja.
(Yogatama, 2019)
2.3.2 MODAL
Modal adalah uang yang digunakan untuk mengelola dan membiayai dalam
kegiatan produksi setaip bulan atau per hari. Dimana di dalamnya terdapat ongkos
untuk pembelian sumber-sumber produksi yang digunakan untuk
memroduksixsuatu output tertentu dan untuk menggunakan input yang sudah
tersedia
Produksi, salah satu pelaku usaha diduga tidak efisien, dan salah satu
variabel sosial ekonomi diduga mempengaruhi efisiensi teknis.
2.6 PRODUKTIVITAS
2.7 EFISIENSI
6 3
$ 4
5
4
6
$
<
* DP EDUNXUYDHILVLHQVLW
HNQLVGDQHILVLHQVLDO RNDW
LI
Sebagai penyederhanaan, misalkan suatu perusahaan menggunakan dua
input produksi yakni input prouksi xdan input produksi yuntuk menghasilkan
ouput Qdalam keadaan constant return to scale (CRS). Misalkan fungsi produksi
yang efisien diketahui, yakni jumlah output Qyang dapat diproduksi melalui
berbagai kombinasi penggunaan input xdan y. Pada Gambar 1. Adalah Unit
Isoquant, jumlah produksi dalam area yang dibatas oleh sumbu x/Qdan
y/Qadalah sebesar satu unit output Q. Titik Pmenggambarkan kombinasi dari
penggunaan input xdan yper unit output Qdari suatu perusahaan atau petani yang
dapat diamati. Kurva SS’ menggambarkan berbagai kombinasi dari penggunaan
dua input produksi yakni xdan yyang mencapai efisiensi sempurna untuk
menghasilkan satu unit output Q. Pada titik Tmenggambarkan suatu perusahaan
atau petani yang efisien menggunakan dua input produksi yakni xdan ydengan
ratio yang sama pada titik P. Dapat dilihat bahwa pada titik Tmenghasilkan
produksi yang sama pada titik Pnamun hanya menggunakan ratio OT/OPuntuk
setiap input xdan yyang digunakan. Atau dapat juga dikatakan bahwa dengan
menggunakan jumlah input xdan yyang sama namun jumlah output pada titik
Tadalah sebesar output dikalikan dengan OP/OT. Dengan demikian secara
mendasar dapat dikatakan bahwa ratio OT/OPadalah efisiensi teknisdari
perusahaan atau petani di titik P. Ratio ini memiliki sifat-sifat yang
dibutuhkan oleh suatu pengukuran efisiensi.
Ratio ini memiliki nilai uniti (1) atau 100 persen untuk suatu perusahaan atau
petani yang mencapai efisiensi sempurna dan nilainya akan semakin
mengecil apabila jumlah penggunaan inputnyasemakin besar. Selain itu,
selagi kurva unit isoquant SS’ mempunyai sudut yang negatif, suatu peningkatan
jumlah input per unit output dari suatu input produksi, ceteris paribus,
menandakan efisiensi teknis yang semakin rendah. Pengukuran untuk mengetahui
proporsi yang tepat dari penggunaan input-input produksi berdasarkan harga-
harga input produksi perlu untuk mendapat pertimbangan. Dengan demikian jika
pada Gambar 1 kurva AA’ adalah isocost yang sudutnya adalah sama dengan
proporsi harga-harga input produksi.
Jika usaha martabak pada saat yang sama mencapai tingkat efisiensi teknis dan
efisiensi harga maka pada titik P biaya-biaya untuk menghasilkan unit output
adalah sebesar OR/OP. Ratio ini adalah merupak efisiensi keseluruhan atau
efisiensi ekonomi yang mana merupakan hasil perkalian dari efisiensi
teknisdikalikan dengan efisiensi harga. OT/OP x OR/OT = OR/OP
METODE PRAKTIKUM
Adapun waktu dalam pelaksanaan praktikum ini adalah pada hari Rabu, 25 Mei
2023, pukul 17.00 s/d selesai. Lokasi praktikum ekonomi produksi dengan sampel
penjual martabak manis dilaksanakan di kecamatan Medan Tuntungan, Medan
Belawan, Medan Deli, dan Medan Johor .
Jumlah sampel yang ada dalam praktikum ini sebanyak 25 pedagang martabak
manis yang tersebar di kecamatan Medan
Fungsi produksi cobb-douglas melibatkan dua atau lebih variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen yang dimaksud ialah input dari proses
produksi (tenaga kerja, bahan baku, mesin) dan variabel dependen yang dimaksud
adalah output dari proses produksi yang berupa barang.
TEi µi)
Keterangan:
Dimana 0≤ TEi ≥1. Faktor produksi dikatakan efisien penggunaannya apabila nilai
dari suatu efisiensi mendekati nilai 1.
TE : Efisiensi Teknis
Yi : Produksi Aktual
Yi* : Produksi frontier
µi) : Rata-rata/inefesiensi teknis pada model
Faktor penentu efisiensi:
Dimana, θ adalah skala, λ adalah vector konstanra dari I x 1 dan melibatkan bentuk
dari (N+M < I + 1). Nilai x adalah input dari tenaga kerja, mentega, tepung,
cokelat, keju, jagung, telur, gula, plastik, susu, gas, kacang. Nilai θ yang diperoleh
akan menjadi nilai efisiensi untuk DMU ke-I. Nilai yang memenuhi θ CRS < 1,
menunjukkan nilai inefisiensi. Nilai tersebut menyatakan pedagang tidak efisien
dalam melakukan usaha martabak. Nilai θ CRS = 1 menunjukkan DMU yang efisien
secara teknis. Nilai tersebut menyatakan pedagangefisien dalam melakukan usaha
martabak.
Dimana, N1 adalah vector N x1. Nilai x adalah input dari tenaga kerja,
mentega, tepung, cokelat, keju, jagung, telur, gula, plastik, susu, gas, kacang.
Pendekatan ini membentuk bidang perpotongan yang menyelimuti titik data lebih
rapat dan memberikan nilai efisiensi teknis yang lebih besar atau sama dengan
yang diperoleh dengan menggunakan CRS. Nilai yang memenuhi θ VRS =1, dengan
nilai 1 menunjukkan DMU yang efisien secara teknis. Nilai tersebut menyatakan
petani efisien dalam melakukan usaha martabak.
C Skala efisiensi
Nilai efisiensi teknis yang diperoleh CRSd dibagi menjadi dua komponen
yaitu komponen skala inefisiensi dan inefisiensi teknis dan dapat dilakukan pad
CRS dan VRS. Perbedaan pada kedua nilai efisiensi teknis akan menunjukkan
bahwa DMU mengalami inefisiensi skala. Skala efisiensi dapat dihitung dengan
persamaan:
SEi =
Nilai yang memenuhi SEi < 1, menunjukkan nilai inefisiensi. Nilai tersebut
menyatakan bahwa petani tidak efisien dalam melakukan budidaya padi. Nilai SEi
= 1 dengan nilai 1 akan menunjukkan DMU yang efisien secara teknis. Nilai
tersebut menyatakan petani efisien dalam melakukan usaha martabak.
3.4.2 Persentase pengurangan Input dan target Input
b. Target Input
Target input merupakan selisih antara input actual dengan pengurangan input yang
didapatkan dari model DEA. Adapun rumus target input dapat ditulis sebagai
berikut:
3.5Definisi operasional
1.STATISTIK DESKRIPTIF
Variabel tenaga kerja mempunyai nilai rata-rata 2,15. standar deviasi sebesar,
0..6708204 nilai terkecil dan terbesar 0,5;1. Hal iní menunjukan tenaga kerja yang
digunakan dalam usaha martabak di daerah penelitian paling tinggi 1 dan paling
rendah 0,5 .
Variabel mentega mempunyaí nilai rata-rata sebesar 0.75kg, nilai standar deviasi
sebesa1,517295 kg, nilai terkecil dan terbesar sebesar 0,2;7kg. Hal ini menunjukan
penggunaan mentega di lokasi penelitian paling tinggi 7 kg dan paling rendah
0,2kg.
Variabel coklat mempunyai nilai rata-rata 0,975kg, nilai standar deviasi sebesar
0.412789kg nilai terkecil dan terbesar sebesar 0,5; 2 kg Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan coklat di lokasi penelitian paling tinggi sebesar 2kg dan paling kecil
0.5 kg
Variabel keju mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,8 kg, nilai standar deviasi
sebesar 0.3769685kg, nilai terkecil dan terbesar sebesar 0,5 kg; 2kg. Hal ini
menunjukan penggunaan keju di lokasi penelitian sebesar 2 kg dan paling kecil
0,5kg.
Variabel plastik mempunyai nilai rata-rata 0,75kg, nilai standar deviasi sebesar
0.2564946kg, nilai terkecil dan terbesar sebesar 0,5;1kg. Hal ini menunjukkan
penggunaan plastic dilokasi penelitian sebesar 0,5kg dan paling kecil 1kg.
CRS
2. NILAI CRS
Diagram Lingkaran CRS 1 dan 2
Usaha Martabak yang dinyatakan efisien berdasarkan asumsi CRS jika hernilai 1,
sedangkan usaha Martabak yang dinyatakan tidak efisien berdasarkan asumsi CRS
jika nilainya dibawah 1. Gambar menunjukan share usaha Martabak yang efisien
dan tidak efisien berdasarkan asumsi CRS. Share usaha martabak yang efisien
sebesar 35%. Persentase tersebut setara dengan 7 usaha Martabak. Share Usahatani
padi yang tidak efisien sebesar 65%. Persentase tersebut setara dengan 13 usaha
martabak.
Efesiensi Teknis Berdasarkan Asumsi VRS
VRS
SE
NILAI SE
Diagram Lingkaran SE 1 dan 2
Usaha Martabak yang dinyatakan efisien berdasarkan asumsi CRS jika hernilai 1,
sedangkan usaha Martabak yang dinyatakan tidak efisien berdasarkan asumsi CRS
jika nilainya dibawah 1. Gambar menunjukan share usaha Martabak yang efisien
dan tidak efisien berdasarkan asumsi CRS. Share usaha martabak yang efisien
sebesar 45%. Persentase tersebut setara dengan 9 usaha Martabak. Share Usahatani
padi yang tidak efisien sebesar 55%. Persentase tersebut setara dengan 11 usaha
martabak.
3.PENGURANGAN INPUT BERDASARKAN ASUMSI CRS
Variabel ke tiga pengurangan input yang terbesar adalah keju. Hasil menunjukkan
bahwa semua usaha martabak harus menurunkan penggunaan keju sebesar 28,01%.
Pengurangan keju yang maksimum sebesar 87,69%. Standar deviasi tenaga kerja
sebesar 38,00%.
Variabel ketiga pengurangan input terbesar adalah Keju. Hasil menunjukan bahwa
semua usaha martabak harus menurunkan penggunaan keju sebesar 135,76%.
Pengurangan penggunaan tenaga kerja yang maksimum sebesar 80,0%. Standar
deviasi sebesar 291,3%.
Tabel diatas menunjukan usaha martabak di kecamatan medan area, medan timur,
medan petisah, medan ampas harus menggunakan tenaga kerja rata-rata sebesar
1,87 supaya usaha martabak tersebut efisien berdasarkan asumsi CRS.
Pengurangan Tenaga Kerja yang maksimum sebesar 3 dan standar deviasi sebesar
0,74.
Variabel kedua yang ditinjau target penggunaan input adalah mentega. Usaha
martabak harus menunggunakan mentega rata-rata sebesar 1,43 kg Supaya usaha
martabak tersebut efisien berdasarkan asumsi CRS. Pengurangan mentega yang
maksimum sebesar 5kg dan standar deviasi sebesar 1,43kg
Variabel ketiga yang ditinjau target penggunaan input adalah tepung. Usaha
martabak harus menunggunakan tepung rata-rata sebesar 3,09kg supaya Usaha
martabak tersebut efisien berdasarkan asumsi CRS. Pengurangan tepung yang
maksimum sebesar 7kg dan standar deviasi sebesar 71,40kg.
Variabel keempat yang ditinjau target penggunaan input adalah coklat. Usaha
martabak harusmenunggunakan coklat rata- rata sebesar 8,66kg supaya usaha
martabak tersebut efisien berdasarka asumsi CRS. Pengurangan coklat yang
maksimum sebesar 2kg dan standar deviasi sebesar 0,34kg.
Variabel kelima yang ditinjau target penggunaan input adalah keju. Usaha
martabak harus menunggunakan keju rata- rata sebesar 1,48 kg supaya Usaha
martabak tersebut efisien berdasarka asumsi CRS.Pengurangan keju yang
maksimum sebesar 5kg dan standar deviasi sebesar 1,48kg.
Variabel keenam yang ditinjau target penggunaan input adalah plastic . usaha
martabak harus menunggunakan plastik rata- rata sebesar 8,16kg supaya usaha
martabak tersebut efisien berdasarkan asumsi CRS. Pengurangan plastik yang
maksimum sebesar 1kg dan standar deviasi sebesar 0,22kg.
Variabel kedua yang ditinjau target penggunaan input adalah mentega. Usaha
martabak harus menunggunakan mentega rata-rata sebesar 2,26 Kg supaya usaha
martabak tersebut efisien berdasarkan asumsi VRS. Pengurangan mentega yang
maksimum sebesar 5% dan standar deviasi sebesar 1,80%.
Variabel ketiga yang ditinjau target penggunaan input adalah tepung. Usaha
martabak harus menunggunakan tepung rata-rata sebesar 3,38 kg supaya usaha
martabak tersebut efisien berdasarkan asumsi VRS.Pengurangan tepung yang
maksimum sebesar 7% dan standar deviasi sebesar 1,16%.
Variabel keempat yang ditinjau target penggunaan input adalah coklat. Usaha
martabak harus menunggunakan coklat rata- rata sebesar 1,91kg supaya usahatani
tersebut efisienberdasarka asumsi VRS.Pengurangan coklat yang maksimum
sebesar 5% dan standar deviasi sebesar 1,55%.
Variabel kelima yang ditinjau target penggunaan input adalah keju. Usaha
martabak harus menunggunakan keju rata- rata sebesar 2,31 kg supaya Usaha
martabak tersebut efisien berdasarka asumsi VRS. Pengurangan keju yang
maksimum sebesar 5% dan standar deviasi sebesar 1,78%.
Variabel keenam yang ditinjau target penggunaan input adalah plastik. Usaha
martabak harus menunggunakan plastic rata- rata sebesar 1,86kg supaya Usaha
martabak tersebut efisien berdasarka asumsi VRS. Pengurangan plastik yang
maksimum sebesar 5% dan standar deviasi sebesar 1,57%.
5. SKALA PRODUKSI
Skala Produksi : Model data envplopment analysis (DEA) menghasilkan tiga skala
produksi untuk usaha martabak di kecamatan medan area, medan timur, medan
petisah,medan amplas. Adapun skala produksi tersebut yaitu skala produksi
constant return to scale (IRS)
Usaha Martabak yang dinyatakan efisien berdasarkan asumsi CRS jika hernilai 1,
sedangkan usaha Martabak yang dinyatakan tidak efisien berdasarkan asumsi CRS
jika nilainya dibawah 1. Gambar menunjukan share usaha Martabak yang efisien
dan tidak efisien berdasarkan asumsi CRS. Share usaha martabak yang efisien
sebesar 45%. Persentase tersebut setara dengan 9 usaha Martabak. Share Usahatani
padi yang tidak efisien sebesar 55%. Persentase tersebut setara dengan 11 usaha
martabak.
6.UJI MULTIKOLINEARISME
Uji multikolineritas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel independent. Model yang baik adalah
model yang tidak terjadi kolerasi antar variabel. Multikolineritas dapat dilihat dari
Tolerence dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil ují
multikolineritas untuk CRS, VRS dan SE dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel diatas menunjukan nilai VIF dari setiap variable independen. Nilai VIP
berada pada rentang dari nilai 2,10 sampai 5,18 . Rata-rata nilai VIF sebesar 3,36.
Menyatakan bahwa niiai VIF dibawah 10 menunjukan tidak terjadi
multikolinearitas. Berdasarkan literatur tersebut, hasil menunjukan tidak terjadi
multikolineritas.penelitian
7.UJI HETEROSKEDITAS
Uji Heteroskedastisitas adalah uii ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Cara pengujiannya dengan menggunakan Uji
Glejser. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresikan variabel
variabel bebas terhadap nilai absolute residual. Residual adalah selisih antara nilai
variabel Y dengan nilai variabel Y yang diprediksi, dan absolut adalah nilai
mutlaknya (bernilai positif semua). Di bawah ini merupakan hasil dari uji
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel diatas.
Nilai Heteroskedastisitas Berdasarkan Asumsi :
Chi2(1) 8.15
Prob> chi2 0.6961
8.UJI NORMALITAS
Uji asumsi normalitas digunakan untuk mengetahui apakah regression error term
berdistribusi normal atau tidak. Jika tidak normal, nilai-t mungkin salah. Namun
meskipun kesalahan model regresi tidak berdistribusi normal, model regresi tetap
memberikan estimasi koefisien yang baik. Berdasarkan uji yang dilakukan untuk
normalitas didapatkan hasil normalitas sebesar 0,93. Apabila hasil uji lebih besar
dari 0,05 maka data ini berdistribusi normal.
9.HASIL REGRESI
Tabel Regresi
Pada tabel di atas variabel input tenaga kerja memiliki nilai koefisien 10.59579
menandakan 1% peningkatan input tenaga kerja akan meningkatkan efisiensi
sebesar 10.59579.
Pembahasan seanjutnya adalah variabel input yang berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap efisiensi teknis.variabel pertama yang berhubungan positif dan
tidak signifikan terhadap efesiensi teknis adalah variabel keju. Variabel kedua yang
berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap efisiensi teknis variabel coklat
Variabel ketiga yang berhubungan negative dan tidak signifikan terhadap efisiensi
teknis adalah variabel mentega.
4.2 PEMBAHASAN
Pada sub bab ini, akan menjelaskan perbandingan hasil wawancara ini dengan teori
ataupun hasil wawancara lainnya. Hasil perbandingan dapat saja berbanding lurus
maupun terbalik, dengan kata lain, hasil wawancara ini sama dengan teori sosial
ekonomi atau wawancara lainnya atau hasil wawancara ini berbeda dengan
wawancara lainnya. Hubungan sebab akibat turut dijelaskan pada sub bab ini
supaya diketahui alasan terjadinya fenomena hubungan sebab akibat.
Pertama, akan membahas tentang makna nilai efisiensi teknis berdasarkan asumsi
CRS,VRS,SE. Dari hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat bahwa rata-rata
tingkat efisiensi pada wawancara martabak dengan pendekatan nilai efisiensi
berdasarkan asumsi CRS 0,87 dan asumsi VRS 0,20 sedangkan nilai efisiensi
teknis untuk SE sebesar 0,89. Ketiga nilai tersebut berarti usaha martabak yang
tidak efisien harus mengurangi pengurangan input masing -masing sebesar
12,8 .80% .11% supaya usaha martabak yang tidak efisien tersebut menjadi efisien.
Skala produksi dalam wawancara ini, usaha martabak mayoritas pada skala
produksi belum IRS belum efisien, maka usaha martabak harus meningkatkan
pertumbuhan skala usahanya agar usaha menjadi efisien dan dapat menghemat
biaya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam wawancara ini dapat diambil
kesimpulan, yaitu; berdasarkan skala produksi IRS usaha martabak tidak efisien,
oleh karena itu penjual disarankan meningkatkan skala usaha (contoh: harga) dan
skala teknologi (contoh: varian rasa) supaya usaha martabak menjadi efisien dan
menghemat biaya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab
selanjutnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai efisiensi teknis berdasarkan asumsi CRS sebesar 0,871. Nilai ini berarti
usahatani di Kabupaten Medan Belawan, Medan Tuntungan, Medan Deli,
Medan Johor yang tidak efisien harus mengurangi penggunaan input sebesar
0,35% supaya usaha martabak yang tidak efisien menjadi efisien
berdasarkan asumsi CRS. Nilai efisiensi teknis berdasarkan asumsi VRS
sebesar 0,20. Nilai ini berarti usaha martabak di Kabupaten Medan Belawan,
Medan Tuntungan, Medan Deli, Medan Johor yang tidak efisien harus
mengurangi penggunaan input sebesar 90% supaya usaha martabak yang
tidak efisien menjadi efisien. Nilai efisiensi teknis berdasarkan asumsi SE
sebesar 0,889. Nilai ini berarti usaha martabak di Kabupaten Medan
Belawan, Medan Tuntungan, Medan Deli, Medan Johor,yang tidak efisien
harus mengurangi penggunaan input sebesar 45% supaya usaha martabak
yang tidak efisien menjadi efisien.
2. Variabel input yang berpengaruh positif secara signifikan pada efisiensi
teknis usaha martabak di Kabupaten Medan Belawan, Medan Tuntungan,
Medan Deli, Medan Johor variabel input mentega. Variabel yang
berpengaruh positif secara tidak signifikan pada efisiensi teknis usaha
martabak di Kabupaten Kabupaten Medan Belawan, Medan Tuntungan,
Medan Deli, Medan Johor variabel input tenaga
kerja,tepung,coklat,keju,plastik
5.2 Saran
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
Kami sebagai pembuat laporan ini memberikan saran kepada penjual Usaha
Martabak yang berada di Kabupaten Medan Belawan, Medan Tuntungan, Medan
Deli, Medan Johor supaya produk ini bisa lebih berkembang dan maju dan banyak
konsumen meminatinya. Dan kami mengharapkan supaya produk martabak ini
tidak berkurang,karena produk ini sangat bagus dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Syahidin, Marsam, Sudirman, A., Juliansyah, R., Pinem, D., Rianti, T. S. M.,
Yusuf, M., Harahap, R. S. P., Yuningsih, E., Ariyanto, A., Nugroho, H.,
Widjiantoro, S. T., & Bakti, R. (2022). Pengantar Ekonomi Mikro. 17, 238.
NILAI SUM
. sum
martabak
keju 20 20 60.45 .821.7896
.3769685 22 .5110 2
tenagakerja 20 2.15 .6708204
plastik 20 .75 .2564946 1 .5 3 1
mentega 20 .75 .2564946 .5 1
tepung 20 3.5 1.147079 2 7
. regress
coklatmartabak tenagakerja
20 mentega
.975 tepung
.412789 coklat
.5 keju plastik
2
ANALISIS
Source
keju REGRESSI
20SS LINIER
.8 df.3769685 MS Number of 2obs
.5 = 20
plastik 20 .75 .2564946 F(6, 13) 1
.5 = 68.77
Model 8745.42493 6 1457.57082 Prob > F = 0.0000
. regress martabak tenagakerja
Residual 275.52507 mentega tepung coklat keju plastik
13 21.1942361 R-squared = 0.9695
Adj R-squared = 0.9554
Source SS df MS Number of obs = 20
Total 9020.95 19 474.786842 Root MSE = 4.6037
F(6, 13) = 68.77
Model 8745.42493 6 1457.57082 Prob > F = 0.0000
Residual 275.52507 13 21.1942361 R-squared = 0.9695
martabak Coefficient Std. err. t Adj R-squared
P>|t| [95%
= conf. interval]
0.9554
Total 9020.95 19 474.786842 Root MSE = 4.6037
tenagakerja 10.59579 2.801311 3.78 0.002 4.543927 16.64766
mentega -5.538711 6.875128 -0.81 0.435 -20.39152 9.314099
martabak
tepung Coefficient
7.341744Std. 2.096738
err. t P>|t|
3.50 [95% conf.
0.004 interval] 11.87147
2.812018
coklat 4.694907 5.206978 0.90 0.384 -6.554085 15.9439
tenagakerja 10.59579 2.801311 3.78 0.002 4.543927 16.64766
keju -5.538711
mentega
1.3853026.875128
4.677965
-0.81
0.30
0.435
0.772
-20.39152
-8.720827
9.314099
11.49143
plastik
tepung 34.373592.096738
7.341744 5.9686833.50 5.76
0.004 0.000
2.812018 21.47904
11.87147 47.26815
_cons 4.694907
coklat -15.338995.206978
4.3682060.90 -3.51
0.384 0.004
-6.554085-24.77593
15.9439 -5.902056
keju 1.385302 4.677965 0.30 0.772 -8.720827 11.49143
plastik 34.37359 5.968683 5.76 0.000 21.47904 47.26815
_cons -15.33899 4.368206 -3.51 0.004 -24.77593 -5.902056
. hettest
chi2(1) = 0.15
Prob > chi2 = 0.6961
. hettest
chi2(1) = 0.15
Prob > chi2 = 0.6961
UJI NORMALITAS
Shapiro–Wilk W test for normal data
Variable
. predict Obs
resid,residuals W V z Prob>z
SKOR EFISIENSI
. sktest martabak TEKNIS
tenagakerja BERDASARKAN
mentega tepung coklat keju plastik ASUMSI CRS
. tab technicalefficiencyscorecrs
Technical
Efficiency
Score(CRS) Freq. Percent Cum.
Total 20 100.00
.
SKOR EFISIENSI TEKNIS BERDASARKAN ASUMSI VRS
. tab puretechnicalefficiencyscorevrs
Pure
Technical
Efficiency
Score(VRS) Freq. Percent Cum.
Total 20 100.00
. sum
.
Variable Obs Mean Std. dev. Min Max
. tab scaleefficiencyscore
Scale
Efficiency
Score Freq. Percent Cum.
Total 20 100.00
.
SKALA PRODUKSI
. sum
rts 0
hasiltenag~a 20 .2746125 .3502572 0 1.369231
hasilmentega 20 1.215606 1.934765 -1 4.384615
hasiltepung 20 .4045896 .4302981 0 1.346667
hasilcoklat 20 1.233606 1.961358 0 4.706666
. tab rts
Total 20 100.00
.
TARGET INPUT CRS
. sum
.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DEARMITA OCTAVIANI SIALLAGAN
EPINDONTA GINTING
AMDO SARAGIH