Anda di halaman 1dari 9

Assalamualaikum Wr.Wb.

Ibu Dosen yang kami hormati, mohon ijin menanggapi


A. Bagaimana Saudara menanggapi kontroversi zakat profesi para ulama kontemporer?
Tanggapan kami terhadap masalah tersebut :
Terdapat khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan ulama ataupun lembaga
dakwah/fatwa dalam masalah zakat profesi. Ada sebagian yang membolehkan zakat profesi.
Namun ada pula sebagian yang tidak setuju dan tidak membolehkan zakat profesi, dengan
alasan utama bahwa zakat profesi tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Adapun Ulama’ pendukung zakat profesi, memiliki dua dasar hukum yang dipakai, yaitu:
Pertama, Ta’mim al makna (perluasan makna lafaz). Khusus mengenai zakat profesi ini
dapat ditetapkan hukumnya berdasarkan Perluasan cakupan makna lafaz yang terdapat
dalam Firman Allah, Q.S. Al Baqarah (2): 267, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang telah
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”. Kata “apa saja yang kamu usahakan” dalam ayat di
atas pada dasarnya lafal ‘am, sehingga cakupannya meluas yakni “meliputi segala usaha
yang halal yang menghasilkan uang atau kekayaan bagi setiap muslim”. Dengan demikian
zakat profesi dapat ditetapkan hukumnya wajib berdasarkan keumuman ayat di atas.
Para pendukung zakat profesi umumnya berlindung di balik keumuman perintah Allah SWT
yang mewajibkan orang kaya membayar zakat. Dan menurut mereka, Allah SWT tidak
menetapkan jenis kekayaan tertentu untuk kewajiban zakat itu. Pendeknya, kalau seseorang
dianggap kaya dibandingkan dengan orang lain, dia hidup berkecukupkan, lebih dari orang-
orang pada umumnya, maka otomatis dia wajib membayar zakat. Sedangkan jenis harta
tidak dijadikan pertimbangan, karena bisa saja jenis kekayaan tiap orang berbeda-beda
untuk tiap negeri dan tiap zaman.
Kedua mengenai zakat profesi ini adalah qiyas atau menganalogikan zakat proesi dengan
zakat-zakat yang lain seperti zakat hasil pertanian dan zakat emas dan perak.
Sedangkan untuk Ulama’ penolak zakat profesi juga memiliki dua dasar hukum,yaitu :
Pertama, Takhshish al am. Cakupan makna lafaz yang terdapat dalam Firman Allah, Q.S.
Al Baqarah (2): 267, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang telah Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”.
Kata “apa saja yang kamu usahakan” dalam ayat di atas pada dasarnya lafal ‘am, ulama
kemudian memberikan takhshish/ taqyid (pembatasan) pengertiannya terhadap beberapa
jenis usaha atau harta yang wajib dizakatkan, yakni harta perdagangan, emas dan perak,
hasil pertanian dan peternakan. Pengkhususan ini memiliki dasar hukum hadits.
Menghususkan ayat ayat al-Qur’an yang bersifat umum.
Kedua, Tidak Ada Haul, Menurut para penyeru zakat ini, zakat profesi tidak membutuhkan
haul yaitu bahwa zakat itu dikeluarkan apabila harta telah berlalu kita miliki selama 1 tahun.
Para ulama kontemporer tersebut memiliki dalil masing-masing dengan setiap pendapatnya
jadi keduanya bisa dibenarkan, tergantung pada individu masing-masing cenderung
mengikuti pendapat yang mendukung atau yang menolak zakat profesi.
Kesimpulannya adalah :

1. Lepas dari perbedaan pendapat tentang ada atau tidaknya zakat profesi ini, yang wajib
dikedepankan adalah adab dan akhlaq dalam berbeda pendapat. Berbeda pendapat
boleh tapi jangan sampai saling mencaci, menghina atau merendahkan dengan sesama
muslim.
2. Meski ada pendapat yang tidak sejalan dengan zakat profesi, namun mereka bukannya
pelit atau kikir tidak mau berbagi harta. Harta tetap dikeluarkan di jalan Allah dengan
ikhlas dan mengharam pahala dan keridhaan-Nya, cuma jalurnya tidak harus lewat zakat.
Bisa jadi infaq, shadaqah, wakaf dan segala bentuk taqarrub lainnya.

3. Kedua pihak yang berbeda pandangan dalam hal zakat profesi sepakat bahwa zakat
yang sudah disepakati para ulama seperti zakat pertanian, peternakan, emas, perak,
uang tunai, timbunan dagangan, rikaz, ma'din dan lainnya wajib didahulukan. Dan kalau
sampai bentrok antara dua zakat yang berbeda, maka yang didahulukan adalah zakat
yang kewajibannya sudah disepakati para ulama sepanjang masa

B. Bagaimana sikap saudara sebagai seorang yang mendapatkan gaji setiap


bulannya jika dikaitkan dengan hal zakat profesi ini, cantumkan juga ayat yang
berkaitan dengan ini !
1. Sikap kami terhadap hal tersebut di atas adalah : Dalam hal zakat, pasti kaitannya
dengan harta benda yang kita miliki yang wajib dikeluarkan untuk orang yang
membutuhkan, namun di dalam zakat juga ada syarat harta itu wajib dizakatkan,
diantaranya, yaitu : harta/benda yang dimiliki harus sampai nishabnya (batasan jumlah).
Kaitannya dengan zakat profesi menurut tanggapan kami adalah wajib jika gaji yang
kami terima apabila sudah sampai nishab dan dikurangi hutang/pinjaman juga
kebutuhan keluarga (nafkah). Namun apabila belum terdapat syarat zakat tersebut,
maka kami tetap shodaqahkan/infaqkan sebagian gaji yang kami terima (tidak kami
sebutkan jumlahnya) kepada orang yang membutuhkan/berhak menerimanya.
2. Ayat yang berkaitan dengan ini :
1) Q.S At-Taubah : 103 :
‫ُخ ْذ ِمْن َأْمَو اِلِهْم َصَد َقًة ُتَط ِّهُرُه ْم َو ُتَز ِّك يِهْم ِبَه ا َو َص ِّل َع َلْي ِهْم ِإَّن َص اَل َت َك َس َك ٌن َلُهْم َو ُهَّللا َس ِميٌع َع ِليٌم‬
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. At Taubah: 103).
2) Q.S Al-Baqarah : 267 :
‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْٓو ا َاْن ِفُقْو ا ِمْن َط ِّي ٰب ِت َم ا َك َس ْب ُتْم َو ِمَّمٓا َاْخ َر ْج َن ا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض ۗ َو اَل َت َي َّمُموا اْلَخ ِبْي َث ِم ْن ُه ُتْن ِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذْيِه ِآاَّل‬
‫َاْن ُتْغ ِمُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َح ِمْي ٌد‬
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.
Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.

C. Selanjutnya kami melakukan analisa bahan ajar tersebut dan menuliskan 5


Konsep beserta deskripsinya yang kami temukan di dalam bahan ajar.
Yang kami susun sebagai berikut :
1. Definisi Zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zakaa yang berarti suci,
berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya,
disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. (Yusuf Qardhawi, 1995: 34).
Secara terminologi zakat adalah sejumlah harta yang diwajibkan oleh Allah diambil dari
harta orang-orang tertentu (aghniyā’) untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. (Lihat: Yusuf al-Qardhawi, 2005: 32, Sayyid
Sabiq, 1982: 276, dan Ali al-Jurjani, 1983: 114).
2. Definisi Profesi dan Zakat Profesi
Kata Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua definisi yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam definisi yang lebih luas menjadi kegiatan
“apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Profesi secara istilah berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
pengetahuan, keahlian, dan kepintaran. Yusuf al-Qardhawi lebih jelas mengemukakan
bahwa profesi adalah pekerjaan atau usaha yang menghasilkan uang atau kekayaan baik
pekerjaan atau usaha itu dilakukan sendiri, tanpa bergantung kepada orang lain, maupun
dengan bergantung kepada orang lain, seperti pemerintah, perusahaan swasta, maupun
dengan perorangan dengan memperoleh upah, gaji, atau honorium.
Zakat profesi menurut para penggagasnya didefinisikan sebagai zakat yang dikenakan
pada tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun
bersama orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi
nishab. Misal profesi dokter, konsultan, advokat, dosen, arsitek, dan sebagainya. (Didin
Hafidhuddin, 2001: 103).
3. Sejarah Munculnya Zakat Profesi
Zakat profesi tidak pernah ada dalam sepanjang sejarah Islam sejak masa Rasulullah SAW
hingga tahun 60-an akhir pada abad ke-20 yang lalu, ketika mulai muncul gagasan zakat
profesi ini. Penggagas zakat profesi adalah Syeikh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az
Zakah, yang cetakan pertamanya terbit tahun 1969. Namun nampaknya Yusuf Qardhawi
dalam hal ini mendapat pengaruh dari dua ulama lainnya, yaitu Syeikh Abdul Wahhab
Khallaf dan Syeikh Abu Zahrah.
4. Ketentuan Zakat Harta Yang Syar’i
Sebelum memaparkan kontroversi pendapat ulama terhadap status hukum zakat profesi,
perlu mengetahui kaidah umum syar’i yang disepakati para ‘ulama tentang ketentuan
wajibnya zakat harta harus memenuhi dua kriteria, yaitu:
Pertama : Adanya batas minimal nishab.
Kedua : Harus menjalani haul.
5. Kontroversi Zakat Profesi
Terdapat khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan ulama ataupun lembaga
dakwah/fatwa dalam masalah zakat profesi. Ada sebagian yang membolehkan zakat
profesi, seperti Syeikh Abdul Wahhab Khallaf, Syeikh Abu Zahrah,Yusuf Qardhawi, Prof.
Didin Hafidhuddin, Quraisy Syihab, Majelis Tarjih Muhammadiyah, MUI (Majelis ulama
Indonesia). Namun ada pula sebagian yang tidak setuju dan tidak membolehkan zakat
profesi, dengan alasan utama bahwa zakat profesi tidak pernah dicontohkan oleh Nabi
SAW. Mereka misalnya Dr. Wahbah Az Zuhaili, Prof. Ali As Salus, Syeikh Bin Baz, Syeikh
Muhammad bin Shaleh Utsaimin, Hai`ah Kibaril ulama, Dewan Hisbah PERSIS, Bahtsul
Masail NU, dan juga Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Assalamualaikum Wr.Wb.
Ibu Dosen yang kami hormati, mohon ijin menanggapi

1. Bagaimana Saudara menganalisis pendapat tentang keadilan dalam poligami ini


dilihat secara kontekstual atau situasi di masyarakat kita saat ini! Jelaskan
beserta dalil!
Pembolehan poligami diharuskan dengan mengutamakan sikap adil di antara para Istri.
Jika dirasa kurang mampu untuk berbuat adil, maka dilarang melakukan poligami. konsep
adil berpoligami dalam perspektif Ibn Hazm al-Zahiri adalah bahwa adil di antara para istri
hukumnya adalah wajib, terutama dalam hal pembagian malam dan pembagian nafkah
Sebagian ulama mengartikan Adil dalam Poligami hanya dalam hal materi saja (kuantitatif),
dan ada juga yang mengartikan keadilan poligami dalam hal immateri (kualitatif), tetapi ada
juga yang mengartikan keadilan poligami mencakup dalam hal materi dan immateri
(kuantitatif dan kualitatif)
Ayat poligami dalam al-Qur‟an Dasar hukum mengenai poligami dalam pernikahan
disebutkan secara jelas dan tegas dalam al-Qur‟an. Ayat yang sering menjadi rujukan para
ulama dalam hal poligami adalah QS. al-Nisa yaitu:
ۗ ‫َو ِاْن ِخ ْفُتْم َااَّل ُتْق ِس ُط ْو ا ِفى اْلَي ٰت ٰم ى َفاْن ِكُحْو ا َم ا َط اَب َلُك ْم ِّم َن الِّنَس ۤا ِء َم ْثٰن ى َو ُثٰل َث َو ُر ٰب َع ۚ َف ِاْن ِخ ْفُتْم َااَّل َت ْع ِد ُلْو ا َف َو اِحَد ًة َاْو َم ا َم َلَكْت َاْي َم اُنُك ْم‬
‫ٰذ ِلَك َاْد ٰٓن ى َااَّل‬
‫َت ُعْو ُلْو ا‬
Artinya : “Jika kamu khawatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan –
perempuan yatim (bila kamu mengawininnya) maka kawinilah perempuan–perempuan lain
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak dapat
berlaku adil (dalam hal-hal yang bersifat lahiriyyah jika mengawini lebih dar‫ ه‬satu ), maka
kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya..
Ayat ini diturunkan di Madinah setelah perang Uhud.. Banyak prajurit Muslim yang gugur di
medan perang. Dampak selanjutnya, jumlah janda dan anakanak yatim dalam komunitas
Muslim meningkat drastis., di antara mereka ada yang mewarisi harta yang banyak,
peninggalan mendiang orang tua mereka. muncul niat jahat di hati sebagian wali yang
memelihara anak yatim. Dengan berbagai cara mereka berbuat curang terhadap anak
yatim tersebut. Terhadap anak yatim yang kebetulan memiliki wajah yang cantik, para wali
itu mengawini mereka, dan jika tidak cantik, mereka menghalanginya agar tidak menikah
meskipun ada laki-laki lain yang melamarnya. Tujuan para wali menikahi anak yatim yang
berada dalam kekuasaan mereka semata-mata agar harta anak yatim itu tidak beralih pada
orang lain, melainkan jatuh ke dalam genggaman mereka sendiri
Adapun tinjauan untuk keadaan saat ini maka poligami menurut saya adalah pilihan
terakhir bagi kehidupan berumah tangga
Dalam UU No. 1 Th. 1974 pasal 3 ayat (2) dijelaskan bahwa seorang suami diperbolehkan
beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan
mendapat izin dari pengadilan. Adapun alasan-alasan yang dijadikan pedoman oleh
pengadilan untuk memberi izin poligami ditegaskan pada pasal 4 ayat (2), yaitu: 1) isteri
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri; 2) isteri mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat disembuhkan; dan 3) isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Ketentuan seperti ini juga ditegaskan dalam PP No. 9 tahun 1975 pasal 41 huruf a dan KHI
pasal 57. Pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syarat-syarat poligami sebagai berikut: (1)
adanya persetujuan dari isteri-isteri; (2) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluankeperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka

2. Apakah poligami harus mendapatkan izin dari istri? Jelaskan pendapat saudara!
Poligami harus mendapat ijin istri demikian tertuang dalam Pasal 5 UU Perkawinan
menetapkan syarat-syarat poligami sebagai berikut: (1) adanya persetujuan dari isteri-isteri;
(2) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan keperluan hidup isteri-
isteri dan anak-anak mereka dan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974. Dalam pasal 3 (1)
UU No.1/1974 undang-undang tersebut secara jelas bahwa hukum perkawinan di
Indonesia menganut asas monogami yang diperuntukkan bagi laki-laki maupun bagi
perempuan. Akan tetapi, dalam undang-undang ini pula terdapat pengecualian, seorang
suami bisa beristri lebih dari satu orang apabila ada izin dari pihak yang bersangkutan,
dalam hal ini istri terdahulu.
Tujuan pernikahan adalah:
1. Melaksanakan perintah Allah
2. Melaksanakan sunnah Rasul
3. Mencegah dari perbuatan zina
4. Menyempurnakan separuh agama
5. Mendapatkan keturunan
6. Membangun keluarga Bahagia
Sejalan dengan tujuan pernikahan point 6, jika suami melakukan poligami tanpa izin dari istri
tentunya akan menimbulkan pertikaian dan kemelut rumah tangga yang dapat mengarah
pada kehancuran pernikahan dan hilangnya kebahagiaan itu.
Kalau menurut pendapat saya pribadi, poligami harus mendapat izin dari istri (pertama),
karena jika tidak mendapat izin dari istri pertama seorang suami secara diam-diam
melakukan poligami dan akhirnya diketahui oleh istri pertama, maka akan terjadi prahara
dalam keluarga tersebut, yang pada akhirnya niat suami untuk poligami malah harus dilema
memilih istri pertama atau kedua ?

3. Tulislah kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan
Ajar.
Kelebihan artikel ini adalah teori dan dalil dalil di tulis secara jelas sehingga pembaca dapat
memahami sumber hukumnya adapun kekurangan pada artikel ini adalah tidak
memberikan contoh konkreet dalam permasalahan poligami di Indonesia dan kasus
kasusnya,namun di artikel yang lain telah dapat kita baca bagaimana peradilan di idonesia
menjalankan fungsi advokasi terhadap masalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum Wr.Wb.
Ibu Dosen yang kami hormati, mohon ijin menanggapi
A. Fenomena masyarakat kita saat ini seperti meminjam uang di bank, mengambil
barang secara kredit.
Dalam dunia bisnis modal menjadi salah satu kunci utama untuk memulai dan
mengembangkan sebuah usaha jika seseorang tidak memiliki modal untuk berbisnis
maka bolehlah seorang itu meminjam atau mengkredit sejumlah uang ke bank baik bank
konvensional maupun Syariah.
Hal ini ini memang menjadi polemik menjadi sebuah kontroversi yang tidak pernah
selesai di kalangan ulama karena bagi mereka bunga bank ada yang mengatakan riba
ada yang tidak tetapi dalam konteks bisnis karena uang ini akan diputar.
dalam dunia bisnis dan bunganya pun tidak terlalu besar maka hal ini menjadi boleh bagi
ulama, yang tidak memperbolehkan bahwasanya bunga bank di bank konvensional itu
haram hukumnya dikarenakan persentase sudah tercantum saat akad.
Untuk pembelian kredit ada anggapan Masyarakat yang mengatakan bahwa jika tidak
kredit maka kita tidak punya. hal ini kita kembalikan kepada sebuah kebutuhan Apakah
barang tersebut memang benar-benar Dibutuhkan ataukah hanya untuk menunjang isi
saja. jika menjadi sebuah kebutuhan saya pikir membeli barang secara kredit pada saat
akad pasti akan dijelaskan Bagaimana sistem pembayarannya dari situlah kemudian kita
tahu bagaimana sitemnya atau apakah barang itu kita ambil atau tidak di sesuaikan
dengan kemampuan yang ada. Sesuai dengan Firman Allah dalam surah Al-baqoroh
ayat 280:
‫َو ِاْن َك اَن ُذ ْو ُعْس َر ٍة َفَن ِظ َر ٌة ِاٰل ى َم ْي َس َر ٍةۗ َو َاْن َت َص َّد ُقْو ا َخ ْيٌر َّلُك ْم ِاْن ُكْنُتْم َت ْع َلُمْو َن‬

Artinya : “ Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui ”

Ketentuan batas maksimum bunga bank sebenarnya tidak memberatkan dan


tetap dalam batas kewajaran. Ketentuan semacam ini tidak termasuk riba ad’afan
mudha’afah sebagaimana yang disingung dalam al-Qur’an. Bunga bank dengan
ketentuan semacam ini jika dilihat asbabun nuzul ayat-ayat tentang riba dalam al-
Qur’an tidak termasuk riba, sehingga sejauh ini bunga bank masih menjadi diskursus
yang multi tafsir dalam ajaran Islam.
Kecenderungan masyarakat menggunakan system bunga (interest ataupun unsury)
lebih bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi, sehingga
kurang mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkannya. Berbeda dengan sistem
bagi hasil (profit-sharing), system ini berorientasi pada pemenuhan kemaslahatan hidup
umat manusia.
Ada sembilan alasan bagi yang membolehkan bunga bank yaitu :
1. Boleh mengambil bunga bank karena darurat.
2. Pada tingkat wajar, tidak mengapa bunga bank dibebankan.
3. Opportunty lost yang ditanggung pemilik dana disebabkan penggunaan uang ole
h pihak lain.
4. Bunga untuk konsumtif dilarang, tetapi untuk produktif dibolehkan.
5. Uang sebagai komoditi, karena itu ada harganya dan harga uang
itu adalah bunga (Boehn-Boerk).
6. Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi.

7. Bunga sebagai upah menunggu (abstinence concept, senior, irving fisher).

8. Nilai uang sekarang lebih besar dari pada nilai uang masa
depan (time value of money).

9. Pada Zaman nabi tidak ada bank, dan bank bukan Syakhsiyyah Mukallafah
( yang terkena kewajiban menjalankan hukum syari’ah)

B. kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar

a. Kelebihan dari jurnal ini bahwa jurnal ini sangatlah gamblang dalam riba dan bunga
bank hal ini juga bersangkut paut dengan modul KB 3 sehingga untuk
menyambungkan yaitu sangat mudah sekali
b. Dari segi bahasa bahasa yang digunakan adalah bahasa familiar bahasa yang
benar-benar cepat dimengerti oleh siapapun yang membacanya
c. Kekurangannya di jurnal tidak memberikan pembedaan melalui tabel terkait dengan
perbedaan bank konvensional dengan bank syariah karena jika hanya sebuah narasi
terlalu sulit untuk memahaminya

C. kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar
Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan modal.
Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang
berkaitan dengan itu dan biasa dinamakan suku bunga modal.
Kegiatan perbankan adalah bergerak dalam bidang keuangan dan kredit, serta mencakup
dua fungsi penting, yaitu menciptakan uang dan sebagai perantara pemberi kredit
Dalam praktiknya, bunga bank (rente) merupakan keuntungan yang diperoleh pihak bank
atas jasanya yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk usaha
produktif, sehingga dengan uang pinjaman tersebut, Usahanya menjadi maju dan lancar,
dan keuntungan yang diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua belah pihak baik
kreditor (bank) maupun debitor (nasabah) sama-sama sepakat atas keuntungan yang
akan diperoleh pihak bank.
Masyarakat kita nyatanya masih belum terbiasa untuk lepas dari bank sepenuhnya Karena
bagaimanapun juga modal untuk bisnis solusi yang paling bisa di ambil itu adalah meminjam
ke bank.
Artinya apakah kita membutuhkan atau tidak harus melihat proporsi menekan atau tidak, jika
prosentasenya terlalu menekan maka kita berhak untuk menggagalkan kredit tersebut
karena yang memiliki hak dan kewajiban untuk membayar adalah kita.
meminjam kepada bank jauh lebih aman daripada meminjam kepada rentenir karena bukan
lagi proporsinya lebih dari manusiawi itu tidak bisa kita gunakan untuk meminjam dana.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Assalamualaikum Wr.Wb.
Ibu Dosen yang kami hormati, mohon ijin menanggapi

1. Pendapat apabila NKRI ingin di jadikan sebagai sebagai negara Khilafah.

Terkait dengan akan dijadikannya Indonesia menjadi pemerintahan Khilafah saya


sangat tidak setuju karena bagaimanapun juga di depan the father of Indonesia dan
para ulama pada saat itu telah menetapkan.

Bagaimana terjadinya sebuah negara yang baik Karena bagaimanapun juga Indonesia
tidak sama dengan negara-negara yang lain, Indonesia bersuku-suku, Indonesia ber
pulau-pulau, Indonesia terbentuk dari ras bahasa yang berbeda.

Oleh karena itu seharusnya ada formula untuk menetapkan sebuah sistem bangsa
dalam hal ini melalui musyawarah yang memakan waktu cukup lama akhirnya Indonesia
menetapkan bahwa sistem pemerintahannya dan dasar pemerintahannya
menggunakan Pancasila dan undang-undang Dasar 45.

KH. Hasyim Asy’ari sebagai sesepuh dan Tokoh Ulama dari Nahdhatul Ulama (NU).
Mayoritas ulama pendiri tersebut sepakat bahwa Indonesia adalah NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Bahkan
memiliki semboyan yang sangat bijaksana yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang artinya
walaupun kita berbeda suku, bahasa dan agama akan tetapi tetap satu yaitu Indonesia.
Semboyan NKRI harga mati itu bukan hanya asal-asalan dibuat tetapi penuh dengan
makna penuh dengan semangat bahwa kami rakyat Indonesia Siap membela jika ada
oknum-oknum atau kelompok-kelompok yang akan merusak Citra Bangsa.

masih ingat masih segar dalam ingatan ketika kelompok ISIS dalam 212 pada saat itu
menggelar aksi-aksi di Indonesia harus menjadi negara Khilafah Padahal mereka harus
tahu bahwa Indonesia tidak hanya ditempati oleh penduduk muslim saja.

Pada zaman Rasulullah sekalipun saat rasulullah wafat dan digantikan oleh para
sahabat. para sahabat tidak menggunakan sistem Khilafah tetapi mereka menggunakan
sistem musyawarah dalam penentukan pemimpin pengganti rosulullah. Dalam catatan
sejarah Islam, pasca-wafatnya Nabi Muhammad SAW, konsep kekhalifahan beberapa
kali mengalami perubahan. Pengangkatan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq merupakan
representasi dari pemerintahan yang dibentuk atas dasar musyawarah mufakat (al-
syura) sebagai cikal bakal demokrasi.

sementara itu pengangkatan khalifah kedua, yakni khalifah Umar ibn Khathab,
merupakan representasi dari sistem monarki absolut, karena dilakukan melalui
penunjukan dan penobatan.

Saat khalifah ketiga hendak diangkat, mulai muncul istilah ahl al-halli wa al-'aqdi
(AHWA) yang ditunjuk oleh sahabat Umar ibn Khathab agar melakukan persiapan guna
melangsungkan suksesi kepemimpinan.

Bila dikorelasikan dengan kondisi Indonesia maka perbedaan dan perdebatan yang
sering muncul adalah ketika ada sebagian kelompok yang menginginkan negara
Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem khilafah. Perdebatan ini muncul
bukan hanya pada kalangan politikus muslim atau antara intelektual muslim akan tetapi
juga terjadi perdebatan antara para ulama. Ada ulama yang masih mempertahankan
negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan ada juga yang
ingin merubahnya berdasarkan dengan syari’at Islam dibawah sistem Khilafah
Islamiyah. Tentunya semua ulama yang memiliki perbedaan pendapat tersebut memiliki
dasar atau dalil masing-masing.

2. Kaitan isi bahan Ajar dengan Nilai Moderasi Beragama

Saat ini Kementerian Agama Republik Indonesia sedang gembar-gembor terkait dengan
moderasi beragama. apa yang dimaksud dengan moderasi beragama bahwasanya
moderasi beragama itu bagaimana kita beragama secara moderat secara seimbang
secara tawassuth, pola pikir yang dibutuhkan adalah pola pikir yang bersifat Tengah
tidak menjadi Liberal dan tidak boleh menjadi ekstrem. tidak mudah percaya dengan
berita bohong yang berbau agama karena bagaimana pun juga satu hal yang menjadi
pemicu perpecahan apabila disandingkan dengan agama karena bagaimanapun juga
agama itu adalah satu hal yang prinsipil yang tidak bisa diganggu gugat jadi ketika ada
informasi yang berhubungan dengan agama masyarakat kita terbiasa mengiyakannya
saja padahal belum tentu informasi itu benar adanya.

Moderasi beragama jika dikaitkan dengan sistem pemerintahan jelas ini sangat
berkaitan karena ada kelompok-kelompok yang kemarin tergabung dalam aksi 212, aksi
411 dan aksi-aksi yang lain semuanya itu ada karena masyarakat kita termakan dengan
hoax.
Berita yang dibuat seolah-olah menyajikan bahwa sistem khilafah atau sistem Islam itu
lebih baik dari sistem negara berasaskan Pancasila mereka beranggapan juga jika itu
baik maka harus dilaksanakan lebih dari berjuta-juta orang memadati Monas pada saat
itu menyuarakan Khilafah untuk Indonesia menyuarakan perubahanTapi pastilah hal itu
tidak mudah karena tidak bisa seluruh bangsa ini bermusyawarah menjadi satu itu tetapi
harus ada pertimbangan-pertimbangan dan sebagainya

3. Kelebihan dan kekurangan dari materi bahan ajar

a. Jurnal ini hanya mencakup penjelasan di Bangka Belitung saja, alangkah baiknya
jika ruang lingkup yang di jelaskan lebih meluas

b. Tidak disangkut pautkan dengan moderasi beragama. Padahal moderasi beragama


itu lahir karena goncangan-goncangan dan ketidak seimbangan dari kelompok-
kelompok penyuara khilafah

c. Secara garis besar sudah di jelaskan dengan rinci bagaimna sistem pemerintahan
yang baik

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai