Anda di halaman 1dari 39

1 Program Studi Sarjana

Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian

GD 2206: Hukum dan


Perundangan Geospasial
Dosen (Kelas-01): Hasanuddin Z. Abidin

Hukum dan Perundangan terkait


Informasi dan Tata Kelola Geospasial (3)
2

Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG)


(Pasal 80 PP No. 45 Tahun 2021)

(1) Pemerintah Pusat wajib memfasilitasi pembangunan


Infrastruktur IG untuk memperlancar
Kebijakan
penyelenggaraan IG.
(2) Infrastruktur IG terdiri atas: (a) Kebijakan,
(b) Kelembagaan, (c) Teknologi, (d) Standar, Sumber
dan (e) Sumber Daya Manusia. Daya Kelembagaan
(3) Pembangunan Infrastruktur IG Manusia Infrastruktur
dilaksanakan oleh Penyelenggara IG. Informasi
Geospasial
(4) Fasilitasi pembangunan Infrastruktur IG
dilakukan oleh Badan.
(5) Dalam melakukan fasilitasi pembangunan
Infrastruktur IG, Badan dapat melibatkan Instansi Standar Teknologi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga
Pendidikan, dan/atau Setiap Orang.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
3
Pentingnya IIG Dalam Penyelenggaraan IG
Pembangunan Nasional di Berbagai Sektor (Pusat danDaerah)
(Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, Pengendalian) Setiap tahapan
penyelenggaraan IG
untuk mendukung
Kebijakan Satu Peta Satu Data Indonesia pembangunan
nasional, umumnya
akan memerlukan
Informasi Geospasial Dasar: infrastruktur IG
Informasi Geospasial Tematik: Peta Dasar (RBI)
Berbagai Peta Tematik yang baik, yaitu:

• Multi-Tema, Multi-Produsen, Multi-Kualitas (a) Kebijakan,


• Harusnya mengacu pada Peta Dasar yang sama Data Geospasial (b) Kelembagaan,
(eg. Foto, Lidar, IfSAR, Citra Satelit) (c) Teknologi,
+ (d) Standar, dan
(e) Sumber Daya
Sistem Referensi Geospasial Jaring Kontrol Geodesi Nasional Manusia.
Indonesia, SRGI 2013 (JKHN, JKVN, JKGN)

Versi Slide: HZAbidin (2023)


4

(1) Kebijakan IG terdiri atas: (a) kebijakan IG nasional,


dan(b) kebijakan IG Instansi Pemerintah.
IIG: Kebijakan IG
(Pasal 81-85 PP No. 45 Tahun 2021)
(2) Kebijakan IG nasional dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
dan Rencana Induk Penyelenggaraan IG. Kebijakan IG
(3) Kebijakan IG nasional tersebut menjadi acuan Nasional
dalam penyusunan rencana aksi penyelenggaraan Kebijakan IG
IG nasional. Kebijakan IG
Instansi
(4) Rencana Aksi Penyelenggaraan IG Nasional
Pemerintah
disusun oleh seluruh pemangku kepentingan
di bidang IG melalui rapat koordinasi nasional IG.
(5) Kebijakan IG Instansi Pemerintah harus disusun berdasarkan Kebijakan IG Nasional dan Rencana Aksi
Penyelenggaraan IG Nasional.
(6) Kebijakan IG Instansi Pemerintah ditetapkan oleh masing-masing Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian.
(7) Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat mengusulkan penyelenggaraan IG di luar rencana
aksi penyelenggaraan IG nasional kepada kepala Badan.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
5

IIG: Kelembagaan
(Pasal 86 PP No. 45 Tahun 2021)

1. Kelembagaan IG merupakan wadah


dalam penyelenggaraan IG.
2. Kelembagaan difasilitasi melalui forum
pertemuan antar pemangku kepentingan
yang terdiri atas unsur:
a. Instansi Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah; dan
c. Setiap Orang.
3. Forum pertemuan tersebut di atas
diselenggarakan secara berkala oleh Badan.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


6

1. Teknologi merupakan sarana untuk mendukung


penyelenggaraan IG.
IIG: Teknologi
(Pasal 87-89 PP No. 45 Tahun 2021)
2. Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam melakukan pembangunan dan/atau
pengembangan teknologi harus sesuai dengan
kriteria teknis. Teknologi Geospasial
diperlukan di setiap tahapan
3. Kriteria teknis tersebut ditetapkan oleh kegiatan penyelenggaraan IG:
Kepala Badan.
a. pengumpulan DG,
4. Dalam melakukan pembangunan dan/atau b. pengolahan DG dan IG,
pengembangan teknologi, Instansi Pemerintah c. penyimpanan dan
dan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengamanan DG dan IG,
kerja sama dengan pihak lain. d. penyebarluasan DG dan IG,
5. Kerja sama tersebut wajib memuat ketentuan e. penggunaan IG.
mengenai peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dan alih teknologi.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


7
Spektrum Teknologi Geospasial
Akuisisi Data Geospasial
dapat dilakukan
dengan beragam
Teknologi Geospasial

Ref.: Global Geospatial


Industry Outlook 2017

Ref.: Global Geospatial Industry Outlook 2017

Versi Slide: HZAbidin (2023)


8
Informasi Geospasial dalam Era Teknologi RI 4.0

Maps

Data

Smart Objects

Visuali-
Analytics
sation

Change is our currency !


Ref: Ordnance Survey, 2019

Ref: Geospatial Media and Communications, 2018


Versi Slide: HZAbidin (2023)
9
Manfaat Teknologi RI 4.0 Untuk Aplikasi Geospasial
Akuisisi Data Autonomous

High Definition Surveying


• Berbasis Dijital
Peremajaan Peta • 3-Dimensi
• Bisa dalam Ruang
Pemetaan Partisipatif • Real-Time
• Lebih Cepat
Pemetaan Dalam Ruang • Lebih Mudah
• Lebih Kontinyu
Analisa Dinamika Spasial • Cakupan Area
Revolusi Industri (RI) 4.0
Integrasi Data Spasial, Data Variatif
Statistik dan Data Lainnya • Lebih Efektif
• Lebih Efisien
https://medium.com
Analisa Data Terintegrasi

Berbagi-pakai Data
Versi Slide: HZAbidin (2023)
10
Perkembangan Teknologi dan Industri Geospasial

Ref: Geospatial Media and Communications, 2018

Versi Slide: HZAbidin (2023)


11

IIG: Standar
(Pasal 90-92 PP No. 45 Tahun 2021)

(1) Standar Informasi Geospasial digunakan sebagai acuan baku dalam


kegiatan penyelenggaraan IG.
(2) Standar Informasi Geospasial tersebut terdiri atas:
a. Standar Nasional Indonesia, dan/atau
b. Spesifikasi Teknis lainnya.
(3) Standar Nasional Indonesia tersebut di atas dapat diberlakukan secara
wajib oleh Penyelenggara IG.
(4) Penyelenggara IG melakukan sosialisasi dan evaluasi berkala
terhadap Standar Nasional Indonesia dan/atau Spesifikasi Teknis lainnya
sesuai dengan kewenangannya.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


12

IIG: Sumber Daya Manusia


(Pasal 93-94 PP No. 45 Tahun 2021)

(1) Sumber daya manusia wajib ditingkatkan kapasitasnya dalam penyelenggaraan IG.
(2) Peningkatan kapasitas dilaksanakan melalui:
(a) pendidikan, (b) pelatihan, dan/atau (c) penelitian.
(3) Pendidikan dilakukan oleh lembaga pendidikan formal di bidang IG.
(4) Penyusunan kurikulum lembaga pendidikan formal di bidang IG tersebut dilakukan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan setelah
mendapat masukan dari Badan.
(5) Pelatihan dilakukan oleh lembaga pelatihan yang telah mendapat akreditasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Penelitian dilakukan oleh Penyelenggara IG sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Sumber daya manusia yang merupakan tenaga profesional di bidang IG harus tersertifikasi.
(8) Sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
13

(1) Kegiatan penyelenggaraan IG oleh Instansi


Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat
Pelaksana di Bidang
dilaksanakan oleh Setiap Orang. Informasi Geospasial (1)
(2) Setiap Orang tersebut terdiri atas: (Pasal 95-97 PP No. 45 Tahun 2021)
a. orang perseorangan;
b. kelompok orang; atau (5) Profesi bidang IG tersebut harus dilakukan
c. Badan Usaha. seseorang yang memiliki:
(3) Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh orang a. kualifikasi akademik di bidang IG, dan
perseorangan tersebut wajib memenuhi b. kompetensi tertentu di bidang IG.
kualifikasi sebagai Tenaga Profesional yang (6) Profesi bidang IG tersebut berwenang
tersertifikasi di Bidang IG. melakukan praktik keprofesian di bidang IG
(4) Tenaga Profesional yang tersertifikasi di tertentu.
Bidang IG terdiri atas: (7) Profesi bidang IG terdiri atas:
a. profesi bidang IG; a. Geografer, dan
b. tenaga ahli bidang IG; dan b. Surveyor
c. tenaga terampil bidang IG. (8) Profesi bidang IG tersebut harus teregistrasi.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


14

Pelaksana di Bidang Informasi Geospasial (2)


(Pasal 99 PP No. 45 Tahun 2021)
(1) Registrasi dilaksanakan oleh Badan berdasarkan rekomendasi dari organisasi profesi bidang IG
(informasi Geospasial).
(2) Untuk dapat dilakukan registrasi, profesi bidang IG harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. memiliki kualifikasi akademik setingkat sarjana di bidang IG tertentu,
b. memiliki bukti telah lulus pendidikan profesi,
c. memiliki sertifikat kompetensi tingkat ahli di bidang IG,
d. memiliki pengalaman kerja di bidang IG terkait paling singkat 2 (dua) tahun, dan
e. mendapat rekomendasi dari organisasi profesi bidang IG terkait.
(3) Profesi bidang IG yang telah diregistrasi mendapatkan surat tanda registrasi.
(4) Surat tanda registrasi tersebut merupakan bukti tertulis yang diterbitkan oleh Badan kepada
profesi bidang IG tertentu yang telah memenuhi persyaratan registrasi, dan diakui secara hukum
sebagai pemberian kewenangan untuk melakukan praktik keprofesian.
(5) Jika terjadi kesalahan praktik keprofesian dan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
profesi bidang IG, surat tanda registrasi dapat dicabut.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


15

Pelaksana di Bidang Informasi Geospasial (3)


(Pasal 99-100 PP No. 45 Tahun 2021)

1. Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud sebelumnya diselenggarakan oleh perguruan


tinggi yang menyelengarakan pendidikan tinggi di bidang geografi untuk profesi geographer,
dan pendidikan tinggi di bidang teknik geodesi dan/atau geomatika untuk profesi surveyor.
2. Pendidikan profesi tersebut dapat berupa program rekognisi pembelajaran lampau bagi
calon profesi bidang IG yang sudah memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai.
3. Pendidikan profesi dan program rekognisi pembelajaran lampau tersebut dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Organisasi profesi bidang IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 bertanggung jawab
melakukan pembinaan keprofesian serta menetapkan, menerapkan, dan menegakkan kode
etik profesi bagi para anggotanya.
5. Organisasi profesi bidang IG tersebut hanya 1 (satu) organisasi profesi untuk setiap profesi
bidang IG, dan organisasi profesi tersebut harus terdaftar di Badan.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


16

Pelaksana di Bidang Informasi Geospasial (4)


(Pasal 101-104 PP No. 45 Tahun 2021)

1. Tenaga ahli bidang IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 merupakan tenaga profesional
yang memiliki kualifikasi akademik setingkat sarjana dan memiliki kompetensi ahli tertentu
di bidang IG selain profesi bidang IG.
2. Tenaga ahli bidang IG tersebut harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. memiliki sertifikat kompetensi tingkat ahli bidang IG; dan
b. memiliki pengalaman kerja di bidang IG terkait paling singkat 2 (dua) tahun.
3. Tenaga terampil bidang IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 merupakan seseorang yang
memiliki kualifikasi akademik paling rendah setingkat sekolah menengah atas dan memiliki
kemampuan kerja meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja di bidang IG.
4. Kemampuan kerja tersebut dibuktikan dengan sertifikat kompetensi tingkat terampil bidang IG.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga profesional yang tersertifikasi di bidang IG dan
pelaksanaan sertifikasi kompetensi diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


17
Pelaksana di Bidang Informasi Geospasial (5)
(Pasal 105-106 PP No. 45 Tahun 2021)
1. Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh kelompok orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 wajib:
a. memenuhi klasifikasi dan kualifikasi sebagai penyedia jasa di bidang IG; dan
b. memiliki Tenaga Profesional yang Tersertifikasi di Bidang IG.
2. Pemenuhan klasifikasi dan kualifikasi sebagai penyedia jasa di bidang IG di atas, dibuktikan dengan
surat keterangan sebagai penyedia jasa di bidang IG.
3. Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 wajib memenuhi:
a. persyaratan administratif, dan
b. persyaratan teknis.
4. Persyaratan administratif tersebut meliputi
a. akta pendirian badan hukum Indonesia; dan
b. izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Persyaratan teknis tersebut meliputi:
a. memenuhi klasifikasi dan kualifikasi sebagai penyedia jasa di bidang IG; dan
b. memiliki tenaga profesional yang tersertifikasi di bidang IG.
6. Pemenuhan klasifikasi dan kualifikasi sebagai penyedia jasa di bidang IG Versi Slide: HZAbidin (2023)
dibuktikan dengan sertifikat penyedia jasa di bidang IG.
18

Contoh Kebijakan Terkait IG:


Kebijakan Satu Peta (KSP)
19
Peta Tematik di Indonesia: Beberapa Permasalahan
PENYENGGARAAN PETA TEMATIK PETA TEMATIK:
ü Pemetaan tematik yang dilakukan oleh K/L/D ü Referensi dan standarnya
Pemetaan maupun Publik belum terkoordinasikan secara baik. belum seragam.
Tematik ü Jumlah peta tematik relatif banyak dan belum ü Akurasi peta masih beragam.
Pemetaan semuanya jelas siapa walidatanya. ü Tidak selalu mutakhir.
ü Peta tematik yang sama kerap diterbitkan oleh ü Kerap sulit untuk diakses.
Dasar
lebih dari satu pihak tanpa koordinasi; ü Kerap sulit untuk dibagi-pakaikan.
Jaring Kontrol ü Peta-peta tematik kerap menggunakan peta dasar
Geodesi yang berbeda-beda;
Nasional ü Peta-peta tematik belum semuanya tersimpan
dalam suatu basis data dijital yang mudah untuk
• Memberikan informasi spasial
diakses dan diberbagi-pakaikan secara baik dan cepat.
yang kurang/tidak akurat.
• Tumpang-tindih dan konflik
pemanfaatan lahan dan penetapan
Diperlukan • Menyebabkan iklim pembangunan dan investasi
batas wilayah.
Integrasi dan yang tidak kondusif.
• Pemanfaatan lahan yang tidak
Sinkronisasi • Menurunnya tingkat pencapaian pembangunan
sesuai dengan Rencana Tata Ruang.
daerah dan nasional.
Peta-Peta • Rendahnya kualitas pengambilan
• Menumbuhkan budaya korupsi, kolusi dan nepotisme
Tematik (IGT) di sektor tata guna lahan.
keputusan berbasis spasial.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


20
Contoh Tumpang Tindih Izin
karena Peta Tematik Belum Sinkron
Peta Rupabumi (RBI)

Izin Sektor Pertambangan

Izin Sektor Kehutanan

Izin Sektor Pertanahan


ang
k Ad
Telu

TUMPANG-TINDIH MENIMBULKAN KONFLIK


HUKUM, SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN:

kasar
Tanah Grogot

Selat Ma
ü Kondisi investasi menjadi tidak menarik.
ar
ü Menghambat proses pembangunan. Telu
k Ap

ü Menunda penyelesaian proyek.


ü Membuang-buang energi pembangunan.

Ref: BIG (2019)


Versi Slide: HZAbidin (2023)
21
Kebijakan Satu Peta (KSP) KSP 2016-2020
(Perpres 9/2016, diubah dengan Perpres 23/2021)

Tujuan KSP Program Utama KSP


85
PETA TEMATIK
(Perpres 9/2016)

1
REFERENSI Kompilasi
STANDAR
BASIS DATA Integrasi 19
KEMENTERIAN
KEBIJAKAN
SATU
PETA
34
PROVINSI
GEOPORTAL Sinkronisasi /LEMBAGA

Manfaat KSP Berbagi-pakai

Sebagai acuan untuk peningkatan kualitas: 158


PETA TEMATIK
KSP 2020-2024
(Perpres 23/2021)
• Perencanaan Tata Ruang. Ref: BIG (2021)

• Pengelolaan Sumberdaya Alam.


• Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan.
• Manajemen Pengurangan Resiko Bencana.
• Penyusunan Kebijakan & Pengambilan Keputusan.
24
KEMENTERIAN
KEBIJAKAN
SATU
PETA
34
PROVINSI
• Pembangunan Ekonomi Digital. /LEMBAGA
Versi Slide: HZAbidin (2023)
22
KEBIJAKAN SATU PETA (2016 - 2020)
19 Kementerian/Lembaga and 85 Peta Tematik
Te r d a a t
Mencakup Kememperin

85
19 K/L
1 2
Kemenlu 2 6 18
P eta tem atik
Peta Tematik PPN/Bappenas 2 KKP ESDM

Kemhan
1 2 5 10
Sudah terbit BNPP 2 BMKG
3 Kemenhub ATR/BPN
11
Perpres No. 23 Tahun 2021 Dikbud BIG
tentang Perubahan Atas
1
3 PUPR
Perpres 9/2016 Kementan
4 9
Kebijakan Satu Peta BPS
1 2 KLHK
Kemenko Kemendes Kemendagri
Perekonomian PDTT
158 IGT dari 24 K/L Ref: BIG (2018)

Versi Slide: HZAbidin (2023)


23
Jumlah IGT Pada KSP (2020 - 2024)
(Perpres 23 Tahun 2021 Tentang Percepatan Kebijakan Satu Peta)
No Walidata IGT Jumlah IGT 13 Kementerian Luar Negeri 2
1 Kemenko Perekonomian 5 14 Kementerian PPN/BAPPENAS 2
2 Kementerian LHK 25 15 Kementerian Pertahanan 2
3 Kementerian ESDM 23 16 Kementerian DikbudRistek 2
4 Kementerian Pertanian 9 17 Kementerian Perdagangan 3
5 Kementerian PUPR 16 18 Kementerian Keuangan 2
6 Kementerian ATR/BPN 18 19 Kementerian BUMN 2
7 Kementerian Perhubungan 11 20 Kepolisian Negara RI 1
8 Kementerian KKP 18 21 BMKG 3
9 Kementerian Desa dan PDTT 2 22 Badan Pusat Statistik 1
10 Kementerian Kominfo 1 23 LIPI 1
11 Kementerian Dalam Negeri 3 24 Badan Informasi Geospasial (BIG) 3
12 Kementerian Perindustrian 3 TOTAL 158
Versi Slide: HZAbidin (2023) Ref: BIG (2021)
24

Tahapan Pelaksanaan KSP (2016-2020) Sinkronisasi


• Merupakan tahap kegiatan penyelarasan terhadap
Kompilasi IGT yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
dan/atau Pemda.
• Merupakan tahap kegiatan pengumpulan, • Mencakup tiga kegiatan utama: identifikasi tumpang-
penyerahan dan penyimpanan IGT yang berasal dari tindih, analisis penyelesian tumpang-tindih, dan
berbagai walidata IGT. pelaksanaan penyelesian tumpang-tindih.
• Tujuan: mengumpulkan data agar dapat dilakukan • Tujuan: utamanya untuk penyelesaian tumpang-tindih
proses integrasi dan sinkronisasi IGT. penggunaan lahan.
• Sumber data: IGT yang telah terintegrasi, terutama
IGT status (IGT yang terkait dengan aspek hukum).
Integrasi
Ref: Nurwadjedi (2019)
• Merupakan tahap kegiatan penyelarasan IGT Berbagi Pakai
terhadap IGD dan standar basisdata geospasial.
• Mencakup kegiatan verifikasi dan editing data IGT • Merupakan tahap kegiatan mempublikasikan dan
yang dikumpulkan dari para walidata. berbagi pakai dataset 85 tema IGT terintegrasi.
• Tujuan: memastikan kualitas IGT sesuai dengan IGD • Dipublikasikan di Geoportal KSP untuk diberbagi-
dan standar yang ditetapkan. pakaikan melalui JIGN (Jaringan Informasi Geospasial
Nasional), sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


25
Status Pelaksanaan KSP (2016 - 2020)
2017

2016 2017
2018
2018

Kalimantan : 05 Provinsi
Sumatera : 10 Provinsi
Ref: BIG (2018)
Sulawesi : 06 Provinsi
Papua : 02 Provinsi
2018 Penyempurnaan
Maluku : 02 Provinsi 2017 2019
Jawa, Bali, NT : 09 Provinsi Hasil KSP

Versi Slide: HZAbidin (2021)


26
Capaian Tahapan Kompilasi dan Integrasi (Feb. 2020)
Program Kebijakan Satu Peta 2016 - 2020

Integrasi
Integrasi Integrasi
74 80 67
dari 80 IGT
dari 83 IGT dari 77 IGT
Integrasi

81 Integrasi

dari 84 IGT 66
dari 78 IGT
Integrasi
74
dari 79 IGT

Legenda: Integrasi
Pelaksanaan Integrasi sejak 2016 73
Pelaksanaan Integrasi sejak 2017 dari 79 IGT
Pelaksanaan Integrasi sejak 2018 Ref: BIG (2020)

Versi Slide: HZAbidin (2021)


27
Capaian Tahapan Sinkronisasi (Feb. 2020)
Program Kebijakan Satu Peta 2016 - 2020
Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI) Permasalahan tumpang tindih seluas

77,365,141 hektar

40.6% dari luas wilayah


Indonesia

Tumpang Tindih RTRW-P


9,3%
dengan RTRW-K

Tumpang Tindih RTRW


(RTRW-P dan/atau RTRW-K) 10,6%
dengan Kawasan Hutan

Tumpang Tindih Izin/Hak


Atas Tanah pada RTRW
16,1%
dan Kawasan Hutan yang
Telah Selaras

Kombinasi Tumpang Tindih


yang Melibatkan RTRW,
Kaw. Hutan, dan/atau 4,6%
Ref: Kemenko Perekonomian dan BIG (2020)
Izin/Hak Atas Tanah

Versi Slide: HZAbidin (2021)


28
Capaian Sinkronisasi: Telah ditetapkan 6 PITTI Pulau/Kepulauan

Ref.: Kemenko Perekonomian dan BIG (2020)

Versi Slide: HZAbidin (2021)


Diperlukan banyak SDM IG di lingkungan Kementerian, Lembaga, Daerah dan
pihak Swasta untuk mendukung proses penyelesaian sinkronisasi.
29
Berbagi-Pakai Data dan Informasi Geospasial Dibangun dan
dikelola oleh

Melalui InaGeoportal JIGN


Sesuai arahan Perpres No. 27 Tahun 2014, PROVINCIES

yang dilandasi UU No. 4 Tahun 2011, Ina Geoportal


Jaringan IG Nasional (JIGN)
berfungsi sebagai sarana berbagi-pakai
dan penyebarluasan IG melalui Simpul Jaringan.

Status Simpul Jaringan


TARGET TERHUBUNG
(Feb. 2023)
Kementerian/Lembaga 65 30
Provinsi 34 34 MINISTRIES
REGENCIES
& AGENCIES
Kabupaten/Kota 519 257 UNIVERSITIES
(PPIDS)
CITIES

Ref: BIG (2020) dan


Universitas 34 25 https://simojang.big.go.id/

Data dan Informasi Geospasial Indonesia disimpan di InaGEOPORTAL: Versi Slide: HZAbidin (2023)
https://tanahair.indonesia.go.id dan umumnya dapat diunduh oleh publik secara gratis.
30
InaGeoportal JIGN Dibangun dan
dikelola oleh
https://tanahair.indonesia.go.id

Semua data umumnya Peluang untuk pemanfaatan


terbuka untuk publik dan dan aplikasi IG terbuka luas
tidak berbayar, kecuali data untuk publik dan berbagai
KSP (Kebijakan Satu Peta). Geoportal KSP: pihak di Indonesia.
https://onemap.big.go.id/
Versi Slide: HZAbidin (2023)
31

Contoh Kebijakan Terkait IG:


Satu Data Indonesia (SDI)
32
Kebijakan Satu Data Indonesia
Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2019
Tentang Satu Data Indonesia

Pemanfaatan Satu Data Indonesia


Data Keuangan Negara

Satu Standar Data KebutuhanMendesak

Integrasi dan Sinkronisasi


Data Kependudukan

Satu Metadata Baku


DATA

Data Statistik

Interoperabilitas SDGs
Data Geospasial

Satu Kode Referensi

Big Data
https://data.go.id/home
Perencanaan
Kebijakan Satu Peta (KSP) & Penganggaran
Ref: Kemen PPN/ Pembangunan
Bappenas (2020)
Versi Slide: HZAbidin (2023) Data Lainnya
33
Kebijakan Satu Data Indonesia
(Pasal 1, Perpres 39/2019)

SATU DATA INDONESIA (SDI) Akurat


adalah kebijakan tata kelola data
pemerintah untuk menghasilkan
data yang akurat, mutakhir, Terpadu Mutakhir
terpadu, dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta DATA
mudah diakses dan dibagipakaikan Pemerintah
antar Instansi Pusat dan Instansi
Daerah melalui pemenuhan Standar Mudah Dapat
Diakses Dipertanggung
Data, Metadata, Interoperabilitas jawabkan
Data, dan menggunakan Kode
Mudah
Referensi dan Data Induk. Dibagipakaikan

Versi Slide: HZAbidin (2023)


34
Maksud Pengaturan Kebijakan SDI (1)
(Pasal 2 Ayat 1, Perpres 39/2019)

Satu Data Indonesia Satu Data Indonesia


dimaksudkan untuk Mengatur
mengatur penyelenggaraan
tata kelola data yang Penyelenggaraan Tata Kelola Data
dihasilkan oleh Instansi
Instansi Pusat Instansi Daerah
Pusat dan Instansi Daerah
untuk mendukung Mendukung
perencanaan, pelaksanaan,
Proses Pembangunan
evaluasi, dan pengendalian
pembangunan. Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pengendalian

Versi Slide: HZAbidin (2023)


35
Maksud Pengaturan Kebijakan SDI (2)
(Pasal 2 Ayat 2, Perpres 39/2019)

Pengaturan Satu Data Indonesia bertujuan untuk:


a. memberikan acuan pelaksanaan dan pedoman bagi Instansi Pusat dan Instansi
Daerah dalam rangka penyelenggaraan tata kelola data untuk mendukung
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian pembangunan;
b. mewujudkan ketersediaan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat
dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagi pakaikan antar Instansi
Pusat dan Instansi Daerah sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan pengendalian pembangunan;
c. mendorong keterbukaan dan transparansi data sehingga tercipta perencanaan
dan perumusan kebijakan pembangunan yang berbasis pada data; dan
d. mendukung sistem statistik nasional sesuai peraturan perundang-undangan.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
36
4 Prinsip Satu Data Indonesia
(Pasal 3, Perpres 39/2019)

Satu Data Indonesia harus dilakukan berdasarkan prinsip sebagai berikut:


a. Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memenuhi Standar Data;
b. Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memiliki Metadata;
c. Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memenuhi kaidah Interoperabilitas Data; dan
d. Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus menggunakan Kode Referensi dan/atau Data Induk.

Versi Slide: HZAbidin (2022)


37
SDI: Pembina Data Tingkat Pusat
(Pasal 13, Perpres 39/2019)

Pembina Data tingkat pusat mempunyai tugas:

a. menetapkan Standar Data yang berlaku Pembina Data


lintas Instansi Pusat dan/atau Instansi Instansi Data
Tingkat Pusat
Daerah;
b. menetapkan struktur yang baku dan format Badan Pusat
Data Statistik
yang baku dari Metadata yang berlaku lintas Statistik
Instansi Pusat dan/atau Instansi Daerah;
Badan Informasi
c. memberikan rekomendasi dalam proses Data Geospasial
Geospasial
perencanaan pengumpulan Data;
d. melakukan pemeriksaan ulang terhadap Kementerian Data Keuangan
Data Prioritas; dan Keuangan Negara Tingkat Pusat
e. melakukan pembinaan penyelenggaraan
Satu Data Indonesia sesuai dengan Ditentukan Ditentukan kemudian
Data Lainnya
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian di Forum Satu Data

Versi Slide: HZAbidin (2023)


38

Hukum dan Perundangan terkait


TUGAS - 5
Informasi dan Tata Kelola Geospasial (3)

v Jelaskan secara naratif semua aspek terkait Profesi Surveyor


yang diatur dalam “Peraturan BIG No. 14/2021 Tentang Tenaga
Profesional yang Tersertifikasi di Bidang Informasi Geospasial”
v Tugas dikumpulkan dalam bentuk softcopy (doc atau pdf).
Nilai tugas ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas dari
pembahasan.
v Waktu Penyelesaian = 1 minggu.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


39

Terima Kasih

KERJA 5 As (KERAS, CERDAS, TUNTAS, MAWAS, IKHLAS)


Versi Slide: HZAbidin (2022)

Anda mungkin juga menyukai