Laporan UKM Backup
Laporan UKM Backup
Seluruh masyarakat lansia usia diatas 60 tahun dan usia produktif 25-
Peserta 50 tahun
Judul Tante Darti (Pengobatan Tekanan Darah Tinggi) Dusun XX, Temon
POSYANDU BALITA
Peserta Seluruh balita Dusun XX Kecamatan Temon,
Monitoring dan Kegiatan posyandu berjalan lancar dan kondusif, hanya 1 anak yang
Evaluasi tidak hadir.
PENYULUHAN
PENYULUHAN KIA
Peserta Seluruh balita Dusun XX Kecamatan Temon,
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan kondusif, 5 anak tidak hadir
Evaluasi karena kesibukan orang tua.
Perencanaan & 3. Sesi diskusi kasus (cth : serangan jantung, makanan sehat, dll)
Intervensi 4. Sesi tanya jawab
5. Jika ada gejala khas dari penyakit metabolik dan belum diberi
penanganan, disarankan ke puskesmas.
6. Jika ada kaitan terkait kualitas dan kuantitas makanan, dirujuk ke
bagiam gizi puskesmas
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan kondusif, 10 lansia tidak
Evaluasi hadir karena kesibukan.
PENYULUHAN JIWA
Seluruh pasien ODGJ dalam pengawasan maupun non-pengawasan
Peserta Puskesmas Temon 1 di Dusun XX Kecamatan Temon,
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan kondusif, 2 peserta ODGJ
Evaluasi tidak datang, tanpa keterangan.
PENYULUHAN TB
Peserta Seluruh masyarakat usia produktif Dusun XX Kecamatan Temon,
Monitoring dan
Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan kondusif.
Evaluasi
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan kondusif, 2 anak tidak hadir
Evaluasi karena kesibukan orang tua.
PENYULUHAN KESLING
Seluruh kader kesehatan dan staff pemerintahan Dusun XX
Peserta Kecamatan Temon,
Monitoring dan
Kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan kondusif.
Evaluasi
ANC
1
Judul Diabetes Gestasional
2
Judul Preeklamsia
3
Judul Emesis Gravidarum
4
Judul Infeksi Saluran Kemih
5
Judul Anemia Gravidarum
KB SUNTIK
1
Judul KB Suntik pada Nullipara
Identitas Pasien Ny. AD/ Usia 23th/ Tinggi 155cm/ Berat 50Kg/ P1A0
2
Judul KB Suntik pada Multipara
Identitas Pasien Ny. YT/ Usia 29th/ Tinggi 155cm/ Berat 70Kg/ P2A0
KB IMPLANT
1
Judul KB Implant pada Primipara
Identitas Pasien Ny. PF/ Usia 30th/ Tinggi 152cm/ Berat 65Kg/ P1A0
KB PIL
1
Judul KB Pil pada Multipara
Identitas Pasien Ny. NA/ Usia 32th/ Tinggi 158cm/ Berat 67Kg/ P2A0
Pil KB adalah salah satu alat kontrasepsi yang efektif dalam mencegah
kehamilan. Metode ini dipilih oleh banyak wanita, karena pil KB tergolong
praktis digunakan, mudah dibeli, dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi
Latar Belakang hingga 99,7% jika dikonsumsi dengan benar.
Berdasarkan dari kandungan bahan di dalamnya, pil KB dibagi menjadi 2,
yaitu pil KB kombinasi dan pil KB progestin (pil mini). Kedua jenis pil ini
memiliki aturan minum yang berbeda-beda.
Pasien Ingin menjarangkan kehamilan namun takut disuntik dan
Permasalahan dipasang implant
IMD
1
Judul IMD dan ASI Eksklusif pada Primipara
Ny. AM/ Usia 25th/ Tinggi 154cm/ Berat 72Kg/ G1P0A0 UK 38+4
Identitas Pasien Minggu dengan Kala 1 Fasa Laten
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan
ke puting susu).
Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan
pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian,
bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak
kurang gizi.
Pasien masih belum memahami terkait apa itu IMD dan pentingnya
Permasalahan ASI Eksklusif
Perencanaan & 1. Kegiatan Edukasi IMD dan ASI Eksklusif dilakukan di Poned
Intervensi Puskesmas Temon 1
2. Dokter melakukan bimbingan dan edukasi pada pasien terkait IMD
dan ASI Eksklusif
3. Langkah IMD
a. Bayi di tengkurapkan dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya
diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
b. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan
bayi mencari puting sendiri. Ibu didukung dan dibantu mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu.
c. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling
tidak 1 jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan
kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
d. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke
mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam
lagi.
e. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1
jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.
f. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas
indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
1. Dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan obsetrik pada Ibu
Hamil
2. Saat keadaan Ibu stabil dilakukan edukasi terkait IMD dan ASI
Pelaksanaan Eksklusif sehingga dapat langsung diterapkan ketika bayi sudah
dilahirkan. Menguatkan Ibu bahwa ASI mungkin tidak akan langsung
bisa keluar, sehingga dibutuhkan kesabaran.
3. Suami ikut menemani istri sepanjang proses persalinan dan IMD
2
Judul IMD dan ASI Eksklusif pada Multipara
Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan
ke puting susu).
Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan
pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian,
bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak
kurang gizi.
Pasien masih belum memahami terkait apa itu IMD dan pentingnya
Permasalahan ASI Eksklusif
1. Kegiatan Edukasi IMD dan ASI Eksklusif dilakukan di Poli KIA
Puskesmas Temon 1
2. Dokter melakukan bimbingan dan edukasi pada pasien terkait IMD
dan ASI Eksklusif
3. Langkah IMD
a. Bayi di tengkurapkan dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya
diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
b. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan
bayi mencari puting sendiri. Ibu didukung dan dibantu mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu.
Perencanaan &
Intervensi c. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling
tidak 1 jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan
kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
d. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke
mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam
lagi.
e. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1
jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.
f. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas
indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
1. Dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan obsetrik pada Ibu
Hamil. Dilanjutkan menjelaskan keadaan kehamilannya saat ini.
2. Dilakukan edukasi terkait IMD dan ASI Eksklusif sehingga dapat
langsung diterapkan ketika bayi sudah dilahirkan. Menguatkan Ibu
Pelaksanaan bahwa ASI mungkin tidak akan langsung bisa keluar, sehingga
dibutuhkan kesabaran.
3. Suami ikut menemani istri nanti ketika sepanjang proses
persalinan dan IMD
KB IUD
1
Judul KB IUD pada Multipara dengan Hipertensi
DETEKSI
STUNTING
1
Seluruh Anak-anak Kecamatan Temon yang pada pengukuran
Peserta posyandu terindikasi stunting (BB/TB -2,5 SD)
Screening Stunting dan TB Anak Masyarakat Wilayah Puskesmas
Judul Temon 1
Latar Belakang Banyaknya laporan pasien anak stunting pada program posyandu anak di
wilayah kerja puskesmas temon 1. Membuat puskesmas temon 1
bekerjasama dengan Residen Anak FK UGM, untuk screening pasien
stunting dan screening TB pada pasien.
1. Dilakukan pengukuran BB/TB, BB/U pada 55 anak suspek
stunting yang di laporkan oleh bidan wilayah puskesmas temon 1
pada posyandu anak di setiap desa.
2. Jika pada pengukuran BB/TB di dapatkan hasil -2,5 SD maka
pasien akan di lakukan anamnesis mendalam apakah memiliki
penyakit genetic bawaan, penyakit jantung, tiroid, penyakit TB,
menayakan pola dan menu makan setiap hari.
Perencanaan &
Intervensi 3. Apabila tidak ada Riwayat penyakit diatas maka pasien akan
dilakukan screening TB dengan Test Mantoux. Hasil test Mantoux
akan dilihat 72 jam setelah tes dilakukan yaitu pada hari senin tgl
7/3/2022 pukul 08.00 di puskesmas temon 1. Akan di datangkan
dokter spesialis anak dan dokter residen anak untuk menilai hasil
Mantoux test tersebut. Jika hasil test Mantoux menunjukan indurasi
lebih dari 10 mm, maka akan dilakukan test foto rongten thorax dan
dilakukan pebotan TB anak pada pasien.
1.Telah dilakukan Pengukuran pada 30 anak, namun sisanya tidak
dating tanpa keterangan
2. Tes mantoux dilakukan pada 15 anak yang didasarkan atas hasil
Pelaksanaan SD kurang dari -2,5SD
3. Pasien yang sedang mengalami infeksi akut langsung diarahkan ke
poli MTBS untuk mendapatkan tatalaksana lanjutan
2
Seluruh Anak-anak Kecamatan Temon yang pada pengukuran
Peserta posyandu terindikasi stunting (BB/TB -2,5 SD)
MONITORING GIZI
MONITORING
Peserta Seluruh balita stunting Dusun XX Kecamatan Temon,
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh
pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki
tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Tingginya
prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian
Latar Belakang ekonomi bagi Indonesia.
Monitoring Stunting adalah salah satu tujuan utama posyandu sekaligus
meningkatkan kesadaran orangtua untuk pentingnya memberikan gizi yang
cukup dan melihat tumbuh kembang putra putrinya sehingga terbebas dari
stunting.
1. Kurangnya pemahaman orang tua terkait faktor penyebab stunting
Permasalahan
2. Kurangnya asupan gizi balita
SUPLEMENT GIZI
SUPLEMENT
Peserta Seluruh balita Dusun XX Kecamatan Temon,
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh
pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki
tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Tingginya
prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian
Latar Belakang ekonomi bagi Indonesia.
Suplemetasi gizi adalah salah satu program utama posyandu balita sekaligus
meningkatkan kesadaran orangtua untuk pentingnya memberikan gizi yang
cukup dan melihat tumbuh kembang putra putrinya sehingga terbebas dari
stunting.
1. Kurangnya pemahaman orang tua terkait fungsi gizi sempurna bagi
Permasalahan tumbuh kembang balita
2. Kurangnya asupan gizi balita
1. Kegiatan Suplementasi gizi dilakukan bersamaan dengan
Posyandu Balita
2.Anak balita akan di lakukan penimbangan tinggi badan dan berat
Perencanaan & badan untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhannya apakah
Intervensi sudah sesuai dengan kurva CDC, dan akan di beri penyuluhan /
edukasi tentang makanan gizi yang baik untuk anak. 3. Konsultasi
gizi dan penyakit yang di derita anak jika ada.
4. Pemberian suplementasi gizi diakhir pertemuan
1.Dilakukan posyandu balita di Dusun XX. Dibantu oleh dokter,
perawat puskesmas dan kader kesehatan Dusun XX
2. Terdapat 5 anak yang mengalami gizi buruk dan 10 anak gizi
kurang. 3 anak tidak datang
3. Sepuluh anak yang mengalami gizi kurang memiliki riwayat gizi
Pelaksanaan buruk, namun sudah mengalami perbaikan dalam 2 bulan ini
4. Lima anak gizi buruk disarankan ke Puskesmas untuk dilakukan
pemeriksaan lanjutan
5. Dibagikan supplement gizi pada semua balita baik yang mengikuti
dan tidak mengikuti posyandu
VAKSINASI COVID
VAKSIN COVID
Tn. K/ Usia 49 th/ Tinggi 163cm/ Berat 66Kg/ Booster dengan vaksin
Peserta primer Astrazeneka/ Riwayat Penyakit Dahulu (-)
VAKSINASI DASAR
1
By. LS/ Usia 2 bulan/ Panjang 55cm/ Berat 5,4Kg/ BBLC/ Post
Peserta Partus Normal
2
By. AI/ Usia 4 bulan/ Panjang 60cm/ Berat 5,9Kg/ BBLC/ Post
Peserta Partus Normal
Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan
imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari
lahir. Hal itu menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya
karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar
1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status
imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri
dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup,
diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
yang optimal.
1. Masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya imunisasi
Permasalahan dan langkah yang perlu dilakukan
2. Memfasilitasi program imunisasi
1. Untuk pasien usia kurang dari 18 tahun akan dilakukan screening
kelayakan imunisasi dan riwayat imunisasi yang sudah diberikan
Perencanaan & 2. Akan dilakukan imunisasi sesuai jadwal usianya
Intervensi
3. Vaksin yang diberikan berupa BCG, Polio, Pentabio, Campak
4. Edukasi terkait imunisasi
1. Dilakukan imunisasi di Poli Imunisasi Puskesmas Temon 1,
dibantu oleh dokter iship dan perawat puskesmas temon 1
2. Dilakukan screening kelayakan imunisasi oleh dokter iship dan
dilanjutkan penyuntikan oleh perawat
a. Keluhan : Tidak ada, minum ASI cukup, rewel (-), demam (-),
diare (-), batuk (-), pilek (-). Vaksin sudah sesuai jadwal
Pelaksanaan
b. Tanda dehidrasi (-), thoraks dbn, abdomen dbn
3. Dikarekan usia 4 bulan imunisasi yang dilakukan
a. Pentabio dan Polio 3
4. Dilakukan edukasi dan bimbingan dengan metode dua arah terkait
fungsi imunisasi dan efek samping dari imunisasi
3
By. YT/ Usia 1 bulan/ Panjang 51cm/ Berat 4,4Kg/ BBLC/ Post
Peserta Partus Normal
Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan
imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari
lahir. Hal itu menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya
karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar
1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status
imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri
dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup,
diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
yang optimal.
1. Masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya imunisasi
Permasalahan dan langkah yang perlu dilakukan
2. Memfasilitasi program imunisasi
1. Untuk pasien usia kurang dari 18 tahun akan dilakukan screening
kelayakan imunisasi dan riwayat imunisasi yang sudah diberikan
Perencanaan & 2. Akan dilakukan imunisasi sesuai jadwal usianya
Intervensi
3. Vaksin yang diberikan berupa BCG, Polio, Pentabio, Campak
4. Edukasi terkait imunisasi
1. Dilakukan imunisasi di Poli Imunisasi Puskesmas Temon 1,
dibantu oleh dokter iship dan perawat puskesmas temon 1
2. Dilakukan screening kelayakan imunisasi oleh dokter iship dan
dilanjutkan penyuntikan oleh perawat
a. Keluhan : Tidak ada, minum ASI cukup, rewel (-), demam (-),
diare (-), batuk (-), pilek (-). Vaksin sudah Hepatitis dan Polio saat
Pelaksanaan akan pulang dari Rumah Sakit
b. Tanda dehidrasi (-), thoraks dbn, abdomen dbn
3. Dikarekan usia 1 bulan imunisasi yang dilakukan
a. BCG
4. Dilakukan edukasi dan bimbingan dengan metode dua arah terkait
fungsi imunisasi dan efek samping dari imunisasi
4
By. Ny. HD/ Usia 0 hari/ Panjang 47cm/ Berat 3,4Kg/ BBLC/ Post
Peserta Partus Normal
Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan
imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari
lahir. Hal itu menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya
karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar
1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status
imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri
dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup,
diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
yang optimal.
1. Masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya imunisasi
Permasalahan dan langkah yang perlu dilakukan
2. Memfasilitasi program imunisasi
1. Pasien bayi bayu lahir akan dilakukan screening kelayakan
imunisasi
Perencanaan & 2. Akan dilakukan imunisasi sesuai jadwal usianya
Intervensi
3. Vaksin yang diberikan berupa BCG, Polio, Pentabio, Campak
4. Edukasi terkait imunisasi
1. Dilakukan imunisasi di Poned Puskesmas Temon 1, dibantu oleh
dokter iship dan bidan puskesmas temon 1
2. Dilakukan screening kelayakan imunisasi oleh dokter iship dan
dilanjutkan penyuntikan oleh perawat
a. Keluhan : Tidak ada, minum ASI baik, meconium (+), rewel (-),
demam (-), diare (-), batuk (-), pilek (-).
Pelaksanaan
b. Tanda dehidrasi (-), thoraks dbn, abdomen dbn
3. Dikarekan post partus H-0 imunisasi yang dilakukan
a. Hepatitis 1 dan Polio 0
4. Dilakukan edukasi dan bimbingan dengan metode dua arah terkait
fungsi imunisasi dan efek samping dari imunisasi
5
By. EW/ Usia 3 bulan/ Panjang 55cm/ Berat 6.0Kg/ BBLC/ Post
Peserta Partus Normal
Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan
imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari
lahir. Hal itu menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya
karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar
1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status
imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri
dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup,
diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
yang optimal.
1. Masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya imunisasi
Permasalahan dan langkah yang perlu dilakukan
2. Memfasilitasi program imunisasi
1. Untuk pasien usia kurang dari 18 tahun akan dilakukan screening
kelayakan imunisasi dan riwayat imunisasi yang sudah diberikan
Perencanaan & 2. Akan dilakukan imunisasi sesuai jadwal usianya
Intervensi
3. Vaksin yang diberikan berupa BCG, Polio, Pentabio, Campak
4. Edukasi terkait imunisasi
1. Dilakukan imunisasi di Poli Imunisasi Puskesmas Temon 1,
dibantu oleh dokter iship dan perawat puskesmas temon 1
2. Dilakukan screening kelayakan imunisasi oleh dokter iship dan
dilanjutkan penyuntikan oleh perawat
a. Keluhan : Tidak ada, minum ASI cukup, rewel (-), demam (-),
diare (-), batuk (-), pilek (-). Vaksin sudah sesuai jadwal
Pelaksanaan
b. Tanda dehidrasi (-), thoraks dbn, abdomen dbn
3. Dikarekan usia 3 bulan imunisasi yang dilakukan
a. Pentabio dan Polio 2
4. Dilakukan edukasi dan bimbingan dengan metode dua arah terkait
fungsi imunisasi dan efek samping dari imunisasi
PENGOBATAN TB
1
Ny. K/ Usia 49 th/ Tinggi 152cm/ Berat 42Kg/ TB Paru Pengobatan
Peserta Fase Lanjut Bulan ke-3 + DM Tipe 2
3
An. YR/ Usia 17 th/ Tinggi 150cm/ Berat 40Kg/ TB Paru Pengobatan
Peserta Fase Lanjut Bulan ke-4
4
An. MH/ Usia 4 th/ Tinggi 85cm/ Berat 12Kg/ TB Paru Pengobatan
Peserta Fase Awal Bulan ke-1
5
Peserta Tn. RS/ Usia 21th/ Tinggi 159cm/ Berat 47Kg/ TB MDR bulan ke-3
Intervensi 3. Efek samping yang timbul dinilai dan diberi pengobatan efek
samping yang sesuai
4. Edukasi dan pembinaan terkait kepatuhan minum obat serta
mencegah penularan
1. Dilakukan pemeriksaan terhadap Tn. RS yang terkonfirmasi TB
MDR. Petugas menggunakan APD level 2 dan N95
2. Keadaan Pasien
a. Keluhan : Batuk (-), sesak (-), pusing (-), nyeri badan (-)
Pelaksanaan
3. Pengobatan TB
a. Pengobatan TB MDR diberikan selama 1 bulan
4. Dilakukan edukasi dan mimbingan dengan metode dua arah terkait
anjuran minum obat dan efek samping yang mungkin timbul
PENAPISAN TB
1
Ny. SH/ Usia 44 th/ Tinggi 152cm/ Berat 44Kg/ Asma Persistent
Peserta Sedang + Suspect TB Paru
Perencanaan & 1. Semua pasien yang memiliki gejala aktif TB dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik di Poli Batuk Puskesmas Temon 1
2. Dilakukan pemeriksaan dahak
Intervensi 3. Diberikan obat untuk mengatasi gejala sementara sembari
menunggu hasil tes dahak
4. Edukasi dan pembinaan terkait penyebaran dan terapi TBC
1. Dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. SH yang terdiagnosis Asma
Persistan Berat. Petugas menggunakan APD level 2 dan N95
2. Keadaan Pasien
a. Keluhan : Batuk (+) berdahak sejak 6 bulan yang lalu, sesak (+),
pusing (-), mengalami penurunan berat badan (+), demam (+), sering
berkeringat pada malam hari (+)
b. Fisik : Thoraks : Rhonki (+/+), Wheezing (+/+), KGB dbn,
Abdomen dbn,
Pelaksanaan 3. Diberikan Pot Dahak untuk menampung dahak dan diserahkan ke
bagian laboratorium
4. Pengobatan Gejala Aktif
a. Salbutamol 3x2mg dan Dexametason 3x0,5mg
b. NAC 3x200mg dan Paracetamol 3x500mh
c. Spacer dilanjutkan sesuai dosis
5. Dilakukan edukasi dan mimbingan dengan metode dua arah terkait
terkait penyebaran dan terapi TBC
2
Tn. K/ Usia 52 th/ Tinggi 162cm/ Berat 45Kg/ PPOK dd. Ca Pulmo
Peserta dd. Suspect TB Paru
3
Nn. FR/ Usia 27 th/ Tinggi 156cm/ Berat 39Kg/ Faringitis Kronis +
Peserta Suspect TB Paru
4
An. MH/ Usia 4 th/ Tinggi 85cm/ Berat 10Kg/ Obs Febris H-13 +
Peserta Suspect TB Paru
Latar Belakang Masalah tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan yang telah lama
dihadapi berbagal negara di dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu,
Pemerintah mempunyal komitmen kuat untuk segera mencapal Eliminasi
TBC pada tahun 2030. Berbagal upaya dalam penanggulangan tuberkulosis
(TBC) telah dilaksanakan di Indonesia. Berbagal kemajuan telah kita capal
dalam penanggulangan tuberkulosis, utamanya dalam bentuk ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk tuberkulosis.
Skrining TBC adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah seseorang terinfeksi tuberkulosis (TBC) atau tidak.
1. Masyarakat masih belum mengetahui gejala dan tanda-tanda
Permasalahan infeksi TBC
2. Memfasilitasi program Eliminasi TBC 2030
1. Semua pasien yang memiliki gejala aktif TB dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik di Poli Batuk Puskesmas Temon 1
5
An. YR/ Usia 17 th/ Tinggi 150cm/ Berat 36Kg/ Bronkitis Kronis +
Peserta Suspect TB Paru
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis
B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak menyebar
Latar Belakang melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah
atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi dapat
terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya. Juga dapat menyebar
melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang jarum suntik, dan transfusi
darah dengan virus di dalamnya.
1. Kurangnya pemahaman pasien dan keluarga inti terkait penyakit
Permasalahan yang dialaminya dan kemungkinan risiko penularannya
1. Kegiatan tracing penyakit menular dilakukan saat pasien dirawat di
Puskesmas
2. Seluruh anggota keluraga inti di tracing dengan cara anamnesis
Perencanaan & serta diberikan form screening penyakit menular
Intervensi
3. Dilakukan pengambilan specimen darah anggota keluarga yang
menyetujui untuk screening
4. Sesi edukasi dan pembinaan
Pelaksanaan 1. Tn. S dirawat dengan keluhan muntah dan nyeri pada perut, mata
tampak ikterik serta hasil HBsAg positif
2. Tn. S dan Istri dilakukan screening Hepatitis dan HIV
3. Seluruhnya memberikan inform concent untuk dilakukan
pemeriksaan
4. Tn. S dan Istri Positif Hepatitis B dan Negatif HIV
5. Dilakukan edukasi dan bimbingan dengan metode dua arah terkait
penyakit Hepatitis
2
Ny. FS/ Usia 26th/ Tinggi 149cm/ 59Kg/ G1P0A0 UK 36+3 dengan
Peserta KPD + COVID-19
Pelaksanaan 1. Ny. FS dirawat dengan keluhan keluar cairan ketuban sejak 6 jam
yang lalu disertai perut kenceng-kenceng pada usia kehamilan pada
usia kehamilan 36+3 minggu
2. Suami serta orang tua pasien merupakan anggota keluarga yang
tinggal serumah
3. Seluruhnya memberikan inform concent untuk dilakukan
pemeriksaan dan swab antigen
4. Suami pasien positif, namun kedua orang tuanya negatif
5. Dilakukan edukasi dan bimbingan dengan metode dua arah terkait
penyakit Covid-19
KEMITRAAN
1
Nama UKS SD Negeri Kalisari
KESLING
1
Identitas KK Tn. Y/ Anggota Keluarga 6 orang/ Penghasilan perbulan 1-2jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : Diabetes (+), HT (+), PPOK (+), Diare (+)
Perencanaan & 2. Peserta diberikan dan dibantu dalam pengisian formulir penilaian
Intervensi rumah sehat sesuai depkes 2002
3. Dilakukan edukasi dan pembinaan rumah sehat
4. Sesi Tanya jawab
2
Identitas KK Tn. K/ Anggota Keluarga 4 orang/ Penghasilan perbulan 1-2jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : HT (+)
Perencanaan & 2. Peserta diberikan dan dibantu dalam pengisian formulir penilaian
Intervensi rumah sehat sesuai depkes 2002
3. Dilakukan edukasi dan pembinaan rumah sehat
4. Sesi Tanya jawab
3
Identitas KK Tn. BU/ Anggota Keluarga 5 orang/ Penghasilan perbulan 2-3jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : DM (+), PPOK (+)
Perencanaan & 2. Peserta diberikan dan dibantu dalam pengisian formulir penilaian
Intervensi rumah sehat sesuai depkes 2002
3. Dilakukan edukasi dan pembinaan rumah sehat
4. Sesi Tanya jawab
4
Identitas KK Tn. M/ Anggota Keluarga 3 orang/ Penghasilan perbulan 1-2jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : DM (+), HT (+), CHF (+)
Perencanaan & 2. Peserta diberikan dan dibantu dalam pengisian formulir penilaian
Intervensi rumah sehat sesuai depkes 2002
3. Dilakukan edukasi dan pembinaan rumah sehat
4. Sesi Tanya jawab
5
KK Tn. W/ Anggota Keluarga 7 orang/ Penghasilan perbulan 2-3jt/
Identitas
Rumah Permanen/ RPK : HT (+), CHF (+), Dislipidemia (+), TBC
Keluarga (+)
6
Identitas KK Tn. P/ Anggota Keluarga 4 orang/ Penghasilan perbulan 1-2jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : Asma, HNP
Perencanaan & 2. Peserta diberikan dan dibantu dalam pengisian formulir penilaian
Intervensi rumah sehat sesuai depkes 2002
3. Dilakukan edukasi dan pembinaan rumah sehat
4. Sesi Tanya jawab
1. Telah dilaksanakannya program pembinaan rumah sehat kepada
keluarga Tn. P bersamaan dengan kegiatan Home Visit PIS-PK
2. Dilakukan pengisian formulir rumah sehat dan dibantu oleh dokter.
a. Didapatkan Skor 33 = Skala Sedang
b. Skor rendah di Polusi, Ventilasi, dan sampah
Pelaksanaan
3. Dilakukan edukasi dan pembinaan dengan metode dua arah terkait
solusi dari pengelolaan sampah, polusi rokok, dan ventilasi
4. Sesi Tanya jawab dan diskusi terkait kurangnya ekonomi dan
keikutsertaan anggota keluarga serta warga sekitar dalam
menjalankan rumah sehat. Selain itu kampanye anti asap rokok juga
disampaikan
ADVOKASI
1
Identitas KK Tn. M/ Anggota Keluarga 3 orang/ Penghasilan perbulan 1-2jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : DM (+), HT (+), CHF (+)
2
Identitas KK Tn. BU/ Anggota Keluarga 5 orang/ Penghasilan perbulan 2-3jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : DM (+), PPOK (+)
3
Identitas KK Tn. K/ Anggota Keluarga 4 orang/ Penghasilan perbulan 1-2jt/
Keluarga Rumah Permanen/ RPK : HT (+)
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
POSYANDU BALITA
Peserta Seluruh balita Dusun XX Kecamatan Temon,
UKP 9/7/2022
Identitas Ny. S/ Usia 28/ Tinggi 156cm/ Berat 79Kg
Riwayat Keluhan
Seorang G1P0A0 UK 37+5 minggu datang ke IGD dengan
keluhan rembes dari jalan lahir sejak 5 jam yang lalu. Rembes cairan
berwarna putih, bau (-), bercampur darah (+), prongkol (-). Pusing
(-), mata blawur (-), sesak (-), perut nyeri (-), kenceng-kenceng (+)
3x tiap 10 menit. BAB 2 jam yang lalu, BAK (+) 2 jam yang lalu.
Riwayat Trauma (-), jatuh (-), berhubungan intim (-), minum jamu
(-).
RPD
Asam lambung (-), opname (-), kejang (-), pengobatan rutin (-)
RPK
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
KU : Sedang/CM
VAS : 9
Airway : Clear
Breathing : RR : 23x/min, regular, SpO2 100%
Circulation : TD : 121/89 mmHg, HR :92x/min, regular, kuat
angkat
T : 36,9 *C
Kepala : Conjungtiva anemis (-), Conjungtiva ikterik (-), Wajah
Simetris (+), Mukosa basah (+)
Leher : Limfadenopati (-), Massa (-), Deviasi Trakea (-), Peningkatan
JVP (-)
Thoraks
I : Simetris (+), Jejas (-)
A : SI-II regular, SDV (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
P : Sonor (+), Batas jantung dbn
P : Nyeri (-), Krepitasi (-), Fremitus Taktil dbn
Abdomen (OBSTETRIK)
His 3x/30-40'/10'', Kuat, regular, DJJ 154x/min
Leopold I : Bokong, TFU 32cm
Leopold II : PUKI
Leopold III : Keras Melenting
Leopold IV : Sudah masuk PAP
VT : Pembukaan 6 sempit, konsistensi lunak, posisi anterior,
STLD --> Observasi 4 jam --> Pembukaan Lengkap
Extremitas : Hangat, CRT < 2s, edem (-), Tonus (+), Jejas (-), ROM
dbn
Pemeriksaan Penunjang
Lab Darah
Hb :12.1
Hmt : 37
AL : 8
AT : 223
Neutrofil : 50
Limfosit : 15
HBsAg : NEGATIF
Swab Antigen : NEGATIF
Urine Lengkap
Warna : Kuning
Protein : Negatif
Bakteri : Negatif
Darah : Negatif
Leukosit : Negatif
Infus Ringer Laktat 500cc 20 tpm
PPN
Observasi 10
Tatalaksana
KIE
1. Makan Tinggi Kalori dan Protein
2. ASI tiap 2 jam
Diagnosis Single spontaneous delivery
G1P0A0 UK 37+5 Minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterine,
Preskep