Anda di halaman 1dari 47
Paya Lob bere Dy gid: PENUNTUN PRAKTIK KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM PENYUSUN : CANDRA IRAWAN, M.Si. CYSILIA K. HENDARTO, M.FARM. KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN SUBER DAYA MANUSIA INDUSTRI POLITEKNIK AKA BOGOR 2022 Dipindai dengan CamScanner ey KATA PENGANTAR Prop yet Kame pangatian Kateadieat Alia SWT karena dengue rfmae- Nye Qiks Pomme Prats Kane Ongamk Rashes Alam dapat tersasun dian teroetah Diiat e Gihest stat memtant mates OM Nanoteknnlogs Pangan 6 Antes mctneatian peek Kms Organ Bahan Nam yong disemuachan dengan orihntin yang berths & Potiened ALA Bogor Unk mempertonn weemen den cement pomatamnan coving Kamin Organi Rtn Alam, Imre muhewerey Bement pn enna mei § Satins menanar AE (naa Pemmanmem Poutik Came Omg Sidhu Aw yang Kame ama tongue Seema mmeruguiians sniturn Satie ture Salty Carman cortant Dera Angers mmaguan namie ners moon cohen apelin wrctapat Hepamgigaten Ve ane aa Soma tn et ee eee | Nermaninet bag matews Poiationh ALS Rigor Muneays shen maeymentat [eo 6 sam a lab a_i Dipindai dengan CamScanner DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTARISI ii TATA TERTIB PRAKTIK stn . iv BAB I PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK DARIBAHAN ALAM Percobaan 1. Teknik Maserasi 4 Percobaan 2. Ekstraksi dengan Pelarut Air 4 Percobaan 3. Ekstraksi dengan Ultrasonik Tanduk (Probe) Geta. 5 BAB II SKRINING FITOKIMIA 7 Percobaan 4. Identifikasi Alkaloid... 8 Percobaan 5. dentifikasi Flavonoid 9 Pereobaan 6. Identifikasi Fenolik 9 | Percobaan 7. Identifikasi Terpenoid 9 Percobaan 8. Identifikasi Saponin 9 Percobaan 9. Identifikasi Tanin is 10 Percobaan 10. Identifikasi Steroid Tak Jenul 10 Percobaan It. Identfikasi Glikosida Steroid 10 Percobaan 12. Identifikasi Antrakuinon 10 BAB III ISOLASI TERPENOID DARI BAHAN ALAM... B Percobaan 13. Isolasi Steroid: Stigmasterol dari Kacang Kedelai 15 Percobaan 13 a, Ekstraksi dengan Ultrsonik Tanduk (Probe) Gotar 1s Percobaan 13 b. Isolasi Fitosterol dari Minyak Kedelai Kasar 1s Percobaan 13 c, Isolasi Stigmasterol dari Campuran Fitostero . 16 Percobaan 13 d. Identifikasi Steroid Tak Jenuh ue 16 BAB IV ISOLASI ALKALOID DARI BAHAN ALAM 18 Percobaan 14 a, Ekstraksi Serbuk Kopi . 9 Percobaan 14 b. Rekristalisasi Kafein 20 | | a | Dipindai dengan CamScanner Pereobaan 14 c, Identifikasi Alkaloid Hasil Kristalisasi...... BAB V ISOLASI FLAVONOID DARI BAHAN ALAM .. Percobaan 15. Ekstraksi Flavonoid: Hisperidin dari Kulit Buah Jeruk Nipis dan Liman BAB VI ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH BAB VII IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TANIN ... BAB VIII UH TOKSISITAS METODE BSLT .. DAFTAR PUSTAKA..... Dipindai dengan CamScanner 20 2 25 a 31 36 40 iii ‘TATA TERTIB PRAKTIK 1. Praktikan harus sudah berada di tempat 10 menit sebelum praktik dimulai. 2. Setiap Praktikan sudah harus membuat persiapan praktikum sebelum praktik imulsi, 3. Laporan praktik barus sudah diserahkan sebelum praktikum berikutnya imulsi, 4, Sclama praktik berlangsung, Praktikan tidak diperkenankan ke luar laboratorium, kecuali in asisten praktik. 5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktik dapat meminta wakru lain, ‘apabila ada pemyataan yang diangeap sah. 6. Selama praktik, Praktikan harus bekerja tenang, tertib, teratur, dan teliti 7. Praktikan tidak diperkenankan meminjam alat-alat di bawah tangan (tanpa sepengetahuan asisten) meskipun dengan teman dekat. 4, Setelah praktik selesai, setiap Praktikan diharuskan membersihkan meja prakstiknya masing-masing. 9, Alatealat yang dipinjam selama praktik harus diserahkan kembali kepada petugas setelah praktik selesai 40, Data-data hasil praktik diserahkan kepada asisten setelah praktik selesai, Dipindai dengan CamScanner BABI PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK DARI BAHAN ALAM Dasar Teori Umumnya senyawa aktif dalam suatau bahan alam diperoleh secara ‘ekstraksi. Prinsip dasar ekstraksi adalah berdasarkan kelarutan. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua ‘macam ekstraksi, yaitu: 1. Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang berbentuk padat. 2. Ekstraksi eair-eair jika substansi yang diekstrak terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Berdasarkan proses pelaksanaannya, ckstraksi dapat dibedakan menjadi 1. Ekstraksi yang berkesinambungan (continous extraction) Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai 2. Ekstraksi bertahap (bath extraction) Dalam ekstraksi ini pada tap tahapan selalu dipakai pelarut yang bara sampai proses ekstraksi selesai Pada ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan padatan. Proses ini paling banyak digunakan dalam mengisolasi satu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Ekstraksi padat-cair dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti maserasi, perkolasi, refluktasi, Dipindai dengan CamScanner sokhletasi, ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro, sonikasi, dan tekanan tinggi (Utami dkk, 2009; Heinrich et al, 2004). Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi, dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempumna atau mendekati sempurna (Ansel, 1989). Maserasi adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang. dilakukan dengan jalan membiarkan padatan dalam suatu pelarut. Proses perendaman dapat dilakukan tanpa pemanasan (temperatur amar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan, Sesudah disaring, residu dapat dickstraksi kembali menggunakan pelarut yang baru. Metode ekstraksi padat- cair berkesinambungan memerlukan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan metode ekstraksi bertahap, tetapi metode inj memiliki kelebihan bahwa hasil ekstraksinya lebih sempuma, Contoh metode ini adalah perkolasi atau liksiviasi, soxhletasi, dan distiasi uap air. Tantangan utama ekstraksi konvensional adalah pada panjangnya wakru ekstraksi, persyaratan kemumian pelarut yang tinggi dan mahal, penguapan sejumlah besar pelarut,selektifitas ekstraksi yang rendah, dan dekomposisi termal dari senyawa termo labil. Untuk mengatasi keterbatasan ini, teknik ekstraksi yang prospektif telah gencar diperkenalkan, Teknik tersebut disebut teknik ekstraksi nonkonvensional, salah satunya adalah ekstraksi ultrasonik (Azmir et al, 2013), Metode ultrasonik atau ultrasound-assisted extraction (UAE) merupakan ekstraksi padat-cair dengan bantuan gelombang ultrasonik. Metode ultrasonik merupakan ekstraksi nontermal yang efektif dan efisien (Keil, 2009). Teknik ini dikenal dengan sebutan sonokimia, yaitu pemanfaatan efek gelombang ultrasonik Dipindai dengan CamScanner untuk mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi pada proses kimia (Garcia dan Castro, 2004). Pada ekstraksi ultrasonik, gelombang utrasonik terbentuk dari pembangkitan utrasonik secara lokal dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga terjadi pemanasan pada bahan tersebut, kemudian melepaskan senyawa ekstrak (Rizvi, 2010). Terdapat efek ganda yang dihasilkan, yaitu pengacauan dinding sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya, pemanasan lokal pada fluida, dan meningkatnya difusi ekstrak (Suslick, 1988). Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian fluida, diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga ‘meningkatkan transfer masa antara permukaan padat-cair. Efek mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari fluida menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan transfer masa (Keil, 2009). Kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material (Liu et al, 2010), a. Alat dan Bahan 1) Peralatan © Ultrasonik tanduk (probe) getar, gelas piala, gelas ukur, rotary evaporator, dan corong Buchner 2) Bahan ‘+ Simplisia + n-Heksan teknis, etil asctat teknis, motanol teknis, air suling, dan etanol 70% Dipindai dengan CamScanner b. Cara Kerja Percobaan 1. Teknik Maserasi Contoh atau simplisia dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan pada temperatur ruang, kemudian dihaluskan. Simplisia yang sudah halus sebanyak 20 g direndam dalam pelarut organik (n-heksana) sebanyak 150 mL selama satu hari, kemudian disaring (Hal ini dilakukan 3 kali hingga warna larutan jemnih). Filtrat yang diperoleh digabung dan divapkan Kembali hingga kering menggunakan rotary evaporator. Hasil yang diperoleh merupakan ekstrak kasar dari n-heksana. Residu dari perendaman pertama seluruhnya direndam kembali dalam etil asetat untuk memperoleh ekstrak kasar etil asetat sebanyak 150 mL selama satu hari, kemudian disaring (Hal ini dilakukan 3 kali hingga warna lanutan jemnih), kemudian disaring (Hal ini dilakukan 3 kali hingga wara larutan jemnih). Filtrat yang diperoleh digabung dan divapkan Kembali hingga kering menggunakan rotary evaporator diperoleh ekstrak kasar etil asetat, kemudian residu dari perendaman etil asetat direndam kembali dalam metanol sebanyak 150 mL selama satu hari, kemudian disaring (Hal ini dilakukan 3 kali hingga wara larutan jemih). Filtrat yang diperoleh digabung dan diuapkan kembali hingga kering menggunakan rotary evaporator. Hasil yang diperoleh merupakan cekstrak kasar metanol. Percoba: si den; ’elaru Contoh atau simplisia dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan pada temperatur ruang, kemudian dihaluskan. Simplisia yang sudah halus sebanyak 20 g dimasukkan ke gelas piala yang berisi 150 mL. air suling, kemudian dipanaskan hingga air tersisa kurang lebih 50 mL (amati waktu yang dibutuhkan untuk Dipindai dengan CamScanner ‘menguapkan pelarut), kemudian disaring, Filtrat yang diperoleh diuapkan kembali hingga kering menggunakan rotary evaporator. Hasil yang diperoleh merupakan cekstrak kasar air, Pers st lengan Ultr: nik Tanduk (Probe) Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 50 g, kemudian ditambahkan 400 mL pelarut etanol 70 %. Campuran disonikasi menggunakan ultrasonik tanduk (Probe) getar selama 30 menit pada suhu rueng dengan amplitudo 0,6 m. © Hasil Percobaan Sampel Bobot (g) Sampel Ekstrak Rendemen ) d. Kesimpulan Dipindai dengan CamScanner e. Tes Formatif 1) Pada ekstraksi secara maserasi, ekstraksi terhadap sampel menggunakan ga jenis pelarut. Jelaskan mengapa pelarut yang digunakan heksaana, til asetat, dan metanol ! 2) Tahap awal maserasi adalah melarutkan sampel beberapa waktu dengan pelarut heksan. Apa yang terjadi jika proses pelarutan awal menggunakan metaanol ? Jelaskan jawaban Anda ! 3) Dari ketiga metode ekstraksi tersebut, manakah yang merupakan green metode ? Jelaskan jawaban Anda ! Dipindai dengan CamScanner BABIL SKRINING FITOKIMIA Dasar Teori Fitokimia merupakan suatu bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode dan cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan maupun hewan, termasuk cara isolasi dan pemisahannya. Fitokimia atau kimia tumbuhan pada saat ini telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri, berada antara biokimia tumbuban dan kimia organik bahan alam dan berkaitan dengan keduanya. Senyawa bahan alam (metabolit sekunder) yang terkandung dalam tumbuhan atau hewan dapat diidentifikasi dengan suatu metode penapisan fitokimia, Penapisan fitokimia merupakan tahapan pendahuluan dalam penelitian fitokimia, Secara umum metodenya merupakan reaksi pengujian wama (spot test) dengan suatu pereaksi warna. Penapisan fitokimia merupakan langkah awal yang dapat membantu untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa biokatif (metabolit sekunder) yang terkandung dalam tanaman yang sedang ditelit Pengujian fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, ditunjukan oleh ekstrak tumbuhan jika diyji dengan sistem biologis. Prosedur fitokimia telah mempunyai Peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan, Metode yang digunakan pada penapisan fitokimia harus memenuhi beberapa kriteria, yainu sederhana dalam pengerjaannya, waktu pengerjaan singkat, hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, Khas untuk satu golongan senyawa, dan memiliki batas Dipindai dengan CamScanner limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil). Salah satu hal penting yang berperan dalam prosedur penapisan fitokimia adalah pemilihan pelarut untuk ekstraksi. Sering muncul kesulitan apabila pemilihan pelarut hanya didasarkan pada ketentuan derajat kelarutan suata senyawa yang diteliti secara umum. Hal ini disebabkan kehadirannya senyawa- senyawa dari golongan lain dalam tanaman tersebut yang akan berpengaruh terhadap kelarutan senyawa yang diinginkan. a. Al dan Bahan 1) Peralatan ‘+ Tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, kertas saring, dan corong pisah 2) Bahan + Sampel * HCI 2%, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorf, pereaksi Wagner, ‘metanol 50%, logam magnesium, HCl pekat, larutan FeCl,, anhidrida asetat, kloroform, H2SOx pekat, air suling, KOH 5 N, H202 3%, asam asetat glasial, benzena, dan mmonia b. Cara Kerja Percobaan 4. Identifi lo Sampel (0,25 g) ssukkan ke tabung reaksi, dilarutkan dalam 3 mL HCL 2%, dipanaskan sambil dikocok, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi tiga dan dimasukkan ke tiga buah tabung real Dipindai dengan CamScanner ‘Tabung ke-1 ditambahkan 2-3 tetes perenksi Meyer, tabung ke-2 ditambahkan 2-3 totes pereaksi Dragendorf, sedangkan tabung ke-3 ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Wagner. Adanya senyawa alkaloida ditunjukkan oleh terjadinya endapan putih dengan pereaksi Meyer, endapan jingga/coklat kemerahan dengan pereaksi Dragendorff dan Wagner. Percobaan 5, Identifikasi Flavonoid Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 1-2 mL ‘metanol 50%, dipanaskan pada subu 50°C, dan setelah dingin ditambahkan logam magnesium dan 4-5 tetes HCl pekat. Adanya waa merah, hijau, atau jingga pada filtrat menunjukkan adanya flavonoid. Pereobaan 6. Identifikasi Fenolik Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambah 2 mL aquades dan beberapa tetes larutan FeCls, terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya fenol Percobaan 7. Identifikasi Terpenoi Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 0,5 mL. anhidrida asetat dan 0,5 mL Kloroform, selanjutnya ditambahkan HSO, pekat setetes demi tetes sebanyak 0,2 mL ke dasar tabung, terbentuk wama merah ‘menunjukkan adanya terpenoid. Percobaan 8, Identifikasi Saponin Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, dimasukkan ke tabung reaksi dan ditambah 3 mL aquades, kemudian dikocok selama 15 menit untuk diamati terjadinya busa setinggi | cm yang bertahan selama 15 menit. 9 Dipindai dengan CamScanner Percobaan 9, Identifikas! Tanin ‘Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambah dengan 1-2 mL FeCl. Terjadinya wama biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin. Percobaan 10, ldentifikasi Steroid Tak Jenuh Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 0,5 mL anhidrida asetat dan 0,5 mL kloroform, selanjutnya ditambahkan H2SO, pekat setetes demi tetes sebanyak 0,2 mL ke dasar tabung, terbentuk warna biru atau ungu menunjukkan adanya steroid tak jenuh Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 0,5 mL anhidrida asetat dan 0,5 mL kloroform, kemudian larutan tersebut dipindahkan ke tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan H)SO, pekat ke dasar tabung, terbentuknya cincin coklat kemerahan menunjukkan adanya glikosida steroid. Qn Sampel (0,25 g) dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 10 mL. KOH 5 N dan 1 mL HzO2 3%, kemudian dipanaskan di dalam penangas air selama 10 menit, kemudian disaring. Ke dalam filtrat yang diperoleh setelah penyaringan ditambahkan asam asetat glasial sampai larutan bersifat asam, Kemudian diekstraksi dengan benzena. Ekstrak benzena yang dihasilkan diambil 5 mL, dimasukkan ke tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan dengan 5 mL ammonia, lalu dikocok. Adanya warna merah pada lapisan ammonia menandakan adanya senyawa golongan antrakuinon. 10 Dipindai dengan CamScanner . Hasil Percobaan No Uji Ekstrak Ekstrak Ekstrak 1 | Alkaloid 2. | Flavonoid 3. | Fenolik 4. | Terpenoid 5. | Saponin 6 | Tanin 7_ | Steroid tak Jemuh Glikosida 8 Steroid 9. | Antrakuinon u Dipindai dengan CamScanner @. Kesimpulan Tes Formatif 1) Jelaskan fungsi atau manfaat dari proses skrining fitokimia ! 2) Sebutkan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu prosedur skrining fitokimia ! 3) Ditandai dengan apakah uji positif terhadap terpenoid, steroid, dan alkaloid ? 12 Dipindai dengan CamScanner BABI ISOLASI TERPENOID DARI BAHAN ALAM Dasar Teori Isoprenoid atau dikenal juga terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder. Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit Cs yang disebut unit isopren. Unit Cs ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isoprea. Penyelidikan lebih seksama mengenai struktur terpenoid menunjukkan terdapat keteraturan dalam struktur molekul terpenoid, Keteraturan tersebut telah dirumuskan dalam suatu aturan yang disebut Kaidah Isopren. Kaidah ini menyatakan bahwa struktur molekul terpenoid dibangun oleh dua atau lebih unit isopren yang berkaitan secara teratur, dalam hal ini “kepala” dari unit yang satu berkaitan dengan ‘ekor” dari unit yang lain. Kaidah ini merupakan ciri khas dari sebagian besar terpenoid, sehingga dapat digunakan sebagai hipotesis dalam ‘menentukan struktur terpenoid. Oleh abli kimia Ruzicka (lahir 1887) diketahui banyak senyawa alam yang terbentuk oleh penyusunan dari lima karbon berstruktur isoprena. head To df isoprena Unit Isoprena Penyambungen Unit-Unit TR ke Dipindai dengan CamScanner Penyambungan Unit-Unit Isoprena qr eopata_ L Eker kor kor Ekor _| Kepsla CHOH = | on Kepata Kepala Sitronett Famesot Kiasifikasi terpenoid didasarkan oleh jumlah unit isopren penyusunnya. Menurut Ruzicka, terpenoid diklasifikasikan menjadi: Cs Hemiterpenoid, Cio Monoterpenoid, Cis Sesquiterpenoid, Czy Diterpenoid, Cas Sesterterpenci Cy» Triterpenoid, Cao Tetraterpenoid, dan Politerpenoid. Kedelai merupakan salah satw tumbuhan yang kaya akan protein, vitamin, mineral, dan senyawaan fitosterol. Fitosterol yang lazim menyusun minyak kedelai dalah B-sitosterol, stigmasterol, kampesterol, dan brasikasterol (Derewiaka et al 2010). Stigmasterol merupakan triterpenoid yang struktumya misip dengan steroid banyak ditemukan pada tumbuhan, Minyak kedelai banyak digunakan dalam industri makanan, Kandungan fitosterol dan stigmaserol pada minyak kedelai di pasaran masih rendah, hanya mencapai 56%. Berbagai_ macam penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kadar fitosterol seperti ekstraksi cairan superkritis, netralisasi, pemisahan membran, esterifikasi enzimatik, dil (Torres et al 2009). 4 Dipindai dengan CamScanner Percobaan 13, Isolasi Steroid: Stigmasterol dari Kacang Kedelai a. Alat dan Bahan 1) Peralatan © Neraca analitik, ultrasonik tanduk (probe) getar, gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, rotary evaporator, labu alas bulat, pendingin balik, ccorong pisah, kertas saring, corong Buchner, dan pengaduk kaca 2) Bahan + Tepung kacang kedelai © n-Heksan tel cetanol absolut, NaOH pellet, akuades, eter, Na;SOs anhidrous, n-pentanol, anhidrida asetat, kloroform, dan HsSO, pekat b. Cara Kerja Percobaan raksi dengan Ultrasonik Tanduk (Probe) Getar ‘Tepung kedelai ditimbang sebanyak 50 g, kemudian ditambahkan 400 mL pelarut n-heksana teknis, Campuran disonikasi menggunakan ultrasonik tanduk (probe) getar selama 30 menit pada suhu ruang dengan amplitudo 0,6 m. Pelarut diuapkan menggunakan rotary evaporator. Percobaan 13 b. Isolasi Fitosterol dari Minvak Kedelai Kasar Ke dalam 5 g minyak kedelai ditambahkan 25 mL etanol absolut dan 4,69 g NaOH yang telah dilarutkan dalam sejumlah kecil air (volume minimal). ‘Campuran tersebut dimasukkan ke labu alas bulat 1 L yang dilengkapi pendingin balik, kemudian direfluks selama | jam dalam penangas air. Setelah proses refluks selesai, 25 mL akuades ditambahkan, kemudian diekstraksi dengan eter (3 x 150 mL) menggunakan corong pisah, selanjutnya Dipindai dengan CamScanner icuci dengan akuades untuk menghilangkan basa. Air yang tersisa dikeringkan dengan Na,SO, anhidrous, kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. asi Stigmasterol dari Campuran Fitosterol Percobaan 13 Sebanyak 5 g ekstrak kasar fitosterol dan 15 mL n-pentanol dimasukkan ke erlenmeyer. Erlenmeyer diletakkan dalam penangas air 60 °C dan diaduk selama 10 menit. Setelah contoh larut sempura, larutan didinginkan dalam ruangan gelap. Kristal stigmasterol yang diperoleh disaring menggunakan corong buchner dengan kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Kristal dikeringkan pada suhu 60 °C kemudian ditimbang. Stigmasterol dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh jika rekristalisasi dilakukan secara berutang. 13, Identifikasi Steroid Jenul Sebanyak 0,25 g minyak kedelai kasar, campuran fitosterol dan isolat stigmasterol dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 0,5 mL anhidrida asetat dan 0,5 mL kloroform, selanjutnya ditambahkan H»SO. pekat setetes demi tetes sebanyak 0,2 mL ke dasar tabung, terbentuk wama bira atau ungu menunjukkan adanya steroid tak jenub. ¢. Hasil Percobaan Bahan Bobot (g) Rendemen ‘Sampel Ekstrab/Isolat (%) Tepung Kedelai : Minyak — kedelai kasar ‘Campuran fitosterol 16 Dipindai dengan CamScanner Sampel Ne Uji Minyak Kedelai | Campuran Tsolat Kasar_ Fitisterol Stigmasterol 1 Steroid tidak jenuh/Terpenoid d. Kesimpulan e. Tes Formatif 1) Jelaskan fungsi penambahan NaOH pada isolasi steroid: stigmasterol dari minyak kedelai ! 2) Jelaskan fungsi penambahan eter pada isolasi steroid: stigmasterol dari minyak kedelai 7 Dipindai dengan CamScanner BABIV ISOLASI ALKALOID DARI BAHAN ALAM Dasar Teori Alkaloid merupakan metabolit sekunder terbesar. Umumnya ditemukan pada tumbuhan Angiospermae dan tidak ditemukan atau tidak sering terdapat dalam Gymnospermae, dapat ditemukan dalam berbagai tumbuhan, seperti biji, aun, ranting, dan kulit kayu. Semua alkaloid paling sedikit mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa, biasanya terdapat dalam cincin heterosiklik. Alkaloid dibedakan dari komponen tumbuhan lain berdasarkan sifat basanya (kation). Biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai asam organik. Di laboratorium sebagai garam dengan asam klorida dan asam sulfat. Garam alkaloid (di lab) dan alkaloid bebas berupa padatan berbentuk kristal, tidak berwama, namun beberapa alkaloid berbentuk cairan, umumnya bersifat optis aktif. Salah satu senyawa golongan alkaloid adalah kafein. Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain kofein, tein atau 1,3,7- trimetilxantin, Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya sutra. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234 °C sampai 239 °C dan menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan dalam Korofor, tetapi sedikit larut dalam air dingin, alkohol dan beberapa pelarut organik lainnya. Selain dalam biji kopi, kafein terdapat pula dalam daun teh, daun mete, biji Kola, dan coklat. Di dalam biji Kopi atau tumbuhan lain tersebut di atas, tidak hanya terkandung kafein, tetapi juga terkandung tanin, 18 Dipindai dengan CamScanner glukosa, lemak, protein dan selulosa. Pemisahan kandungan lain dari kafein bergantung kepada perbedaan kelarutan masing-masing senyawa kandungan tersebut. Bila tanin terisolasi ke dalam air panas, akan terhidrolisis menghasilkan asam klorogenat. Asam hasil hidrolisis tanin ini akan menghasilkan endapan bila direaksikan dengan timbal asetat Percobaan 14. Isolasi Kafein dalam Biji Kopi a. Alat dan Bahan 1) Peralatan © Labu dasar bulat yang dilengkapi pendingin, labu ekstraksi, penyaring isap (vakum), pipet tetes, gelas ukur, corong Buchner, rotary evaporator, dan pipa kapiler 2) Bahan © Kopi halus © Akuades, larutan timbal asetat, kloroform, aseton, n-heksan teknis, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorff, dan pereaksi Wagner b. Cara Kerja Percobaan 14 a. Ekstraksi Serbuk Koy * Panaskan selama 25 menit campuran 20 gram kopi halus dan 350 mL aquades yang ditempatkan dalam labu dasar bulat yang dilengkapi pendingin. 19 Dipindai dengan CamScanner Saring campuran panas menggunakan corong Buchner. * Tambahkan larutan timbal asetat (3 gram timbal asetat dalam 27 mL aquades) tetes demi tetes ke dalam hi i saringan, dinginkan campuran. * Saring kembali dengan corong Buchner. + Ekstraksi kafein dalam hasil saringan dengan menggunakan kloroform (25 mL satu kali ekstraksi) + Evaporasi lapisan kloroform dengan rotary evaporator * Lanjutkan dengan proses rekristalisasi Pere 4 i Kafe ekri ‘© Tambahkan 5 mL aseton panas ke produk kafein * Dalam keadaan panas, tambahkan n-heksan tetes demi tetes sampai terbentuk kekeruhan ‘© Dinginkan sampai meneapai suhu kamar ‘© Saring Kristal yang terbentuk dengan penyaring isap (vakum) * Timbang produk yang dihasilkan + Lakukan pengujian titik leleh ban 14 c. Identifikasi All Pereaksi Meyer ¢ Larutkan kristal kafein dalam air suling, ‘+ Tetesi dengan 1-2 tetes pereaksi Meyer © Amati dan catat waa yang terjadi (apabila kristal mengandung alkaloid, maka akan terbentuk endapan putih) Dipindai dengan CamScanner Pereaksi Dragendorff. © Larutkan kristal kafein dalam air suling, maka akan terbentuk endapan coklat kemerahan) Pereaksi Wagner Tetesi dengan 1-2 tetes pereaksi Dragendorff * Larutkan kristal kafein dalam air suling © Tetesi dengan 1-2 tetes pereaksi Wagner maka akan terbentuk endapan coklat kemerahan). ¢ Hasil Percobaan Amati dan catat waa yang terjadi (apabila kristal mengandung alkaloid, Amati dan catat wama yang terjadi (apabila kristal mengandung alkaloid, Bobot (g) Rendemen (%) Serbuk Kopi Ekstrak Kasar Titik leleh kafeii 'C Tabung | Diisikan Ditambahkan Pengamatan: Kel | Kafein pereaksi Meyer Ke2 | Kafein | pereaksi Dragendorft Ke3 | Kafein | pereaksi Wagner Dipindai dengan CamScanner Kesimpulan rr e. Tes Formatif 1) Mengapa campuran kopi halus dan aquades harus dipanaskan? Jelaskan! 2) Jelaskan fungsi penambahan larutan timbal asetat! 3) Jelaskan fungsi penambahan kloroform! Berapa kali anda menambahkan kloroform? Jelaskan Dipindai dengan CamScanner BABI PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK SECARA EKSTRAKSI Dasar Teori Flavanoid merupakan senyawa fenolik yang terbesar yang ditemukan di alam dan berasal dari tumbuhan tinggi, merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat wama kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, di mana dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) membentuk susunan C6-C3-C6. Pada umumnya, cincin A dari struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang beselang-seling, yakni pada posisi 2°, 4°, dan 6° dari struktur terbuka kalkon. Dalam banyak hal, cincin B dari struktur flavonoid mempunyai sebuah gugus fungsi oksigen pada posisi para, atau dua (masing-masing pada posisi para dan meta), atau tiga (satu para dan dua meta. Pola oksigenasi dari cincin B yang memiliki tiga gugus fungsi oksigen jarang ditemukan. Cincin B yang tidak teroksigenasi, atau teroksigenasi pada posisi orto sangat jarang ditemukan. Pola oksigenasi cincin A mengikuti pola floroglusinol, sedang cincin B mengikuti pola katekol atau fenol. Cincin A sering pula teralkilasi, baik oleh gugus metil (berasal dari metionin, atau oleh igopropenil CS (berasal dari isopentenil pirofosfat), maupun oleh gugus C-glikosida, Dipindai dengan CamScanner on 8 Apigenin R=H te Lateatin R= OH fn on SS +0. °. Z yr . NN ‘oH on 8 Kaemferol y= Rp=H Kuersetin R= Hy Ry= OH Mirietin Ry =Ry=OH Epikatekin = R=H. Epigalokatckinn R= OH Flavonoid banyak ditemukan pada asupan makanan seperti buah dan sayuran salah satunya tanaman jeruk yang selain kaya akan kandungan gizi juga terkenal akan kandungan flavonoid hesperidin. Limau (Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse) adalah salah satu jeruk asli Indonesia, khususnya yang berasal dari Jawa Barat (Lim and Lim, 2012). Pohon limau yang sehat menghasilkan buah berukuran kecil (20-40 mm) dalam jumlah besar. Limau memiliki batang bulat wu aromatik dengan tangkai daun bersayap, bunga putih berwama coklat, daun dan buah-buahan kecil berbentuk bulat telur berwarna hijau, berisi biji berbentuk telur krem (Budiarto ef al., 2017). Selain itu, limau memiliki daun aromatik yang belum banyak dimanfaatkan. Daun aromatiknya sangat potensial untuk digunakan sebagai campuran bumbu masak (Budiarto et al., 2017), penyedap rasa dan minyak 24 Dipindai dengan CamScanner aromatik. Limau telah dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri, aktivitas antioksidan, sebagai analgesik, dan sebagai larvasida alami terhadap larva Aedes aegypti (Pedana et al., 2017; Ishak et al., 2019). Menurut (Pedana et al., 2017), minyak kulit jeruk limau teridentifikasi adanya senyawa sabinena dan limonena yang berguna untuk kosmetik, aromaterapi, pencuci rambut, dan obat sakit kepal: Percobaan 15. Ekstraksi Flavonoid: Hisperidin dari Kulit Buah Jeruk Nipis dan Limau a, Alat dan Bahan 1) Peralatan * Neraca analitik, gelas piala, gelas ukur, rotary evaporator, corong, Buchner, dan kertas pH 2) Bahan © Kulit buah jeruk nipis dan kulit buah jeruk limau © Air suling, larutan Ca(OH); 10%, dan HCI pekat b. Cara Kerja Kulit jeruk segar dihaluskan, kemudian ditimbang sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke gelas piala $00 mL. Kulit jeruk direndam dengan 400 mL larutan Ca(OH), 10% selama satu malam pada suhu kamar. Campuran disaring menggunakan corong Buchner. Filtrat yang dihasilkan diasamkan perlahan-lahan dengan menambahkan HCI pekat sampai dicapai pH 4-5. Serbuk amorf hisperidin disaring menggunakan corong Buchner, kemudian dicuci dengan akuades. (Apabila presipitasi hesperidin berjalan lambat, lakukan pemekatan campuran). 25 Dipindai dengan CamScanner ¢. Hasil Percobaan Bahan Bobot (@) Rendemen Sampel Ekstrak/Isolat (%) Kulit jeruk nipis Kulit jeruk limau 4. Kesimpulan e. Tes Formatif 1) Jelaskan fungsi penambahan larutan Ca(OH), 10% __ekstraksi flavonoid:hisperidin dari kulit buah jeruk ! 2) Jelaskan fungsi penambahan HCl pekat hingga encapai pH 4-5? 26 Dipindai dengan CamScanner BAB III TSOLASI EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH. Dasar Teori Kandungan minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan komponen terbesar, yaitu senyawa fenolat dengan eugenol komponen utamanya. Kelompok kedua mengandung senyawa nonfenolat yaitu kariofilen, kubeben, kopaen, hulumen, kadien, dan lain-lain. Eugenol berupa zat cair berbentuk minyak, tidak berwarna atau sedikit kekuningan, menjadi coklat dalam udara, berbau dan berasa rempah-rempah. Dapat larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan mudah menguap serta sedikit larut dalam air. Bugenol digunakan sebagai bahan baku obat dan parfum. Eugenol mudah bersenyawa dengan besi, oleh Karena itu penyimpanannya harus dalam botol kaca, drum alumunium, atau drum timah putih, Data sifat fisika dari eugenol adalah sebagai berikut: Beratjenis : 1,0651 Indeks bias: 1,5410 (20°C) Titik didih — : 253°C Titik nyala = 110°C Eugenol dapat bereaksi dengan alkali hidroksida membentuk senyawa fenolat yang meningkat kelarutannya dalam air. Prinsip ini dipakai untuk memisahkan ceugenol dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak cengkeh. 27 Dipindai dengan CamScanner Eugenol . Alat dan Bahan 1) Peralatan + Labu ekstraksi, gelas ukur, pipet tetes, dan rotary evaporator 2) Bahan © Minyak Cengkeh + Larutan NaOH 5 M dan HCI 5 M, petroleum eter, Na;SO, anhidrous, Jarutan FeCl;, dan air brom . Cara Kerja Isolasi * Masukkan 15 mL minyak cengkeh dan 15 mL NaOH 5 M ke dalam labu ekstraksi © Kocok labu ekstraksi hingga tidak terdapat gas, diamkan hingga terbentuk dua lapisan Lapisan bawah (BI) dipisahkan, sedangkan lapisan atas ditambahkan 5 mL NaOH 5 M « Kocok labu ekstraksi hingga tidak terdapat gas, kemudian diamkan hingga terbentuk dua lapisan © Lapisan bawah (B2) dipisahkan Dipindai dengan CamScanner L " ‘aptsan BI dan 182 digabungkan ke dalam lab ekstrakst dan ditambahkan HCI SN hingga pit 3 ‘Lakukan ckstraksi dengan 310 mt. petroleum eter Keringkan lapisan organik dengan Na;SOy anhidrous Evaporasi petroleum eter dengan rotary evaporator Gugus Fenolik * Masukkan 1 mL sampel ke tabung reaksi * Tambah 2 mL aquades dan beberapa tetes larutan FeCl; ‘+ Amati dan catat wama yang terjadi etidakjenuhan * Masukkan 2 mL sampel ke tabung reaksi + Tambah 2 mL aquades * Tambahkan setetes demi setetes air brom Amati dan catat warna yang terjadi c. Hasil Percobaan ikan | / Ke-l | Eugenol | larutan FeCl, | | | Ke2 | Eugenol air brom | Dipindai dengan CamScanner 4. Kesimpulan Tes Formatif 1) Apa fungsi penambahan NaOH pada prosedur di atas ? Tulis persamaan reaksinya. 2) Apa fungsi penambahan HCI ? 3) Sclain eugenol, zat apakah yang terkandung dalam minyak cengkeh ? 4) Reaksi apa saja yang dapat berlangsung pada eugenol ? 30 Dipindai dengan CamScanner wi BAB Vi ENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TAN Dasar Teori qT ‘nin merupakan kelompok senyawa yang termasuk ke dalam senyawa fenoli Tanin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman sebagai respon pertahanan tumbuhan, termasuk fotoproteksi terhadap sinar UV dan radikal bebas atau mekanisme pertahanan terhadap organisme lain dan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada tumbuhan. Oleh karena itu tanin banyak sekali terkandung dalam tumbuhan, terutama pada bagian luar seperti kulit batang, kulit buah / biji, daun dan sebagainya. Tanin merupakan kelompok senyawa yang heterogen, memiliki bobot molekul antara 500 ~ 20.000 Da, dengan struktur kimia yang bervariasi. Tanin dilaporkan memiliki beragam aktivitas biologis, terutama aktivitas antioksidan. Sifat aktivitas ini terkait dengan struktur kimia tanin yang mengandung cincin fenolik. Adanya cincin fenolik ini menyebabkan tanin dapat berikatan dengan berbagai macam molekul dan bertindak sebagai penangkap elektron (electron scavengers) untuk menjerap ion dan gugus radikal. Secara umum tanin memiliki 12 — 16 gugus fenolik dan 5 ~ 7 cincin aromatik per 1000 Da. Tanin memiliki banyak gugus hidroksil yang memberikan sifat hidrofilik pada tanin, kelarutan dalam pelarut polar, dan kemampuan untuk membentuk kompleks dengan protein, karbohidrat, asam nukleat, dan alkaloid ‘Tanin diklasifikasikan menjadi tanin terhidrolisis (hydoryzable tannis / HTs) dan tanin terkondensasi (condensed tannins / CTs). Tanin terkondensasi 3M Dipindai dengan CamScanner disebut juga —proantosi tosiani¢ stanidin. Berdasarkan struktur kimianya, tanin dikelompokkan menjadi Vadigallotannin, llagitanin, tanin terkondensasi,_tanin ompleks, dan florotanin (phlorotannins/ PTs), 9). MYDROLYZABLE TANNINS UA ARS Gambar 1. Klasifikasi Tanin berdasarkan Struktur Kimia ‘Tanin memiliki karakter organoleptik yang Kurang menyenangkan dengan rasanya yang getr/pahit dan aroma khas. Namun demikian, tain memiik banyak sifat /aktivitas biologis seperti antioksidan, antimikrob, dan antiinflamasi, schingga memiliki banyak aplikasi di industri pangan, nutrasetikal, dan farmasi. ‘Tanin dapat berfungsi sebagai bahan tambahan pangan untuk ~menambah keamanan dan umur simpan produk dan juga sePags! S822 penjemih pada an sebagai adhesive dan coating, foaming minuman, Tanin juga telah digunak: agents, dan adsorben. 32 Dipindai dengan CamScanner Alat dan Bahan 1) Peralatan * — Gelas kimia, kaca arloji,labu takar 100mL, labu erlenmeyer, buret, kertas saring, gelas ukur + Timbangan analitik, pemanas bunsen / hotplate 2) Bahan ‘© Kulit biji kopi yang sudah dihaluskan ‘* Air suling, indikator indigo carmine, larutan KMnO, 0,1N, larutan NaCl, gelatin, kaolin Cara Kerja Isolasi ‘+ Masukkan 2g sampel ke dalam gelas piala, tambahkan SOmL air mendidih. Homogenkan, diamkan selama 20 menit. ‘¢ Masukkan larutan ke dalam labu takar 100mL ad dengan air suling hingga tanda tera kemudian disaring. © Masukkan SmL fitrat ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 75mL- air suling, dan 5 mL indikator indigo carmine. Homogenkan. « Titrasi dengan Jarutan KMnOs 0,1N hingga tercapai titik akhir titrast (larutan berubah wamna dari bira menjadi kuning), Volume pentiter dicatat (A). «© Tambahkan 10 mL NaCl ke dalam 10mL filtrat « Masukkan SmL filtrat ke dalam gelas piala dan tambahkan 10 mL NaCl, ml gelatin dan 2g kaolin. Homogenkan dan pisahkan bubur (bagian yang mengental) dari filtrat. 33 Dipindai dengan CamScanner ¢ Masukkan filtrat ters, ebut seb, anyak 5 tambahkan 75m ir suling dang "mL ke dalam erlenmeyer dan mL indikatoy indi " indigo carmine, (A~B) XN KMno4 x 42 x22x 10-3 Tannin (%) = sample (g) x 100% c. Hasil Pereobaan 34 Dipindai dengan CamScanner 4 esimpulan q. Tes Formatif a 1) Apa fungsi penambahan KM MO, pada vexksiya Prosedur di ates» Tali 8 Petsamaan 2) Apa fungsi penambahan Nacy 9 Dipindai dengan CamScanner BAB VIL UN TOKSISITAS METODE BSLT Dasar Teori Bri 7 Gaeta tay Test(Ul Bac1 sca mreae ener eae dengan metode BSLT dapat dilakukan dengan cepat, murah dan mudah, sehingga ‘banyak digunakan sebagai tahapan awal (skrining) dalam penapisan ekstrak bahan aktif. Larva Artemia salina L digunakan secara \uas pada studi environmental, toksisitas, dan skrining senyawa bioaktif. Uji BSLT memiliki spektrum aktitivas farmakologi yang mudah dilakukan, sedethana, cepat dan murah dengan tingkat kepercayaan 95%, Toksisitas senyawa dinyatakan dalam nilai LCSO. Nilai LCSO merupakan Konsentrasi senyawa yang menyebabkan kematian 50% populasi larva, Suatu senyawa dikatakan toksik jika memiliki nilai LCS0

Anda mungkin juga menyukai