Anda di halaman 1dari 50

PEDOMAN UMUM

PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

Deputi Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Bidang SDM dan Kebudayaan


Disampaikan Dalam Tematic Education Dialogue on ECD
Jakarta, 10 Januari 2012
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN, DAN POKOK-POKOK
PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-
INTEGRATIF
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, JENIS PELAYANAN
SERTA INDIKATOR CAPAIAN
IV. PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN
ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF
V. MEKANISME KOORDINASI PERENCANAAN,
PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI
VI. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI PEDOMAN UMUM
VII. PENUTUP

2
BAB I. PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang (1)

Perlunya pengembangan anak usia dini


yang dilakukan secara holistik-integratif:
 Untuk memenuhi kebutuhan esensial
anak secara utuh dan terpadu.
 Melalui pelayanan yang sistematik dan
terencana.
 Mencakup lingkungan mikro, meso, exo
dan makro.

4
A. Latar Belakang (2)

Kelemahan dari sisi kelembagaan:


 kualitas pengelolaan yang belum profesional.
 keterbatasan jumlah lembaga penyelenggara.
 distribusi dan kualitas tenaga.
 fasilitas pelayanan yang kurang memadai.
 pemahaman para pemangku kepentingan baik
pengambil kebijakan, penyelenggara,
masyarakat akan pentingnya pengembangan
anak usia dini yang holistik integratif juga masih
terbatas.
5
B. Tujuan Penyusunan

Sebagai acuan untuk:


mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
penyelenggaraan pengembangan anak usia dini
yang holistik-integratif oleh pemerintah pusat dan
daerah, masyarakat serta lembaga penyelenggara
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-
masing;
merumuskan Pedoman/Petunjuk/Panduan Teknis
masing-masing kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pengembangan anak usia dini holistik-integratif.
6
C. Sasaran Pengguna
 Penanggungjawab dan mitra pengembangan anak usia dini,
baik di tingkat pusat maupun daerah, serta masyarakat,
termasuk lembaga penyelenggara pengembangan anak usia
dini.

 Pusat: Kantor Menko Kesra, Bappenas, Depkes, Depdiknas,


Depdagri, Depag, Depsos, KNPP, BKKBN, dan BPS serta mitra
yang bergerak dalam pengembangan anak usia dini.

 Daerah: Dinas/Kantor Wilayah/Instansi/SKPD Provinsi,


Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam bidang
kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan dan
perlindungan anak usia dini/ kesejahteraan sosial, BKKBN,
data dan statistik serta perangkatnya di lapangan.

7
D. Landasan Hukum

 Pedoman ini mengacu pada semua peraturan perundang-


undangan yang mengatur tentang hak-hak anak dan
undang-undang lain yang berkaitan.

8
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN
 Pencermatan referensi peraturan perundang-undangan
yang terkait; Hasil Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia
Dini Holistik-integratif; Strategi Nasional Pengembangan
Anak Usia Dini Holistik-integratif; Pedoman/Panduan dari K/L
terkait.
 Konsultasi dengan K/L penanggung jawab pengembangan
anak usia dini.
 Pencermatan hasil kunjungan lapangan di beberapa
provinsi dan hasil studi banding di Philipina.
 Penyusunan draft Pedoman Umum Pengembangan Anak
Usia Dini di bidang Kesehatan dan Gizi, Pendidikan serta
Pengasuhan dan Perlindungan.
 Pematangan draft Pedoman umum melalui lokakarya
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.
 Finalisasi Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif.
9
BAB II. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN DAN POKOK-
POKOK PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-
INTEGRATIF

10
A. Pengertian

Anak Usia dini mencakup janin dalam kandungan


sampai dengan usia 6 tahun. Pengelompokan anak
usia dini: janin dalam kandungan sampai lahir; bayi
usia 0 – 28 hari; anak usia 1 – 24 bulan; anak usia 2
– 6 tahun’
Pengembangan anak usia dini holistik integratif
adalah pengembangan anak usia dini yang
dilakukan berdasarkan pemahaman untuk
memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam
dan saling berkait secara simultan dan sistematis.

11
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Agar seluruh kebutuhan esensial anak usia dini
dapat terpenuhi, sehingga anak dapat tumbuh
kembang secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan usianya.
Sasaran
 Sasaran langsung: anak usia dini sejak janin dalam
kandungan sampai dengan usia 6 tahun.
 Sasaran tidak langsung: orang tua, keluarga, kader, tenaga
kesehatan dan gizi, pendidik, pengasuh, masyarakat,
organisasi sosial masyarakat, para pengambil kebijakan,
berbagai provider dan stakeholder lainnya yang relevan
dengan terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini.
12
C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (1)

1. Ekologi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini:

Sumber: Bronfebrenner (1979)


13
C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (2)

2. Masa Emas Tumbuh kembang Anak:


 Pertumbuhan dan Perkembangan anak sejak dalam
rahim sampai usia 6 tahun sangat menentukan derajat
kesehatan, intelegensia, kematangan emosional dan
spiritual, serta produktivitas manusia di masa
berikutnya.
 Berdasarkan pengamatan teknis, periode kritis
pembentukan kemampuan anak dalam kurun waktu
dua tahun pertama secara biologis berada pada tahap
yang sangat prima untuk mengembangkan struktur
syaraf atau keterampilan yang dipengaruhi oleh
stimulus yang tepat.

14
Gambar 12. Perkembangan Otak Manusia: Pembentukan
Sinaps-Sinaps

Bahasa
Sensing
Pathways Fungsi
(penglihatan, pendengaran) Kognitif lebih tinggi

-6 -3 0 3 6 9 1 4 8 12 16
Kehamilan

Bulan Tahun
Usia

Sumber: C. Nelson, From Neurons to Neighborhoods, 2000


MANFAAT SOSIAL DAN EKONOMI
Perkembangan Otak – Peluang dan Investasi
Pembentukan Jaringan dan Perkembangan Otak
C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (3)

3.Pengaruh Asupan Gizi, Pola Asuh, dan Stimulasi Dini:


Asupan Gizi
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurangnya asupan zat gizi
makro dan mikro merupakan penyebab utama terjadinya gangguan
tumbuh kembang anak.
Pola Asuh
Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang
sekurang-kurangnya dipenuhi oleh satu orang dewasa.
Stimulasi Dini
Pemberian rangsangan perkembangan pada anak usia dini sangat
penting untuk melejitkan semua aspek perkembangan yang mencakup
perkembangan visual, pendengaran, fisik-motorik, bahasa dan
komunikasi, sosial-emosional, moral-spiritual, dan kemampuan kognitif
yang lebih tinggi dengan mengedepankan kebebasan memilih,
merangsang kreativitas, dan penumbuhan karakter.

18
C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (4)
4. Manfaat dan Pendekatan:
Manfaat
Berbagai evaluasi ilmiah menunjukkan bahwa pelayanan
anak usia dini memberikan manfaat yang positif. Hasil studi
mengungkapkan bahwa investasi yang diberikan pada
kelompok penduduk yang berusia dini akan memberikan
hasil berlipat ganda di kemudian hari.
Pendekatan
Mengingat anak merupakan suatu totalitas yang utuh, maka
pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh
dan menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego
sektoral.

19
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, JENIS
PELAYANAN, SERTA INDIKATOR CAPAIAN

20
A. Arah Kebijakan

1. Peningkatan akses, pemerataan, serta kelengkapan


jenis pelayanan pengembangan anak usia dini.
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan
pengembangan anak usia dini.
3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor,
serta kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga
penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik
lokal, nasional, maupun internasional.
4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta
pelibatan masyarakat termasuk dunia usaha dan media
masa dalam penyelenggaran pelayanan Pengembangan
Anak usia Dini.

21
B. Strategi (1)

1. Meningkatkan pemahaman remaja dan calon


pengantin, orang tua, keluarga, dan pengasuh
pengganti dalam melakukan pengasuhan anak
secara optimal.
2. Menyelenggarakan pelayanan pengembangan
anak usia dini yang merata dan terjangkau.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan
pengembangan anak usia dini.
4. Melakukan internalisasi nilai-nilai agama dan
budaya.
22
B. Strategi (2)
5. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha.
6. Meningkatkan komitmen, koordinasi dan
kerjasama antar institusi pemerintah, lembaga
penyelenggara layanan, dan organisasi terkait.
7. Memperkuat dan harmonisasi landasan hukum
penyelenggaraan layanan pengembangan anak
usia dini holistik-integratif.

23
C. Kebutuhan Esensial & Jenis Pelayanan Anak Usia Dini

1. Kebutuhan Esensial Anak Usia Dini:


- kebutuhan fisik-biomedis (asuh)
- kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)
- kebutuhan stimulasi (asah)
2. Jenis Pelayanan:
Meliputi pelayanan untuk: (a) Anak; (b) Ibu; dan
(c) Keluarga.

24
D.KEGIATAN PENDUKUNG
1. Peningkatan kemampuan SDM pengembangan
anak usia dini.
2. Peningkatan Pemahaman masyarakat
3. Peningkatan pemahaman dan kemampuan
lembaga penyelenggara pelayanan
4. Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia
usaha yang mempekerjakan ibu/bapak anak usia
dini.
5. Peningkatan peran dan kemitraaan dengan
media masa
6. Peningkatan Manajemen Kelembagaan dan
Program Instansi Pemerintah.
25
E. INDIKATOR CAPAIAN (1)
1. Pelayanan untuk janin dalam kandungan sampai
bayi lahir:
a. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro terutama zat
besi.
b. Cakupan K-4 dan cakupan penyuluhan Ibu hamil.
c. Cakupan imunisasi ibu hamil.
d. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
2. Pelayanan bayi usia 0-28 hari
a. Cakupan menyusu dini.
b. Cakupan ASI eksklusif.
c. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro.
d. Kunjungan Neonatal.
e. Cakupan Imunisasi.
f. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi.
g. Presentase bayi yang memiliki akte kelahiran.
26
E. INDIKATOR CAPAIAN (2)
3. Pelayanan Bayi Usia 1-24 bulan
a. Cakupan ASI eksklusif
b. Persentase bayi usia 6-24 bulan yang mendapat ASI
c. Cakupan MP-ASI untuk keluarga miskin
d. Status gizi balita
e. Cakupan vitamin A
f. SKDN
g. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi
h. Cakupan ibu/keluarga yang mendapat penyuluhan
i. Cakupan DDTK
j. Cakupan imunisasi
k. Persentase balita sakit yang dilayani
l. Presentase balita gizi buruk yang dirawat
m. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan
sanitasi yang layak.
n. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu (khusus
daerah endemik malaria).
27
E. INDIKATOR CAPAIAN (3)
4. Pelayanan Anak Usia 2-6 tahun:
a. Status gizi balita
b. Cakupan vitamin A
c. SKDN
d. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi
e. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan
f. Cakupan DDTK
g. Cakupan Imunisasi
h. Persentase balita sakit yang dilayani
i. Presentase balita gizi buruk yang dirawat
j. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan
jamban
k. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu di
daerah endemik malaria
l. Ketersediaan sanitasi dasar di satuan pelayanan.
m. Angka partisipasi pendidikan anak usia dini.
28
E. INDIKATOR CAPAIAN (4)
5. Pelayanan Pengasuhan dan Perlindungan
a. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan
b. Cakupan keluarga miskin yang mendapat bantuan
(program PKH)
c. Cakupan anak usia dini yang dilayani di TPA dan KB
d. Cakupan balita terlantar yang dilayani di PSAB
e. Cakupan anak usia dini berkebutuhan khusus di
lembaga pengesuhan dan perlindungan.

29
E. INDIKATOR CAPAIAN (5)
6. Pelayanan untuk Ibu:
a. Ibu hamil sehat, yang diindikasikan dari status gizi ibu
dan cakupan gizi mikro yang diberikan.
b. Cakupan imunisasi ibu hamil
c. Cakupan penyuluhan bagi ibu hamil
d. Ibu bersalin normal, memperoleh pelayanan PONED
atau PONEK, dapat melakukan inisiasi dini, dengan
indikasi presentase pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
e. Ibu nifas sehat, menyusui secara benar, memanfaatkan
KMS dan KIA
f. Ibu menyusui sehat, menyusui eksklusif.
7. Pelayanan untuk keluarga
a. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan.
b. Cakupan keluarga miskin yang mendapat PKH.
30
E. INDIKATOR CAPAIAN (6)
8. Pelayanan untuk Remaja & Calon Pengantin
a. Cakupan remaja yang memperoleh penyuluhan.
b. Cakupan calon pengantin yang memperoleh layanan
konseling dan penyuluhan.
9. Peningkatan kemampuan SDM
10.Peningkatan Pemahaman Masyarakat
11.Peningkatan pemahaman dan kemampuan lembaga
penyelenggara dan pelayanan
12.Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia usaha
13.Peningkatan peran dan kemitraan dengan media masa
14.Peningkatan manajemen kelembagaan dan program
instansi/jajaran pemerintah.

31
BAB IV. PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-
INTEGRATIF

32
A. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN
ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

1. Pelayanan yang holistik


2. Pelayanan yang berkesinambungan
3. Pelayanan yang tidak diskriminatif
4. Perluasan distribusi pelayanan antarkelompok
masyarakat
5. Partisipasi masyarakat
6. Berbasis budaya yang konstruktif
7. Good governance

33
B. KELEMBAGAAN (1)

1. Struktur Organisasi Perencanaan dan Pembinaan


a. Tk Pusat: Koordinator Kantor Menko Kesra.
b. Tk Propinsi: Koordinator dan inisiator
penyelenggaraan program: Asda Bidang Kesra.
c. Tk Kab/kota: Koordinator dan inisiator
penyelenggaraan program: Asda Bidang Kesra.
d. Tk Kec: Penanggungjawab perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan: Camat.
e. Tk Desa/Kelurahan: Penanggungjawab perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan: Kepala Desa/Lurah.

34
B. KELEMBAGAAN (2)
2. Lembaga Penyelenggara:
a. Posyandu
b. Bina Keluarga Balita
c. Pos PAUD/Taman Posyandu
d. Kelompok Bermain
e. Taman Penitipan Anak
f. Taman Kanak-Kanak
g. Raudatul Athfal
h. Bustanul Athfal
i. Taman Pendidikan Alqur’an/Taman Kanak-Kanak Al-
Qur’an, Bina Iman Anak, Sekolah Minggu
j. Satuan layanan anak usia dini lainnya yang sejenis
35
C. TIPOLOGI/BENTUK PELAYANAN

1. Layanan Tidak Lengkap dan


Fragmented.
2. Layanan Lengkap dan
Fragmented.
3. Layanan Lengkap dan
Terintegrasi.
4. Layanan Belum Lengkap tetapi
berada pada satu lokasi.
5. Layanan Lengkap, Terintegrasi
pada satu tempat.
TIPE PELAYANAN YANG DIHARAPKAN

TIPE PELAYANAN TIPE PELAYANAN


LENGKAP TERINTEGRASI LENGKAP TERINTEGRASI
SATU ATAP

37
TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI (1)

2 Layanan
Bermain sambil
Belajar dan Asuhan
(Kelompok
Bermain) 3

3-4 tahun 5-6 tahun


Layanan
Pendidikan Pra-
5 sekolah
(TK/RA/BA/
Konsultasi/
Layanan sejenis)
Bimbingan
Kesehatan dan
Keluarga
Gizi Layanan
(BKB/LK3/
(Posyandu) Pendidikan
sejenis)
Agama
1 <1-5 tahun
(TPA/TKQ,
Sekolah Minggu,
3 bulan-6 BIA/sejenis)
tahun 3-6 tahun

Layanan
Asuhan dan
Perlindungan
4 (TPA/sejenis)

38
TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI (2)

 Pengertian:
penyelenggaraan pelayanan pengembangan
anak usia dini dengan jenis pelayanan yang
lengkap dan utuh mencakup pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan, gizi,
pendidikan, pengasuhan serta perlindungan
yang dilaksanakan secara terintegrasi oleh
berbagai pihak penyelenggara, di berbagai
lokasi.

39
TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI SATU ATAP (1)

Layanan
Bermain sambil
Belajar dan Asuhan
(3 - 4 tahun)

Layanan
Layanan
Kesehatan dan
Pendidikan Pra-
Gizi
sekolah
(<1 - 6 tahun)
(5 – 6 tahun)
MANAJEMEN/
KOORDINATOR
Layanan
Pendidikan
Agama
(3 – 6 tahun)

Layanan
Konsultasi dan
Bimbingan Layanan
Keluarga Asuhan dan
Perlindungan
(3 bulan–
6 tahun)

40
TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI SATU ATAP (2)

Pengertian:
penyelenggaraan pelayanan
pengembangan anak usia dini dengan jenis
layanan yang lengkap dan utuh mencakup
pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan,
serta perlindungan yang dilaksanakan oleh
satu atau beberapa lembaga
penyelenggara di satu lokasi

41
D. SUMBER DAYA (1)

1. Sumber Daya Manusia:


a. Pemerintah Pusat dan Daerah: diperlukan SDM yang
memahami perihal anak usia dini khususnya dan anak
pada umumnya.
b. Legislatif Pusat dan Daerah: terutama pada Komisi
yang menangani bidang kesehatan dan gizi, pendidikan,
pengasuhan dan perlindungan anak, perlu mempunyai
komitmen dan memahami mengenai pentingnya
pengembangan anak usia dini.
c. Lembaga penyelenggara: diperlukan SDM yang
memahami, memiliki latar belakang pendidikan/
pelatihan/pengalaman penyelenggaraan/pelayanan
anak usia dini. Kemampuan mengelola dan melakukan
rujukan di antara penyelenggara.

42
D. SUMBER DAYA (2)
2. Sumber Dana:
Pendanaan untuk pelayanan pengembangan anak
usia dini holistik-integratif berasal dari:
a. UPT Pemerintah Pusat, sumber dana dari APBN.
b. UPT Pemerintah Daerah, sumber dana dari APBD,
dana non reguler (sesuai peruntukan) dari
sumber APBN dan donasi/kemitraan.
c. Lembaga Penyelenggara milik masyarakat,
sumber dana dari Lembaga yang bersangkutan,
orangtua, dan dapat saja dari bantuan APBN,
APBD, APB Desa, atau donatur.

43
SARANA DAN PRASARANA

 PRASARANA
 Bangunan tempat pelayanan, sesuai dengan fungsi setiap jenis
pelayanan, ruang rawat, ruang periksa, kamar tidur, sesuai standar
minimum masing-masing pelayanan
 Lahan bermain (play-ground)
 Taman bermain
 Perpustakaan

 SARANA
 Sarana bermain seperti APE, alat bermain di dalam dan luar ruangan
 Sarana belajar seperti kurikulum, buku, materi bahan ajar, KKA,
peralatan, furnitur,
 Sarana kesehatan seperti anhopometer kit, buku KIA, DDTK, KMS,
 Sarana pembekalan kesehatan seperti vaksin, obat, suplementasi
gizi mikro.

44
BAB V. MEKANISME KOORDINASI PERENCANAAN,
PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI

A. Mekanisme Koordinasi dan Integrasi


1. Mekanisme Koordinasi
Mekanisme koordinasi dimulai sejak tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, hingga tahap
pemantauan dan evaluasi.
2. Mekanisme Integrasi Lembaga Pelayanan
Mencakup mekanisme integrasi pada pelayanan
Tipe Lengkap Terintegrasi dan mekanisme
pengintegrasian pelayanan Lengkap Terpadu
Satu Atap.

45
B. MEKANISME KOORDINASI MONITORING DAN
EVALUASI
Mengatur mekanisme koordinasi monitoring dan
evaluasi dari tingkat pusat dan daerah dan tingkat
penyelenggara layanan.
C. MEKANISME PELAPORAN
Mengatur mekanisme pelaporan dari tingkat
lembaga penyelenggara hingga tingkat pusat.
D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Mengatur tujuan, sasaran, dan ruang lingkup
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan.
46
E. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Pemerintah Pemda Provinsi


Kecamatan
Pusat dan Kb/Kota

Lembaga Sosial
Desa/Kelurahan Masyarakat Kemasyarakatan

Lembaga
Dunia usaha Media Massa
Penyelenggara

47
BAB VI. LANGKAH IMPLEMENTASI PEDUM PAUD

A. Sosialisasi
B. Konsolidasi dan Pengaturan Pelaksanaan
C. Penyelenggaraan Kegiatan
D. Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan,
dan Evaluasi

48
VII. PENUTUP
 Pembangunan SDM memiliki peran yang sangat penting
dalam mencapai kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa.
 Agar semua kebutuhan esensial anak dapat dipenuhi,
maka diperlukan pendekatan holistik-integratif dalam
pengembangan anak usia dini.
 Penyelenggaraan pelayanan anak usia dini dapat memilih
bentuk/ tipologi pelayanan Lengkap dan Terintegrasi atau
Pelayanan Lengkap dan Terintegrasi Satu Atap.
 Mengingat penyelenggaraan pengembangan anak usia
dini dilaksanakan oleh berbagai pihak, maka diperlukan
kejelasan peran keluarga, pemerintah, masyarakat,
lembaga sosial kemasyarakatan, dunia usaha, media massa,
dan lembaga penyelenggara.

49
TERIMA KASIH

50

Anda mungkin juga menyukai