Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PORISITAS DAN APLIKASINYA DALAM DENTAL DAN ORTHOPEDIC

OLEH : Yohana Maria Penga NIM : 080917045

PROGRAM STUDI TEKNOBIOMEDIK FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Material implan merupakan mterial yang digunakan dalam engganti fungsi kerja dari

suatu organ atau alat tubuh yang digantikannya. Selain membantu mengganti fungsi kerja organ-organ tubuh, material implan juga mampu memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Untuk menjadi pengganti atau implan suatu organ, material implan harus memenuhi beberapa syarat utama seperti nontoksik, nonalergi, nonkarsinogeni,

biocompatible, biodgradable, dan masih banyak syarat lainnya. Pada perkembangannya, material implan memiliki berbagi macam jenis baik yang dibuat dari material yang ada di alam atau yang sering disebut dengan biomaterial maupun yang disintesis di laboratuium. Material implan menjadi bagian terpenting dalam bidang medis, oleh karena itu diperluan suatu material yang unggul terutama pada sifat mekanik. Salah satu sifat meknik yang berpengaruh pada suatu material adalah porositas. Porositas atau porosity sendiri merupakan persentase ruang kosong pada padat dan merupakan sifat morfologi secara langsung dari material. Porisitas yang tinggi menunjukan bahwa suatu material mempunyai densitas atau kepadatan yang rendah. Pada beberapa aplikasi tertentu, porositas sangat diperlukan agar bisa menjalankan fungsi implantasinya dengan baik. Pengaruh porositas pada fungsi kerja dari suatu mmaterial implan dapat dilihat pada material implan pada gigi dan tulang. Berdasarkan latar belakang inilah, penulis mencoba mendiskripsikan tentang porositas secara khusus, material-material yang berporositas, proses pembuatan material berpori, serta

aplikasinya dalam bidang medis. Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa dapat lebih memhami tentang sifat mekanik dari material yang berporositas tinggi.

1.2.

Tujuan

Mendiskripsikan tentang sifat porositas pada suatu material Mendeskripsikan keunggulan dan kekurangan material berporositas Mendiskripsikan pemanfaatan sifat porositas dari suatu material pada bidang medis..

BAB II ISI

2.1. Porositas Porositas didefinisikan sebagai persentase ruang kosong pada padat dan merupakan sifat morfologi secara langsung dari material. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas yang dikenal dalam suatu material, yaitu : porositas tertutup Porositas yang tertutup pada umumnya sulit untuk ditentukan karena pori tersebut merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta tidak ada akses ke permukaan luar. Porositas tertutup memiliki tingkat kekasaran yang sangat tinggi pada sifat mekanik materialnya

porositas terbuka. pori terbuka memungkinkan masih adanya akses ke permukaan luar, walaupun ronga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Porositas terbuka memiliki dampak secara langsung pada kemungkinan terjadinya penetrasi cairan, sel-sel atau bakteri yang diinginkan dan tidak diinginkan.

Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka atau apparent porosity. Logam berpori dengan hubungan pada struktur pori bagian dalam pada

kepentingan tertentu bagus untuk aplikasi implan ortopedi karena mempunyai potensi dan kemampuan untuk memfasilitasi pertumbuhan jaringan. Pori-pori diperlukan untuk pembentukan jaringan, karena pori-pori memungkinkan terjadinya migrasi dan proliferasi sel, serta vaskularisasi. Selain itu, permukaan berpori juga meningkatkan mekanik interlocking antara biomaterial implan dan jaringan alami di sekitarnya, dan menyediakan stabilitas mekanik yang lebih baik pada kritis antarmukanya.

2.2 material yang berporositas alami Material yang mempunyai porositas tinggi pada perkembangannya sangat dibutuhkan pada dunia medis, khususnya pada teknik implantasi. Sifat mekanik porositas sendiri telah dimiliki oleh tubuh kita, misalnya pada struktur material gigi dan tulang. tulang Jaringan ikat tulang keras tampak terbuat dari bahan padat, namun pada kenyataannya jaringan ikat tulang keras ini sangat berpori pada skala mikrometer. Tulang trabecular memiliki porositas 50-90% dan ukuran pori dalam urutan 1 mm dengan diameter. Bahkan struktur padat pada tulang kortikal memiliki serangkaian void, sebagai contoh kanal haversian misalnya, dengan luas penampang 2500-12,000 m2 yang mengakibatkan 3-12% porositas. Pori-pori ini diisi dengan cairan dan selsel, membuat bahan tulang viskoelastik dengan kapasitas regenerasi yang tinggi. Kapasitas regeneratif ini dijamin oleh empat jenis sel yang terdapat dalam pori-pori jaringan tulang, yaitu : osteoblas, osteoklas, osteocytes dan sel lapisan tulang. Kanal Vascular bercabang-cabang dalam tulang, menyediakan sel-sel dengan dukungan metabolik. Dalam tulang cancellous, pori-pori juga diisi dengan sumsum merah dan kuning. Sumsum tulang ini termasuk dalam stem sel, yang berpartisipasi dalam pemeliharaan dan organisasi tulang . Meskipun merupakan struktur berpori dari

jaringan ikat keras, sum-sum tulang juga menunjukkan nilai compression strength yang tinggi pada massa yang relatif rendah. tulang memiliki compression strength yang beberapa kali lebih tinggi dari beton.

Gambar Struktur berpori pada tulang

Gigi (teeth)

Enamel, dentin, sementum, dan pulp merupakan jaringan penyusun gigi. Keempat bahan ini bergabung pada sementum-enamel junction (CEJ) dan persimpangan dentinenamel (DEJ). Porositas terbuka pada jaringan gigi bervariasi antara 1,11% sampai 3,08% dari volume jaringan gigi itu sendiri. Meskipun tidak ada badan selular yang terdapat di dalam enamel atau dentin, pori-pori terbuka di dentin yang terisi dengan serat Tomes menghubungkan permukaan dengan lapisan odontoblasts di dalam gigi, hal ini menunjukkan peranan penting dari pori-pori terhadap fungsi kerja gigi.

Gambar pori-pori (porus) pada hodroxyapatite dengan bentuk yang berbeda

` Gambar porus pada titanium

2,3, Proses pembutan material berporus (high porosity) Fabrikasi bahan berpori telah aktif diteliti sejak tahun 1943, ketika B. Sosnik berusaha untuk memperkenalkan pori-pori ke aluminium dengan menambahkan merkuri ke leburan. Dalam aplikasi biomedis, konsep penggunaan bahan berpori telah diteliti sejak lama. dimana pekerja Weber dan White dari 1972 adalah salah satu yang pertama menyebutkan penggunaan logam porus untuk osseointegration. Proses yang terjadi mempunyai perbedaan variasi dalam kompleksitas penyusunan dan juga dalam jenis bahan berpori yang dihasilkan. Dengan demikian, beberapa proses seperti deposisi pengecoran atau teknik uap cenderung untuk memungkinkan adanya kontrol yang lebih besar terhadap ukuran pori, distribusi dan

interkonektivitas denga geometri sel terbuka. Kesalingterkaitan dari pori-pori sangat penting untuk pertumbuhan ke dalam sel dan hubungan pori dengan sistem vaskular. Proses Lain yang melibatkan penguraian foaming agens di matriks baik cair atau bubuk logam memberikan porositas lebih rendah dan distribusi pori serta interkonektivitas kurang dapat diprediksi. Teknik yang paling umum digunakan untuk membuat porositas dalam biomaterial adalah :

salt leaching, gas foaming, phase separation, freeze-drying, dan Sintering

Semua teknik ini bergantung pada bahan yang digunakan untuk fibrikasi. Beberapa teknik yang saat ini tersedia untuk menciptakan nanotopography pada permukaan organik dan anorganik yaitu electron beam lithografi, colloidal resist, self assembling system. casting, micro-contact printing, masters dibuat melalui salah satu teknik di atas dan sintesis partikel

2.4 kekurangan dan kelebihan dari material berporositas tinggi Kekurangannya :


Tensile strength kurang bagus konsentrasi pada pori-pori mengurangi kekuatan lentur Fatigue resistance rendah mudah mengalami keausan kelebihan :

efektif untuk stabilisasi implan melalui pertumbuhan ke dalam jaringan struktur pori yang dimiliki mampu menjadikan interlock antara material implan dan organ lebih kompak.

2.5. aplikasi material berporositas dalam implan Dental aplication Material implan yang mempunyai sifat porositas sangatlah diperlukan dalam implan gigi karena beberapa fungsi khusus gigi membutuhkan struktur pori. Meskipun telah ditunjukkan bahwa material berpori dapat digunakan untuk membentuk alat yang efektif untuk stabilisasi implan melalui pertumbuhan ke dalam jaringan, penelitian mengindikasikan bahwa dalam menerapkan konsep material berpori untuk implant gigi khususnya yang ditempatkan secara perimucosal harus dilaukan dengan hati-hati. Microporosity permukaan yang berdekatan dengan gingiva dihasilkan dalam suatu reaksi inflamasi yang mencegah pembentukan segel biologis efektif. Penelitian menunjukkan bahwa segel biologis efektif tidak dapat dibangun dengan bahan yang memiliki mahkota dan microporosity permukaan servikal Masalah lain dalam aplikasi dental dari material berpori adalah suasana kimia yang tinggi di dalam mulut, karena ketersediaan yang lebih besar dari oksigen dan bahan makanan yang bersifat asam, sehingga menimbulkan terjadinya korosi. Peningkatan luas permukaan, seperti pda implan berpori, telah menunjukkan laju korosi yang lebih tinggi ketika diuji in vitro dibandingkan dengan implan tidak berpori melainkan berlapis konvensional. Korosi dapat sangat membatasi ketahanan aus dan ultimate strength material, yang mengarah pada kerusakan mekanis dari implan. Ada sedikit kemungkinan mengalami patah korosi yang terkait dengan implan dan Korosi khususnya pada paduan berbasis kobalt dapat mendorong munculnya karsinogen dalam tubuh. Disamping itu, Peningkatan ion logam dapat meningkatkan

kemungkinan sensitivitas logam dan respon alergi pada individu yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap pembentukan tumor. Selain dari hasil penelitian persyaratan minimal ukuran pori, banyak peneliti telah meneliti ukuran pori di atas 100 m dalam rangka untuk mendpatkan tulang implan yang optimal. Blok pori dri hidroksiapatit dengan ukuran pori yang berbeda (106212, 212-300, 300-400, 400-500 dan 500-600 m) dibandingkan ketika ditanamkan secara subkutan pada tikus. Bone aplication Struktur Tulang adalah struktur hirarkis. Tulang berisi struktur yang berbeda pada tingkat yang berbeda. Pada tingkat makroskopik tulang dibagi menjadi dua bentuk, yaitu : kortikal dan trabekuler. Tulang kortikal berstruktur padat dan ditemukan dalam tulang panjang. Porositas tulang kortikal berisi kanal Haversian. Struktur rabecular yang dimiliki oleh tulang inilah yang memungkinkan material implan berporus untuk mengantikan fungsi tulang apabila mengalami gangguan. Disamping itu material berporu memiliki kemampuan interlock yang baik sehingga antar tulang host dan material implan dapat menyatu dengan baik. Akan tetapi seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa material berporus mempunyai sifat mekanik yang kurang baik, maka telah dilakukan berbagai riset untuk menemukan struktur material berporus dengan karakteristik mekanik yang baik.

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan
1. Porositas didefinisikan sebagai persentase ruang kosong pada padat dan merupakan

sifat morfologi secara langsung dari material. Porositas terbagi atas2 jenis yaitu porositas terbuka dan porositas tertutup.
2. Material berporositas efektif untuk stabilisasi implan melalui pertumbuhan ke dalam

jaringan dan mampu menjadikan materila implan lebih kompak dengan organ host akan tetapi sifat mekanik lainnya seperti tensile strength, ftigue resistance, dan ketahanan terhadap aus tidak begitu baik
3. Material berporositas sangat cocok untuk aplikasi di bidang dental, seperti material

pengganti lapisan gigi dan di bidang orthopedic untuk implantasi tulang

3.2 saran Perlu dilakukan penelian lanjutan tentang porositas dan pengaruhnya terhadap karakteristik material Perlu dilakukan pengembangan terhadap material yang mempunyai porositas tinggi khususnya dalam bidang medis

DAFTAR PUSTAKA

Arndt F. Schilling, Debarun Das , Elisa Hoenig, Gabriela Mielke, Meenakshi Mour, Michael M. Morlock, and Thomas Winkler .2010. Advances in Porous Biomaterials for Dental and Orthopaedic Applications. Materials , 3, 2947-2974.

Barry, J.J.; Gidda, H.S.; Scotchford, C.A.; Howdle, S.M. Porous methacrylate scaffolds: supercritical fluid fabrication and in vitro chondrocyte responses. Biomaterials 2004, 25, 3559-3568

christopher G. Papangelou. 2005. Material properties and volumetric porosity ofbiomaterials for use in hard tissue replacement. Theses and disertations. University of South Florida

Ryan, G.; Pandit, A.; Apatsidis, D.P. Fabrication methods of porous metals for use in orthopaedic applications. Biomaterials 2006, 27, 2651-2670.

http://www.struers.com/default.asp?doc_id=149&admin_language=10

Anda mungkin juga menyukai