Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Etika profesi kebidanan merupakan dasar dalam menjalankan prilaku professional di

bidang kebidanan khususnya dan kesehatan umumnya. Sejarah membuktikan

sampai saat ini banyak pelanggaran etika secara tidak langsung banyak berakibat

pada kelangsungan profesinya maupun pribadi seorang bidan, sehingga pentingnya

bidan selalu berpegang teguh pada kode etik profesi pada setiap keadaan dalam

menjalankan layanan public yang dapat menjamin kualitas.

Makalah ini mencoba menjelaskan mengenai etika dalam pelayanan

kebidanan khususnya asuhan dalam masa nifas. Masa nifas sendiri dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan

dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

Menjelaskan mengenai etika dalam pelayanan kebidanan khususnya asuhan dalam

masa nifas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Etika Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari pelayanan

kesehatan secara umum. Pelayanan kebidanan tergantung pada sikap dan kondisi
social ekonomi masyarakat dimana bidan bekerja. Indikator kemajuan social

ekonomi dalam pelayanan kebidanan adalah :

1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi

2. Cangkupan pertolongan persalinan oleh bidan.

3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan

4. Menurunnya angka kematian neonatal

5. Cangkupan penanganan resiko tinggi

6. Meningkatnya cangkupan pemeriksaan antenatal.

Dengan meningkatnya kondisi social ekonomi masyarakat akan

mempengaruhi pemanfaatan pertolongan persalinan dengan pilihan utama bidan

sebagai penolong persalinan. Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan dan

keluarga berencana serta pelayanan kesehatan pada masyarakat luas harus

mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan dan tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan kebidanan. Disamping itu, keadilan dalam memberikan

pelayanan kebidanan juga merupakan aspek pokok dalam memberikan pelayanan

kebidanan.

Pelayanan yang adil bagi masyarakat diawali dengan pemenuhan

kebutuhan yang sesuai bagi klien, keberadaan sumber daya kebidanan yang selalu

siap untuk melayani dan diimbangi dengan penelitiaan untuk meningkatkan dan

mengembangkan pelayanan serta akses yang mudah ke tempat pelayanan.

Tahapan tersebut adalah syarat utama pelaksanaan pelayanan kebidanan yang

aman. Tahap berikutnya adalah sikap terhadap klien, sesuai dengan kebutuhan

klien, dan tidak membedakan pelayanan kepada siapapun.


Pelayanan kebidanan diberikan secara komprehensif dengan

memperhatikan rasa aman, kenyamanan, privacy, alami dan tepat . Agar dapat

memberikan pelayanan yang baik maka bidan harus memiliki metode pelayanan

yang sistematis, terarah, terukur yang disebut manajemen asuhan kebidanan yang

diawali dengan mengumpulkan data atau pengkajian, interpretasi data, identifikasi

masalah potensial atau antisipasi tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi

maupun rujukan, selanjutnya membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan,

serta evaluasi yang berkesinambungan terhadap keberhasilan pelayanan yang

diberikan.

Manajemen kebidanan merupakan hal yang memiliki keterkaitan oleh sebab

itu seluruh rangkaian kegiatan harus terdokumentasi dengan baik, sebagai aspek

legal dan informasi dalam asuhan kebidanan. Dokumentasi yang telah dibuat juga

memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Sebagai data atau fakta yang dapat dipakai untuk mendukung ilmu pengetahuan

2. Merupakan alat untuk membuat keputusan, perencanaan, dan sebagai control

terhadap suatu masalah

3. Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan terpelihara dengan baik.

Dokumentasi bersifat tertutup dan terbuka. Tertutup apabila di dalamnya

terdapat rahasia yang tidak boleh diperlihatkan, diungkapkan dan disebarluaskan

kepada masyarakat. Bersifat terbuka artinya dokumentasi selalu berinteraksi dengan

lingkungan untuk menerima dan menyimpan informasi . Format dokumentasi

kebidanan telah dirancang sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan oleh bidan

di semua tempat pelayanan kebidanan baik rumah sakit, puskesmas, maupun bidan

praktik swasta.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat

kepuasan rata rata penduduk dan diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan

standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Dimensi kepuasan klien dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

1. Kepuasan yang mengacu kepada penerapan kode etik dan standar pelayanan

profesi, kepuasan ini mencangkup penilaian :

a. Hubungan yang baik antara bidan dan klien yang memungkinkan bidan memberikan

informasi yang diperlukan .

b. Kenyamanan pelayanan

c. Kebebasan melakukan pilihan

d. Pengetahuan dan kompetensi bidan

e. Efektifitas pelayanan

2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan yang

bermutu dengan ukuran pelayanan sebagai berikut :

a. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)

b. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)

c. Kesinambungan pelayanan kebidanan ( continue)

d. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan ( acceptable )

e. Ketercapaian pelayanan kebidanan ( accessible)

f. Keterjangkauan pelayanan kebidanan ( affordable)

g. Efesiensi pelayanan kebidanan ( efficient)

h. Mutu pelayanan kebidanan ( quality)

B. Pengertian Post Natal Care (Asuhan Masa Nifas)


Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Pernyataan ini juga diperjelas oleh

Abdul Bari (2000) yang menyatakan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Dengan kata lain asuhan masa nifas

adalah asuhan yang diberikan pada ibu beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan

Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk

mempercapat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan, ibu dan bayi selama periode nifas.

C. Standar Pelayanan Nifas

Standart 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai beyi baru lahir untuk memastikan pernapasan

spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelaianan, dan melakukan

tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan

menangani hipotermi.

Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.

Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal hal yang

mempercepat pulihnya kesehatan ibu untuk memulai pemberian ASI.

Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas


Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah

pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang

benar, penemuan dini, penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikann penjelasan tentang kesehatan secara umum,

kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,

imunisasi dan KB.

D. Tujuan PNC

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari hari.

4. Memberikan pelayanan KB.

E. Kunjungan PNC

Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status

ibu dan bayi baru lahir.

Kunjungan masa nifas terdiri dari :

1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan

Tujuannya :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan

berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2

jam pertama setelah melahirkan atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan

stabil.

2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

Tujuannya :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.

3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :

a. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).


F. Perawatan Pada Masa Nifas

1. Early Ambulation

a. Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar dari tempat

tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan

b. Keuntungan early ambulation :

1) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat

2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik

3) Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti

pakaian, memberi makanan, dll

2. Diet

Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan

kesehatan dan memberikan ASI, makanan yang baik mempercepat menyembuhan

alat-alat kandungan

3. Miksi dan Defekasi

a. Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya penderita disuruh kencing

4 jam post partum. Bila kandung kencing penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya

dilakukan kateterisasi

b. Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terdapat kesulitan dapat

diberikan obat laksans peroral atau per rectal

4. Perawatan payudara

a. Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting susu lemas,

tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya

b. Bila bayi meninggal, maka laktasi harus dihentikan dengan cara :


1) Pembalutan mammae sampai tertekan

2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral dan periodel

G. Implementasi Hak hak Ibu Nifas

Beberapa hak hak pasien secara umum adalah :

1. Hak untuk memperoleh informasi

2. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas

3. Hak untuk mendapatkan perlindungann dalam pelayanan

4. Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

5. Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau keluarga dalam pelayanan

6. Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.

Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut, bidan berkewajiban memberikan

asuhan sesuai standar. Standar asuhan pada ibu nifas telah diatur dalam

KEPMENKES 369/ MenKes/ 2007.

Implementasi hak hak untuk ibu postnatal dan bayi, bisa diartikan dengan

gerakan sayang ibu. Gerakan sayang ibu merupakan suatu gerakan yang

dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu program pemerintah untuk

peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak

terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

Program ini bertujuan memberikan stimulant dalam memperhatikan gizi keluarga

terutama ibu hamil, dan ibu menyusui.

Metode yang digunakan pada program ini adalah meningkatkan kepahaman

pada keluarga dengan pendampingan dan penyuluhan, pembentukan komunitas

(kelompok masyarakat) yang terdiri dari masyarakat sasaran dan stakeholders.


Selain hak untuk mendapatkan pendampingan dalam gerakan sayang ibu,

implementasi hak ibu post natal juga dapat berupa hak ibu dalam menyusui bayi.

Kita tidak dapat memaksa ibu untuk menyusui kalau tidak ingin. Karena menyusui itu

juga melibatkan keikhlasan ibu, bukan hanya sekedar memberikan ASI kepada

bayinya. Sebaliknya, tidak ada seorangpun yang boleh menghalangi seorang ibu

memenuhi haknya untuk menyusui bayinya.

Selain ibu, bayi juga punya hak. Mendapatkan ASI ibu adalah hak bayi. Hal ini

juga diatur dalam konvensi Hk anak pasal 24 yang menyatakan bahwa anak (atau

bayi) berhak atas standar kesehatan tertinggi yang dapat diadakan. Yang paling

essensial dari hak ini adalah hak hidup si anak. Dia berhak mendapatkan kehidupan

yang layak di muka bumi ini.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan juga merupakan aspek pokok

dalam memberikan pelayanan kebidanan.

2. Standar pelayanan nifas ada 3 antara lain :

 Standart 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

 Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.

 Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

3. Implementasi hak ibu post natal antara lain : hak untuk mendapatkan pendampingan

dalam gerakan sayang ibu dan hak untuk menyusui bayinya

B. Saran

Diharapkan agar bidan senantiasa berpegang teguh pada kode etik profesi pada

setiap keadaan dalam memberikan pelayanan kebidanan agar dapat memberikan

layanan yang bermutu sesuai standar asuhan.

DAFTAR PUSTAKA :

Bahiyatun. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan Nifas normal. Jakarta ; EGC.
Kurnia, S. Nova. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta; Panji Pustaka.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta; Salemba Medika.

Soepardan, Suryani. Dadi Anwar Hadi. 2007. Etika kebidanan dan Hukum Kesehatan.

Jakarta; EGC.

Subijakto. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan Standart Pelayanan Nifas. Avaible from :

http://subijakto.blogspot.com/2010/11/contoh-surat-pertanggung-jawaban.html.

diakses tanggal 03 September 2012

Sujiyatini, Nilda Synthia Dewi. 2011. Catatan Kuliah Etika Profesi Kebidanan (disertai

analisis hukum kesehatan terkini). Yogyakarta ; Rohima press.

Sujiyatini, Nurjannah, dan Ana Kurniati. 2010. Catatan Kuliah asuhan Ibu Nifas III.

Yogyakarta; Cyrillus Publisher.

Anda mungkin juga menyukai