Anda di halaman 1dari 43
BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2023 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Téhun 1950 tentang Pemerintahan af Jawa Timur (Berita Negara Republik jgén Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan, ates Wilayah Kota Praja Surabaya dan Daerah Tingket Il Surabaya dengan mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Deerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Nomor 2730); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 4, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan 1 dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234} scbagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 ‘Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6801); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah ‘Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan 11. 12, 13. 16. 17. Sampah Spesifik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6522); Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 186); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Berita Negara Republik Ind Tahun 2010 Nomor 274); Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hid fp 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi_\ re eat Daerah tentang Pengelolaa zi F ty O13 Nomor 470); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 157); Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tehun 2021 tentang Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 752); Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 3 ‘Tahun 2022 tentang Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 378); 18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Sampah Regional (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 Nomor 7); 19. Peraturan Dacrah Kabupaten Jember Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Jember Tahun 2011 Nomor 4), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 1 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Dacrah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Jember Tahun 2020 Nomor 1); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBER Menetap! Dalam peraturan daereh ini yang dimaksud dengan : Daerah adalah Kabupaten Jember. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jember. Bupati adalah Bupati Jember. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jember. 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang pengelolaan sampah. 6. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat instansi Kabupaten Jember yang berwenang dalam pengelolaan persampahan. Beye 10. 16, 17. 18. 19, Orang adalah orang perscorangan, sekelompok orang, dan/atau badan hukum. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta malchluk hidup lain. Perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat pemukiman yang berperan dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatua Republik Indonesia. .Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manysia(dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. fi Seriodi komersial, Seriodi Seriodic, Seriodi 8, idsilitas Seriod, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. 2K epost adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, ‘an/atau volumenya memerlukan penanganan khusus. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pemilahan sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis. Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah. Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat penampungan sementara menuju tempat 5 pengolahan sampah atau tempat pengelolaan sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah. 20.Pengurangan sampah adalah kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah. 21. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. 22.Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 8R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala Kawasan. Jase‘ pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah daerah, 27. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau. diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 28. Kompensasi adalah adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak 6 eriodic yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah ditempat pemrosesan alchir sampah. 29. Insentif adalah upaya untuk memotivasi masyarakat secara positif agar masyarakat terscbut mentaati ketentuan dibidang pengelolaan sampah guna lebih meningkatkan pemeliharaan lingkungan. 30.Disinsentif adalah upaya memberikan penghukuman bagi masyarakat yang melanggar ketentuan dibidang pengelolaan sampah untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan. 91.Pihak Lainnya adalah Instansi atau Badan Usaha dan/atau perseorangan yang berada diluar Organisasi Pemerintah Daerah antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Usaha Koperasi, ‘Swasta Nasional dan atau Swasta Asing yang tunduk pada Hukum Indonesia. 32, Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milile Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan peféekutuan, bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana 7eriodi, afau“melakukan kegiatan diwilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sendiri atau 7 erfodi-sama melakukan kegiatan usaha. 35.Lahan Fasilitas Umum adalah lahen yang dipergunakan untuk fasilitas umum sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wileyah Daerah, 36, Fasilitas Umum adalah lahan, bangunan dan perelatan atau perlengkapan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk dipergunakan oleh masyarakat secara fuas. 37.Bank Sampah adelah fasilitas untuk mengelola sampah dengan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai sarana edukasi, perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah dan pelaksanaan ekonomi sirkular, badan usaha, dan/atau pemerintah daerah. BAB IL RUANG LINGKUP, ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu Ruang Lingkup Pasal 2 (1) Pengelolaan sampah dalam peraturan daerah ini terdiri atas: a. Sampah rumah tangga; >, Sampah sejenis sampah rumah tangga; dan c. Sampah spesifik. (2) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, termasuk limbah; ae . medis; b. c. Sampah yang timbul akibat bencana; d. Puing bongkaran bangunan; e ; Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas : a, tanggung jawab; +, asas berkelanjutan; ¢. asas manfaat; d. asas keadilan; ¢, asas kesadaran; f asas kebersamaan g. asas keselamatan; h. asas keamanan; dan i, asas nilai ekonomi Bagian Ketiga Tujuan Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. BAB Ill TUGAS, DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH, Bagian Kesatu Tugas Pasal 5 Pemerintah Daerah bertugas untuk: a.menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan sampah; b.melakukan penelitian, pengembangan penanganan sampah; c. memfasilitasi, mengem! penanganan dan d. san i ¢. me ivi jemfasil bea \A 7 £, mapifksilitasf penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada ‘SVarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan ‘pengembangan manfaat hasil pengolahan . melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah. Bagian Kedua Wewenang Pasal 6 Pemerintah daerah berwenang untuk: @ menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berlandaskan pada kebijakan nasional dan Provinsi yang berlaku; b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala Daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh 9 Pemerintah; c melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain; a menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah; @ melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan £ menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya. BABIV KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGELOLAAN SAMPAH Pasal 7 Dale = fyusun kebijakan dan strategi kabupaten sebagaimana faksud pada ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional serta kebjjakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan (3) sampah. (4) Kebijakan dan strategi Kabupaten dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan Bupati. Pasal 8 (1) Pemerintah Daerah selain menetapkan kebijakan dan strategi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a juga menyusun dokumen rencana induk dan studi kelayakan pengelolaan sampah. (2) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10 3) (4) memuat: pembatasan timbulan sampah; pendauren ulang sampah; pemanfaatan kembali sampah; pemilahan sampah; pengumpulan sampah; pengangkutan sampah; pengolahan sampah; Peres pe gp pemrosesan akhir sampah; dan i, pendanaan. Rencana Induk Pengelolaan Sampah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling sedikit 10 (sepuluh) tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Induk Pengelolaan Sampah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. BABY HAKT pan KEWAJIBAN. ag gélolaan sampah secara baik den Pemerintah, pemerintah daerah, Fas ane diberi tanggung jawab untuk itu; Jalen proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, pengawasan dibidang pengelolaan sampah; memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah; mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan althir sampah; dan memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan. 11 Pasal 10 Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangeni sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. BAB VI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga terdiri dari: @. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah. (2) Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan pe tahunan Perangkat Daerah. (3) Rencana pengurangan dan pena L esCeanan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakat; dan ©. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang dan penanganan akhir sampah. (4) Dalam melakukan pengelolaan sampah Pemerintah daerah dan masyarakat membentuk Bank Sampah. (5) Dalam Pengelolaan sampah spesifik dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Bagian kedua Pengurangan sampah Pasal 12 (1) Kegiatan pengurangan sampah meliputi: a. pembatasan timbulan sampah; b, pendauran ulang sampah; dan/atau ¢. pemanfaatan kembali sampah, (2) Kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah meliputi: @. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; ©. memfasilitasi penerapan label Produk yang ramah lingkungen; d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan €. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang, (3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagéi |. menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya; dan/atau b. menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, Pasal 14 (1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha wajib melalukan pendauran ulang sampah dengan: @. menyusun program pendauran ulang sampah sebagai bagian dari 13 2) 8) @) usaha dan/atau kegiatannya; b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang; dan/atau ©. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang. Dalam melakukan pendauran ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Setiap orang yang melalukan kegiatan usaha dapat menunjuk pihak lain. Pihak Jain, dalam melakukan pendauran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memiliki izin usaha dan/atau kegiatan, Dalam hal pendauran ulang sampah untuk menghasilkan kemasan pangan, pelaksanaan pendauran ulang wajib mengikuti ketentuan peraturan perundangan-undangan dibidang pengawasan obat dan makanan. Pasal 15 Setiap orang yang melakukan kegiatan Bagian Ketiga Penanganan sampah Pasal 16 Kegiatan penanganan meliputi: a. eRe se pemilahan sampah; pengumpulan sampah; pengangkutan sampah; pengolahan sampah; dan pemrosesan akhir sampah. 16 Pasal 17 {1) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a dilakukan oleh: a, setiap orang pada sumbernya; b. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan c. Pemerintah Daerah, (2)Pemilahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas: a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun; b, sampah yang mudeh terurai; c. sampeh yang dapat digunakan kembali; . sampeh yang dapat didaur ulang; dan +e, sampah lainnya, (8) Sampah yang mengandung B3 dimaksud pada ayat (2) huruf.a (4) Sampak’ yang mudah terurai oleh proses alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme, misalnya sampah makanan dan serasah, (6) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dalam melakuken pemilahan sampah wajib menyediakan sarana pemilahan sampah skala kawasan. (6) Pemerintah Daerah menyediakan sarana pemilahan sampah skala daerah. (7) Bank Sampah menyediakan sarana pemilahan sampah skala 15 desa/kelurahan. (8) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) harus menggunakan sarana yang memenuhi persyaratan: a. jumlah sarana sesuai jenis pengelompokan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2); b. diberi label atau tanda; dan ¢. pemberian pembeda bahan, bentuk dan warna wadah. Pasal 18 (1) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b dilakukan oleh: @. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan b. Pemerintah Daerah. (2) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosi dalam melakukan pengumpulan samy a. TPS; ‘san industri, ilitas lainnya an: (3) ri * Teena ‘dia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah; luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan; lokasinya mudah diakses; tidak mencemari lingkungan; dan memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan. eRe Pasal 19 (1) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c dilaksanakan dengan cara: a. Sampah rumah tangga ke TPS/TPS 3R/TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW; 16 b. Sampah dari TPS/TPS 3R/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah; c. Sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke ‘TPS/TPS 3R/TPST dan/atau TPA, menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan 4. sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah dan/atau dari TPS/TPS 3R/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. (2) Pelaksanaan pengangkutan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah. (8) Alat pengangiutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan, keschatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan. meliputi kegiatan: a. pemadatan; b. pengomposan; fasilitas lainnya; dan c. Pemerintah Daerah. (@) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala kawasan. yang berupa TPS3R. (4) Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah pada wilayah permukiman berupa: a. TPS3R; b. Stasiun Peralihan Antara; ¢. TPA; dan/atau 17 a 2) a 8) 4. TPST. Pasal 21 Pengolahan Sampah spesifik karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya dilaksanakan berdasarkan norma, standar, prosedur, krriteria sestiai ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 22 Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 hurufe dilakukan dengan menggunakan: a, metode lahan urug terkendali; 'b, metode Jahan urug saniter; dan/atau ¢, teknologi ramah lingkungan. Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Pemerintah Daerah. sarkan peraturan perundang-undangan; in analisis biaya dan teknologi; dan . menyusun rancangan teknis. Lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, paling sedikit memenuhi aspek: geologi; hidrogeologi; kemiringan zona; jarak dari permukiman; tidak berada dikawasan lindung/cagar alam; dan/atau bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua putuh lima) tahun. a b. © d. jarak dari lapangan terbang; e i & 18 (4) TPA yang disediakan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilengkapi: a. fasilitas dasar; . fasilitas perlindungan lingkungan; c. fasilitas operasi; dan 4d. fasilitas penunjang, Pasal 24 (1) Pengoperasian TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) harus memenuhi persyaratan teknis pengoperasian TPA sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 2) Dalam hal TPA tidak dioperasikan sesuai dengan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilakukan penutupan dan/atau rehabilitesi. Pasal 25 (1) Kegiatan penyediaan fasilitas pengolahan dan dilakukan melalui tahapan: a. perencanaan; b. pembangunan; dan c. pengoperas sian d (2) Pembangun: i da~ayat (1) huruf b meliputi Pasal 26 (1) Dalam melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, Pemerintah Daerah dapat: a, membentuk kelembagaan pengelola sampah; b. bermitra dengan badan usaha atau masyarakat; dan ¢. bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota lain. (2) Kemitraan dan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan- undangan. 19 Bagian Keempat Kelembagaan Paragraf 1 Bank Sampah Pasal 27 Dalam melakukan pengelolaan sampah, Pemerintah daerah dan masyarakat dapat membentuk Bank Sampah, Pasal 28 (1) Fasilitas Bank sampah sebagaimana dimaksud Pasal 27 dibentuk oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat yang dibedakan menjadi dua jenis : a. Bank Sampah Induk; atau b. Bank Sampah Unit. (2) Fasilitas Bank Sampah jenis Bank Sampah Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus memenuhi persyaratan : a. memiliki sarana untuk mengelompokkan sampah berdasarsa Sampah; b. dilengkapi dengan label atau tanda dimaksud dalam huruf a; luas lokasi dan kapasitas pe ffiki sarana untuk mengelompokkan sampah berdasarkan jenis sampah; b. dilengkapi dengan label atau tanda pada sarana sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. Iuas lokasi dan kapasitas pengelolaan sampah sesuai kebutuhan; d. lokasi mudah diakses; dan e. tidak mencemari lingkungan. (4) Tata Kelola Bank Sampah dibedakan berdasarkan jenis Bank Sampah. (6) Tata Kelola Bank Sampah Induk meliputi: a, memiliki struktur kelembagaan sesuai kebutuhan; b. berbentuk badan usaha; c. cakupan pelayanan ditingkat Daerah; 20 iki nasabah dari : 1. Bank Sampah Unit; 2. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan/atau 3. rumah tangga. ¢, memiliki prosedur operasional standar penyclenggaraan Bank Sampah, paling sedikit : 1, jam operasional Bank Sampah Induk; 2. jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah; dan 3. pencatatan jenis dan volume sampah yang dilakukan pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan kembali dan/atau pengolahan. (6) Tata kelola Bank Sampah Unit meliputi a, memiliki struktur kelembagaan sesuai kebutuhan; b. dibentuk oleh = 1. Lurah; atau 2. Kepala Desa. kelurahan, dan/atau desa; d, memiliki nasabah dari: -oférasional Bank Sampah Unit; ; jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah; dan 3. pencatatan jenis dan volume sampah yang dilakukan pemilahan, pengumpulan, dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Paragraf 2 Lembaga Pengelola Sampah Pasal 29 Pemerintah Daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dapat membentuk Iembaga pengelola sampah. au Pasal 30 (1) Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah di desa/kelurahan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, sesuai dengan kebutuhan. (2) Lembaga pengelola sampah scbagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf ¢ pada kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya mempunyai tugas: a. menyediakan tempat sampah rumah tangga dimasing-masing kewasan; b. mengangkut sampah dari sumber sampah ke ‘TPS/TPS3R atau ke ‘TPA/TPST; dan ¢. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah. Bagian Ketiga Sarana dan prasarana PERIZINAN Pasal 32 (1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin Usaha pengelolaan sampah dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangennya. (2) Kegiatan yang wajib memiliki izin adalah pendirian sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (3) Tata cara memperoleh izin pengelolaan sampah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4)Khusus untuk pengelola kawasan pemukimen/pengembang, untuk 2 mendapatkan izin lokasi selain menyiapkan fasilitas umum juga wajib menyediakan TPS/TPS3R. BAB VIII PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI Bagian Kesatu Pembiayaan Pasal 33 (1) Pemerintah Daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaleu. (2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, (3) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan berupa stimulan dan/atau sarana pengolahan sampah yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai kebutuhan. Bagian Kedua ‘mulihan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan, dan/atau 4, Kompensasi dalam bentuk lain. BAB IX PERAN MASYARAKAT Pasal 35 (1) Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang disclenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat 23 berupa: a. pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah dacrah dalam kegiatan pengelolaan sampah; b, pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga; ©. pelaksanaan kegiatan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan Pemerintah Daerah; dan/atau d. pemberian pendidikan dan pelatihan, kampanye, dan pendampingan oleh kelompok masyarakat kepada anggota masyarakat dalam pengelolaan sampah untuk mengubah perilaku anggota masyarakat. (3) Peran serta masyaraket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b disampaikan melalui forum yang keanggotaannya atas pihak-pihak terkait. provinsi atau antar provinsi. (3) Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup: penyediaan/pembangunan TPA; sarana dan prasarana TPA; pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA; pengelolaan TPA; dan/atau 9 Boge pengolahan sampah menjadi produk leinnya yang ramah lingkungan. Pasal 37 (1)Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 24 undangan yang berlaku. (2) Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. penarikan retribusi pelayanan persampahan; >. penyediaan/pembangunan TPS atau TPS 3R atau TPST, TPA, serta sarana dan prasarana pendukungnya; c, pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R/TPST ke TPA; |. pengelolaan TPA; dan/atau €, pengelolaan produk olahan lainnya. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 38 (1) Bupati melakukan pembinaan pengelolaan sampah didaerah. (2)Pembinaan terhadap _penyelenggaraan _pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a, perencanaan; b. penelitian; c. pengembangan; d. pemantauan; dan sampah ésuai dengan ketentuan peraturan perundang- (4) Tata Ga¥a@ Pembinaan Pengelolaan Sampah sebagaimana dimakeud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Pasal 39 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampeh yang dilakukan oleh pengelola sampah dilakcukan oleh pemerintah daerah. (2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur oleh Pemerintah. 25 BAB XII INSENTIF DAN DISINSENTIF Pasal 40 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan badan usaha yang melakukan: a, inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan; c. pengurangen timbulan sampah; dan/atau. d. tertib penanganan sampah. (2) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada perseorangan yang melakukan: a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; dan/atau b, pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan, (3) Pemerintah Daerah memberikan disinsentif kepada lembaga, usaha, dan perseorangan yang melakukan: a, pelanggaran terhadap larangan; dan/atau b. pelanggaran tertib penanganan samp: kemudahan perizinan dalam pengelolaan sampah; “‘pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu tertentu; 4. penyertaan modal daerah; dan/atau ¢. pemberian subsidi, (6) Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat berupa: a. penghentian subsidi; dan/atau b, denda dalam bentuk uang/barang/jasa, (7) Disinsentif kepada badan usaha scbagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat berupa: a. penghentian subsidi; b.penghentian pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah; 26 dan/atau ¢. denda dalam bentuk uang/barang/jasa. (8) Kepala Daerah melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan usaha terhadap: a. inovasi pengelolaan sampah; b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan; c. pengurangan timbulan sampah; d. tertib penanganan sampah; e. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau f, pelanggaran tertib penanganan sampah. (9) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk Tim Penilai dengan Keputusan Kepala Daerah. (10) Insentif diberikan dengan memperhatikan keuangan daerah. (11) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif dan disinsentif diatur dalam Peraturan Bupati. Setiap orang dilarang :— a, membuang_satipah| ti at \yenetelah ditentukan dan 2 BAB XIV RETRIBUSI Pasal 42 Pelayanan penanganan sampah yang diselenggarakan Pemerintah Daerah akan dikenaken retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangen. 7 BAB XV, SISTEM INFORMASI Pasal 43 (1) Pemerintah Daerah menyediakan informasi mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. (2) Informasi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memberikan informasi mengenai : a, sumber sampah; ». timbulan sampeh; c. komposisi sampah; d. karakteristik sampah; €. fasilitas pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga; dan informasi lain terkait pengelolaan sampah rumeh tangga dan PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 44 (1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas: a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; dan b, sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat. (2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui penyelesaian diluar pengadilan ataupun melalui pengadilan, (3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB XVII PENYIDIKAN Pasal 45 (1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang pengelolaan persampahan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana, (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a, melakukan pomeriksaan atas kebenaran laporan atau ketcrangan dengan tindak pidana dibidang pengelolaan sampah; b, melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dibidang pengelolaan sampah; le ebb ys dan dokumen lain serta dan barang hasil kejahatan Pidana dibidang pengelolaan sampah. (8) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. (4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. 29 BAB XVIII KETENTUAN PIDANA Pasal 46 (4) Setiap orang, peiaku usaha dan/atau lembaga yang secara melawan hukum membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan diancam dengan denda paling banyak Rp, 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). (2) Setiap orang, pelaku usaha dan/atau lembaga yeng secara melawan hukum melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir diancam dengan denda paling banyak Rp, 10,000.000,- (sepuluh juta rupiah). (3) Setiap orang, pelaku usaha dan/atau lembaga yang secara melawan hukum membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah diancam dengan denda paling banyak 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi pidana sel na dimaksud or Bupati,

Anda mungkin juga menyukai