Anda di halaman 1dari 18

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

KONSOLIDASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN TANAH UNTUK


PEMBANGUNAN SARANA DAN FASILITAS UMUM

Abuyazid Bustomi1 dan Barhamudin2


1
Fakultas Hukum Universitas Palembang
E-mail: Abuyazid.bustomi13.ab@gmail.com
2
Fakultas Hukum Universitas Palembang
E-mail: bsuryaigama@yahoo.com

Abstract
The politics of consolidation is done to help the community in their efforts to make the area
orderly and orderly, and the involvement of the government is very dominant. Land
consolidation in Indonesia is aimed at slums or border areas or residential areas. The
initiative to carry out land consolidation comes from the government, but it can also come
from private companies. This research method is normative / literature, which is to get data
from literature, books and legislation. The results of the study that the consolidation of land
carried out to strengthen the value and function of the soil as a result of the arrangement of
the shape, area, and location so that it becomes orderly and orderly that supports land use
effectively and efficiently according to its potential. The obstacles if there are people who
object to the consolidation of land for the development of public interests and public facilities.
Obstacles from landowners in land consolidation, namely the difficulty of obtaining approval
or agreement from landowners in land consolidation because the landowners' approval
determines the issuance of a Regent / Mayor's decree on determining the location of land
consolidation. The obstacle of the regional government in land consolidation is limited
authority because the limitation of land rights is not the authority of the Regent / Mayor.
Keywords: Land Rights; Consolidation

Abstrak
Politik dari konsolidasi dilakukan untuk membantu masyarakat dalam usahanya untuk
menjadikan daerah itu tertib dan teratur, dan keterlibatan pemerintah sangat dominan.
Konsolidasi tanah di Indonesia ditujukan kepada daerah-daerah kumuh ataupun kepada
daerah-daerah perbatasan ataupun daerah pemukiman. Inisiatif untuk melaksanakan
konsolidasi tanah berasal dari pemerintah, namun bisa juga dari perusahaan swasta. Metode
penelitian ini adalah normatif/kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data-data dari literatur-
literatur, buku-buku dan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian bahwa konsolidasi
tanah dilakukan untuk penguatan nilai dan fungsi tanah sebagai hasil penataan bentuk, luas,
dan letak sehingga menjadi tertib dan teratur yang mendukung pemanfaatan lahan secara
efektif dan efisien sesuai potensinya. Adapun hambatannya apabila ada masyarakat yang
keberatan dengan konsolidasi tanah untuk pembangunan kepentingan umum dan fasilitas
umum. Hambatan dari pemilik tanah dalam konsolidasi tanah, yakni sulitnya mendapatkan
persetujuan atau kesepakatan dari pemilik tanah dalam konsolidasi tanah karena persetujuan
pemilik tanah menentukan dikeluarkannya keputusan Bupati/Walikota tentang penetapan
lokasi konsolidasi tanah. Hambatan dari pemerintah daerah dalam konsolidasi tanah adalah
wewenang yang terbatas karena pembatasan hak atas tanah bukan wewenang Bupati/Walikota.
Kata Kunci: Hak Atas Tanah; Konsolidasi

PENDAHULUAN adalah hak mutlak, artinya hak yang


Sebagian masyarakat masih tidak dapat diganggu gugat terhadap
beranggapan bahwa hak atas tanah tanah padahal hak atas tanah di

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 46


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

dalamnya mengandung fungsi sosial, lain karena pihak yang bersengketa


artinya tanah bisa dimanfaatkan oleh merasa bahwa alas hak yang dimiliki
siapa pun asalkan prosedur hukum dianggap paling benar atau yang satu
telah ditempuh, terlebih apabila calon didasarkan atas surat yang dimiliki
pengguna tanah adalah negara dan sedang di pihak lain didasarkan pada
digunakan untuk kepentingan umum. penguasaan fisik diatas tanah tersebut.
Sebetulnya berdasarkan hak yang Sebagaimana dikemukakan
dimiliki oleh negara, demi kepentingan diatas, pelaksanaan pembebasan tanah
umum negara berhak untuk melakukan untuk kepentingan umum memang
pemaksaan seseorang atau lembaga hampir selalu mengalami hambatan
hukum untuk melapaskan hak atas dan tantangan. Sebetulnya dimana letak
tanahnya. Namun hak negara ini tidak permasalahnnya, apakah terletak pada
boleh meninggalakan prinsip prosedur atau kultur.. Untuk mengubah
kepemilikan individu. 1 kultur masyarakat dalam melepaskan
Persoalan pembebasan tanah haknya atas tanah perlu mencari
untuk kepentingan umum pada persamaan kultur antara Pemerintah
umumnya timbul karena tidak terdapat dan masyarakat, karena selama tidak
persesuaian harga, yang sering ada persamaan kultur akan selalu
memperuncing masalah dengan turut mengalami permasalahan serius.
campur tangannya pihak-pihak tertentu Sebetulnya perbedaan kultur antara
yang ingin mendapatkan keuntungan pemerintah dengan masyarakat terletak
pribadi dengan memprovokasi pada penetapan harga ganti rugi belaka.
masyarakat/warga pemilik tanah untuk Dibalik itu pemerintah dalam
meminta harga yang sangat tinggi/tidak menentukan harga hanya berpatokan
wajar, yang mengakibatkan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
musyawarah tidak mencapai mufakat, yang besarnya ditentukan oleh Kantor
dan pembangunan terhambat karena Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam
penyelesaian menjadi berlarut-larut dan merencanakan ganti rugi tanah terhdap
berkepanjangan. Berbagai sengketa penduduk yang terkena pembebasan
kepemilikan tanah yang terjadi tidak tanah, setidak-tidaknya harus:
1. Memperhatikan aspek-aspek fisik,
1
Mukadir, “Model Pembebasan Tanah Untuk
Kepentingan Umum,” Jurnal Media Jaya No. misalnya ukuran tanah, kondisi
006 Th XXVIII Juli (2004): 48.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 47


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

arsitektur bangunan, konstruksi pemerintah dalam menentukan harga


interior dan eksterior bangunan, ganti rugi tanah. Dibalik itu diharapkan
ukuran bangunan, fasilitas yang ada
juga tidak terjadi kerja sama dengan
pada bangunan, serta harapan-
harapan perkembangannya. pemilik tanah yang terkena
2. Memperhatikan aspek-aspek pembebasan. Kalau lembaga ini
kondisi lingkungan, sosial dan
bertindak tidak netral tentu akan
fisik, dan kehidupan yang akan
datang, mata pencaharian serta dikenakan sanksi oleh lembaga
strata sosialnya (apakah termasuk Pemerintah yang mengeluarkan izin
golongan orang kaya atau tergolong
operasional.
miskin).
3. Memperhatikan data-data pasar Apabila pihak pengembang
harga tanah.2 menginginkan sebidang tanah, maka
Pembebasan tanah milik tanah tersebut dibeli dengan
masyarakat oleh pemerintah sering membentuk panitia pembelian
terjadi disertai dengan penyelesaian tanah.Pemilihan lokasi tanah oleh
yang tidak tuntas, bahkan di masa lalu pihak pengembang didasarkan pada
menggunakan kekuatan tentara agar pertimbangan bahwa lokasi tanah
pengambilan tanah berhasil dilakukan tersebut sangat cocok untuk
tanpa proses ganti rugi kepada pemilik pembangunan suatu fasilitas umum
3
tanah. Dalam pembebasan tanah yang tidak terdapat pada lokasi tanah
lembaga penilai yang dimaksudkan lain.Tanah yang ingin dibebaskan
disini adalah yang telah mendapat hendaknya terhindar dari maslah-
lisensi dari Pemerintah sebagai masalah antara antara sesama pemilik
lembaga penilai yang netral, disamping dan antara pemilik tanah dengan
itu memang lembaga ini telah keluarga atau kerabat misalnya
mempunyai keahlian di bidangnya. Arti penetapan batas pemilikan tanah atau
netral dari lembaga ini keberadaannya sengketa tanah warisan. Apabila
tidak ada sangkut paut dengan instansi masalah-masalah tersebut belum
pemerintah, sehingga tidak ada diselesaikan, maka akan menghambat
kemungkinan kerja sama instansi proses pembebasan tanah tersebut.
2 Adapun yang menyelesaikan masalah
Bambang Tri Cahyo, Ekonomi Pertanahan
(Yogyakarta: Liberti, 1983). tersebut adalah para pihak pemilik
3
Balya S, ”Krisis Tanah di Daerah
Perkotaan,” Prisma No. 1 Tahun XVI (2007): tanah dan keluarga atau kerabatnya.
94.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 48


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

Pertama langkah awal dari proses Kepentingan Umum, dan cara


pembebasan tanah adalah mengadakan perhitungan ganti kerugian ditetapkan
pendekatan-pendekatan dengan atas dasar: 4
memberikan penjelasan-penjelasan 1. NJOP nyata/sebenarnya dengan
yang terinci mengenai tata cara memperhatikan NJOP tahun
berjalan berdasarkan penetapan
pembebasan tanah, penggunaan tanah
lembaga/Tim penilai harga Tanah
tersebut setelah dibebaskan, dan yang ditunjuk oleh panitia;
besarnya ganti rugi yang akan 2. Nilai Jual bangunan yang ditaksir
oleh Perangkat daerah yang
diberikan.
bertanggung jawab di bidang
Kedua, adalah langkah bangunan;
pembuatan akta. Apabila masalah- 3. Nilai jual tanaman yang ditaksir
oleh Perangkat Daerah yang
masalah yang menghambat acara
bertanggung jawab di bidang
pembebasan tanah telah dapat pertanian.
diselesaikan, maka langkah kedua dari Sebagian besar pembangunan di
pembebasan tanah adalah membuat segala bidang memerlukan tanah, baik
perjanjian atau persetujuan. Perjanjian sebagai tempat untuk membangun
atau persetujuan ini menandakan maupun sebagai faktor produksi, yang
bahwa penduduk bersedia melepaskan pengadaan dan pemanfaatannya dengan
tanahnya dan menerima ganti rugi yang berwawasan lingkungan, antara lain
telah disepakati bersama antara pemilik dilaksanakan melalui penataan kembali
tanah dan pihak penguasaan dan penggunaan tanah.
pengembang.Persetujuan ini Pada lokasi-lokasi tertentu penataan
ditandatangani oleh kepala desa kembali tersebut akan efisien jika
sebagai wakil dari masyarakat dan dilaksanakan melalui konsolidasi
pihak pengembang. Dam Ketiga, tanah, sebagai perwujudan keinginan
adalah proses ganti rugi. Langkah membangun dari masyarakat, oleh
ketiga dalam acara pembebasan tanah masyarakat, dan untuk masyarakat.
adalah proses ganti rugi yang diberikan Permasalahan dalam tulisan ini
dari pihak pengembang. adalah bagaimanakah konsolidasi tanah
Peraturan Presiden Nomor 65 sebagai alternatif penyediaan tanah
Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah untuk pembangunan sarana umum dan
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
4
Balya S

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 49


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

fasilitas umum, serta apa saja wilayah perkotaan dan wilayah


hambatan-hambatan dalam pertanian dan bertujuan
pelaksanaan konsolidasi tanah sebagai mengoptimalkan penggunaan tanah
alternatif penyediaan tanah untum dalam hubungan dengan
pembangunan sarana umum dan pemanfaatan, peningkatan
fasilitas umum. produktivitas dan konservasi bagi
Penulis menggunakan metode kelestarian lingkungan.5
penelitian normatif/kepustakaan, yaitu Menurut AP. Parlindungan
untuk mendapatkan data-data dari konsolidasi tanah dalah penggabungan
literatur-literatur, buku-buku dan dan atau pengaturan kembali tanah-
peraturan perundang-undangan antara tanah sehingga akan sesuai dengan
lain. Undang-Undang Nomor 5 Tahun pembangunan yang direncanakan. Di
1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, daerah perkotaaan ataupun di
Undang-Undang Nomor 20 Tahun pinggiran, yang karena satu dan lain
1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak hal akan berubah peruntukannya
Atas Tanah dan Pasal 15 Peraturan menjadi suatu daerah permukiman dan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006 daerah pertanian.6
Tentang Pengadaan Tanah Bagi Dari definisi Pasal 1 butir 1
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Kepentingan Umum. Selanjutnya data Nasional Nomor: 4 Tahun 1991 tentang
yang didapat di analisa secara deduktif Konsolidasi Tanah, terdapat dua
kualitatif, dengan menggunakan kegiatan yang dilakukan sekaligus
pendekatan secara yuridis normatif, dalam Konsolidasi Tanah Perkotaan,
yaitu dengan menganalisa dari norna- yaitu:
norma atau aturan-aturan yang berlaku. a) Penataan kembali penguasaan dan
penggunaan tanah; dan
PEMBAHASAN b) Pengadaan Tanah untuk
A. Pengertian dan Tujuan pembangunan.
Konsolidasi Tanah
5
Johara T. Jayadinata, Tata Guna Lahan
Konsolidasi Tanah merupakan dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan
salah satu model pembangunan Wilayah (Bandung: ITB Press, 1999).
6
A.P. Parlindungan, Bunga Rampai Hukum
dibidang pertanahan, yang mencakup Agraria Serta Landreform Bagian I (Bandung:
Mandar Maju, 1999).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 50


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

Makna penataan kembali berasal dari pemerintah, namun bisa


menunjukkan bahwa kondisi faktual juga dari perusahaan swasta.
sebelum ditata dengan konsolidasi Secara umum, konsolidasi tanah
tanah perkotaan, diatas tanah memiliki tujuan untuk mencapai
tersebut kenyataannya telah ada suatu kepastian hak atas tanah dan tanah
bentuk penguasaan tanah yang tidak secara optimal melalui perbaikan
tertib dan penggunaan tanah yang tidak penguasaan tanah untuk mendukung
teratur. Dengan partisipasi dari pembangunan baik di perkotaan
masyarakat dalam hal ini para peserta maupun di pedesaan.
konsolidasi tanah, maka ketidak Konsolidasi tanah dimaksudkan
tertiban penguasaan tanah dan untuk mencapai pemanfaatan tanah
ketidakteraturan penggunaan tanah secara optimal, melalui peningkatan
ditata kembali, sekaligus diupayakan efesien dan produktivitas penggunaan
penyediaan tanah untuk kepentingan tanah serta peningkatan kualitas
pembangunan prasarana jalan dan lingkungan. Konsolidasi tanah
fasilitas umum lainnya. Konsolidasi merupakan kebijaksanaan penataan
tanah dapat dikatakan sebagai kembali penguasaan dan penggunaan
kebijakan pertanahan partisipatif dalam tanah serta usaha pengadaan tanah
pemanfaatan tanah sebagaimana yang untuk kepentingan pembangunan dan
dialokasikan Rencana Tata Ruang meningkatkan kualitas lingkungan dan
untuk permukiman. 7 pemeliharaan sumber daya alam
Dewasa ini, konsolidasi tanah di dengan melibatkan partisipasi aktif
Indonesia ditujukan kepada daerah- masyarakat, sehingga memerlukan
daerah kumuh ataupun kepada daerah- pengaturan untuk mendorong dan
daerah perbatasan ataupun daerah memperlancar pelaksanaannya secara
pemukiman. Inisiatif untuk tertib.
melaksanakan konsolidasi tanah Ketentuan Pasal 2 Peraturan
kepala BPN Nomor 4 tahun 1991
tentang Konsolidasi tanah, menyatakan
7
Oloan Sitorus, Keterbatasan Hukum
bahwa tujuan konsolidasi tanah adalah
Konsolidasi Tanah Perkotaan Sebagai
Instrumen Kebijakan Pertanahan Partisipatif untuk mencapai pemanfaatan tanah
Dalam Penataan Ruang di Indonesia
(Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah secara optimal, melalui peningkatan
Indonesia, 2006).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 51


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

efisiensi dan produktivitas penggunaan b. wilayah yang berpengairan cukup


tanah, sedangkan sasaran konsolidasi baik namun masih perlu ditunjang
oleh pengadaan jaringan jalan yang
tanah adalah terwujudnya suatu tatanan memadai.
penguasaan dan penggunaan yang
tertib dan teratur. Peningkatan yang B. Asas-Asas Konsolidasi Tanah
demikian itu mengarah kepada Asas-Asas dalam pelaksanaan
tercapainya suatu tatanan pengunaan konsolidasi tanah perkotaan, adalah:
dan penguasaan yang tertib dan teratur. 1. Asas Filosofi
Asas filosofi konsolidasi tanah
Sedangkan sasaran konsolidasi adalah Pancasila, dalam hal ini adalah
tanah terutama ditujukan pada wilayah sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
perkotaan meliputi: Rakyat Indonesia, yang dijiwai oleh
a. permukiman kumuh; sila-sila Pancasila lainnya. Dengan sila
b. wilayah permukiman yang tumbuh kelima Pancasila ini diharapkan bangsa
pesat; Indonesia mampu mengembangkan
c. wilayah permukiman yang mulai perbuatan-perbuatan luhur yang
tumbuh; mencerminkan sikap dan suasana
d. wilayah yang direncanangkan kekeluargaan.
menjadi permukiman baru; 2. Asas Konstitusional
e. wilayah yang relatif kosong di Asas konstitusional
bagian pinggiran kota yang penyelenggaraan konsolidasi tanah
diperkirakan akan berkembang adalah Undang-Undang Dasar 1945,
sebagai daerah permukiman. khususnya Pasal 33 ayat (3) yang
Sedangkan wilayah pedesaan menyatakan bahwa bumi, air dan
8
meliputi: kekayaan alam yang terkandung di
a. wilayah yang potensial dapat dalamnya dikuasai oleh Negara dan
memperoleh pengairan tetapi belum
dipergunakan untuk sebesar-besarnya
tersedia jaringan irigasi telah
tersedia tetapi pemanfaatannya bagi kemakmuran rakyat. Penjelasan
belum merata; Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
menyatakan bahwa bumi, air dan
8
Philipus Hadjon, Pengantar Hukum kekayaan alam yang terkandung dalam
Administrasi Indonesia (Yogyakarta: UGM
press, 2007).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 52


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

bumi adalah pokok-pokok dalam arti yuridis, juga beraspek


kemakmuran rakyat. perdata dan beraspek publik.10
3. Asas Politis Beraspek publik adalah hak
Asas politis dalam penyelenggaraan penguasaan tertinggi yang dimiliki oleh
konsolidasi tanah dapat dilihat dalam negara yang meliputi semua tanah
Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam wilayah negara, yang merupakan
(GBHN) beserta peraturan perundang- tanah bersama sebagaimana diatur
undangan pelaksanaannya. dalam Pasal 33 ayat (3) UUD’45,
Selanjutnya konsolidasi tanah bahwa bumi, air dan kekayaan alam
perkotaan sebagai kebijakan publik yang terkandung didalamnya dikuasai
dibidang Pertanahan dalam oleh negara dan digunakan sebesar-
memanfaatkan tanah sebagaimana yang besarnya bagi kemakmuran rakyat.
dialokasikan rencana tata ruang kiranya Selanjutnya Pasal 2 ayat (1) UUPA
harus tunduk pada asas-asas umum menyebutkan, bahwa: Pengertian
hukum mengenai penguasaan dan dikuasai bukan berarti dimiliki akan
penatagunaan tanah serta asas-asas tetapi adalah negara sebagai yang
umum yang harus diperhatikan pada diberi wewenang, selanjutnya dalam
pemberian hak atas tanah sebagai salah Pasal 2 ayat (2) UUPA menyebutkan,
satu bentuk penetapan pemerintah. bahwa hak menguasai dari negara
memberikan kewenangan untuk :
C. Tinjauan Umum Tentang Hak- 1. Mengatur dan menyelenggarakan
hak Penguasaan Atas Tanah peruntukan, penggunaan,
1. Hak Penguasaan Atas Tanah persediaan dan pemeliharaan
Istilah penguasaan dan menguasai bumi, air dan ruang angkasa.
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2. Menentukan dan mengatur
adalah proses, cara, perbuatan hubungan hukum antara orang-
menguasai atau mengusahakan.9 orang dengan bumi, air dan ruang
Pengertian penguasaan dan menguasai angkasa.
dapat dipakai dalam arti fisik juga
9
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum 10
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia;
Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
dan Pengembangan Bahasa, Departemen Agraria; Isi dan Pelaksanaannya (Jakarta:
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Djambatan, 2003).
Indonesia, 1991).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 53


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

3. Menentukan dan mengatur b. Wakaf, yaitu hak milik yang


hubungan-hubungan hukum antara sudah diwakafkan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 49 Undang-
orang-orang dan perbuatan- Undang Pokok Agraria.
perbuatan hukum yang mengenai c. Hak-hak jaminan atas tanah
bumi, air dan ruang angkasa. yang disebut Hak Tanggungan,
sebagaimana diatur dalam Pasal
Dalam Hukum Tanah Nasional
25, Pasal 33, Pasal 39 dan Pasal
diatur bermacam-macam hak 51 Undang-Undang Pokok
penguasaan atas tanah yang disusun Agraria.
dalam jenjang tata susunan atau hirarki
2. Fungsi Sosial Atas Tanah
sebagai berikut:
Dalam Pasal 6 UUPA disebutkan:
1. Hak Bangsa, sebagai hak
Semua hak atas tanah mempunyai sifat
penguasaan atas tanah yang
sosial. Konsepsi yang mendasari
tertinggi, beraspek perdata dan
hukum tanah nasional adalah konsepsi
publik.
hukum adat yang bersumber pada hak
2. Hak menguasai dari Negara, yang
bersama bersumber pada masyarakat.
semata-mata beraspek publik,
Para warga diberi kemungkinan dan
sebagaimana dinyatakan dalam
kesempatan untuk menguasai dan
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
memiliki tanah itu, bukanlah untuk
3. Hak Ulayat masyarakat Hukum
sekedar dipunyai, melainkan dengan
Adat, beraspek perdata dan publik,
tujuan untuk benar-benar
diatur dalam Pasal 3 Undang-
dimanfaatkan. Sebagaimana halnya
Undang Pokok Agraria.
dalam konsepsi hukum adat,
4. Hak-hak perorangan, yang semua
penguasaan tanah itu mengandung
beraspek perdata yang terdiri
amanat untuk diusahakan dan
atas:11
dimanfaatkan. Membiarkan tanah
a. Hak-hak atas tanah sebagai hak-
hak individual yang semua tersebut dalam keadaan tidak
secara langsung atau tidak diusahakan berarti menyalahi aturan,
langsung bersumber pada hak
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
bangsa yang disebut dalam
Pasal 16 dan Pasal 53 Undang- 27, Pasal 34 dan Pasal 40 UUPA, yang
Undang Pokok Agraria. intinya bahwa tanah tidak boleh
ditelantarkan.
11
Boedi Harsono

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 54


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

Tanah yang dimiliki seseorang negara, dan negara dapat menetapkan


bukan hanya mempunyai fungsi bagi bidang-bidang tanah tersebut untuk
yang mempunyai hak itu saja, tetapi dipunyai dan dimiliki oleh warga
juga bagi bangsa Indonesia seluruhnya, negaranya dengan sesuatu hak.
sebagai konsekuensinya dalam Tanah diberikan kepada orang
mempergunakan tanah bukan hanya dengan hak-hak yang telah
kepentingan yang berhak saja yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk
dipakai sebagai pedoman, tetapi juga digunakan atau dimanfaatkan.
harus diingat dan diperhatikan Namun, jika penggunaannya hanya
kepentingan masyarakat, harus terbatas pada tanah sebagai
diusahakan adanya keseimbangan permukaan bumi saja. Untuk itu
antara kepentingan individu dalam hal pasti diperlukan juga penggunaan
ini pemilik dan kepentingan sebagian tubuh bumi dan air serta
masyarakat. Untuk itu diperlukan ruang yang ada di atasnya untuk
adanya perencanaan peruntukan dan keperluan apapun. Oleh karena itu,
penggunaan tanah sebagaimana yang dalam Pas al 4 ayat (2) UUPA
dimaksudkan dalam Pasal 14 UUPA. dinyatakan, bahwa hak-hak atas
Fungsi sosial pada tanah mewajibkan tanah bukan hanya memberikan
kepada yang mempunyai hak untuk kewenangan untuk mempergunakan
mempergunakan tanahnya sesuai sebagian tertentu permukaan bumi
dengan keadaan tanah yang yang bersangkutan, yang disebut
bersangkutan, sehingga bermanfaat “tanah”, tetapi juga tubuh bumi dan air
baik bagi kesejahteraan dan serta ruang yang ada di atasnya.
kebahagiaan yang mempunyai tanah Dengan demikian maka yang
maupun bermanfaat bagi masyarakat dipunyai dengan hak atas tanah itu
dan negara. adalah tanahnya dalam arti sebagian
tertentu dari permukaan bumi. Tetapi
3. Hak-Hak Atas Tanah wewenang menggunakan yang
Berdasarkan hak menguasai bersumber pada hak tersebut
negara pasal 33 ayat (3), UUD 1945 diperluas hingga meliputi juga
semua tanah yang ada dalam wilayah penggunaan sebagian tubuh bumi
Republik Indonesia dikuasai oleh yang ada di bawah tanah, dan air

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 55


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

serta ruang yang ada diatasnya. penguasaan dan penggunaan tanah


Dengan demikian, hak atas tanah serta usaha pengadaan tanah untuk
ialah hak yang memberi wewenang kepentingan pembangunan, untuk
kepada yang mempunyai hak untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
mempergunakan dan mengambil pemeliharaan sumber daya alam
manfaat dari tanah yang dihakinya. dengan melibatkan partisipasi aktif
Pemberian hak oleh negara masyarakat.
kepada warga negaranya ditetapkan Konsolidasi tanah dianggap
dalam suatu penetapan Pemerintah penting pada kebijakan pembangunan
(beschikking), sekaligus suatu bukti perumahan disebabkan konsolidasi
hukum bagi rakyat bahwa yang tanah mempunyai ciri-ciri kekhasan
bersangkutan adalah pemilik tanah, sebagai berikut:12
karenanya berhak mendapat a. Prosedur pelaksanaannya
perlindungan. Pemberian hak oleh menghormati hak atas tanah dan
menjunjung tinggi aspek keadilan
negara kepada rakyatnya ini tidak
dengan melibatkan partisipasi aktif
bersifat ketatausahaan, melainkan para pemilik tanah melalui
peraturan hukum administrasi yang musyawarah dalam setiap
pengambilan keputusan, baik dalam
bersifat konstituitif.
tahap perencanaan maupun dalam
tahap pelaksanaannya;
D. Konsolidasi Sebagai Alternatif b. Pemilik tanah diupayakan tidak
tergusur dari lingkungannya;
Penyediaan Tanah Untuk
c. Keuntungan yang diperoleh dari
Pembangunan Sarana Umum hasil peningkatan nilai tambah
Dan Fasilitas Umum tanah dan biaya pelaksanaannya
didistribusikan secara adil diantara
pemilik tanah atau peserta
1. Konsolidasi Tanah Sebagai konsolidasi;
Metode Pengadaan Tanah Untuk d. Penataan penguasaan tanah
Pembangunan Yang Partisipasif dilakukan sekaligus dengan
penataan penggunaan tanahnya
Secara normatif, konsolidasi
serta pensertifikatan tanah yang
tanah baru diatur pada Peraturan telah dikonsolidasi;
Kepala BPN No. 4 Tahun 1991 tentang 12
Nad Darga Talkurputra, “Kebijaksanaan
Konsolidasi tanah, yaitu: kebijaksanaan Pembangunan Pertanahan dan Peranan
Konsolidasi Tanah,” Makalah pada Lokakarya
pertanahan mengenai penataan kembali Konsolidasi Tanah Perkotaan, Bandung
(1997): 9.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 56


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

e. Biaya pelaksanaan diupayakan dari konsolidasi tanah sebagai wujud peran


pemilik tanah sehingga tidak hanya masyarakat mempunyai dasar hukum
mengandalkan biaya dari
yang cukup kuat.
pemerintah yang sangat terbatas;
f. Penggunaan tanah ditata secara
efisien dan optimal dengan 2. Konsolidasi Tanah Sebagai
mengacu kepada Rencana Tata
Alternatif Penyediaan Tanah
Ruang Wilayah/Rencana
Pembangunan Wilayah, sekaligus Untuk Pembangunan Sarana
menyediakan tanah untuk sarana Umum Dan Fasilitas Umum
dan prasarana yang dibutuhkan
Untuk mendukung pelaksanaan
sehingga dapat mendukung
kebijakan pemerintah daerah. tata ruang perkotaan maka dibutuhkan
suatu konsep pengaturan pertanahan
Asas keikutsertaan/partisipasif yang mampu meminimalisasi dampak
merupakan dukungan dalam di atas. Konsep yang dapat memadukan
penyelenggaraan pengadaan tanah aspek legalitas penguasaan tanah dan
yakni melalui partisipasi masyarakat aspek fisik pengunaan tanah ini disebut
baik secara langsung mapun secara dengan konsolidasi tanah. Penerapan
tidak langsung sejak perencanaan konsolidasi tanah ini berkaitan erat
sampai dengan kegiatan pembangunan. dengan struktur penguasaan/pemilikan
Partisipasi masyarakat mempunyai tanah dan rencana pembangunan yang
peran penting dalam terwujudnya digariskan oleh pemerintah.
pengadaan tanah melalui metode Konsolidasi tanah dapat diartikan
konsolidasi. Jika dari aspek penataan sebagai salah satu dari kebijakan
ruang partisipasi masyarakat pertanahan mengenai penataan
diwujudkan dalam peran masyarakat penguasaan dan pengunaan tanah
dalam proses penataan ruang, yang berdasarkan rencana Tata Ruang Kota
dituangkan dalam bentuk hukum PP yang dalam proses pembangunannya
No. No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk akan dilengkapi dengan perencanaan
dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam prasarana, sarana, fasilitas dan utilitas
Penataan Ruang, maka dari perspektif umum yang diperlukan sesuai potensi
hukum konsolidasi tanah pun harus lokasi yang bersangkutan, melalui
diatur paling rendah dalam bentuk peran serta aktif para pemilik tanah
hukum peraturan pemerintah, sehingga atau penggarap tanah untuk menunjang

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 57


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

perwujudan rencana pembangunan kawasan perkotaan. Pengaturan


daerah yang bersangkutan.13 terhadap bentuk, luas, dan letak tanah
Konsolidasi tanah juga merupakan memberikan dampak yang positif
kebijaksanaan pertanahan untuk terhadap pembangunan perkotaan.
menata kembali penguasaan, Dengan melakukan konsolidasi tanah
pemilikan, dan penggunaan tanah di daerah perkembangan kota maka
sesuai dengan rencana tata ruang kota perluasan ke daerah pinggiran dapat
berdasarkan peraturan perundang- dikendalikan. Disamping itu
undangan yang berlaku. pembangunan di kawasan perkotaan
Konsep Konsolidasi Tanah dapat berjalan lebih terencana. Inilah
menurut Peraturan Kepala Badan yang menyebabkan betapa pentingnya
Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun konsolidasi tanah dalam penataan
1991 tentang Konsolidasi tanah, ruang kawasan perkotaan. Oleh karena
sasaran pengaturannya adalah pada itu, hendaknya Pemerintah Daerah juga
bidang-bidang tanah yang ditata memberikan perhatian terhadap
kembali, mengenai bentuk, luas dan penelitian dan pengembangan
letaknya sehingga nilai tanah konsolidasi tanah.
meningkat. Dalam hal ini, pemilik Pemberian jaminan kepastian hak
tanah menyerahkan tanahnya kepada atas tanah kepada masyarakat
Pemerintah untuk ditata kembali dan merupakan salah satu motivasi
ada sebagian yang diperlukan untuk masyarakat untuk ambil bagian dalam
pembangunan sarana umum dan pelaksanaan konsolidasi tanah.
sebagian yang dipergunakan untuk Bersamaan dengan upaya penerapan
Tanah Pengganti Biaya Pelaksanaan konsolidasi tanah, maka juga perlu
(TPBP). Asas yang dipakai dalam dilakukan penetapan nilai tanah yang
pelaksanaan konsolidasi tanah ini terpadu yang baku dan konsisten.
adalah musyawarah. Artinya ada harga yang dapat
Konsolidasi tanah merupakan mendekatkan para pihak, yakni pihak
salah satu instrumen yang baik untuk pemerintah dan pihak yang terkena
mendukung perencanaan suatu pembebasan tanah.14

13
Bambang Santoso et.al, Paradigma baru
Pengelolaan Pertanahan Pada Era Otonomi
14
Daerah (Jakarta, 2005). Bambang Santoso

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 58


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

E. Hambatan-Hambatan Dalam konsolidasi tanah berkaitan dengan


Pelaksanaan Konsolidasi Tanah rencana tata ruang.
Sebagai Alternatif Penyediaan Pembebasan tanah untuk rencana
Tanah Untum Pembangunan tata ruang yang lazimnya ditempuh
Sarana Umum dan Fasilitas oleh badan atau pejabat tata usaha
Umum negara adalah melalui pengadaan tanah
Salah satu instrumen yuridis yang yang berarti memindahkan mereka
digunakan Badan Pertanahan Nasional dengan suatu rencana peruntukan
Republik Indonesia dalam konsolidasi kepentingan umum. Penetapan tersebut
tanah adalah menggunakan instrumen akan mengakibatkan terjadi pencabutan
hukum publik berupa Keputusan atau pembatasan hak atas tanah yang
Bupati/Walikota. Hal tersebut karena mengakibatkan seseorang atau badan
konsolidasi tanah berkaitan dengan hukum perdata kehilangan hak atas
rencana tata ruang, wewenang tanahnya sendiri. Dikeluarkannya
mengatur rencana tata ruang bukan instrumen hukum publik berupa
wewenang Badan Pertanahan Nasional Keputusan Bupati/Walikota tentang
Republik Indonesia. Peraturan Daerah Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah,
tentang Rencana Tata Ruang adalah menimbulkan pertanyaan apa hambatan
wewenang daerah dimana hambatan yang terjadi dalam rangka
Bupati/Walikota dalam kedudukan konsolidasi tanah sebagai alternatif
sebagai Kepala Daerah. penyediaan tanaag untuk pembangunan
Konsolidasi tanah tidak bisa sarana umum dan fasilitas umum.
dilaksanakan apabila tidak sesuai Hambatan-hambatan dimaksud adalah
dengan rencana tata ruang. sebagai berikut:
Permasalahannya, untuk mewujudkan 1. Hambatan dari Pemilik Tanah
suatu rencana tata ruang di kawasan Sebelum lokasi konsolidasi tanah
yang ditetapkan adalah adanya hak-hak ditetapkan dengan Surat Keputusan
atas tanah perorangan atau badan Bupati/Walikota, salah satu persyaratan
hukum perdata. Disini terlihat ada penetapan obyek konsolidasi tanah
batas kewenangan antara Badan adalah adanya kesediaan pemilik tanah
Pertanahan Nasional Republik untuk menyetujui pelaksanaan
Indonesia dan Bupati/Walikota dalam konsolidasi tanah. Dengan kata lain

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 59


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

menyetujui melepaskan sebagian hak mengerti tugas dan tanggung jawab


atas tanahnya untuk disumbangkan dalam melaksanakan kegiatan
dalam konsolidasi tanah tanpa ganti konsolidasi tanah. Adapun materi
rugi berupa uang. penyuluhannya yaitu:
Makna “menyetujui” adalah a) kegiatan konsolidasi tanah secara
sepakat. Kesepakatan melahirkan umum;
perjanjian. Perjanjian menimbulkan b) manfaat konsolidasi tanah bagi
perikatan, dan perikatan menimbulkan peserta;
akibat hukum. Akibat hukum diatur c) sumbangan peserta dalam
dalam hukum perjanjian. Dengan kata konsolidasi tanah berupa
lain perjanjian digunakan dalam Sumbangan Tanah Untuk
konsolidasi tanah. Untuk mencapai hal Pelaksanaan (STUP);
tersebut, langkah yang ditempuh d) susunan organisasi pelaksana
Kantor Pertanahan Kabupaten/kota konsolidasi tanah;
sebagai pelaksana konsolidasi tanah e) dan lain-lain yang berkaitan
adalah melakukan penyuluhan untuk dengan pelaksanaan konsolidasi
mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah.
tanah. Perjanjian diatur dalam Pasal 1338
Penyuluhan dilaksanakan Kantor BW: Semua perjanjian yang dibuat
Pertanahan dan Pemerintah Daerah secara sah berlaku sebagai undang-
secara langsung. Penyuluhan diberikan undang bagi mereka yang
kepada masyarakat terutama para membuatnya. Persetujuan–persetujuan
pemilik tanah di lokasi kosolidasi itu tidak dapat ditarik kembali selain
tanah, pemuka masyarakat, pemuka dengan sepakat kedua belah pihak atau
adat (pemimpin informal), Ketua RW karena alasan-alasan yang oleh
dan aparat pelaksana pada lokasi undang-undang dinyatakan cukup
terpilih. Hal tersebut dimaksudkan agar untuk itu. Persetujuan-persetujuan
masyarakat semakin mengerti tentang harus dilaksanakan dengan itikad baik.
manfaat kegiatan konsolidasi tanah dan Merujuk Pasal 1338 BW, menurut
ikut secara aktif dalam pelaksanaannya. hukum perdata tanpa persetujuan
Penyuluhan kepada aparat pemilik tanah untuk melepaskan hak
pelaksana dimaksudkan agar aparat atas tanahnya Badan Pertanahan

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 60


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

Nasional Republik Indonesia yang Rencana Detail Tata Ruang Kota


mempunyai kewenangan di bidang (RDTRK) dan Rencana Teknik Ruang
pertanahan sekalipun tidak bisa Kota (RTRK) menjadi pedoman untuk
menggunakan kewenangannya untuk perumusan kebijaksanaan pokok
melaksanakan konsolidasi tanah. Di pemanfaatan ruang dan penetapan
sisi lain, Bupati/Walikota tidak lokasi investasi di wilayah
mempunyai wewenang mengatur di Kabupaten/Kota serta menjadi dasar
bidang pertanahan, hanya berwenang bagi penerbitan perizinan lokasi
menetapkan lokasi konsolidasi tanah. pembangunan.
Bupati/Walikota bisa menetapkan Masalah dari pemerintah daerah
lokasi konsolidasi tanah tetapi tidak dalam konsolidasi tanah adalah
bisa melaksanakan keputusan tersebut wewenang yang terbatas karena
apabila tidak ada persetujuan dari pembatasan hak atas tanah bukan
pemilik tanah (lihat Pasal 4 ayat (2) di wewenang Bupati/Walikota.
atas). Dengan demikian, peran serta Percampuran antara wewenang
(inspraak) atau persetujuan pemilik Bupati/Walikota dalam rencana tata
tanah dalam konsolidasi tanah ruang dan dalam menetapkan lokasi
menentukan. Dengan kata lain, tanpa konsolidasi tanah dengan tugas
adanya kesepakatan dari pemilik Bupati/Walikota sebagai tim koordinasi
pemilik tanah Keputusan dalam konsolidasi tanah. Sehingga ada
Bupati/Walikota yang dikeluarkan percampuran antara kewenangan dan
tidak bisa dilaksanakan. 15 ketidakwenangan Bupati/Walikota
2. Masalah dari Pemerintah dalam konsolidasi tanah. Penggunaan
Daerah Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Penataan ruang diatur dalam Nasional Nomor 4 Tahun 1991 dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun konsolidasi tanah membuka peluang
1992 tentang Penataan Ruang yang yang besar terjadinya gugatan dari
diganti dengan Undang Undang Nomor pemilik tanah atau badan hukum
26 Tahun 2007. Rencana Tata Ruang perdata.
Wilayah Kabupaten/Kota dan atau

15
Ilhami, Strategi Pembangunan Perkotaan di
Indonesia (Surabaya: Usaha Nasional,
Surabaya, 1990).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 61


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

KESIMPULAN DAN pemberlakuan otonomi daerah.


REKOMENDASI Sehingga kebijakan dapat dijadikan
Konsolidasi tanah dapat diartikan sebagai pedoman pelaksanaan
sebagai penguatan nilai dan fungsi konsolidasi tanah di perkotaan sesuai
tanah sebagai hasil penataan bentuk, rencana tata ruangnya.
luas, dan letak sehingga menjadi tertib
dan teratur yang mendukung DAFTAR PUSAKA
pemanfaatan lahan secara efektif dan Balya S, ”Krisis Tanah di Daerah
efisien sesuai potensinya. Adapun Perkotaan,” Prisma No. 1 Tahun
XVI (2007): 94.
hambatannya apabila ada masyarakat
Cahyo, Bambang Tri. Ekonomi
yang keberatan dengan konsolidasi Pertanahan. Yogyakarta: Liberti,
tanah untuk pembangunan kepentingan 1983.
Hadjon, Philipus. Pengantar Hukum
umum dan fasilitas umum, yakni
Administrasi Indonesia.
masalah dari pemilik tanah dalam Yogyakarta: UGM press, 2007.
konsolidasi tanah, hambatan dalam Harsono, Boedi. Hukum Agraria
Indonesia; Sejarah Pembentukan
mendapatkan persetujuan atau
Undang-Undang Pokok Agraria;
kesepakatan dari pemilik tanah dalam Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta:
konsolidasi tanah karena persetujuan Djambatan, 2003.
pemilik tanah menentukan Ilhami, Strategi Pembangunan
Perkotaan di Indonesia.
dikeluarkannya keputusan Surabaya: Usaha Nasional,
Bupati/Walikota tentang penetapan Surabaya, 1990.
lokasi konsolidasi tanah. Hambatan Jayadinata, Johara T. Tata Guna Lahan
dalam Perencanaan Pedesaan,
dari pemerintah daerah dalam
Perkotaan dan Wilayah.
konsolidasi tanah adalah wewenang Bandung: ITB Press, 1999.
yang terbatas karena pembatasan hak Mukadir, “Model Pembebasan Tanah
Untuk Kepentingan Umum,”
atas tanah bukan wewenang
Jurnal Media Jaya No. 006 Th
Bupati/Walikota. XXVIII Juli (2004): 48.
Penyempurnaan peraturan Parlindungan, A.P. Bunga Rampai
Hukum Agraria Serta
dianggap penting untuk
Landreform Bagian I. Bandung:
mengoptimalkan pelaksanaan Mandar Maju, 1999.
konsolidasi tanah dan untuk menunjang Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum
pembangunan khususnya setelah Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 62


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Abuyazid Bustomi dan Barhamudin, Konsolidasi Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah Untuk
Pembangunan Sarana dan Fasilitas Umum, Halaman 46-63

Pembinaan dan Pengembangan Pertanahan Partisipatif Dalam


Bahasa, Departemen Pendidikan Penataan Ruang di Indonesia.
dan Kebudayaan Republik Yogyakarta: Mitra Kebijakan
Indonesia, 1991. Tanah Indonesia, 2006.
Santoso, Bambang et.al, Paradigma Talkurputra, Nad Darga.
baru Pengelolaan Pertanahan “Kebijaksanaan Pembangunan
Pada Era Otonomi Daerah. Pertanahan dan Peranan
Jakarta, 2005. Konsolidasi Tanah,” Makalah
Sitorus, Oloan. Keterbatasan Hukum pada Lokakarya Konsolidasi
Konsolidasi Tanah Perkotaan Tanah Perkotaan, Bandung
Sebagai Instrumen Kebijakan (1997): 9.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 63

Anda mungkin juga menyukai