wl stil
i
i
al |
all |
fu
Nl
Hi
f ili he Mil
ISSN 2407 - 24
MCT CCS)
TE AUS UNE AA We a UTA
DIRUANG RESUSITASI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD
DR. SOETOMO SURABAYA
‘STUDI HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN TEKANAN DARAH
PADALANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2DIRSUD
DR. SOETOMO SURABAYA
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN ADAPTASI
GTO Amd U
SS eR Taal CL ET
TET)
DUS Ua Uae Ue e WLU CterY
NDT Uso yt Wal Cll a)
DR. SOETOMO TAHUN 2016-2017
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG DIRESEPKAN DI DIVISI
ol gS NALS OTT elas eleye SU Wan
PE SST TNT a Stal ecvol sare oR .TA7N
LAL STAM ole UMN Cols el AN NAD Ted M BU
WICARARSUD DR. SOETOMO SURABAYA.
UJI DIAGNOSTIK MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS METODE ZIEHL
DSS Dela sy ty Wy)
“JURNAL mnt
KESEHATAN | Volume 6 Cec LET eCGr)
‘SOETOMO. bad ad
BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN RSUD Dr. SOETOMO.JURNAL KESEHATAN SOETOMO
I 2407 - 2486
Volume 6, Nomor 1, Maret 2019, him 1-49
‘Terbit empat kali dalam setahun pada bulan Maret, Juni, September dan Desember
Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dibidang kesehaten
Pelindung
sri Wahyunac :
Pengarah
ita Rosia Sig Prakoeswa
Br nyu im ci
ony Acsyad Helayaturachman
Tarn Me
Easy Bags Wasto,
“Jusak Nugrana,
Laks Wala
Dominicus Husads,
Damayanti Tindun,
Wicods
‘Septiana Widyantari
Sit Favela
(Quswatyn Khasenah
Sekretariat
Eys eden Herawans
StiAminat
Faar Hariyono
Syailendra Balingo
Yon! Anmad Predana
Diterbitkan Olen
Bidang Peneiiian dan Pengembangan
‘Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saetomo Surabaya
‘Ji Mayjond Prot Dr. Moostope 6 -8 Surabaya 60286 - indonesia
Telo: 62 91 550 1075, Fax. 62 31 550 1164
Email: Hrsds/@gmaiicomJURNAL KESEHATAN SOETOMO
ISSN : 2407 - 2486
‘Volume 6, Nomor 1, Maret 2019, him 1-49
DAFTAR ISI
‘Gambaran Penatalaksanaan Airway pada Pasien Rujukan di Ruang Resusitasi
Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soatomo Surabaya
Della W. Fitriani, Pesta Parulian M. Edwar, Subur Prajitno,
‘Studi Hubungan Kadar Gula Darah dengan Tokanan Darah pada Lansia Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 DI RSUD Dr. Soetomo Surabaya
ga Candra Fauriza, Sony Wibisono, Djohar Nuswantoro,
Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Adapiasi Anak Reterdasi Mental Ringan
Erlin Rosmillah, Nining Febriyana, Ninik Asmaningsih Soemyarso,
‘Studi Retrospektif Pasion Dermatitis pada Lansia RSUP Sanglah
Febriansyah Ramadhan, Made Wardhane, Ni Luh Putu Ratih Vibriyantt
Karekteristk bu Melahirkan dengan Perdarahian Pasca Persalinan Primer Pervaginam
{dan Seksio Sesarea di RSUD Dr, Soetomo Tahun 2016-2017
Levita Dyah K.S, Agus Sulistyono, Mariza Fitrati
Pola Penggunaan Antibiotik yang Diresepkan dl Divisi Tropik Infeksl dan Gastroenterologi
Instalasi Rawat nap limu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soatomo Surabaya
(One Haryati Buono Putri, Dwiyanti Puspitsari, K. Kuntaman,
Pola ntervensi pada Pasien Tull Kongenital diPoliTerapi Wieara
RSUDDr Soetoro Su
Pky Apia Mylar DwiyantiPuspitasari
Uji Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis Metode Ziehl Nealsen dan Genexpert
pada Penderia TB Pan
AyuNurEndah Wijayanti, Eko Budi Koendhori, Pestariati, Ocky Dwi Suprobowati,
24-34
32-39
40-44
45-49POLA INTERVENSI:PADA PASIEN.TULI KONGENITAL DI POLI TERAPI WICARA RSUD
Dr: $OETOMO’ SURABAYA
“art
inky Apriiant Nye Pula Dwiyantvsnitasar.
1 epulie
Fokultas Kedokteran Universites Ailanggn Supsbeva,
asserni wiv ‘ i
mere r 1
ABSTRACT: Background: he trequengyal tig a¢currence of congenital deatngss Ninbey in some couhrieg ranged fom 1-3/1000 births.
of
‘Based on data romHoath R kam, Di vices in Indonesia with he prevalence ef hoarng loss in tha population aged over 5 years
‘eceeded the national foure (2.6%), in te HFevice of Yogyakarta, East Java, Sulbor Malut, South Sumatra, South Sulawers Gonval nen,
sporpung and NTT. Objective :te know ti pater of iterenton of hearing loss and deatnoss in people nth congenital deefnesh Poy
sa cotiar meant speech therapy tal sas mc an 2 patent (a) An, fe grup mon flere te ee
Nironat arta open ea esate ayia em espe hay
‘much 264 patents (3. Goncusin there ae at many alee i seraring in cease a OE
‘Keywords: patorns ofintervention, congenital Daafness, hearing loss *
TERUG, Later Belakang : Angka kekorapan terjainya tu kongontl di béberabe rogare berksar 1-3/1000kslebiran. Bordasorkan
Gaia der bang Depkes terdapst 9 prownsi dl indonesia cengan engha prevalensi ganggunperdengaran pada penducukusie bi dace
‘ahunimelobih angke nasional (2.0%), yal ol Pravins DIY, Sulba, tim, Mahl, Sumsel Sse, Jatong, Lamoung dan NTT Tujun lear
‘Zongetahui pola intervens! gangguan pendengaran den Keluian pads penseia tu Korigental dl Pol Teaol Veeara RSUD pr eecieek
‘Kata Kune! : Pola intervensi, Gangguan pendengeran, Tal kongenital
“Korespondonsi:Riky Aprilant, Fakultas Kadokteran Universitas Alangga Surabaya, E-mal: ricky apeiant-2014@fk.unain acid
PENDAHULUAN merupakan salah satu indera pada manusia yang
berhubungan erat dengan kemampuan berbicara
ol Kongenital pada bayi dan anak merupakan _schingga dengan ada Kelainan penderigaran peda ray
Tahaan yang tdak saja clrasakan oleh anak tetapijuga atau anak yang terjaci sejak lahir akan mervebabion
igh orang twa dan keluarga. Angka Kekerapan terjadinya _gangguan.kemampuan berbicara dan beroohene an
olan pl boberspe negara berkiser 1-3/1000 lebih iuas leg’ akan berdampak pada Kemampual kage,
Srlahran.Berdesarkan data dari Ltbang Depkestersapat__sosial dan, akademk (Modul THT-KL 2016)
9 provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi Diagnosis. untuk gangguan_pendengaran
Gane olsen oraeesn ade penduduk usia lebih dari —_kongenitalseringkal terlambat. Keterlambstan diagnosis
BN. Suites anake Nasional (2.6%) yatu di Provinsi pada tll derejal sedang hingga borat dapat tefjad anows
Pap cuban, Jatim. Malut, Sumsel,” Suisel, Jateng, usia 2.5 tahun, Karena Day dan ane went ee
‘Lampung idan NTT. (DepkesR, 2017), Pendengaran __mampu bereaksi tochadap.bunyibunyian sang fac
40
eae eee tee eee ECE EEEE Eeeen
svara tawa, dan babble. Pada anak yang menderita tul
berat bilateral hanya 49% orangtua yang mencurigal
terdapatnya gangguan pendengaran, sedangkan paca
Gangguan pendengaren ringan sampai sedang atau
Unilateral hanya 29% (HTA Indonesia, 2010), The Joint
Committee on infant Hearing morekomendasikan detoks!
‘gengguan pendengaran hatus dilakukan sebelum usia 3
bulan dan dilakukan intervensi sebelum usia 6 bulan
(Krishnan etal, 2014)
‘Skrining pendengaran bayi baru lahir merupakan
Usaha untuk deteksi terjadinya tuli kongenital Deteks| dint
{ull kongenital menggunakan alat Otoacoustie Emission
(OAE) dan Brainstem Evoked Response Auditometry
(BERA). Deteksi dini akan moyakinkan diagnosis. tut
Kongenital, sehingga intervensi dapat segera dilakukan
(Nugroho et al, 2042). Skrining harus dllakuken sosegera
mungkin untuk mengurangi masalah kesehetan,
Pendidikan, dan kualitas hidup anak (Kanungo et al.
2016)
Deteksi dan intervensi ini diperlukan untuk anak
tulikongenital. ntervensi dinidilakukan antara lain dengan,
Pemakaian alat bantu dongar (ABD) dan implant koXiea,
Intervensi akan membantu memberikan rangsang
uditorik kepada anak sehingga berpengaruh terhadap
kemampuan wicaranya. ABD relatf lebih murah dan
terjangkau dibandingkan implan koklea. Sebagian anak
tuli kongenital masin banyak yang tidak mau dan/atau
tidak mampu_menggunakan ABD karena terkendala
masalah biaya (Nugroho et al., 2012). Bila dengan ABD
tidak membantu maka dianjurkan untuk menggunakan
implan koklee. Disamping itu anakjuga diber terapi wicara
atau terapi audioverbal sehingga dapat mendeteksi suara
dan selanjutnya dapat berkomunkasi (Modul THT-KL,
2015).
Jumlah kasus gangguan pendengaran pada bayi
baru lahir di indonesia cukup banyak, telapi masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui dan memahami
skrining yang harus dilakukan sesegera mungkin,
sehingga banyak yang terlambat di diagnosis. Oleh
karena itu, peneitian mengenal kasus gangguen
Pendengaran pada bayi baru lahir dipiih oleh penelit,
Dalam ‘peneltian ‘ini, penelii akan mendeskripsikan
ersentase dan pola intervensi berdasarkan jumlah kasus
yang terjadi pada tahun di Poli Terapi Wicara RSUD
Dr-Sostomo Surabaya,
‘TUJUAN PENELITIAN
Untuk! mengetahui pola intervensi gangguan
pendengaran dan kelulian pada penderita tulikongenital di
Pali Terapi Wicara RSUD Dr. Sostomo Surabaya pada
tahun 2015-2017,
METODE .
Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan,
Penolitian ini merupakan penelitian deskriptf dengan
Tancangan descriptive retrospective study untuk
mengetahui persentase dan pola intervensi dari pasien tall
kongenital sesuai data rumah sakit. Populasi yang
igunakan dalam penelitian ini adalah data pasien rawat
jalan dengan diagnosis tull kongenital di Poll Terapi Wicara
RSUD Dr. Sostomo Surabaya, Terdapat 44 data pasien
yang dianalisis. Data pasien tuli kongenital tersebut
Selanjuinya dikelompokkan dan clanalisis berdasarkan
variabel yang menjadi rumusan masalah, yaitu persentase
‘Ricky Apritantls Pola interven pada pasion tli kongeniial
{uli Kongenital berdasarkan umur, persentase pemakaian
alat bantu dengar, persentese pengguna implan kokloa,
dan persentase pasien terapi wicara berdasarkan umur
HASIL
Berikut ini adalah hasil dari setiap variabel yang
ditolti sesuai rumusan maselah yang telah disusun dalam
beniuk grafik
Porsentase Tuli Kongenital Berdasarkan Umur
Data pasien tui kongenital saat pertama kali
dilakukan pemeriksaan di Poli Terapi Wicara RSUD Or,
‘Sostomo Surabaya pada 2015-2017 ditampilkan pada
Gambar1,
Data umurpetama ka diakakan pemerhsaan
4 50%
273%
2 25% 28%
lg? 20% =
as i
rn 1% S
By 10% =
i %
° %
Treg HAC Rew wa
atom buen)
Gambar 1, Data Pasien Tuli Kongenital Saat Pertama Kall
- Dilakuken Pemeriksaan di Pol Terapi Wicara
RSUD Dr. Sostomo Surabaya Tahun 2015-
2017
Dari Gambar 1, didapatkan bahwa pasion tuli
kongenital yang dikelompokken berdaserkan umur
ertama kali cilakukan pemeriksaan di Poll Terapi Wicara
RSUD Dr. Soetomo terbanyak kelompok umur lebih atau.
‘sama dengan 60 bulan yaitu sebanyak 12 pasien (27.3%),
dikut kelompok umur 24-36 bulan sebanyak 11 pasien
(25,0%), selanjutnya kelompok umur 12-24 bulan
sebanyak 9 pasien (20,5%), kelompok umur 48-60 bulan
sebanyak 6 pasion (13,6%), kelompok umur 36-48 bulan
Ssebanyak 4 pasion (9,1%), dan yang terakhir kelompok
Uumurkureng dari 12 buian sebanyak 2 pasion (4,5%).
Persontase Pemakaian Alat Bantu Dengar, Implan
Koklea, dan Terapi Wicara
Data untuk intervensi yang diiakukan pasien tull
kongenital di Poli Torapi Wicara RSUD Dr. Sosiomo
Surabaya pada 2018-2017 ditampilkan pada Gambar 2.
Dari Gambar 2 didapatkan bahwa pasien tuli
kongenital yang mendapatkan intorvensi terapi wicara
Saja, terapi wicara dengan pemakaian alat bantu dengar,
an terapi wicera dengan implan kokles ¢i Poll Terapi
\Wicara RSUD Dr. Soetomo yaitu terdapat 22 pasien (50%)
‘yang menjalaniterapivicera saja, slanjutnya terdapat 20
pasien (45,5%) yang menjelani terapi wicara dengan
Pemakeian alat bantu dengar, dan yang terakhirterdapal 2
pasion (4.5%) yang menjaleni terapi wicara dengan
implan koklea$2 Jurnal Kesehatan Soetomo Volume 6, Nomor I, Maret 2019, hn 40-44
Data Pemakaian ABD dan implan Kovlea
45%
45.5% 500%
| Torapi Wicara saja
[BE Terapi Wicara + Pemakaian ABD
I Terapi Wicara + Implan Kokles
Gambar 2. Data Pasien Terapi Wicara Saat Pertama kali
Dilakukan Terapi di Poli Terapi Wicara RSUD
Dr. Sostomo Surabaya Tahun 2016-2017
Persentase Pasien TorapiWicara Berdasarkan Umur
Data untuk pasien terapi wicara berdasarkan
lumur ai Poli Terapi Wicara RSUD Or. Soetomo Surabaya
ada 2015-2017 ditampikan pada Gambar3.
Data Terapl Wieara
2%
seas
woe
and
*
%
X(Umur dalam Bulan) = -
Gambar 3. Data Pasien Terapi Wicara Saat Pertema kali
Dilakukan Terapi ci Poli Terapi Wicara RSUD
Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015-2017
Dari Gambar 3 terihat bahwa pasien terapi
wicara_yang dikelompokkan berdasarkan umur saat
ppertama kali dllakukan terapi di Poli Terapi Wicara RSUD
Dr. Soetomo terbanyak kelompok umur lebih dari 60 bulan
yaitu sebanyak 16 pasien (36,4%), dikutikelompok umur
24-36 bulan sebanyak 18 pasion (34.1%), selanjutnya
kolompok umur 36-48 bulan sebanyak 6 pasion (11.4%),
ddan jumlah kolompok umur 12-24 bulan sama dengan
kelompck umur 48-60 bulan yaitu sebanyak 4 pasien
(9.1%).
PEMBAHASAN
Persentase Tull Kongenital
Gangguan pendengaran atau tuli_ kongenital
‘akan menyebabkan gangguan perkembangan bicara,
bahasa, dan kognitf. Bila gangguan pendengaran
teriambat diketahu' tentu hambatan yang'dinadapi akan
lebin besar, dikemudian hari akan dinasilkan sumber daya
manusia (SDM) yang tidak berkualitas. Diagnosis
gangguan pendengaran kongenital seringkall terlambat.
Keterlambatan diagnosis pada tull derajat sedang hingga
berat dapat terjadi sermpal usia 2,5 tahun karena bayi dan
anak tersebut mampu memberi reaksi yang serupa