Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI KUALITAS TANAH SAWAH UNTUK

MENENTUKAN ARAHAN PENGELOLAAN TANAH DI


KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN,
PROVINSI BALI

ELSA ANJELITA BR GIRSANG, A.A. NYOMAN SUPADMA *),


NI NENGAH SONIARI

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana


Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali 80231, Indonesia
*) Email : supadma@unud.ac.id

ABSTRACT

Evaluation of Paddy Soil Quality to Determine The Directions of Land


Management of Fields in Baturiti District, Tabanan Regency, Bali Province.
This research was conducted to determine the quality of paddy fields, and the
limiting factors, to make maps of soil quality, and to provide recommendations for
the management of paddy fields. This research was conducted using field survey
methods, soil analysis in the laboratory, and soil quality determination. This research
was carried out in the rice fields of the Baturiti District. Sampling was done by
purposive sampling on each homogeneous land unit (SLH). Determination of SLH is
done by overlaying soil type maps, slope maps, and paddy fields use maps. Soil
quality indicators were measured based on the minimum data set (MDS): bulk
density, soil texture, porosity, field capacity water content, pH, C-organic, CEC, base
saturation, nutrients (N, P, and K), and C -biomass. The results showed that the soil
quality at the research site was classified as good in Parean Tengan Village (SLH I),
Luwus Village (SLH III), and Batunya Village (SLH IV) and was classified as
moderate in Antapan Village (SLH II) and Apuan Village (SLH V). . The limiting
factors in the study area include total N, available P, texture, C-organic, and C-
biomass. It is recommended to cultivate the soil using a tractor and plow and fertilize
by applying organic fertilizer or compost, returning plant residues, and applying urea
fertilizer to SLH I, II, III, IV, and V. Fertilizing SP-36 are only recommended in
SLH II, III, and V on paddy fields.
Keyword : soil fquality, limiting factors, the direction of soil management

PENDAHULUAN kehidupan tumbuhan dengan


Tanah adalah bagian kerak menyediakan hara dan air. Tanah juga
bumi yang tersusun dari mineral dan menjadi habitat hidup berbagai
bahan organik. Tanah sangat vital mikroorganisme untuk hidup
peranannya bagi semua kehidupan di berkembang menjalankan aktivitas
bumi karena tanah mendukung dan fungsi masing-masing. Kualitas
tanah merupakan kapasitas dari tersebut merupakan daerah yang
suatu tanah dalam suatu lahan cukup subur untuk melakukan
untuk menyediakan fungsi-fungsi budidaya pertanian. Masyarakat
yang dibutuhkan manusia atau Kecamatan Baturiti memanfaatkan
ekosistem alami dalam waktu yang potensi sumberdaya alam untuk
lama. Penuruanan kualitas tanah kegiatan pertanian sebagai mata
disebabkan oleh kurangnya pencaharian utama. Tanaman padi
pengembalian bahan organik, merupakan produk utama di
penggunaan agrokimia yang kurang Kecamatan Baturiti. Produksi padi di
tepat, intensitas tanam yang tinggi, Kecamatan Baturiti tahun 2018 sampai
pengairan yang tidak teratur tahun 2020 berturut-turut sebesar 5,90
mengakibatkan terjadinya perubahan ton/ha, 5,97 ton/ha dan 5.65 ton/ha.
sifat fisik, kimia dan biologi tanah Dalam mencapai produksi yang tinggi,
(Adnyana, 2008). Indikator yang petani melakukan pengelolaan lahan y
digunakan dalam penilaian kualitas ang relatif intensif. Pengelolaan
tanah meliputi sifat fisik, kimia dan intensif yang terus-menerus dapat
biologi tanah selain itu faktor jenis menurunkan kualitas tanah sawah
tanah, jenis penggunaan lahan, dan (BPS, 2021). Pemantauan kelestarian
topografi menjadi prioritas utama yang lahan pertanian dapat dilakukan denga
harus diperhatikan dalam penilaian n teknologi sistem Informasi Geografi
kualitas tanah untuk tujuan s (SIG). Pembuatan peta ini
pengembangan sektor pertanian dan menggunakan teknologi Sistem
perkebunan (Rasyid, 2004). Informasi Geografis (SIG) yaitu
Kecamatan Baturiti merupakan sistem pengelolaan data
salah satu kecamatan di Kabupaten spasial/keruangan. QGIS merupakan
Tabanan yang didominasi oleh lahan salah satu penerapan dari teknologi
bergelombang sampai berbukit dengan sistem informasi geografis. Penelitian
luas wilayah sebesar 99,17 km2 dan mengenai pemanfaatan SIG untuk
melingkupi 12 desa. Kecamatan informasi sumberdaya lahan pertanian
Baturiti terletak di antara ketinggian sebelumnya telah dilakukan untuk
300 - 990 mdpl dengan kemiringan mengidentifikasi lahan subak
antara 2 - 40%. Pada kemiringan potensial, alih fungsi lahan pertanian,
melindungi lahan pertanian pangan Detail Pusat Penelitian Tanah dan
berkelanjutan serta korelasi antara Agroklimat Bogor skala 1:50.000 dan
bencana rawan longsor dan Peta Lereng DEMNAS 2018 resolusi
korelasinya terhadap kesuburan lahan 8 meter, sampel tanah, dan bahan-
pertanian (Trigunasih et al., 2017; bahan kimia untuk analisis tanah di
Trigunasih et al., 2017; ; Trigunasih et laboratorium. Alat yang digunakan
al., 2021; Trigunasih & Saifulloh, dalam penelitian ini yaitu GPS
2022). Penerapan SIG yang lain yakni (Geographic Positioning System),
pada bidang pemantauan lingkungan abney level, ring sampel, cangkul, bor
(Sunarta & Saifulloh, 2022; Saifulloh tanah/belgi, pisau, plastik, laptop, serta
et al., 2017) serta monitoring perangkat lunak Sistem Informasi
perubahan indeks vegetasi dan air Geografis (SIG) QGIS 3.8.3. Metode
dengan menggunakan citra Sentinel-2 yang digunakan dalam penelitian ini
(Sunarta & Saifulloh, 2022). adalah metode survei dengan
Pemanfaatan SIG pada peneliti pembuatan peta Satuan Lahan
an ini dilakukan untuk membantu eval Homogen (SLH) pada lahan sawah
uasi kualitas tanah pada lahan sawah d Kecamatan Baturiti. Pembuatan SLH
i Kecamatan Baturiti, Kabupaten Taba dilakukan dengan cara meng-overlay
nan. dan dalam pengambilan sampel
BAHAN DAN METODE dilakukan secara purposive sampling
Penelitian ini berlangsung dari pada masing-masing SLH yang
bulan Agustus - Oktober 2021, di kemudian dikompositkan dengan
lahan sawah Kecamatan Baturiti, menggunakan metode uji tanah di
Kabupaten Tabanan dan analisis tanah laboratorium. Penelitian ini dilakukan
dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dengan cara survei tanah di lapangan
dan Lingkungan, Fakultas Pertanian dan analisis tanah di laboratorium.
Universitas Udayana, Denpasar. Parameter yang diamati terdiri dari
Bahan yang digunakan dalam sifat fisik, kimia, biologi tanah yang
penelitian ini adalah Citra Satelit merupakan penciri dari kualitas tanah
Worldview Kecamatan Baturiti 2020, serta mencari informasi terkait dengan
Peta Sawah Subak Kecamatan Baturiti pengelolaan tanah yang telah
skala 1:25.000, Peta Tanah Semi dilaksanakan oleh petani.
Penentuan Satuan Lahan Homogen menggunakan ring sampel
Pembuatan peta satuan lahan dikedalaman 0-30 cm untuk analisis
homogen berdasarkan kesamaan parameter tanah yang tidak terganggu
penggunaan lahan, kelerengan dan untuk yang berhubungan dengan sifat
jenis tanah menggunakan perangkat fisik tanah dan tanah terganggu.
Sistem Informasi Geografis (SIG) Preparasi dan Analisis Tanah di
QGIS 3.16. Peta satuan lahan Laboratorium
homogen tanah sawah disajikan pada Penilaian kualitas tanah
Gambar 1. meliputi pengukuran sifat fisik, sifat
Survey Lapangan dan Pengambilan kimia dan biologi tanah. Berdasarkan
Sampel Tanah metode Lal (1994), sepuluh minimum
Survei lapangan dilakukan data set (MDS) yang menjadi kunci
untuk pengamatan kondisi fisik dan dari kualitas tanah di wilayah tropis
lingkungan di lapangan seperti terdiri dari penciri sifat fisik, sifat
tindakan konservasi untuk pengelolaan kimia, sifat biologi. Prosedur analisis
C-Organik, kedalaman efektif tanah, kualitas tanah dilakukan berdasarkan
drainase, pola tanaman dan metode standar parameter tersebut
pengambilan sampel. Sampel diambil yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Metode Analisis Kualitas Tanah (Lal, 1994)
Parameter Satuan Metode
Sifat fisik
1. Tekstur tanah % Pipet
2. Berat volume (bulk density) g cm-3 Ring sampel
3. Porositas
4. Kadar air kapasitas lapang % Ring sampel
% Gravimetri
Sifat kimia
1. C-organik % Walkley & Black
2. pH H2O 1:2,5

3. KTK me 100 g-1 Ekstrasi NH4OAc 1N pH 7

4. KB % Ekstrasi NH4OAc 1N pH 7

5. N total % Kjeldahl
6. P tersedia, K tersedia ppm Bray- 1
Sifat biologi
1. C-biomassa mikroba mg CO2 kg-1 Respirasi tanah
Sumber: (Djajakirana, 2003 ; Sulaeman at al, 2005)
Analisis Tanah dan Penetapan hasil analisis tanah kemudian
Indeks Kualitas Tanah (IKT) digunakan untuk penilaian kualitas
Analisis kualitas tanah tanah menurut Lal (1994) terdapat
dilakukan untuk menetapkan kualitas pada Tabel 2.
tanah di Kecamatan Baturiti. Data
Tabel 2. Faktor Pembatas dan Pembobotan Relatif IKT (Lal ,1994)
Faktor Pembatas dan Bobot Relatif
No Indikator Tanpa Ringan Sedang Berat Ekstrim
1 2 3 4 5
1 Berat Volume (g cm-3) <1,2 1,3-1,4 1,4-1,5 1,5-1,6 >1,6
2 Tekstur Tanah L SiL, Si, CL, SL SiC, S, C
SiCL LS
3 Porositas (%) >20 18-20 15-18 10-15 <10
4 Kadar Air kapasitas
lapang (%) >30 20-30 8-20 2-8 <2
5 C-Organik (%) 5-10 3-5 1-3 0,5-1 <0,5
6 pH 6,0-7,0 5,8-6,0 5,4-5,8 5,0-5,4 <5,0
7 KTK (me/100g) >40 25-40 17-24 5-16 <5
8 KB (%) >70 51-70 36-50 20-30 <20
9 Nutrisi (N,P dan K
N- Total (%) >0,51 0,51- 0,75 0,21-0,50 0,10-0,20 <0,10
P-Tersedia (ppm) >35 26-35 16-25 10-15 <10
K-Tersedia (ppm) >1,0 0,6-1,0 0,3-0,5 0,1-0,2 <0,1
10 C-Biomassa (mg CO2 >25 20-25 10-20 5-10 <5
kg-1)
Keterangan : L=Loam (Lempung); Si = Silt (debu); S= Sand (pasir); C=Clay (liat)

Perhitungan kualitas tanah SK : Sifat Kimia Tanah


dilakukan dengan menghitung nilai SB : Sifat Biologi Tanah
Indeks Kualitas Tanah (IKT) , yaitu Indikator sifat fisik Tanah (SF)
berdasarkan penjumlahan skor antara lain tekstur tanah, berat volume,
indicator kualitas taanah (Lal, 1994) porositas, dan kadar air kapasitas
dengan rumus : lapang. Sifat kimia (SK) antara lain C-
IKT= SF+SK+SB Organik, pH, KTK, unsur hara (N, P
Keterangan: dan K). Sifat biologi (SB) adalah C-
IKT: Indeks Kualitas Tanah, biomassa.
SF : Sifat Fisik Tanah
Tabel 3. Kriteria Kualitas Tanah Berdasarkan 10 minimum data set (MDS)
Kualitas Pembobotan Bobot Kumulatif
Tanah Relatif (IKT)
Sangat Baik 1 <20
Baik 2 20-25
Sedang 3 25-30
Buruk 4 30-40
Sangat Buruk 5 >40

Pembuatan Peta Kualitas Tanah masing SLH dengan menggunakan


Pembuatan peta kualitas tanah perangkat lunak QGIS 3.8.3.
bertujuan mempermudah penyampaian Arahan Pengolahan Tanah
informasi terkait kondisi kualitas tanah Arahan pengelolaan tanah
pada daerah penelitian. Pembuatan ditetapkan berdasarkan kualitas tanah
peta kualitas tanah sesuai hasil analisis pada daerah penelitian. Arahan
data kualitas tanah melalui pengolahan bertujuan untuk
penghitungan IKT pada masing- memperbaiki kualitas tanah pada tanah
sawah Kecamatan Baturiti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Peta Satuan Lahan Homogen Tanah Sawah Kecamatan Baturiti


Tabel 4. Tabel SLH dan Desa di Kecamatan Baturiti

Jenis
SLH Desa Lereng (%) Penggunaan Lahan Luas Sawah
Tanah
I Parean Tengah Latosol 0-8 % Sawah 1.652,35 Ha
II Antapan Andosol 15-25 % Sawah 169,81 Ha
III Luwus Latosol 15-25 % Sawah 305,26 Ha
IV Batunya Andosol 8-15 % Sawah 103,26 Ha
V Apuan Latosol 8-15 % Sawah 337,07 Ha

Sifat Fisik Tanah dipertukarkan oleh koloid tanah


Sifat fisik tanah yang diamati sehingga menjadi tersedia bagi
sebagai parameter kualitas tanah tanaman (Sukisno dkk., 2011). Hasil
antara lain tekstur, berat volume (BV), pembobotan tekstur tanah
porositas dan kadar air kapasitas menunjukkan adanya faktor pembatas
lapang. Hasil analisis sifat fisik tanah ringan dan ekstrim pada masing-
disajikan pada Tabel 5. masing SLH di lokasi penelitian.
Berdasarkan hasil analisis, Tekstur tanah pada SLH I, II, III, V
diperoleh tekstur tanah pada SLH I, II, adalah liat yang memiliki faktor
III, IV, dan V berturut-turut adalah pembatas ekstrim dengan bobot relatif
liat, liat, liat, lempung liat berpasir, 5. Tekstur tanah pada SLH IV adalah
dan liat seperti pada (Tabel 5). Pada lempung liat berpasir memiliki faktor
tanah berliat pemupukan cukup efektif pembatas ringan dengan bobot relatif
karena unsur hara akan ditahan dan 2.
Tabel 5. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah di Laboratorium

Berat Kapasitas
Porositas
SLH Tekstur Volume Lapang
(%)
(g cm-3) (%)
I C 1,2 44,19 61,238
II C 1,2 54,03 65,453
III C 1,4 29,65 69,291
IV SiCl 1,1 47,62 68,010
V C 1,3 42,73 60,694

Berdasarkan hasil analisis g cm-3; 1,2 g cm-3; 1,4 g cm-3, 1,1 g cm-
3
laboratorium diperoleh nilai berat ; dan 1,3 g cm-3 . Hasil pembobotan
volume tanah (BV) SLH I, II, III, IV berat volume tanah pada masing
dan V memiliki nilai berturut-turut 1,2 masing SLH I, II, dan IV di lokasi
penelitian menunjukkan tanpa faktor sehingga akan lebih mudah mengikat
pembatas dengan bobot relatif 1 air di dalam tanah.
sedangkan pada faktor pembatas Sifat Kimia Tanah
ringan terdapat pada SLH III dan V Sifat kimia yang diamati
dengan bobot relatif 2. sebagai parameter yaitu Ph, C-
Hasil Porositas pada SLH I, II, organik, KTK, KB, N-total, P-tersedia
III, IV dan V memiliki nilai berturut- dan K-tersedia. Hasil analisis sifat
turut 44,19%; 54,03%; 29,65%; kimia tanah pada lokasi penelitian
47,62% dan 42,73%. Semakin besar disajikan pada tabel 6.
porositas berarti semakin banyak Berdasarkan hasil analisis
ruang pori di dalam tanah (Sukisno tanah kapasitas tukar kation (KTK)
dkk., 2011). Hasil pada porositas tanah tanah pada SLH I, II, III, IV, dan V
pada masing-masing SLH di lokasi berturut-turut adalah 34,54 me 100g-1;
penelitian menunjukkan tanpa faktor 25,49 me 100g-1; 36,97 me 100g-1;
pembatas dengan bobot relatif 1. 29,58 me 100g-1; dan 34,82 me 100g-1
Tingginya Nilai porositas karena . Hasil pembobotan KTK tanah sawah
tekstur tanah di lokasi penelitian di Kecamatan Baturiti pada masing-
didominasi oleh fraksi liat sehingga masing SLH memiliki faktor
kemampuan tanah dalam menahan air pembatas yang ringan dengan bobot
tinggi dengan jumlah pori mikro yang relatif 2. Nilai KTK tanah pada
banyak. masing-masing SLH di lokasi
Berdasarkan hasil Kapasitas penelitian mempunyai kategori tinggi
lapang pada SLH I, II, III, IV, dan V yang disebabkan oleh kandungan
memiliki nilai berturut-turut 61,238%; fraksi liat yang tinggi.
65,453%; 69,291%; 68,010%; dan Nilai kejenuhan basa (KB)
60,694%. Hasil analisis pada kadar air pada SLH I, II, III, IV dan V berturut-
kapasitas lapang pada masing-masing turut adalah 88,01%, 84,75%,
SLH menunjukkan tanpa faktor 85,72%, 64,23%, dan 68,35%.
pembatas dengan bobot relatif 1. Nilai Berdasarkan hasil penetapan nilai
SLH yang memiliki tanpa faktor kejenuhan basa di masing-masing
pembatas diakibatkan dari fraksi liat SLH tergolong sangat tinggi dan
tinggi. KB tanah menunjukkan bahwa
hasil pembobotan pada tanah sawah Pada SLH IV dan V menunjukkan
di Kecamatan Baturiti pada SLH I,II adanya faktor pembatas tinggi dengan
dan III tidak memiliki faktor bobot relatif 2.
pembatas, dengan bobot relatif 1.
Tabel 6. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Pada Lokasi Penelitian
Nutrisi

SLH KTK KB pH C- N-Total P- K-


(me (%) Organik (%) Tersedia Tersedia
100g-1) (%) (ppm) (ppm)
I 34,54(T) 88,01(ST) 6,69(T) 1,67(S) 0.144(R) 196,452(ST) 212,336(ST)
II 25,49(T) 84,75(ST) 6,65(T) 0,84(R) 0,098(SR) 19,069(S) 116,096(ST)
III 36,97(T) 85,72(ST) 6,60(T) 3,43(T) 0,293(S) 25,531(T) 126,549(ST)
IV 29,58(T) 64,23(ST) 6,97(T) 2,10(S) 0,204(S) 339,251(ST) 264,450(ST)
V 34,82(T) 68,35(ST) 6,78(T) 2,14(S) 0,139(R) 16,784(S) 121,214(ST)
Keterangan: SR= sangat rendah, R= rendah, S= sedang, T= tinggi, ST= sangat tinggi, N=
netral
Berdasarkan hasil pengukuran 1,67%; 0,84%; 3,43%; 2,10%; dan
pH tanah pada lokasi penelitian 2,14%. Hasil pembobotan parameter
menunjukkan bahwa nilai pH tanah C-organik tanah menunjukkan bahwa
dari masing-masing SLH tergolong kualitas tanah di lokasi penelitian
netral dan tidak memiliki faktor pada masing-masing SLH memiliki
pembatas dengan bobot relatif 1. Nilai faktor pembatas yang ekstrim sampai
pH pada SLH I, II, III, IV, dan V ringan. Pada analisis SLH I
secara berurutan adalah 6,69; 6,65; menunjukkan adanya faktor pembatas
6,60; 6,97; dan 6,78. Kondisi tanah dengan bobot relatif 4. Pada SLH II
yang netral merupakan kondisi yang menunjukkan adanya faktor pembatas
paling ideal untuk tumbuh dan ekstrim dengan bobot relatif 5. Pada
kembang tanaman. SLH III menunjukkan faktor
Berdasarkan hasil penetapan pembatas dengan bobot relatif 2. Dan
C-organik tanah pada lokasi pada SLH IV,V menunjukkan adanya
penelitian, menunjukkan bahwa di faktor pembatas dengan bobot relatif
masing-masing lokasi memiliki nilai 3.
C-organik dengan kategori sedang. Nilai N-total tanah pada SLH I,
Nilai C-organik pada SLH I, II, III, II, III, IV, dan V berturut-turut adalah
IV, dan V secara berurutan adalah 0,144%; 0,098%; 0,293%; 0,204%
dan 0,139%. Pembobotan pada pembatas dengan bobot relatif 1. Pada
parameter N-total tanah menunjukkan SLH III menunjukkan adanya faktor
adanya faktor pembatas sedang pembatas ringan dengan bobot relatif
sampai sangat rendah pada masing- 2. Pada SLH II dan V menunjukkan
masing SLH di lokasi penelitian. N- adanya faktor pembatas sedang
total pada SLH III dan VI dengan bobot relatif 3.
menunjukkan adanya faktor pembatas Nilai K-tersedia pada SLH I,
sedang dengan bobot relatif 3. Pada II, III, IV, dan V secara berurutan
SLH I dan V menunjukkan adanya adalah 212,336 ppm; 116,096 ppm;
faktor pembatas rendah dengan bobot 126,549 ppm; 264,450 ppm; dan
relatif 4. Pada SLH II menunjukkan 121,214 ppm. Hasil pembobotan pada
adanya faktor pembatas sangat rendah parameter K-Tersedia tanah
dengan bobot relatif 5. Rensuoleh air, menunjukkan bahwa kualitas tanah di
penguapan dan diserap oleh tanaman lokasi penelitian pada masing-masing
(Patty dkk., 2013) SLH menunjukkan tanpa adanya
Kandungan P-tersedia pada faktor pembatas dengan bobot relatif
SLH I, II, III, IV, dan V secara 1. Kandungan kalium tanah di lokasi
berurutan adalah 196,452 ppm; penelitian tergolong tinggi karena
19,069 ppm; 25,531 ppm; 339,251 adanya irigasi sawah yang dapat
ppm; dan 16,784 ppm. Parameter P- menyuplai unsur kalium.
tersedia tanah menunjukkan hasil Sifat Biologi Tanah
pembobotan bahwa tanpa adaanya Sifat biologi tanah yang
faktor pembatas sampai sangat tinggi diamati sebagai parameter kualitas
pada masing-masing SLH di lokasi tanah adalah C-biomassa. Hasil
penelitian. P-tersedia pada SLH I dan analisis sifat biologi pada Tabel 7.
IV menunjukkan tanpa adanya faktor
Tabel 7. Hasil Analisis Sifat Biologi Tanah
SLH C-Biomassa (mg CO2 kg-1)
I 29,56
II 19,89
III 22,47
IV 12,09
V 21,44
Nilai C-biomassa tanah pada maka aktivitas mikrobia relatif lebih
SLH I, II, III, IV, dan V memiliki tinggi karena adanya kecenderungan
nilai berturut-turut 29,56 mg C-CO2 melakukan konversi C melalui
kg-1; 19,89 mg C-CO2 kg-1; 22,47 mg imobilisasi dan terpendam dalam
C-CO2 kg-1; 12,09 mg C-CO2 kg-1; bentuk kurang tersedia.
dan 21,44 mg C-CO2 kg-1. Kualitas Hasil Indeks Kualitas Tanah (IKT)
tanah ditinjau C-biomassa tanah Kualitas tanah pada beberapa
lokasi penelitian dari masing-masing SLH di Kecamatan Baturiti
SLH menujukkan tanpa adanya faktor dipengaruhi oleh pengelolaan tanah
pembatas hingga sedang. Tanpa yang berbeda-beda pada setiap SLH.
adanya faktor pembatas terletak pada Secara umum, sistem pengelolaan
SLH I dan III dengan bobot relatif 1. tanah yang baik adalah dimana
SLH dengan faktor pembatas ringan kemampuan lahan untuk berproduksi
terletak pada SLH II dan V dengan terjadi secara berkelanjutan (Utomo,
bobot relatif 2, sedangkan faktor 2002). Sistem pengelolaan organik
pembatas sedang terletak pada SLH dapat meningkatkan kualitas tanah
IV dengan bobot relatif 3. Menurut baik sifat fisik, kimia dan biologi
pendapat Hasibuan (1981), pada tanah.
kondisi biomassa mikrobia rendah
Tabel 8. Analisis IKT Desa Kecamatan Baturiti, Tabanan
SLH Desa Skor Fisik Skor Kimia Skor Biologi IKT Kualitas Tanah
I Parean Tengah 8 14 1 23 Baik
II Antapan 8 18 2 28 Sedang
III Luwus 9 12 1 22 Baik
IV Batunya 5 13 3 21 Baik
V Apuan 9 16 2 27 Sedang
Hasil analisis kualitas tanah SLH II dan V menunjukkan kualitas
dengan menggunakan IKT yang tanah sedang dengan nilai IKT
dilakukan pada beberapa SLH di berturut-turut yaitu 27 dan 28.
Kecamatan Baturiti diperoleh hasil Menurut Sardiana (2014), semakin
kualitas tanah baik dan sedang. rendah IKT maka semakin sedikit
Kualitas tanah baik terdapat pada SLH terdapatnya faktor pembatas sehingga
I, III dan IV dengan nilai IKT kualitas tanah semakin baik. Dengan
berturut-turut yaitu 21, 22 dan 23. sistem pengelolaan yang tepat akan
meningkatkan kualitas tanah sehingga Indeks Kualitas Tanah Kecamatan
menjadi lebih baik. Hasil analisis Baturiti disajikan pada Tabel 8.

Peta Kualitas Tanah selanjutnya dilakukan penjumlahan


Pembuatan peta kualitas tanah masing-masing skor hingga
menggunakan perangkat lunak QGIS didapatkan kategori kualitas tanah
tipe 3.8.3. Lahan sawah di Kecamatan baik dan sedang. Kualitas tanah baik
Baturiti memiliki kualitas tanah baik ditunjukkan dengan polygon berwarna
dan sedang. Proses pembuatan peta hijau, sedangkan kualitas tanah sedang
pertama dilakukan dengan ditunjukkan dengan polygon berwarna
memberikan skor setiap SLH sesuai kuning. Hasil peta kualitas tanah dapat
dengan parameter kualitas tanah, dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Kualitas Tanah di Kecamatan Baturiti

Arahan Pengolahan Tanah volume tanah menunjukan porositas


Pengolahan tanah sawah pada tanah yang tinggi sehingga
padi bertujuan membuat tanah sawah memudahkan akar tanaman dalam
menjadi lumpur sehingga akan menjangkau unsur hara yang
menyebabkan berat volume tanah dikandung dalam tanah. Dengan
semakin tinggi. Tingginya berat menggunakan traktor dan bajak
singkal akan lebih mempermudah dapat menyebabkan kesuburan tanah
petani dalam menghancurkan menjadi rendah, stabilitas agregat
gumpalan-gumpalan tanah sehingga tanah menurun, dan peka terhadap
menjadi lumpur halus yang rata agar erosi, sehingga produktivitas tanah
tidak mengeluarkan tenaga yang menurun. Dengan pengembalian sisa
berlebih seperti saat menggunakan tanaman ke dalam tanah adalah salah
cangkul. satu cara yang relatif murah dan
Pemberian pupuk yang mudah dalam rangka meningkatkan
dianjurkan adalah pupuk kandang atau produktivitas tanah. Menurut Roidah
kompos, mengembalikan sisa-sisa (2013) pengembalian sisa-sisa
tanaman, pemberian pupuk Urea dan tanaman akan memperbaiki sifat-sifat
SP-36. Pupuk kandang atau kompos kimia dan fisika tanah, meningkatkan
direkomendasikan pada SLH I, II, III, kemampuan menyimpan air,
IV dan V karena kadar C-organik dan meningkatkan kemudahan pengolahan
C-biomassa pada SLH tersebut relatif dan kesuburan tanah.
rendah. Pengaruh pupuk kandang atau Pupuk Urea diberikan pada
kompos terhadap sifat fisik tanah SLH I, II, III, IV dan V karena kadar
adalah meningkatkan kapasitas tanah N-total pada SLH tersebut mempunyai
dalam menyimpan air sehingga akan faktor pembatas berat hingga ekstrim,
semakin banyak air yang tersedia bagi sehingga mempengaruhi penurunan
tanaman. Pengaruh pupuk kandang kualitas tanah pada lokasi penelitian.
atau kompos terhadap sifat kimia Pupuk SP-36 diberikan pada SLH II ,
tanah adalah meningkatkan kapasitas III dan V karena kurangnya kadar P-
tukar kation dan terhadap sifat biologi tersedia pada SLH tersebut. Fosfor (P)
tanah adalah meningkatkan aktivitas merupakan salah satu unsur hara
metabolik mikroorganisme tanah esensial yang penting bagi tanaman
sebagai penciri dari kualitas tanah yang berperan penting dalam
pada lahan tersebut. penyediaan energi kimia yang
Pengembalian sisa-sisa dibutuhkan untuk proses metabolisme
tanaman disarankan pada SLH I, II, pada tanaman. Unsur P memacu
III, IV, dan V karena kandungan pertumbuhan akar dan sistem
bahan organik tanah yang rendah perakaran yang baik sehingga
pemberian pupuk SP-36 dibutuhkan Udayana, Fakultas Pertanian,
Program Studi Agroekologi.
untuk meningkatkan kualitas tanah di
BPS Tabanan. 2021. Tabanan Dalam
lokasi penelitian. Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kota Tabanan.
SIMPULAN
Hasibuan B,E, & M,D Ritonga. 1981.
Tanah sawah di Kecamatan Ilmu Tanah Umum. Fakultas
Pertanian USU. Medan.
Baturiti memiliki kualitas tanah
Lal, R. 1994. Method and Guidelines
sedang dan baik. Parameter yang for Assesing Suistainable Use
menjadi faktor pembatas kualitas for Soil and Water Resources
in The Tropics . SMSS Tech.
tanah pada tahan sawah Kecamatan Monograph No. (21). USDA.
Baturiti antara lain N-total, P-tersedia, 78 hal.
tekstur, C-organik dan C-biomassa. Patty, S. 2013. Distribusi Suhu,
Salinitas Dan Oksigen Terlarut
Arahan pengelolaan tanah sawah yang Di Perairan Kema, Sulawesi
direkomendasikan untuk pengolahan Utara. Jurnal Ilmiah Platax.
Vol. 1:(3).
tanah yang tepat adalah pemberian
Rasyid, B. 2004. Kualitas Tanah (Soil
pupuk yang mengandung nitrogen Quality). Lembaga penerbitan
(Urea), fosfor (TSP,SP-36) dan Universitas Hasanuddin
Makassar. Sulawesi Selatan.
penambahan bahan organik tanah.
Roidah, I. S. (2013). Manfaat
Sebaran kualitas tanah baik terdapat penggunaan pupuk organik
pada Desa Parean Tengah (SLH I), untuk kesuburan tanah. Jurnal
Bonorowo, 1(1), 30-43.
Desa Luwus (SLH III) dan Desa Saifulloh, M., s, I Ketut, &
Batunya (SLH IV) dengan nilai IKT Supadama, A. A. Nyoman.
(2017). Pemetaan Kualitas
berturut-turut yaitu 21, 22 dan 23. Tanah pada Lahan Kebun
Sedangkan Kualitas tanah sedang Campuran dengan Geography
Information System ( GIS ) di
terdapat pada Desa Antapan (SLH II) Kecamatan Tegallalang ,
dan Desa Apuan (SLH V) dengan Kabupaten Gianyar. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika,
nilai IKT berturut-turut yaitu 27 dan 6(3).
28. Sardiana, I Ketut. 2014. Simpanan
DAFTAR PUSTAKA Karbon Organik, Kualitas
Tanah dan Hasil Caisin
Adnyana, I.M.2008. Peningkatan (Brassica Chinensis) pada
Kualitas Tanah Dalam Pertanian Organik dan
Mewujudkan Produktivitas Konvemsional di Kecamatan
Lahan Pertanian Secara Baturiti Kabupaten Tabanan,
Berkelanjutan. Universitas
Bali, Desertasi Ilmu Pertanian Environmental Science (Vol.
Universitas Udayana. 98, No. 1, p. 012023). IOP
Publishing.
Sukisno, K. S. Hindarto, Hasanudin, &
Trigunasih, N. M., Lanya, I.,
A. H. Wicaksono. 2011.
Hutauruk, J., & Arthagama, I.
Pemetaan Potensi dan Status
D. M. (2017, December).
Kerusakan Tanah untuk
Spatial Numeric Classification
Mendukung Produktivitas
Model Suitability with
Biomassa di Kabupaten
Landuse Change in Sustainable
Lebong. Program Studi Ilmu
Food Agriculture Zone in
Tanah, Fakultas Pertanian
Kediri Sub-district, Tabanan
UNIB.
Regency, Indonesia. In IOP
Sunarta, I. N., & Saifulloh, M. (2022). Conference Series: Earth and
Spatial Variation Of NO2 Environmental Science (Vol.
Levels During The Covid-19 98, No. 1, p. 012046). IOP
Pandemic In The Bali Tourism Publishing.
Area. Geographia Technica, Trigunasih, N. M., Pramesti, A. A. I.
17(1/2022). A., Sari, N. B. K., & Pribadi,
https://doi.org/10.21163/gt_20 P. Y. (2021). Sistem Informasi
22.171.11 Subak Berbasis Web GIS
Sunarta, IN; Saifulloh, M. (2022). (Geography Information
Vegetation And Water Indices System) dalam Menunjang
Derived From Sentinel-2 Pertanian Berkelanjutan di
Remote Sensing Imagery. Kecamatan Kediri, Kabupaten
Geojournal of Tourism and Tabanan. Nandur, 196-204.
Geosites 41(2), 509–516. Trigunasih, N.M., Saifulloh, M.,
https://doi.org/10.30892/gtg.41 (2022). Spatial Distribution of
223-857 Landslide Potential and Soil
Fertility: A Case Study in
Tolaka, Wardah, W., Rahmawati. Baturiti District, Tabanan,
2013. Sifat Fisik Tanah pada Bali, Indonesia. Journal of
Hutan Primer, Hunan University Natural
Agroforestri Dan Kebun Sciences, 49(2).
Kakakao di Subdas Wera
Saluopa Desa Leboni Utomo, M., Sudarsono, B., Rusman,
Kecamatan Pamona Puselemba T., Sabrina, J., Lumbanraja &
Sawit PTPN II. Kabupaten Wawan. 2016. Ilmu Tanah:
Poso. Warta Dasar-Dasar dan Pengelolaan.
Rimba Vol. 1 (1): 1 – Prenadamedia Group: Jakarta.
Trigunasih, N. M., Lanya, I., Adi, I.
R., & Hutauruk, J. (2017,
December). Potential Land
Mapping for Agricultural
Extentification in Mengwi
Sub-district to Support Food
Balance in Badung Regency,
Indonesia. In IOP Conference
Series: Earth and

Anda mungkin juga menyukai