Anda di halaman 1dari 8

PKPU KELUARAN 2023 PER- NOVEMBER

Nomor : 23
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 19 Tahun 2023 tentang Pencalonan Peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Nomor : 22
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2023 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di
Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 21
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2023 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2020 tentang Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Sekretariat
Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 20
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 15 Tahun 2023 tentang Kampanye Pemilihan Umum
Nomor : 19
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 19 Tahun 2023 tentang Pencalonan aPeserta Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden
Nomor : 18
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2023 tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum
Nomor : 17
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun 2023 tentang Jadwal Retensi Arsip Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 16
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perlengkapan Pemungutan Suara, Dukungan Perlengkapan Lainnya, dan
Perlengkapan Pemungutan Suara Lainnya Dalam Pemilihan Umum
Nomor : 15
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2023 tentang Kampanye Pemilihan Umum
Nomor : 14
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perlengkapan Pemungutan Suara, Dukungan
Perlengkapan Lainnya, dan Perlengkapan Pemungutan Suara Lainnya Dalam Pemilihan Umum
Nomor : 13
Tahun : 2023
-
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2023 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2023 tentang Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 12
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2023 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum
Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 11
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2023 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Daerah
Nomor : 10
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2023 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
Nomor : 9
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 4 Tahun 2023 tentang Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 8
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota
Nomor : 7
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan
Sistem Informasi Data Pemilih
Nomor : 6
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2023 tentang Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
Nomor : 5
Tahun : 2023-
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2023 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum Provinsi
pada Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Pegunungan, dan Provinsi Papua Barat Daya
Nomor : 4
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2023 tentang Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum
Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 3
Tahun : 2023
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 14 Tahun 2020 tentang Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal
Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota
Nomor : 2
Tahun : 2023-
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2023 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Badan Adhoc
Penyelenggara Pemilihan Umum di Luar Negeri
Nomor : 1
Tahun : 2023
-
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pelaksanaan Anggaran Belanja Tahapan
Pemilihan Umum
PKPU KELUARAN 2022 PER- NOVEMBER
Nomor : 13
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Daerah
Nomor : 12
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2022 tentang Pencabutan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 25 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum dan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25
Tahun 2013 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum
Nomor : 11
Tahun : 2022-
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Nomor : 10
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah
Nomor : 9
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2022 tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum
dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Nomor : 8
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Badan Adhoc
Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan
Walikota dan Wakil Walikota
Nomor : 7
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih
Nomor : 6
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2022 tentang Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum
Nomor : 5
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2022 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum
Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Nomor : 4
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai
Politik Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Nomor : 3
Tahun : 2022-
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Tahun 2024
Nomor : 2
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tenaga Pakar/Ahli di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum
Nomor : 1
Tahun : 2022
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pembentukan
Peraturan dan Keputusan di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum

Tata kelola tata negara dan pemilu


Sesudah amandemen ke-3 UUD Negara R.I. Tahun 1945 basis konstusional eksistensi partai politik di Indonesia
semakin kuat sebagai salah satu pilar pelaksanaan prinsip negara yang berkedaulatan rakyat, sebagaimana
diamanatkan dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara R.I. Tahun 1945 dan Pasal 1 ayat (2) UUD Negara R.I.
Tahun 1945.
Sebelum amandemen ke-3 UUD Negara R.I. Tahun 1945, eksistensi partai politik memperoleh dasar
konstitusionalnya dalam Pasal 28 UUD yang menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya. Sejak amandemen ke-3 UUD secara eksplisit ditentukan peranan
partai politik dalam pengusulan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat (2) untuk dipilih
langsung oleh rakyat. Selain itu UUD menentukan pula peranan partai politik sebagai peserta pemilihan umum untuk
memilih anggota DPR dan anggota DPRD (Pasal 22E ayat (3).
Mengapa UUD menekankan pada salah satu fungsi partai politik saja yaitu sebagai sarana rekrutmen kepemimpinan
politik? Padahal disamping itu partai politik mempunyai fungsi lainnya seperti fungsi sarana komunikasi politik, sarana
sosialisasi politik dan sarana pengatur konflik (Miriam Budiardjo, 1981:14-17). Sebabnya ialah karena pembentuk
UUD memandang soal kepemimpinan politik sangat strategis dalam penyelenggaraan negara. Melalui proses
rekrutmen kepemimpinan yang demokratis diharapkan supra struktur politik akan diisi oleh pemimpin-pemimpin yang
akseptabel dan kapabel melalui proses seleksi yang demokratis. Sudah tentu fungsi lainnya dari partai politik tetap
dianggap penting dan secara lebih rinci akan diatur dalam UU sebagai pelaksanaan ketentuan konstitusi.
Seperti diketahui sesudah amandemen ke-3 UUD Negara R.I. tahun 1945 pada tahun 2002 telah diundangkan UU
No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik untuk menggantikan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik yang
dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perubahan ketatanegaraan serta sebagai
pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor X/MPR/2001 dan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002.
Dalam perkembangan selanjutnya UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik oleh pembentuk undang-undang
dipandang perlu untuk diperbaharui sesuai dengan tuntutan dan dinamika masyarakat. Sehubungan dengan itu
pada tanggal 4 januari 2008 telah diundangkan UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Permasalahannya ialah:
Mengapa UU No. 31 Tahun 2002 dicabut, apa latar belakangnya?
Perubahan apa saja yang dimuat dalam UU No. 2 Tahun 2008?
Apakah UU No. 2 Tahun 2008 akan menjamin peningkatan kualitas partai politik dimasa yang akan datang?

Latar belakang pencabutan UU No. 31 Tahun 2002


Jawaban atas permasalahan mengapa UU No. 31 Tahun 2002 diabut dapat kita simak dari konsideran menimbang
dan Penjelasan Umum UU No. 2 Tahun 2008.
Ada 3 alasan pokok yang dikemukakan sebagai berikut:
Untuk memperkukuh kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat yang diakui dan dijamin oleh
UUD Negara R.I. Tahun 1945. Prinsip kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat sebagai
hak asasi manusia harus dilaksanakan untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara
Kesatuan R.I. yang merdeka, berdasarkan hukum (konsideran menimbang huruf a dan b).
Dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut peningkatan peran, fungsi dan tanggung jawab
partai politik dalam kehidupan demokrasi secara konstitusional sebagai sarana partisipasi politik masyarakat
(Penjelasan Umum alinea ke-2)
UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik belum optimal mengakomodasikan dinamika dan perkembangan
masyarakat yang menuntut peran partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tuntutan
mewujudkan partai politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan modern.
Pembentuk UU tampakya berkeinginan agar dibawah UU yang baru partai politik lebih beperan, berfungsi dan
bertanggung jawab sebagai sarana partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan demokrasi. Partai politik
diharapkan tidak sekedar menjadi ”mesin pengumpul suara” yang digerakkan menjelang dan pada saat pemilihan
umum. Partai politik diharapkan menjadi sarana partisipasi politik masyarakat. Miriam Budiardjo (1981:1)
mengemukakan ” bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara
aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung,
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy)”.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa di negara-negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik
ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang melaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menetapkan
tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk
pimpinan untuk masa berikutnya. Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan
kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Partai politik diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif untuk turut
menentukan kebijakan publik dan memilih pemimpin politik yang dipercaya untuk menjalankan kekuasaan untuk
kepentingan rakyat.
Untuk itu partai politik dibangun sebagai organisasi modern. Sebagai organisasi modern dan bersifat nasional, maka
partai politik mesti dibangun dengan visi kebangsaan dengan governance culture yang demokratis. Sebagai
organisasi modern partai politik juga harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas
dan responsibilitas. Dengan demikian partai politik akan menjadi organisasi yang sehat dan mampu memainkan
peranannya dalam kehidupan politik.
Perubahan yang dimuat dalam UU No. 2 Tahun 2008
Penjelasan Umum alinea ke-4 UU No. 2 Tahun 2008 mengemukakan: ”UU ini mengakomodasikan beberapa
paradigma baru seiring dengan menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, melalui sejumlah pembaharuan
yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan partai politik yang menyangkut demokratisasi internal
partai politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai politik, peningkatan kesetaraan
gender dan kepemimpinan partai politik dalam sistem nasional berbangsa dan bernegara”. Lebih lanjut pada alinea
ke-5 dikemukakan antara lain: ”Dalam UU ini diamanatkan perlunya pendidikan politik dengan memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban,
meningkatkan kemandirian dan kedewasaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”.
Marilah kita simak satu persatu apa yang disebut dengan beberapa paradigma baru dalam UU No. 2 Tahun 2008.
Penguatan Sistem dan Kelembagaan Partai Politik
Penguatan Sistem dan Kelembagaan Partai Politik antara lain tercermin dari persyaratan yang harus dipenuhi oleh
partai politik untuk menjadi badan hukum khususnya yang berkaitan dengan syarat memiliki kepengurusan paling
sedikit 60% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan dan 25%
dari jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan (Pasal 3 ayat (2) huruf d).

Selain itu ditentukan pula bahwa partai politik yang bersangkutan harus memiliki rekening atas nama partai politik
(Pasal 3 ayat (2) huruf e)

Kemudian dalam Pasal 12 huruf j ditentukan partai politik berhak membentuk dan memiliki organisasi sayap partai
politik. Selanjutnya dalam Pasal 17 ditentukan bahwa kepengurusan partai politik terdiri atas organisasi tingkat pusat,
tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota dan dapat dibentuk sampai tingkat kelurahan/desa atau sebutan lain dan
organisasi partai politik tersebut memiliki hubungan kerja yang bersifat hierarkis.

Partai politik menurut Pasal 30 berwenang membentuk dan menetapkan peraturan dan/atau keputusan partai politik
berdasarkan AD dan ART serta tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan.
Demokratisasi Internal Partai Politik
Demokratisasi internal partai politik antara lain tercermin dalam Pasal 22 yang menentukan kepengurusan partai
politik di setiap tingkatan dipilih secara demokratis sesuai dengan AD dan ART.

Kemudian dalam Pasal 27 dan Pasal 28 ditentukan pengambilan keputusan partai politik di setiap tingkatan
dilakukan secara demokratis sesuai dengan AD dan ART.

UU No. 2 Tahun 2008 seperti juga UU No. 31 Tahun 2002 sama-sama menentukan kedaulatan partai politik berada
ditangan anggota yang dilaksanakan menurut AD dan ART. Dan anggota partai politik mempunyai hak dalam
menentukan kebijakan serta hak memilih dan dipilih.

Dalam praktek kedaulatan anggota ini tidak benar-benar terwujud. Sebab sesungguhnya yang memanfaatkan
kedaulatan dan hak-hak anggota tersebut adalah anggota yang termasuk dalam lingkaran elit partai. Lebih-lebih lagi
tipologi partai politik di Indonesia dekat dengan partai massa.

Menurut Maurice Duverger (1981:19) ”Lingkungan dalam (inner circle) ini menyerupai sedikit banyak kepemimpinan
partai tradisional yang seakan-akan menyelinap di tengah-tengah jantung partai masa tersebut”.

Elit politiklah yang sesungguhnya menentukan kebijakan partai termasuk kepemimpinan partai. Bahkan tak jarang elit
politiklah yang sesungguhnya menentukan kebijakan partai termasuk kepemimpinan partai. Bahkan tak jarang di
kalangan partai politik tertentu pengambilan keputusannya bersifat top down ketimbang bottom up.
Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Partai Politik

Mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan partai politik diatur secara rinci dalam Bab XV
mengenai keuangan yang terdiri dari Pasal 34 sampai dengan Pasal 39. Undang-undang menentukan bahwa
penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik dikelola melalui rekening kas umum partai politik dan pengurus
partai politik di setiap tingkatan melakukan pencatatan atas semua penerimaan dan pengeluaran keuangan partai
politik (Pasal 36 ayat (2) dan ayat (3).
Selanjutnya dalam Pasal 37 ditentukan bahwa pengurus partai politik di setiap tingkatan organisasi menyusun
laporan pertanggungjwaban penerimaan dan pengeluaran keuangan setelah tahun anggaran berkenan berakhir.

Kemudian Pasal 38 menentukan hasil pemeriksaan dan pengeluaran keuangan partai politik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 terbuka untuk diketahui masyarakat.

Ketentuan yang cukup bagus tersebut dalam praktek sulit dilaksanakan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
partai politik belum tertib mengelola keuangannya. Lebih-lebih lagi ketentuan Pasal 37 dan Pasal 38 tersebut tidak
bersifat mewajibkan sehingga pelanggaran terhadap ketentuan tersebut tidak ada sanksinya.
Peningkatan Kesetaraan gender

Peningkatan kesetaraan gender tampaknya menjadi salah satu isu penting dalam perubahan Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2002.

Pasal-Pasal Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 yang berkaitan dengan peningkatan kesetaraan gender dimulai
dari Pasal 2 ayat (5) yang menentukan : “Kepengurusan partai politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disusun dengan menyertakan paling rendah 30% keterwakilan perempuan . Pelanggaran terhadap ketentuan
Pasal 2 dikenai sanksi administratif berupa penolakan pendaftaran partai politik sebagai badan hukum oleh
Departemen Hukum dan HAM.

Pasal 20 menentukan kepengurusan partai politik tingkat provinsi dan kabupaten / kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3) disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30%
yang diatur dalam AD dan ART partai politik masing-masing.

Pasal 31 ayat (1) menentukan bahwa dalam melakukan pendidikan politik, partai politik memperhatikan kesetaraan
gender.
Pendidikan Politik
Partai politik menurut Pasal 31 melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung
jawabnya dengan memperhatikan kesetaraan gender dengan tujuan antara lain :

Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
Meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
Meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun kesatuan bangsa dalam rangka memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa.
Selanjutnya ditentukan bahwa pendidikan politik dilaksanakan untuk membangun etika dan budaya politk sesuai
dengan Pancasila. Pendidikan politik sangat penting sebagai wahana untuk membangun etika dan budaya politik.
Menurut Almond dan Verba seperti dikutip oleh Affan & Gaffar (1999;101) “Negara-negara yang mempunyai civil
cultur yang fungsi akan menopang demokrasi yang stabil, sebaliknya negara-negara yang memiliki derajat civil cultur
yang rendah tidak mendukung terwujudnya sebuah demokrasi yang stabil. ”
Meski pendidikan politik sangat strategis, namun tampaknya partai politk belum banyak melakukannya, karena
disibukkan dengan urusan pemilihan umum dan menyelesaikan konflik-konflik internal. Partai politik juga belum
mampu memberikan suri teladan bagi perilaku politik yang etis dan sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa yang
bermartabat.

Peningkatan Kualitas Partai Politik


Undang-Undang tentang Partai Politk mengatur syarat pembentukan partai politik, perubahan AD dan ART, asas dan
ciri, tujuan dan fungsi, hak dan kewajiban partai politik, keanggotaan dan kedaulatan anggota, organisasi dan tempat
kedudukan, pengambilan keputusan, rekrutmen politik, peraturan dan keputusan partai politik, pendidikan politik,
penyelesaian perselisihan partai politik, keuangan, larangan, pembubaran dan penggabungan partai politk dan
pengawasan.
Pengaturan yang cukup lengkap tersebut tidak dengan sendirinya meningkatkan kualitas partai politik. Peningkatan
kualitas partai politik dapat diwujudkan bila partai politik terkonsolidasi dengan baik. Setidak-tidaknya kepemimpinnya
di semua tingkatan cukup kuat, struktur organisasinya mantap, kader-kadernya handal dan mekanisme demokrasi
dalam tubuh partai berjalan dengan baik. Sudah tentu dukungan sumber daya yang memadai diperlukan untuk
membangun organisasi partai politik yang efektif. Secara fungsional partai politik dapat dikatakan meningkat
kualitasnya apabila partai politik semakin mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana pendidikan politk,
penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat,
penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat, partisipasi politik dan rekrutmen
politik. Outcome yang diharapkan adalah stabilitas kehidupan politik dan semakin berkembangnya demokrasi.
Dewasa ini kepercayaan rakyat kepada partai politik menurun, karena partai politik merupakan bagian dari
permasalahan ketimbang bagian dari solusi untuk memecahkan permasalahan krusial yang dihadapi bangsa
Indonesia seperti masalah kemiskinan, pengangguran, pendidikan, jaminan sosial, infrastruktur perekonomian,
konflik horizontal/vertikal di beberapa daerah yang dapat mengancam keutuhan NKRI dan menurunnya peranan
Indonesia dalam percaturan politik internasional.
Bahkan akhir-akhir ini partai politik sering menyuguhkan tontonan yang tidak bisa dijadikan tuntunan dalam
menegakkan prinsip-prinsip demokrasi. Partai politik dibelenggu oleh hukum besinya oligarhi dan focus pada upaya
memperoleh, mempertahankan dan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan politiknya : Doktrin Benjamin
Disraeli seperti dikutip Whitman (2003:80) menyatakan “Real politics are the possession and distribution of power“
tampaknya sangat relevan dengan kondisi kepartaian di Indonesia. Partai politik berebut untuk menggeggam
kekuatan dan distribusi kekuasaan dijadikan salah satu sarana bargaining politik.
Partai politik memang perlu membenahi rumah tangganya. Partai politik perlu melakukan konsolidasi organisasi,
konsolidasi kader, konsolidasi demokrasi internalnya dan konsolidasi program agar lebih aspirasif dan aplikatif.
Sementara itu Undang-undang Partai Politik akan memberi sumbangan berharga untuk peningkatan kualitas partai
politik di masa mendatang, apabila undang-undang tersebut dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Partai politik diharapkan tidak hanya sibuk menjelang pemilihan umum atau kongres/musyawarah/muktamar partai
politik yang bersangkutan, tetapi secara nyata memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD Negara R.I Tahun 1945.
Partai politik yang berfungsi secara efektif akan selalu bersama rakyat, berjuang untuk kesejahteraan rakyat.
Penutup
Dari uraian diatas dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :
Eksistensi partai politik memiliki basis konstitusional yang kuat dalam Undang-Dndang Dasar Negara R.I. Tahun
1945 sebagai salah satu pilar penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dibentuk antara lain dengan pertimbangan untuk
menampung dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk guna meningkatkan peran, fungsi dan
tanggung jawab partai politik dalam kehidupan demokrasi.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik mengakomodasikan paradigma baru antara lain
penguatan sistem kelembagaan partai politik, yang menyangkut demokratisasi internal partai politik, transparasi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangannya, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan partai politik
dalam sistem nasional, berbangsa dan bernegara dan perlunya pendidikan politik.
Partai politik di masa mendatang diharapkan meningkatkan kualitasnya sehingga dapat memainkan peranan yang
lebih positif untuk membangun demokrasi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Untuk itu partai politik perlu melakukan konsolidasi organisasi, kepemimpinan, kader dan programnya agar lebih
aspiratif.
Pasal 3 Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 menyebutkan bahwa
dalam menyelenggarakan pemilu harus terpenuhi 11 prinsip
penyelenggaraan, yaitu mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib,
terbuka, proporsional, profesionalitas, akuntabel, efektif dan efisisien.
Dan tanpa menampikkan prinsip penyelenggara yang lain, prinsip
berkepastian hukum serta profesional menjadi modal utama atas suksesnya
penyelengaraan Pemilu
Asas kepemiluan LUBER dan JURDIL
UU Pemilihan UU no 10 tahun 2016
Visi misi KPU RI :
VISI
Menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum yang Mandiri, Professional, dan Berintegritas untuk
Terwujudnya Pemilu yang LUBER dan JURDIL
MISI
1.meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel, serta
aksesibel;

2.meningkatkan integritas, kemandirian, kompetensi dan profesionalisme penyelenggara Pemilu dengan


mengukuhkan code of conduct penyelenggara Pemilu;

3.menyusun regulasi di bidang Pemilu yang memberikan kepastian hukum, progesif, dan partisipatif;
4.meningkatkan kualitas pelayanan Pemilu untuk seluruh pemangku kepentingan;

5.meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam Pemilu, Pemilih berdaulat Negara kuat; dan

6.mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam penyelenggaraan Pemilu.

Motivasi : Ingin ikut serta berkontribusi langsung terhadap penyelenggara pemilu,mengabdikan diri
kepada bangsa dan negara,serta mebuktikan diri ini punya kapabilitas serta kwalitas dalam hal
kepemiluan yang selama ini di ragukan oleh banayk pihak,dan saaatnya untuk membuktikannya apa
yang di ragukan tersebut ketia di berikan amanah oleh negara ini.

Stretegi Khusus ketika tahapan Pemilu dan Pemilihan Berisan :


Sebelum bicara strategi harus di ketahui terlebih dahulu bahwa KPU kabupaten kota adalah sebagai
eksekutor dalam hal ini hanya menjalankan apa yang sudah di Putuskan dalam Peraturan maupun
Keputusan KPU RI tanpa ada penafsiran dan Asumsi serta kajian atasnya,jadi siap tidak siap harus di
jalankan dengan kata lain loyalitas yang utama,komitmen atas dasar UU yang mengaturnya serta
berkepastian hokum,dan itu semua tergantung pada apa yang akan di hasilkan hari ini oleh Timsel timsel
yang hebat di depan saya ini kenapa apa nanti yang di hasilkan adalah orang orang yang mempuni
secara psikis,secara regulasi,menguasai kewilayahan,adat istiadat,kearifan local yang ada di kabupaten
sigi,karena strategi terdapat pada komponen komponen tersebut dan tergantung pada komponen
tersebut,kemudian pahami regulasi apa tahapan apa sj yang beririsan tersebut contoh : Saat ini kan
jadwal tahapan pilkada belum ditetapkan. Hnya sj dlm desain jadwal ada tahapan pemilu yg akan
beririsan dgn tahapan pilkada. Mis tahapan pencalonan perserangan yg akan beririsan dgn tahapan
penghitungan suara pemilu dan pencalonan pilkada oleh parpol akan beririsan dgn tahapan sengketa
hasil di MK dan juga beririsan dgn pemilihan putaran kedua pilpres jika terjadi 2 putaran.nah ini kan
beririsan strateginya apa pahami regulasinya update salah satunya atas aturannya.dari hal ini saya
membagi atas 6 strategi : trategi Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dalam menyiapkan tahapan Pemilu
dan Pemilihan 2024. Pertama, memperkuat koordinasi, kerjasama, dan sinergitas antar
lembaga/instansi/pemangku kepentingan. Kedua, menyusun rancangan Peraturan KPU lebih awal.
Ketiga menyusun tata kelola teknologi informasi, keempat, menyusun tahapan pemilu dan pemilihan
dengan memerhatikan kompleksitas dan implikasi tahapan yang beririsan, kelima, mengoptimalkan
kapasitas, kompetensi, dan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Dan terakhir perencanaan dan
pengelolaan anggaran secara efektif, efisien, akuntabel.

Anda mungkin juga menyukai